1. AZAS ISONAMIA ATAU EQUALITY BEFORE THE LAW, yaitu perlakuan yang sama atas
diri setiap orang dimuka hukum dengan tidak mengadakan pembedaan perlakuan.
(Pasal 4 Ayat (1) UU No. 48/2009)
5. ASAS PERINTAH TERTULIS, yaitu segala tindakan hukum hanya dapat dilakukan
berdasarkan perintah tertulis dari pejabat yang berwenang sesuai dengan UU.
Zaman Romawi sampai zaman Louis XVI di Perancis, kesalahan seseorang ditentukan oleh raja
hasil
Napoleon Bonaparte Pasal 4 Code Penal 1810 → Pasal 1 WvS Nederland 1881 → Pasal 1 WvSNI
1918 → Pasal 1 (1) KUHP:
“Tiada suatu perbuatan dapat dipidana kecuali atas kekuatan aturan pidana dalam perundang-
undangan yang telah ada sebelum perbuatan dilakukan”.
Konsekuensi :
RUU KUHP :
“Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) (tentang asas legalitas formil, pen.)
tidak mengurangi berlakunya hukum yang hidup yang menentukan bahwa menurut adat
setempat seseorang patut dipidana walaupun perbuatan tersebut tidak diatur dalam
perundang-undangan.”
Pasal 5 (3) sub b Undang-undang No. 1 Drt. 1951.
“Bahwa suatu perbuatan menurut hukum yang hidup harus dianggap suatu perbuatan pidana, akan tetapi tiada
bandingannya dalam Kitab Hukum Pidana Sipil, maka dianggap dengan hukuman yang tidak lebih tiga bulan penjara
dan/atau denda lima ratus rupiah, yaitu sebagai hukuman pengganti bilamana hukuman adat yang dijatuhkan tidak
diikuti oleh pihak yang terhukum dan penggantian yang dimaksud dianggap sepadan oleh hakim dengan dasar
kesalahan si terhukum.
Bahwa hukuman adat yang dijatuhkan itu menurut pikiran hakim melampaui padanya dengan hukuman kurungan atau
denda yang dimaksud di atas, maka atas kesalahan terdakwa dapat dikenakan hukuman pengganti setinggi 10 tahun
penjara, dengan pengertian bahwa hukuman adat yang menurut paham hakim tidak selaras lagi dengan zaman
senantiasa diganti seperti tersebut di atas.
suatu perbuatan menurut hukum yang hidup harus dianggap suatu perbuatan pidana dan yang ada bandingannya dalam
Kitab Hukum Pidana Sipil, maka dianggap diancam dengan hukuman yang sama dengan hukuman bandingannya
yang paling mirip kepada perbuatan pidana itu.”
b. Pasal 27 ayat (1) Undang-undang No. 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman.
“Hakim sebagai penegak hukum dan keadilan wajib menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum yang hidup
dalam masyarakat.”
Dengan demikian, Indonesia yang mengakui hukum yang hidup yang tidak tertulis. Artinya tidak menganut asas legalitas
formil secara mutlak, namun juga berdasar asas legalitas materiil, yaitu menurut hukum yang hidup/tidak
tertulis/hukum adat.
Artinya suatu perbuatan yang menurut hukum yang hidup/adat dianggap sebagai tindak pidana, walaupun tidak
dicantumkan dalam undang-undang pidana, tetap dapat dianggap sebagai tindak pidana. Asas ini berdasar pada
Pasal 5 (3) sub b Undang-undang No. 1 Drt. 1951 dan Pasal 27 (1) Undang-undang No. 14 Tahun 1970 tentang
Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman tersebut di atas.
7. AZAS PRADUGA TAK BERSALAH (PRESUMPTION OF INNOCENCE)
Pasal 14 para 2,Konvenan Internasional tentang Hak Sipil dan Hak Politik (1966) → Undang-
Undang No. 12 Tahun 2005 tentang Pengesahan Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan
Politik.
Solusi realistik telah diberikan oleh Kovenan, yaitu dengan merinci luas lingkup atas tafsir
hukum ”hak untuk dianggap tidak bersalah”, yang meliputi 8 (delapan) hak, yaitu:
•hak untuk diberitahukan jenis kejahatan yang didakwakan;
•hak untuk disediakan waktu yang cukup dalam mempersiapkan pembelaannya dan
berkomunikasi dengan penasehat hukum ybs;
•hak untuk diadili tanpa ditunda-tunda;
•hak untuk diadili yang dihadiri oleh ybs;
•hak untuk didampingi penasehat hukum jika ybs tidak mampu;
•hak untuk diperiksa dan memeriksa saksi-saksi yang berlawan dengan ybs;
•hak untuk memperoleh penerjemah jika diperlukan oleh ybs;
•hak untuk tidak memberikan keterangan yang merugikan dirinya atau hak untuk tidak dipaksa
mengakui perbuatannya.
8. ASAS PEMBUKTIAN
Pasal 66 KUHAP
Tersangka atau terdakwa tidak dibebani kewajiban pembuktian.
yaitu serangkaian proses peradilan pidana (dari penyidikan sampai dengan putusan hakim)
dilakukan cepat, ringkas, jujur, dan adil
Pasal 50 KUHAP
(1) Tersangka berhak segera mendapat pemeriksaan oleh penyidik dan selanjutnya dapat
diajukan kepada penuntut umum.
(2) Tersangka berhak perkaranya segera dimajukan ke pengadilan oleh penuntut umum.
(3) Terdakwa berhak segera diadili oleh pengadilan.
Negara menanggung biaya perkara bagi pencari keadilan yang tidak mampu → Pasal 56 Ayat
(2) UU 48/2009 jo Pasal 68B Ayat (2) UU 49/2009
Pihak yang tidak mampu harus melampirkan surat keterangan tidak mampu dari kelurahan
tempat domisili yang bersangkutan → Pasal 68B Ayat (3) UU 49/2009
”kelurahan” termasuk desa, banjar, nagari, dan gampong → Penjelasan Pasal 68B Ayat (3) UU
49/2009
Pada setiap pengadilan negeri dibentuk pos bantuan hukum untuk pencari keadilan yang
tidak mampu dalam memperoleh bantuan hukum → Pasal 57 Ayat (1) UU 48/2009 jo Pasal
68C Ayat (1) UU 49/2009
Bantuan hukum diberikan secara cuma-cuma, kepada semua tingkat peradilan sampai
putusan terhadap perkara tersebut memperoleh kekuatan hukum tetap → Pasal 57 Ayat (2)
UU 48/2009 jo Pasal 68C Ayat (2) UU 49/2009
12. ASAS TERBUKA
(Asas pemeriksaan pengadilan terbuka untuk umum)
Pasal 64 KUHAP
Terdakwa berhak untuk diadili di sidang pengadilan yang terbuka untuk umum.
Pasal 13 UU 48/2009
(1) Semua sidang pemeriksaan pengadilan adalah terbuka untuk umum, kecuali undang-undang
menentukan lain.
(2) Putusan pengadilan hanya sah dan mempunyai kekuatan hukum apabila diucapkan dalam
sidang terbuka untuk umum.
(3) Tidak dipenuhinya ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
mengakibatkan putusan batal demi hukum.
13. PEMERIKSAAN HAKIM YANG LANGSUNG DAN LISAN (TIDAK BOLEH DIWAKILI) ATAU
PENGADILAN MEMERIKSA DENGAN HADIRNYA TERDAKWA (Pasal 154-155 KUHAP).
Kepada seorang yang ditangkap ditahan, dituntut ataupun diadili tanpa alasan yang
berdasarkan undang-undang dan karena kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang
ditetapkan wajib diberi ganti kerugian dan rahabilitasi sejak tingkat penyidikan dan para
pejabat penegak hukum yang dengan sengaja atau karena kelalaiannya menyebabkan asas
hukum tersebut dilanggar, dituntut,dipidana dan atau dikenakan hukuman administrasi.
Ganti kerugian adalah hak seorang untuk mendapat pemenuhan atas tuntutannya yang
berupa imbalan sejumlah uang karena ditangkap, ditahan, dituntut ataupun diadili tanpa
alasan yang berdasarkan undang-undang atau karena kekeliruan mengenai orangnya atau
hukum yang diterapkan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini. (Pasal 1 angka
22 KUHAP)
→ BAB XI Pasal 95-96 KUHAP
Rehabilitasi adalah hak seorang untuk mendapat pemulihan hanya dalam kemampuan,
kedudukan dan harkat serta martabatnya yang diberikan pada tingkat penyidikan,
penuntutan atau peradilan karena ditangkap, ditahan, dituntut ataupun diadili tanpa alasan
yang berdasarkan undang-undang atau karena kekeliruan mengenai orangnya atau hukum
yang diterapkan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini. (Pasal 1 angka 23
KUHAP).
→ BAB XII Pasal 97 KUHAP