Anda di halaman 1dari 3

LUSI PUTRI SISWATI 01009294

ASAS-ASAS HUKUM ACARA PIDANA

Asas hukum merupakan unsur yang sangat penting dan pokok dari peraturan hukum. Satjipto Rahardjo menyebutkan sebagai jantungnya peraturan hukum karena : 1. Asas hukum merupakan landasan yang paling luas bagi lahirnya suatu peraturan hukum, artinya peraturan-peraturan hukum itu pada akhirnya bisa dikembalikan kepada asas-asas hukum tersebut. 2. Asas hukum layak disebut sebagai alasannya bagi lahirnya peraturan hukum, atau merupakan ratio legis dari peraturan hukum Dengan adanya asas hukum, menurut Satjipto Rahardjo, hukum itu bukan sekedar kumpulan peraturan-peraturan, maka hal itu disebabkan oleh karena asas itu mengandung nilai-nilai dan tuntutantuntutan etis. Asas-asas hukum acara pidana di Indonesia meliputi hal-hal sebagai berikut:

1) Peradilan sederhana, cepat dan biaya ringan. Asas ini ditegaskan dalam pasal 5 ayat (2) UU No. 4 Tahun 2004 Kekuasaan Kehakiman (dahulu diatur dalam pasal 4 ayat (2) UU No. 14 Tahun 1970 yang kemudian diubah dan ditambah dengan UU No. 35 Tahun 1999) : pengadilan membantu pencari keadilan dan berusaha mengatasi segala hambatan dan rintangan untuk dapat tercapainya peradilan yang sederhana, cepat, dan biaya ringan. Peradilan cepat bertujuan untuk menghindari penahanan yang lama sebelum ada keputusan hakim yang merupakan bagian dari hak-hak asasi manusia.

2) Praduga tak bersalah (presumption of innocence). Asas ini disebut didalam pasal 8 UU No.4 Tahun 2004 Pokok Kekuasaan Kehakiman : Setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut dan/atau dihadapkan di depan pengadilan, wajib dianggap tidak bersalah sebelum ada putusan pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan telah memperoleh hukum tetap.

Dan juga dalam Penjelasan Umum butir 3c KUHAP : Setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut dan/atau dihadapkan dimuka sidang pengadilan, wajib dianggap tidak bersalah sebelum ada putusan pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan telah memperoleh hukum tetap. Yang di maksud dengan asas praduga tak bersalah adalah asas yang menyatakan bahwa setiap orang yang disangka atau disidik, ditangkap, ditahan, dituntut dan diperiksa di sidang pengadilan, wajib tidak dianggap bersalah, kecuali berdasarkan putusan hakim dengan bukti sah dan menyakinkan yang menyatakan kesalahannya dan putusan tersebut telah memiliki kekuatan hukum yang tetap.

3) Asas oportunitas. Asas oportunitas adalah penuntut umum tidak wajib menuntut seseorang yang melakukan perbuatan pidana jika menurut pertimbangannya akan merugikan kepentingan umum. Asas ini diatur dalam pasal 23 huruf c UU No.16 Tahun 2004 : Jaksa Agung mempunyai tugas dan wewenang mengesampingkan perkara demi kepentingan umum.

4) Pemeriksaan pengadilan terbuka untuk umum. Asas ini dimaksudkan agar adanya social control (control dari masyarakat). Asas ini dirumuskan dalam pasal 19 ayat (1) UU No. 14 Tahun 2004 : Sidang pemeriksaan pengadilan adalah terbuka untuk umum, kecuali undang-undang menentukan lain. dan KUHAP pasal 153 ayat (3) dan (4) : untuk keperluan pemeriksaan hakim ketuasidang membuka siding dan menyatakan terbuka untuk umum, kecuali dalam perkara mengenai kesusilaan atau terdakwanya anak-anak. Tidak dipenuhinya ketentuan dalam ayat (2) dan ayat (3) mengakibatkan batalnya putusan demi hukum.

5) Semua orang diperlakukan sama di depan hukum. Asas yang umum dianut Negara-negara yang berdasarkan hukum ini tegas tercantum pula dalam UU Pokok Kekuasaan Kehakiman pasal 5 ayat (1) UU No. 4 Tahun 2004 : pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak membeda-bedakan orang. Dan KUHAP dalam pasal Penjelasan Umum butir 3a : Perlakuan yang sama atas diri setiap orang di muka hukum dengan tidak mengadakan pembedaan perlakuan.

6) Peradilan dilakukan oleh hakim karena jabatannya dan tetap. Maksudnya bahwa pengambilan keputusan salah tidaknya terdakwa dilakukan oleh hakim karena jabatannya dan bersifat tetap. Untuk jabatan ini diangkat hakim-hakim yag tetap oleh kepala Negara. Asas ini terdapat dalam pasal 31 UU No.4 Tahun 2004 dan pasal 34 ayat (2) UU No.4 Tahun 2004.

7) Tersangka / terdakwa berhak mendapat bantuan hukum. Asas ini ditegaskan dalam : Pasal 37 UU No.4 Tahun 2004 : setiap orang yang tersangkut perkara berhak memperoleh bantuan hukum. Pasal 54 KUHAP : Guna kepentingan pembelaan, tersangka, terdakwa berhak mendapat bantuan hukum dari seseorang atau lebih penasehat hukum selama dalam waktu dan pada setiap tingkat pemeriksaan, menurut tata cara yang ditentukan dalam undang-undang ini.

8) Asas akusator dan in kusitor. Asas in kusitor artinya pemeriksaan dilakukan tidak dimuka umum. Tersangka adalah objek pemeriksaan yang dapat dijerat dengan tindakan-tindakan yang diperbolehkan menurut hukum acara sekalipun kemudian ternyata tidak cukup bukti. Asas akusator yaitu terdakwa dipandang sebagai subjek pemeriksan, sebagai pihak yang disangka berlawanan dengan pihak penuntut umum yang mendakwa, kedua belah pihak diberi hak dan kewajiban yang sama oleh hukum acara.

9) Pemeriksaan hakim yang langsung dan lisan. Pemeriksaan hakim secara langsung di sidang pengadilan artinya langsung kepada terdakwa dan saksisaksi, tidak boleh diwakilkan. Asas ini diatur dalam pasal-pasal 153 KUHAP, 155 KUHAP dan seterusnya. Pasal 153 ayat (2) huruf a KUHAP : hakim ketua sidang memimpin pemeriksaan di sidang pengadilan yang dilakukan secra lisan dalam bahasa Indonesia yang dimengerti oleh terdakwa dan saksi Pasal 155 ayat (1) KUHAP : pada permulaan sidang, hakim ketua sidang menanyakan kepada terdakwa tentang nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaanya mengingatkan terdakwa supaya mempehatikan segala sesuatu yang didengar dan dilihatnya di sidang.

Anda mungkin juga menyukai