Anda di halaman 1dari 4

Nama : Tri Ageng Alifi

NIM : 201610110311359
Kelas :F
Tugas : TT 15

BIDANG/LAPANGAN HUKUM ACARA PIDANA

1. Pengertian.
Hukum acara pidana merupakan peraturan yang melaksanakan hukum
pidana. Hukum acara pidana yang berlaku di Indonesia berdasar pada peraturan
yang terdapat pada Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP),
yang berlaku sejak diundangkannya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981
Tentang KUHAP. Menurut Andi Hamzah , dengan terciptanya Kitab Undang-
undang Hukum Acara Pidana, maka pertama kali di Indonesia diadakan
kodifikasi dan unifikasi yang lengkap dalam artian meliputi seluruh proses
pidana dari awal (mencari kebenaran) sampai pada kasasi di Mahkamah Agung,
bahkan sampai meliputi peninjauan kembali (herziening).1
Menurut M. Yahya Harahap KUHAP sebagai hukum acara pidana yang
berisi ketentuan tata tertib proses penyelesaian penanganan kasus tindak pidana,
sekaligus telah memberi “legalisasi hak asasi” kepada tersangka atau terdakwa
untuk membela kepentingannya di depan pemeriksaan aparat penegak hukum.
Pengakuan hukum yang tegas akan hak asasi yang melekat pada diri mereka dari
tindakan sewenang-wenang. KUHAP telah mencoba menggariskan tata tertib
hukum yang antara lain akan melepaskan tersangka atau terdakwa maupun
keluarganya dari kesengsaraan putus asa di belantara penegakan hukum yang tak
bertepi, karena sesuai dengan jiwa dan semangat yang diamanatkannya,
tersangka atau terdakwa harus diberlakukan berdasar nilai-nilai yang
manusiawiMenurut M. Yahya Harahap KUHAP sebagai hukum acara pidana
yang berisi ketentuan tata tertib proses penyelesaian penanganan kasus tindak
pidana, sekaligus telah memberi “legalisasi hak asasi” kepada tersangka atau
terdakwa untuk membela kepentingannya di depan pemeriksaan aparat penegak
hukum. Pengakuan hukum yang tegas akan hak asasi yang melekat pada diri
mereka dari tindakan sewenang-wenang. KUHAP telah mencoba menggariskan
tata tertib hukum yang antara lain akan melepaskan tersangka atau terdakwa
maupun keluarganya dari kesengsaraan putus asa di belantara penegakan hukum
yang tak bertepi, karena sesuai dengan jiwa dan semangat yang diamanatkannya,
tersangka atau terdakwa harus diberlakukan berdasar nilai-nilai yang manusiawi2
Pengertian Hukum Acara Pidana menurut ahli :
1) Menurut Van Bemmelen Hukum acara pidana mempunyai peraturan
mengenai yang terjadi antara saat timbulnya dugaan bahwa suatu delik telah
dilakukan dan dilaksanakannya pidana yang dijatuhkan kepada terdakwa.
2) Menurut Dr. A. Hamzah. SH. Hukum acara pidana merupakan bagian drai
hukum pidanadalam arti yang luas. Hukm pidana dalam arti yang luas
meliputi baik hukum pidanasubstantive (materiil) maupun hukm pidana
formal atau hukum acara pidana.
3) Menurut S. M. Amin. Hukum Acara Pidana adalah Kumpulan peraturan
dengan tujuan memberikan pedoman dalam usaha mencari kebenaran dan
keadilan bila terjadi perkosaan atau pelanggaran yang terhadap ketentuan
hukum pidana materiil.

1
Andi Hamzah, Pengantar Hukum Acara Pidana, http://andihamzah.blogspot.com, 28 November
2016.
2
Ibid.

Page | 51
4) Menurut Prof. Dr. Wirjono Prodjodikoro, SH. Hukum Acara Pidana adalah
rangkaian peraturan yang memuat cara bagaimana badan-badan pemerintah
yang berkuasa, yakni kepolisian, kejaksaan dan pengadilan harus bertindak
guna mencapai tujuan negara dengan mengadakan hukum pidana.3

2. Asas-asas Hukum Acara Pidana.


1) Asas Peradilan Cepat, Sederhana Dan Biaya Ringan.
Tidak bertele-tele dan berbelit-belit. Mengenai asas ini terdapat
beberapa ketentuan dalam KUHAP diantaranya pada pasal 50 yang
berbunyi: Tersangka atau terdakwa berhak segera mendapat pemeriksaan
penyidik, segera diajukan ke penuntut umum oleh penyidik, segera diajukan
ke pengadilan oleh penuntut umum, segera diadili oleh pengadilan. Juga
pasal-pasal lain yaitu pasal 102 ayat 1, pasal 106, pasal 107 ayat 3 dan pasal
140 ayat 1. Tentang asas ini juga dijabarkan oleh KUHAP dalam pasal 98.4
2) Asas Praduga Tak Bersalah ( Presumption Of Innocent ).
Asas ini dapat di jumpai dalam penjelasan umum KUHAP butir 3
huruf c juga dirumuskan dalam UU Pokok kekuasaan Kehakiman Nomor 14
Tahun 1970, Pasal 8 yang berbunyi: “setiap orang yang sudah disangka,
ditangkap, ditahan, dituntut, dan atau dihadapkan di muka sidang
pengadilan, wajib dianggap tidak bersalah sampai adanya putusan
pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan memperoleh kekuatan
hukum tetap”. Menurut M. Yahya Harahap, asas praduga tak bersalah di
tinjau dari segi teknis penyidikan dinamakan “ Prinsip Akusator “.5
Prinsip Akusator menempatkan kedudukan tersangka / terdakwa
dalam setiap tingkat pemeriksaan adalah sebagai subyek bukan. Oleh karena
itu tersangka/terdakwa harus didudukkan dan diperlakukan dalam
kedudukan manusia yang mempunyai harkat dan martabat harga diri. 6
3) Asas Opportunitas.
Asas oportunitas adalah memberi wewenang pada penuntut umum
untuk menuntut atau tidak menuntut seorang pelaku dengan alasan
kepentingan umum. Asas inilah yang dianut Indonesia contohnya, seseorang
yang memiliki keahlian khusus dan hanya dia satu-satunya di negara itu
maka dengan alasan ini JPU boleh memilih untuk tidak menuntut. Asas ini
diatur dalam Pasal 32 C UU Nomer 5 Tahun 1991 tentang Kejaksaan.7
4) Asas Peradilan Terbuka Untuk Umum.
Pasal yang mengatur asas ini adalah pasal 153 ayat 3 dan 4 KUHAP
yang berbunyi: Untuk keperluan pemeriksaan hakim ketua membuka siding
dan menyatakan terbuka untuk umum, kecuali dalam perkara mengadili
kesusilaan atau terdakwanya anak-anak.8
5) Asas Equal Before the law (Perlakuan Yang sama didepan Hukum).
Asas Ini merupakan salah satu manipestasi dari negara Hukum
(Rechistaat) Sehingga harus ada perlakuan Yang sama bagi setiap orang
didepan Hukum (gelijkeid van ieder voor de wet).9
3
Farhan Aziz, Pengertian Hukum Acara Pidana, dalam http://pangeranarti.blogspot.co.id, acces 28
November 2016.
4
Bams Jois, Asas Hukum Acara Pidana, dalam http://hukuum.blogspot.co.id, access 28 November
2016.
5
Ibid.
6
Ibid.
7
Elanda Harviyata, Asas Hukum Acara Pidana, dalam https://elandaharviyata.wordpress.com, access
28 November 2016.
8
Ibid.
9
Dwi Oktarian, Asas Hukum Acara Pidana , dalam http://ilmuhukumiain.blogspot.co.id, access 28
November 2016.

Page | 52
6) Asas Legalitas.
Dalam hukum pidana yang mengatakan bahwa tiada  suatu perbuatan
dapat dipidana, kecuali berdasarkan ketentuaan perundang-undangan pidana
yang telah ada (Nullum Delictum Nulla Poena Sine Previa Lege Poenali).
Asas ini tercantum dalam Pasal 1 Ayat 1 Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP). Pasal 1 Ayat 1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP): Suatu perbuatan tidak dapat dipidana, kecuali berdasarkan
kekuatan ketentuan perundang-undangan pidana yang telah ada 2. Bilamana
ada perubahan dalam perundang-undangan sesudah perbuatan dilakukan,
maka terhadap terdakwa diterapkan ketentuan yang paling
menguntungkannya.10

3. Tujuan Hukum Acara Pidana.


Tujuan hukum acara pidana adalah untuk mencari dan mendapatkan
kebenaran materil, yakni kebenaran dari suatu perkara pidana dgn menerapkan
ketentuan hukum acara pidana secara jujur dan tepat dgn tujuan agar mencari
pelaku yg dpt didakwakan melakukan pelanggaran hk. Kemudian selanjutnya
meminta pemeriksaan dan putusan dri pengadilan guna menemukan apakah
terbukti melakukan tindak pidana dan apakah pelaku yg didakwakan itu dapat
dipersalahkan.11

Menurut Van Bammelen mengemukakan 3 fungsi hukum acara pidana,


yakni:
 Mencari dan menemukan kebenaran
 Pemberian keputusan oleh hakim
 Pelaksanaan keputusan.12

4. Sumber-sumber Hukum Acara Pidana


1) UUD 1945, Pasal 24 dan pasal 25: “kekuasaan kehakiman dilakukan oleh
Mahkamah Agung dan badan kehakiman lain menurut UU (Pasal 24 (1))
Syarat-syarat untuk menjadi dan untuk dihentikan sebagai hakim
ditetapkan dengan UU (Pasal 25).
2) UU, terdiri dari :
UU No. 8 tahun 1981 tentang KUHAP
UU Kepolisian No. 2 / 2002
UU Kejaksaan No. 16/ 2004
UU Advokat No.18 / 2003
UU kekuasaan kehakiman No.4 tahun 2004
UU No. 28/1997, tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kepolisian RI.
3) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Pokok Perbankan,
khususnya Pasal 37 jo. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998.
4) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi. Undang – Undang ini mengatur acara pidana khusus
untuk delik korupsi. Kaitannya dengan KUHAP ialah dalam Pasal 284
KUHAP. Undang - Undang tersebut dirubah dengan Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
5) Undang-Undang Nomor 5 (PNPS) Tahun 1959 Tentang Wewenang Jaksa
Agung/Jaksa Tentara Agung dan memperberat ancaman hukuman terhadap
tindak pidana tertentu.
10
Ibid.
11
Vfidi, Materi HAPidana, dalam http://pusathukum.blogspot.co.id, access 28 November 2016.
12
Ibid.

Page | 53
6) Undang –Undang Nomor 7 (drt) Tahun 1955 Tentang Pengusutan,
Penuntutan, dan Peradilan Tindak Pidana Ekonomi.
7) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 Tentang Pelaksanaan
KUHAP.13

13
Ardi Widayanto, Hukum Acara Pidana ,dalam http://hitamandbiru.blogspot.com, access 28
November 2016.

Page | 54

Anda mungkin juga menyukai