Anda di halaman 1dari 7

Perbedaan hukum acara pidana yang diterapkan

pada pidana umum dan pidana khusus

oleh :
Mahza Gilman Aziza (20131412)
Ilham Asror Nur Alam (20131409)
Hukum Keluarga Islam, STAINU Kota Tasikmalaya
mahza016@gmail.com , ilhamasrornuralam12@gmail.com

Abstrak
Artikel ini menyajikan hasil kajian mengenai perbedaan hukum acara pidana yang diterapkan pada
pidana khusus dan umum. Pada dasarnya, hukum acara pidana adalah kumpulan peraturan hukum
yang mengatur tentang bagaimana penegak hukum melaksanakan dan mempertahankan hukum
pidana dan untuk mencari kebenaran melalui alat alatnya dengan cara diperiksa di persidangan dan
diputus oleh hakim dengan menjalankan putusan tersebut. Akan tetapi hukum acara pidana memiliki
perbedaan pada penerapan hukum acara pidana khusus. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui
mengenai Perbedaan hukum acara pidana yang diterapkan pada pidana umum dan pidana khusus.
Penelitian ini menggunakan metode studi kepustakaan dari buku, jurnal dan internet di analisis
dengan deskripsi.
Kata Kunci : hukum acara pidana, pidana umum, pidana khusus

Abstract
This article presents the results of a study regarding the differences in criminal procedural law
applied to special and general crimes. Basically, criminal procedural law is a collection of legal
regulations that regulate how law enforcement implements and maintains criminal law and seeks the
truth through its tools by means of being examined in court and decided by a judge by carrying out
the decision. However, criminal procedural law has differences in the application of special criminal
procedural law. This study aims to find out about the differences in criminal procedural law applied
to general crimes and special crimes. This study uses the method of literature study from books,
journals and the internet in analysis with descriptions.
Keywords: criminal procedural law, general crime, special crime
PENDAHULUAN

A. Berbagai Definisi Hukum Acara Pidana


Yang dimaksud hukum acara pidana yaitu keseluruhan peraturan hukum yang
mengatur bagaimana caranya alat-alat penegak hukum melaksanakan dan
mempertahankan hukum pidana.1
Hukum acara atau Hukum Formal adalah peraturan hukum yang mengatur
tentang cara bagaimana mempertahankan dan menjalankan hukum materiil.
Fungsinya menyelesaikan masalah yang memenuhi norma-norma larangan hukum
materiil melalui suatu proses dengan
berpedomankankepadaperaturanyangdicantumkandalamhukumacara.2
Berbicara mengenai pengertian dan maksud dari hukum acara pidana, banyak
para tokoh serta para pakar hukum yang mengartikannya, di antaranya seperti:
1. Prof. Dr. Wirjono Prodjodikoro Peraturan yang mengatur tentang bagaimana cara
alat-alat perlengkapan pemerintah melaksanakan tuntutan, memperoleh Keputusan
Pengadilan, oleh siapa Keputusan Pengadilan itu harus dilaksanakan, jika ada
seseorang atau kelompok orang yang melakukan perbuatan pidana.
2. Menurut Van Bemellen Hukum acara pidana yaitu kumpulan ketetapan hukum
yang mengatur negara terhadap adanya dugaan terjadinya pelanggaran pidana, dan
untuk mencari kebenaran melalui alat-alatnya dengan cara diperiksa di
persidangan dan diputus oleh hakim dengan menjalankan putusan tersebut.
3. Menurut Van Apeldoorn Hukum acara pidana yaitu peraturan yang mengatur cara
begaimana pemerintah dapat menjaga kelangsungan pelaksanaan hukum pidana
materiil.
4. Menurut Bambang Poernomo Dalam arti sempit, hukum acara pidana yaitu
kumpulan peraturan tentang prosespelaksanaanhukumacara pidana, dandalamarti
luasnya yaitu kumpulan peraturan pelaksanaan hukum acara pidana ditambah
dengan peraturan lain yang berkaitan dengan itu. Dalam arti sangat luas, ditambah
lagi dengan peraturan tentang alternatif jenis pidana.
5. Menurut Simon Hukum acara pidana bertugas mengatur cara-cara negara dengan
alat perlengkapannya mempergunakan wewenangnya untuk memidana dan
menjatuhkan pidana.
6. Menurut Sudarto Hukum acara pidana adalah aturan-aturan yang memberikan
petunjuk apa yang harus dilakukan oleh pada penegak hukum dan pihak-pihak
lain yang terlibat didalamnya apabila ada persangkaan bahwa hukum pidana
dilanggar.
7. Menurut Seminar Nasional Pertama Tahun 1963 Hukum acara pidana adalah
norma hukum berwujud wewenang yang diberikan kepada negara untuk bertindak
adil, apabila ada prasangka bahwasanya hukum pidana dilanggar.

B. Tujuan Hukum Acara Pidana


1
Luhut M.P. Pangaribuan, Hukum Acara Pidana, cet. Ke-1, Jakarta, Djambatan, 2013, hlm. 76.
2
R. Abdoel Djamali, Pengantar Hukum Indonesia, PT Raja Grafindopersada, 2011, hlm 193
Timbulnya penemuan hukum baru dan pembentukan peraturan perundang-
undangan baru terutama sejak Pemerintah Orde Baru cukup menggembirakan dan
merupakan titik cerah dalam kehidupan hukum di Indonesia, termasuk di
dalamnya adalah disusunnya KUHAP. Apabila diteliti beberapa pertimbangan
yang menjadi alasan disusunnya KUHAP maka secara singkat KUHAP memiliki
lima tujuan sebagai berikut.3
1. Perlindungan atas harkat dan martabat manusia (tersangka atau terdakwa).
2. Perlindungan atas kepentingan hukum dan pemerintahan.
3. Kodifikasi dan unifikasi Hukum Acara Pidana.
4. Mencapai kesatuan sikap dan tindakan aparat penegak hukum.
5. Mewujudkan Hukum Acara Pidana yang sesuai dengan Pancasila dan
UUD 1945.
Dalam Pedoman Pelaksanaan KUHAP telah dirumuskan mengenai tujuan
Hukum Acara Pidana yakni “Untuk mencari dan mendapatkan atau setidak-
tidaknya mendekati kebenaran materiil, ialah kebenaran yang selengkap-
lengkapnya dari suatu perkara pidana dengan menerapkan ketentuan Hukum
Acara Pidana secara jujur dan tepat, dengan tujuan untuk mencari siapakah pelaku
yang dapat didakwakan melakukan suatu pelanggaran hukum, dan selanjutnya
meminta pemeriksaan dan putusan dari pengadilan guna menentukan apakah
terbukti bahwa suatu tindak pidana telah dilakukan dan apakah orang yang
didakwa itu dapat dipersalahkan.”

C. Penuntutan terhadap perkara anak dalam sistem peradilan pidana anak di indonesia
Penanganan perkara anak yang tidak dibedakan dengan perkara orang dewasa
dipandang tidak tepat karena sistem yang demikian akan merugikan kepentingan
anak yang bersangkutan. Anak yang mendapat tekanan ketika pemeriksaan
perkaranya sedang berlangsung akan mempengaruhi sikap mentalnya. Ia akan
merasa sangat ketakutan, merasa stres dan akibat selanjutnya ia menjadi pendiam
dan tidak kreatif. Dalam dirinya ia merasa dimarahi oleh pejabat pemeriksa dan
merasa pula dirinya dijauhi oleh masyarakat. Hal ini yang sangat merugikan
kepentingan anak, jangan sampai nantinya setelah perkaranya selesai atau kembali
ke masyarakat setelah menjalani masa hukuman, anak menjadi bertambah
kenakalannya. Jangan sampai si anak yang pernah tersangkut perkara pidana tidak
dapat bergaul dengan baik, sehingga tidak dapat mengabdikan diri kepada nusa
dan bangsa.4
Oleh karena itu dalam menangani perkara anak terutama bagi para petugas
hukum diperlukan perhatian khusus, pemeriksaannya atau perlakuannya tidak
dapat disama ratakan dengan orang dewasa, perlu dengan pendekatanpendekatan
tertentu sehingga si anak yang diperiksa dapat bebas dari rasa ketakutan dan rasa
aman.5

3
Romli Atmasasmita, Sistem Peradilan Pidana Kontemporer, Prenada Media Group, Jakarta, 2010, hlm. 35
4
Gatot Supramono, Op.Cit, hal. 10-11
5
Ibid, hal. 11
Hubungan antara Undang-undang Pengadilan Anak dengan KUHAP (UU No,
8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana) dan KUHP (Kitab Undang-undang
Hukum Pidana), merupakan hubungan khusus dan hukum umum. Undang-undang
Pengadilan Anak sebagai hukum kusus (lex spesialis), sedang KUHAP dan KUHP
merupakan hukum umum (lex generalis). Sebagai hukum khusus Undang-undang
Pengadilan Anak di dalamnya telah mengatur secara khusus tentang hukum acara
dari tingkat penyidikan samapai dengan bagaimana cara pemeriksaan di muka
pengadilan. Selain itu Undang-undang Pengadilan Anak juga mengatur secara
khusus tentang ketentuan pidana materil. Mengenai ketentuan pidana materil
tersebut dalam Undang-undang Pengadilan Anak ternyata telah mencabut
ketentuan Pasal 45, Pasal 46 dan Pasal 47 KUHP, sehingga sekarang ketentuan-
ketentuan tersebut sudah tidak berlaku lagi.6
Pada setiap badan peradilan mempunyai kekuasaan dan wewenang masing-
masing di dalam tugasnya menyelesaikan perkara sedang istilah “pengadilan”
pengertiannya lebih mengacu kepada fungsi badan peradilan, karena suatu badan
peradilan fungsinya menyelenggarakan pengadilan untuk memeriksa dan
mengadili perkaraperkara yang diajukan kepadanya.7
Pada hakikatnya, Penuntut Umum Anak ditetapkan berdasarkan Surat
Keputusan Jaksa Agung atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Jaksa Agung dengan
terlebih dahulu memenuhi syarat telah berpengalaman sebagai Penuntut Umum
tindak pidana yang dilakukan oleh orang dewasa serta mempunyai minat,
perhatian, dedikasi dan memahami masalah anak kemudian dalam hal-hal tertentu
dan dipandang perlu tugas penuntutan tersebut dapat dibebankan kepada Penuntut
Umum yang dilakukan oleh orang dewasa (Pasal 53 ayat (1), (2), (3) UU 3/1997).8
Penuntutan dikaitkan dengan prapenuntutan terlihat adanya hubungan yang
erat antara jaksa penuntut umum dengan pihak penyidik dalam penanganan kasus
pidana. Jaksa penuntut umum berwenang mengembalikan berkas perkara kepada
penyidik dengan tujuan penyempurnaan penyidikan yang disebut dengan
prapenuntutan. Tugas penyidik selesai apabila berkas perkara dinyatakan sudah
lengkap (telah diterbitkan PK 21), berakhirlah masa prapenuntutan beralih
menjadi penuntutan. Hubungan jaksa penuntut umum sejak penuntutan adalah
dengan hakim dalam penyidangan perkara. Setelah penuntut umum menerima atau
menerima kembali hasil penyidikan yang lengkap dari penyidik, penuntut umum
segera menentukan apakah berkas perkara sudah memenuhi persyaratan untuk
dapat atau tidak dilimpahkan ke pengadilan (Pasal 139 KUHAP). Dalam hal
penuntut umum berpendapat dari hasil penyidikan dapat dilakukan penuntutan, ia
dalam waktu secepatnya membuat surat dakwaan sebagaimana diatur dalam Pasal
140 ayat (1) KUHAP. Dalam hal penuntut umum memintakan untuk
menghentikan penuntutan karena tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa
tersebut ternyata bukan merupakan tindak pidana atau perkara ditutup demi

6
Ibid, hal. 13
7
Ibid, hal. 16
8
Lilik Mulyadi, Op.Cit, hal. 34
hukum, penuntut umum menuangkan hal tersebut dalam surat ketetapan
sebagaimana diatur dalam Pasal 140 ayat 2a KUHAP.
Penghentian penuntutan termasuk wewenang penuntutan sebagaimana
tercantum dalam Pasal 14 KUHAP huruf (h) yang berbunyi: “ penuntut umum
berwenang menutup perkara demi kepentingan hukum akan tetapi dalam praktik
ada kengganan atau keragu-raguan bagi jaksa penuntut umum melakukan
penghentian penuntutan dihubungkan dengan ‘surat pemberitahuan hasil
penyelidikan sudah lengkap’ yang sesuai dengan format formulir P.21 (Surat
pemberitahuan hasil penyidikan sudah lengkap). Ada sebagian jaksa berpendapat
dengan dikeluarkannya P.21 berkas perkara harus dilimpahkan ke pengadilan
untuk disidangkan. Anggapan/pendapat demikian adalah keliru.

KESIMPULAN
Hukum acara pidana yaitu keseluruhan peraturan hukum yang mengatur
bagaimana caranya alat-alat penegak hukum melaksanakan dan mempertahankan
hukum pidana dan Hukum Acara Pidana tujuan yaitu : Perlindungan atas harkat
dan martabat manusia (tersangka atau terdakwa). Perlindungan atas kepentingan
hukum dan pemerintahan. Kodifikasi dan unifikasi Hukum Acara Pidana.
Mencapai kesatuan sikap dan tindakan aparat penegak hukum. Dan mewujudkan
Hukum Acara Pidana yang sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945. Dan
Penuntutan terhadap perkara anak dalam sistem peradilan pidana anak di
Indonesia dilakukan oleh Penuntut Umum yang ditetapkan berdasarkan Keputusan
Jaksa Agung atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Jaksa Agung. Syarat untuk dapat
ditetapkan sebagai Penuntut Umum, yaitu: telah berpengalaman sebagai penuntut
umum, mempunyai minat, perhatian, dedikasi, dan memahami masalah Anak; dan
telah mengikuti pelatihan teknis tentang peradilan Anak. Dalam hal belum
terdapat Penuntut Umum yang memenuhi persyaratan sebagaimana maka tugas
penuntutan dilaksanakan oleh penuntut umum yang melakukan tugas penuntutan
bagi tindak pidana yang dilakukan oleh orang dewasa. Penuntut umum yang
ditunjuk sekurang-kurangnya memahami masalah Anak.

DAFTAR PUSTAKA
Luhut M.P. Pangaribuan. 2013. Hukum Acara Pidana, cet. Ke-1, Jakarta, Djambatan.
Tersedia : https://repository.uir.ac.id. Di unduh : 15 November 2022.
Mulyadi Lilik. 2005. Pengadilan Anak di Indonesia, CV. Mandar Maju. Cetakan I. Bandung.
https://media.neliti.com. Di unduh : 15 November 2022.
Supramono Gatot. 2000. Hukum Acara Pengadilan Anak, Djambatan, Jakarta.
https://media.neliti.com. Di unduh : 15 November 2022.
R. Abdoel Djamali. 2011. Pengantar Hukum Indonesia, PT Raja Grafindopersada.
Tersedia : https://repository.uir.ac.id. Di unduh : 15 November 2022.
Romli Atmasasmita. 2010. Sistem Peradilan Pidana Kontemporer, Prenada Media Group,
Jakarta. Tersedia : https://repository.uir.ac.id. Di unduh : 15 November 2022.

Putusan PN JAKARTA PUSAT Nomor 130/PID.SUS/TPK/2017/PN.JKT.PST


Tanggal 24 April 2018 — Pidana Korupsi - SETYA NOVANTO

Nomor 130/PID.SUS/TPK/2017/PN.JKT.PST
Tingkat Proses Pertama
Klasifikasi Pidana Khusus Korupsi
Kata Kunci
Tahun 2018
Tanggal Register 6 Desember 2017
Lembaga Peradilan PN JAKARTA PUSAT
Jenis Lembaga Peradilan PN
Hakim Ketua Yanto
Hakim Anggota Frangki Tambuwun, Emilia Djajasubagia, Sukartono,
Sebagai Hakim Anggota, Anwar, Hakimhakim Ad Hoc
Panitera Roma Siallagan, Martin Turnip, Yuris Detiawan
Amar Lain-lain
Amar Lainnya HUKUM
Catatan Amar M E N G A D I L I :1. Menyatakan Terdakwa Setya
Novanto telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah
melakukan tindak pidana ? Korupsi yang dilakukan secara
bersama-sama ? sebagaimana dalam Dakwaan Kedua;2.
Menjatuhkan pidana oleh karena itu terhadap Terdakwa
Setya Novanto dengan pidana penjara selama 15 ( lima
belas ) tahun dan pidana denda sebesar Rp500.000.000.00
(lima ratus juta rupiah), dengan ketentuan apabila pidana
denda tersebut tidak dibayar, maka diganti dengan pidana
kurungan selama 3 (tiga ) bulan;3. Menetapkan masa
penahanan yang telah dijalani oleh Terdakwa dikurangkan
seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan.4. Menetapkan
Terdakwa tetap berada dalam tahanan;5. Menghukum agar
Terdakwa untuk membayar uang pengganti sebesar
USD7.300,000 (tujuh juta tiga ratus ribu Dolar Amerika)
dikurangi sebesar Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)
yang telah dititipkan oleh Terdakwa kepada Penyidik
Komisi Pemberantasan Korupsi, dengan ketentuan apabila
tidak membayar dalam waktu 1 (satu) bulan sesudah
putusan Pengadilan memperoleh kekuatan hukum tetap,
maka harta benda Terdakwa Setya Novanto akan disita dan
dilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut, dalam
hal Terdakwa tidak mempunyai harta benda yang
mencukupi untuk membayar uang pengganti tersebut,
maka Terdakwa dipidana dengan pidana penjara selama 2 (
dua ) tahun.6. Menjatuhkan pidana tambahan berupa
mencabut hak Terdakwa untuk menduduki dalam jabatan
publik selama 5 (lima ) tahun terhitung sejak terpidana
selesai menjalani masa pemidanaan.
Tanggal Musyawarah 17 April 2018
Tanggal Dibacakan 24 April 2018

Putusan PN MEDAN Nomor 907/Pid.B/2020/PN Mdn


Tanggal 1 Juli 2020 — - ZURAIDA HANUM
Nomor 907/Pid.B/2020/PN Mdn
Tingkat Proses Pertama
Klasifikasi Pidana Umum
Kata Kunci
Tahun 2020
Tanggal Register 20 Maret 2020
Lembaga Peradilan PN MEDAN
Jenis Lembaga Peradilan PN
Hakim Ketua Erintuah Damanik
Hakim Anggota Immanuel, Dahlia Panjaitan
Panitera Kalep Rumanus Tarigan, Deni Syafrianto
Amar Lain-lain
Amar Lainnya - HUKUM
Catatan Amar - Menyatakan terdakwa Zuraida Hanum, telah terbukti secara sah
dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana Pembunuhan
BerencanaYang Dilakukan Secara Bersama-Sama, sebagaimana
didakwakan dalam Dakwaan Primair Penuntut
Umum ;Menjatuhkan pidana kepada terdakwaZuraida Hanumoleh
karena itu dengan PIDANA MATI;Memerintahkan Terdakwa tetap
berada dalam tahanan;Menetapkan barang bukti berupa:
Tanggal Musyawarah 29 Juni 2020
Tanggal Dibacakan 1 Juli 2020

Anda mungkin juga menyukai