4 SKS
Jakarta, 04 – 25 Maret 2021
Dosen Pengampu :
Judistira Yusticia.S.H.,M.H.
DESKRIPSI MATA KULIAH
1 Tugas 40
individu/kelompok/
dan KUIS
2 Ujian Tengah 30
Semester
3 Ujian Semester 30
Jumlah 100
PEMBAGIAN HUKUM PIDANA
HUKUM HUKUM
PIDANA MATERIIL PIDANA
Hukum Pidana
Dalam Arti Luas
MEMPERTAHANKAN
4
Fakta pada diri mereka masing-masing..!!
7
Tujuan Hukum Acara Pidana
Untuk mencari dan mendapatkan kebenaran
materill (mendekati), yaitu kebenaran yang
selengkap-lengkap nya dari suatu perkara
pidana dengan menerapkan ketentuan acara
pidana secara jujur dan tepat
Sehingga diperoleh pelaku yang dapat didakwa
melakukan suatu pelanggaran hukum pidana
Untuk selanjutnya meminta pemeriksaan dan
putusan dari pengadilan apakah pelaku
tersebut dapat dipersalahkan dan dimintai
pertanggungjawaban pidana nya.
FUNGSI HUKUM ACARA PIDANA
Fungsi Represif
HAPID dipergunakan untuk melakukan tindakan2
terhadap perilaku menyimpang atau perbuatan yang
bertentangan dengan undang2, mis: Penyelidikan,
Penyidikan, Penuntutan, dan Pemidanaan
Fungsi Preventif
HAPID dipergunakan untuk menjamin
terlaksananya perlindungan hukum dan HAM
dari para pihak, melalui tindakan2 administratif
9
Fungsi Hukum Acara Pidana:
Sebagai sarana untuk
melaksanakan ketentuan-
ketentuan hk pidana (Prof
Moeljatno, SH).
Sebagai sarana dalam rangka
penegakan hukum dan keadilan
dalam mewujudkan kehidupan yg
tertib dan tenteram dlm
masyarakat. (Bismar Siregar, SH).
Sejarah Perkembangan Hukum
Acara Pidana di Indonesia
1838 Belanda merdeka dari Prancis
RVJ
Landraad
Tujuan perubahan IR menjadi HIR :
Psikiatri,
Logika psikologis criminalistik kriminologi DLL
Asas-asas Hukum Acara Pidana.
1. Asas Legalitas
2. Asas Unifikasi
3. Asas Keseimbangan
4. Asas Persamaan di Muka Hukum
5. Asas Praduga Tak Bersalah
6. Asas Rehabilitasi atau Ganti Rugi
7. Asas Peradilan Sederhana, Cepat, Biaya Ringan
8. Asas Memperoleh bantuan hukum seluas-luasnya
9. Asas Wajib diberi tahu dakwaan dan dasar hukum dakwaan
10.Asas Pengadilan memeriksa perkara pidana dengan hadirnya
terdakwa
11.Asas Keterbukaan
12.Asas Oportunitas
13.Asas Akusator dan Inkisitor (Accusatorir dan Inquisitoir)
14.Asas Pembatasan Penahanan
15.Asas penggabungan pidana dg tuntutan ganti rugi
16.Asas Diferensiasi Fungsional
17.Asas Saling Koordinasi
Asas Legalitas
Bahwa negara RI adl neg hk yg berdasarkan Pancasila & UUD 45 yg menjunjung tinggi
HAM serta yg menjamin segala warga negara bersamaan kedudukannya di dlm hukum
dan pemerintahan itu tdk ada kecualinya.(Konsideran KUHAP huruf c.)
Bahwa pelaksanaan penerapan KUHAP dalam setiap tindakan para penegak hukum hrs:
1. Berdasarkan ketentuan hukum dan Undang-undang.
2. Menempatkan kepentingan hukum dan perUUan di atas
segala-galanya
Ditinjau dari segi teknis yuridis atau dari segi teknis penyidikan
dinamakan “prinsip akusatur (accusatury procedure / accusatorial
system)” yakni:
1. Menempatkan tersangka / terdakwa dalam setiap jenjang pemeriksaan sebagai
subyek dan bukan sebagai obyek pemeriksaan, sebagai tersangka / terdakwa
harus diperlakukan sebagai layaknya manusia yang mempunyai harkat,
martabat, dan harga diri.
2. Yang menjadi obyek dalam pemeriksaan adalah kesalahan / tindak pidana yang
dilakukan tersangka / terdakwa.
Asas Ganti Rugi & Rehabilitasi
Kepada seorang yang ditangkap, ditahan, dituntut ataupun diadili tanpa alasan
yang berdasarkan undangundang dan atau karena kekeliruan mengenai orangnya
atau hukum yang diterapkan wajib diberi ganti kerugian dan rehabilitasi sejak
tingkat penyidikan dan para pejabat penegak hukum, yang dengan sengaja atau
karena kelalaiannya menyebabkan asas hukum tersebut dilanggar, dituntut,
dipidana dan atau dikenakan hukuman administrasi. (Penjelasan Umum angka
3d KUHAP dan Pasal 9 UU 48/2009)
Pasal 95-97 KUHAP :
Pasal 95 (Ganti Rugi)
Ganti rugi dpt dilakukan oleh tersangka, terdakwa, maupun terpidana atas akibat
adanya penangkapan, penahanan, penuntutan, dan pengadilan serta tindakan lain
yang:
1. Tanpa alasan yg berdasarkan UU
2. Kekeliruan atas orang
3. Kekeliruan hukum yg diterapkan Tuntutan ganti rugi diajukan mll sidang
praperadilan
Pasal 97 KUHAP (Rehabilitasi)
Pasal 50 KUHAP
“Guna kepentingan pembelaan, tersangka atau terdakwa berhak
mendapat bantuan hukum dari seorang atau lebih penasihat
hukum selama dalam waktu dan pada setiap tingkatan pemeriksaan,
menurut tata cara yang ditentukan dalam undang-undang ini.”
Asas Wajib diberi tahu dakwaan dan dasar
hukum dakwaan
“Asas Miranda Rule”
Kepada seorang tersangka, sejak saat dilakukan penangkapan dan
atau penahanan selain wajib diberitahu dakwaan dan dasar
hukum apa yang didakwa, kepadanya, juga wajib diberitahu
haknya itu termasuk hak untuk menghubungi dan minta bantuan
penasihat hukum. (PU angka 3g, 155 (2) b KUHAP)
Asas Pengadilan memeriksa perkara
pidana dengan hadirnya terdakwa
Pengadilan memeriksa perkara pidana dengan hadirnya
terdakwa (PU angka 3h, 154, 155 KUHAP dan 12 UU 48 Tahun
2009)
Pasal 196 ayat (1) KUHAP” :
”Pengadilan memutus perkara dengan hadirnya terdakwa
kecuali dalam hal undang-undang ini menentukan lain”.
Surat Edaran Mahkamah Agung No. 6 Tahun 1988
tentang Penasehat Hukum atau Pengacara yang Menerima Kuasa
dari Terdakwa/Terpidana "In Absentia"
memerintahkan hakim untuk menolak penasihat hukum/pengacara
yang mendapat kuasa dari terdakwa yang sengaja tidak mau hadir
dalam pemeriksaan pengadilan sehingga dapat menghambat
jalannya pemeriksaan pengadilan dan pelaksanaan putusannya.
Asas Keterbukaan
Sidang pemeriksaan pengadilan adalah terbuka untuk
umum kecuali dalam hal yang diatur dalam undang-
undang. (PU angka 3 huruf i, 153 (3) (4) KUHAP dan Pasal 13
UU 48 Tahun 2009)
Pembatasan penahanan
penggabungan pidana dg
tuntutan ganti rugi
diferensiasi fungsional
saling koordinasi
Hubungan KUHAP dengan ketentuan dalam
Hukum Pidana Khusus.
Seiring dengan perkembangan dan kemajuan zaman tumbuh pula
tindak pidana baru. Perkembangan tersebut menuntut adanya
pembaharuan hukum pidana baik materiil dan formil (hukum acara
pidana) sehingga Hukum acara pidana perlu menyesuaikan diri
dengan perkembangan hukum pidana materiil. Sedangkan hukum
pidana materiil terus berkembang seiring dengan perubahan
Ruang Lingkup Tindak Pidana Khusus