Anda di halaman 1dari 38

HUKUM ACARA PIDANA

4 SKS
Jakarta, 04 – 25 Maret 2021

Dosen Pengampu :
Judistira Yusticia.S.H.,M.H.
DESKRIPSI MATA KULIAH

Tujuan mata kuliah Hukum acara pidana ialah


untuk membekali mahasiswa dengan
pengetahuan, Pemahaman, praktik terkait
penanganan perkara pidana berdasarkan
Hukum Acara Pidana Indonesia
KOMPONEN PENILAIAN

No Jenis Komponen Bobot (%)

1 Tugas 40
individu/kelompok/
dan KUIS
2 Ujian Tengah 30
Semester
3 Ujian Semester 30
Jumlah 100
PEMBAGIAN HUKUM PIDANA

HUKUM HUKUM
PIDANA MATERIIL PIDANA
Hukum Pidana
Dalam Arti Luas

MEMPERTAHANKAN

HUKUM PIDANA HUKUM


FORMIL ACARA
PIDANA

4
Fakta pada diri mereka masing-masing..!!

•Hukum Pidana = Aturan mengenai Perbuatan


Pidana dan Pertanggung jawaban Pidana (Hukum
Pidana Materill/substantive)

•Hukum Acara Pidana = mengenai bagaimana


cara / prosedur untuk menuntut orang yang
disangka melakukan pelanggaran hukum pidana
(hukum Pidana formal).

Kesimpulan dari hubungan mereka berdua..???


Hukum Materill – Hukum Formil
Definisi Hukum Acara Pidana
Simon : Hukum pidana formil : mengatur bagaimana
caranya Negara dengan perantaraan alat-alat kekuasaanya
menggunakan haknya untuk menghukum dan menjatuhkan
hukuman, dengan demikian ia memuat acara pidana

Van hamel : hukum pidana formil adalah menunjukkan


bentuk-bentuk dan jangka-jangka waktu yang mengikat
pemberlakuan hukum pidana material

L.J. Van Apeldoorn : Hukum acara pidana adalah


mengatur cara pemerintah menjaga kelangsungan
pelaksanaan hukum pidana material.

Andi Hamzah. : Hukum acara pidana merupakan bagian


dari hukum pidana dalam arti yang luas. Hukum pidana
dalam arti yang luas meliputi baik hukum pidana
substantive (materiil) maupun hukm pidana formal atau
hukum acara pidana.
PENGERTIAN SECARA UMUM
Hukum Acara Pidana /HAPID:
Kumpulan peraturan yang dipergunakan
untuk mempertahankan hak dan
menjalankan kewajiban dalam proses
peradilan pidana oleh institusi penegak
hukum (polisi, jaksa, hakim & advokat) dalam
rangka menegakan hukum pidana materiil.

7
Tujuan Hukum Acara Pidana
 Untuk mencari dan mendapatkan kebenaran
materill (mendekati), yaitu kebenaran yang
selengkap-lengkap nya dari suatu perkara
pidana dengan menerapkan ketentuan acara
pidana secara jujur dan tepat
 Sehingga diperoleh pelaku yang dapat didakwa
melakukan suatu pelanggaran hukum pidana
 Untuk selanjutnya meminta pemeriksaan dan
putusan dari pengadilan apakah pelaku
tersebut dapat dipersalahkan dan dimintai
pertanggungjawaban pidana nya.
FUNGSI HUKUM ACARA PIDANA
Fungsi Represif
HAPID dipergunakan untuk melakukan tindakan2
terhadap perilaku menyimpang atau perbuatan yang
bertentangan dengan undang2, mis: Penyelidikan,
Penyidikan, Penuntutan, dan Pemidanaan

Fungsi Preventif
HAPID dipergunakan untuk menjamin
terlaksananya perlindungan hukum dan HAM
dari para pihak, melalui tindakan2 administratif

9
Fungsi Hukum Acara Pidana:
 Sebagai sarana untuk
melaksanakan ketentuan-
ketentuan hk pidana (Prof
Moeljatno, SH).
 Sebagai sarana dalam rangka
penegakan hukum dan keadilan
dalam mewujudkan kehidupan yg
tertib dan tenteram dlm
masyarakat. (Bismar Siregar, SH).
Sejarah Perkembangan Hukum
Acara Pidana di Indonesia
 1838  Belanda merdeka dari Prancis

 1747  VOC telah membuat aturan sendiri bagi


Hindia Belanda

 Penerapan Asas Konkordansi, pro (legisme)-kontra

 GubJen Rochussen : Suatu keharusan untuk


membuat peraturan pengadilan yang terpisah bagi
masing-masing golongan penduduk, dikarenakan
perbedaan kecerdasan, dan Bumiputera
membutuhkan peraturan yang lebih sederhana.

 Hindia Belanda dalam posisi dijajah,memudahkan


urusan hukum di wilayah jajahan.
Hukum Acara Pidana masa IR dan HIR

 Inlandsch Reglement (IR) berlaku sejak 1 Mei


1848 sebagai hukum acara pidana dan perdata
bagi Bumiputera  Landraad

 Reglement op de Strafvordering (RR) dan


Reglement op de Rechsvordering (RS) bagi
Gol.Eropa  Raad Van Justitie.
Hoggerecht

RVJ

Landraad
Tujuan perubahan IR menjadi HIR :

 Agar penyesuaian peraturan IR dengan


peraturan yang berlaku bagi orang eropa,
dengan mempertahankan sifat
kesederhanaan dari acara yang berlaku bagii
Landraad
 Kenyataan nya IR dan HIR masih diterapkan

bersamaan. Bandung, Batavia, Semarang,


Malang (HIR), IR di kota-kota lain
 Institusi Pengadilan terbagi dua :

1. Raad Van Justitie  Kootoo Hooin (PT)


2. Hooggerechtshof  Saikon Hooin (MA)
Hukum Acara masa Penjajahan Jepang

 UU No.14 tahun 1942, putusan hakim, surat


pemeriksaan, surat resmi yang belum
ditandatangani tidak berlaku, sedangkan yang
sudah berlaku tetap dan sudah ditandatangani tapi
belum diumumkan dianggap sah.
 Landraad  Tihoon Hooin (PN)

 Landgerecht  Keizai Hooin (P.Kepolisian)


 Regentschpsgerecht  Ken Hooin (P.Kabupaten)
 Districtsgerecht  Gun Hooin (P. Kewedanaan)
Hukum Acara Pidana menurut
UU DRT No.1 tahun 1951
 Maksud pembentukan : mengadakan unifikasi susunan kekuasaan
dan acara semua Pengadilan Negeri dan Tinggi yang merupakan
pelaksanaan dari Pasal 102 UUDS
 Berisikan 20 Pasal, Aturan Peralihan 4 hal :

◦ Penghapusan beberapa Pengadilan pada masa invasi Belanda &


Jepang.
◦ Penghapusan pengadilan Swapraja /keresidenan dan pengadilan
adat
◦ Melanjutkan pengadilan agama dan peradilan desa
◦ Pembentukan pengadilan negeri dan kejaksaan di tempat
dimana dihapuskan nya pengadilan negara (Landregerecht),
serta pembentukan Pengadilan Tinggi di Makasar dan
pemindahan pengadilan Tinggi Jogya dan Bukit Tinggi ke
Surabaya dan Medan
Kesimpulan mengenai Sejarah Hukum
Acara Pidana yaitu :
 Dengan penghapusan institusi-institusi tersebut,
PN saja yang berkuasa memeriksa perkara
pidana dan perdata pada tingkat pertama.
 Peraturan yang menjadi dasar bagi pelaksanaan

hukum acara pidana di lingkungan peradilan


umum, (sebelum KUHAP) adalah Reglement
Indonesia (HIR) staatsblad No.44 tahun 1941
 Tanggal 31 Desember 1981 UU No.76 tahun

1981 Ttg Hukum Acara Pidana diundangkan


dalam lembar negara No.3209 menggantikan
Dasar Hukum Acara Pidana UU DRT No.1 tahun
1951.
Ilmu Pengetahuan Pembantu
Hukum Acara Pidana

Bertugas mengungkap kebenaran yang


utuh/selengkapnya

Psikiatri,
Logika psikologis criminalistik kriminologi DLL
Asas-asas Hukum Acara Pidana.
1. Asas Legalitas
2. Asas Unifikasi
3. Asas Keseimbangan
4. Asas Persamaan di Muka Hukum
5. Asas Praduga Tak Bersalah
6. Asas Rehabilitasi atau Ganti Rugi
7. Asas Peradilan Sederhana, Cepat, Biaya Ringan
8. Asas Memperoleh bantuan hukum seluas-luasnya
9. Asas Wajib diberi tahu dakwaan dan dasar hukum dakwaan
10.Asas Pengadilan memeriksa perkara pidana dengan hadirnya
terdakwa
11.Asas Keterbukaan
12.Asas Oportunitas
13.Asas Akusator dan Inkisitor (Accusatorir dan Inquisitoir)
14.Asas Pembatasan Penahanan
15.Asas penggabungan pidana dg tuntutan ganti rugi
16.Asas Diferensiasi Fungsional
17.Asas Saling Koordinasi
Asas Legalitas
Bahwa negara RI adl neg hk yg berdasarkan Pancasila & UUD 45 yg menjunjung tinggi
HAM serta yg menjamin segala warga negara bersamaan kedudukannya di dlm hukum
dan pemerintahan itu tdk ada kecualinya.(Konsideran KUHAP huruf c.)
Bahwa pelaksanaan penerapan KUHAP dalam setiap tindakan para penegak hukum hrs:
1. Berdasarkan ketentuan hukum dan Undang-undang.
2. Menempatkan kepentingan hukum dan perUUan di atas
segala-galanya

Penangkapan, panahanan, penggeledahan dan


penyitaan hanya dilakukan berdasarkan perintah
tertulis oleh pejabat yang diberi wewenang oleh
undang-undang dan hanya dalam hal dan dengan cara
yang diatur dengan undang-undang (Penjelasan Umum angka 3b, Pasal
15-19 KUHAP dan Pasal 7 UU 48/2009)
Asas Unifikasi
Bahwa demi pembangunan di bidang hukum sebagaimana termaktub dalam
Garis-garis Besar Haluan Negara (Ketetapan Majelis
Permusyawaratan .Rakyat Republik Indonesia Nomor IV/MPR/1978) perlu
mengadakan usaha peningkatan dan penyempurnaan pembinaan hukum
nasional dengan mengadakan pembaharuan kodifikasi serta unifikasi
hukum dalam rangkuman pelaksanaan secara nyata dari Wawasan Nusantara;
(Konsideran KUHAP huruf b.)
Asas Keseimbangan
Bahwa dlm setiap upaya penegakan hukum harus selalu mengusahakan
keseimbangan antara : (Konsideran KUHAP huruf c.)

Perlindungan terhadap kepentingan dan


ketertiban masyarakat.

Perlindungan terhadap harkat dan


martabat manusia
Asas Persamaan di Muka Hukum

Perlakuan yang sama atas diri setiap orang di


muka hukum dengan tidak mengadakan
pembedaan perlakuan.
(Penjelasan Umum (PU) angka 3a KUHAP, & Pasal 4 (1) UU 48/2009).
Asas Praduga Tak Bersalah
(Presumtion of innocent)
Setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut dan atau
dihadapkan di muka sidang pengadilan, wajib dianggap tidak bersalah
sampai adanya putusan pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan
memperoleh kekuatan hukum tetap.
(Penjelasan Umum angka 3c KUHAP dan pasal 8 (1) UU 48/2009)

Ditinjau dari segi teknis yuridis atau dari segi teknis penyidikan
dinamakan “prinsip akusatur (accusatury procedure / accusatorial
system)” yakni:
1. Menempatkan tersangka / terdakwa dalam setiap jenjang pemeriksaan sebagai
subyek dan bukan sebagai obyek pemeriksaan, sebagai tersangka / terdakwa
harus diperlakukan sebagai layaknya manusia yang mempunyai harkat,
martabat, dan harga diri.
2. Yang menjadi obyek dalam pemeriksaan adalah kesalahan / tindak pidana yang
dilakukan tersangka / terdakwa.
Asas Ganti Rugi & Rehabilitasi
Kepada seorang yang ditangkap, ditahan, dituntut ataupun diadili tanpa alasan
yang berdasarkan undangundang dan atau karena kekeliruan mengenai orangnya
atau hukum yang diterapkan wajib diberi ganti kerugian dan rehabilitasi sejak
tingkat penyidikan dan para pejabat penegak hukum, yang dengan sengaja atau
karena kelalaiannya menyebabkan asas hukum tersebut dilanggar, dituntut,
dipidana dan atau dikenakan hukuman administrasi. (Penjelasan Umum angka
3d KUHAP dan Pasal 9 UU 48/2009)
Pasal 95-97 KUHAP :
Pasal 95 (Ganti Rugi)
Ganti rugi dpt dilakukan oleh tersangka, terdakwa, maupun terpidana atas akibat
adanya penangkapan, penahanan, penuntutan, dan pengadilan serta tindakan lain
yang:
1. Tanpa alasan yg berdasarkan UU
2. Kekeliruan atas orang
3. Kekeliruan hukum yg diterapkan Tuntutan ganti rugi diajukan mll sidang
praperadilan
Pasal 97 KUHAP (Rehabilitasi)

1. Rehabilitasi dpt diajukan oleh seseorang yg diputus bebas


atau lepas dari segala tuntutan hukum atas putusan
pengadilan yg tlh incracht.
2. Permintaan rehabilitasi tersangka atas penangkapan atau
penahanan tanpa alasan yg berdasarkan UU, atau
kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yg diterapkan,
yg tdk diajukan ke PN, diputus melalui sidang diterapkan,
yg tdk diajukan ke PN, diputus melalui sidang praperadilan
(Psl 97 ayat 3)
Asas Peradilan sederhana, cepat
dan biaya ringan
Peradilan yang harus dilakukan dengan cepat, sederhana dan biaya ringan serta
bebas, jujur dan tidak memihak harus diterapkan secara konsekuen dalam
seluruh tingkat peradilan. (Penjelasan Umum angka 3e KUHAP dan
Pasal 2 (4) UU 48/2009).
Pasal 50 KUHAP
Setiap tersangka / terdakwa berhak :
1. Segera mendapat pemeriksaan dari penyidik
2. Segera diajukan kpd penuntut umum oleh penyidik
3. Segera diajukan ke pengadilan oleh penuntut umum
4. Segera diadili oleh pengadilan

Permasalahan ialah KUHAP tdk mengatur sanksi apabila


ketentuan spt dlm psl 50 di atas dilanggar
Asas Memperoleh bantuan hukum
seluas-luasnya
Setiap orang yang tersangkut perkara wajib diberi kesempatan
memperoleh bantuan hukum yang sematamata diberikan untuk
melaksanakan kepentingan pembelaan atas dirinya. (Penjelasan
Umum angka 3f, Pasal 69-74 KUHAP).

Pasal 50 KUHAP
“Guna kepentingan pembelaan, tersangka atau terdakwa berhak
mendapat bantuan hukum dari seorang atau lebih penasihat
hukum selama dalam waktu dan pada setiap tingkatan pemeriksaan,
menurut tata cara yang ditentukan dalam undang-undang ini.”
Asas Wajib diberi tahu dakwaan dan dasar
hukum dakwaan
“Asas Miranda Rule”
Kepada seorang tersangka, sejak saat dilakukan penangkapan dan
atau penahanan selain wajib diberitahu dakwaan dan dasar
hukum apa yang didakwa, kepadanya, juga wajib diberitahu
haknya itu termasuk hak untuk menghubungi dan minta bantuan
penasihat hukum. (PU angka 3g, 155 (2) b KUHAP)
Asas Pengadilan memeriksa perkara
pidana dengan hadirnya terdakwa
Pengadilan memeriksa perkara pidana dengan hadirnya
terdakwa (PU angka 3h, 154, 155 KUHAP dan 12 UU 48 Tahun
2009)
Pasal 196 ayat (1) KUHAP” : 
”Pengadilan memutus perkara dengan hadirnya terdakwa
kecuali dalam hal undang-undang ini menentukan lain”.
 
Surat Edaran Mahkamah Agung No. 6 Tahun 1988
tentang Penasehat Hukum atau Pengacara yang Menerima Kuasa
dari Terdakwa/Terpidana "In Absentia" 
memerintahkan hakim untuk menolak penasihat hukum/pengacara
yang mendapat kuasa dari terdakwa yang sengaja tidak mau hadir
dalam pemeriksaan pengadilan sehingga dapat menghambat
jalannya pemeriksaan pengadilan dan pelaksanaan putusannya.
Asas Keterbukaan
Sidang pemeriksaan pengadilan adalah terbuka untuk
umum kecuali dalam hal yang diatur dalam undang-
undang. (PU angka 3 huruf i, 153 (3) (4) KUHAP dan Pasal 13
UU 48 Tahun 2009)

keterbukaan dari suatu proses peradilan diperlukan guna menjamin


objektivitas dari pemeriksaan itu sendiri.

Pasal 153 ayat (4) KUHAP :


Tidak dipenuhinya ketentuan dalam ayat (2) dan ayat (3)
mengakibatkan batalnya putusan demi hukum.
Asas Oportunitas
asas “oportunitas” dalam tuntutan pidana itu artinya
Badan Penuntut Umum memiliki wewenang tidak
melakukan suatu penuntutan atas pertimbangan demi
kepentingan umum.
Asas Akusator dan Inkisitor (Accusatorir
dan Inquisitoir)
asas accusatoir menunjukkan bahwa seorang tersangka/tersangka
yang diperiksa bukan menjadi obyek tetapi sebagai subyek. asas ini
memperlihatkan pemerinsaan dilakukan secara terbuka untuk umum.
dimana setiap orang dapat menghadirinya

asas Inquisitoir adalah asas yang menjelaskan bahwa setiap


pemeriksan yang dilakukan harus dengan cara rahasia dan tertutup.
asas ini menempatkan tersangka sebagai obyek pemeriksaan tanpa
memperoleh hak sama sekali. seperti Bantuan hukum dan ketemu
dengan keluarganya.
Asas-Asas Lainnya

Pembatasan penahanan

penggabungan pidana dg
tuntutan ganti rugi

diferensiasi fungsional

saling koordinasi
Hubungan KUHAP dengan ketentuan dalam
Hukum Pidana Khusus.
Seiring dengan perkembangan dan kemajuan zaman tumbuh pula
tindak pidana baru. Perkembangan tersebut menuntut adanya
pembaharuan hukum pidana baik materiil dan formil (hukum acara
pidana) sehingga Hukum acara pidana perlu menyesuaikan diri
dengan perkembangan hukum pidana materiil. Sedangkan hukum
pidana materiil terus berkembang seiring dengan perubahan
Ruang Lingkup Tindak Pidana Khusus

- Tindak Pidana Korupsi


- Tindak Pidana Pencucian Uang
- Tindak Pidana HAM Berat
- Tindak Pidana Terorisme
- Tindak Pidana Narkotika
- Dll.
Semakin tumbuh tindak pidana baru maka semakin beragam pula
hukum acara pidana (khusus) yang muncul. Dalam konteks system
peradilan pidana terpadu dimana terdapat beberapa sub sistem seperti,
kepolisian, kejaksaan, peradilan, dan lembaga pelaksana pidana (dalam
penegakan hukum termasuk pula penasihat hukum) dalam kerangka
penegakan hukum dan keadilan harus selaras, sinkron dan harmonis.
Sistem peradilan pidana dilatar belakangi oleh arti pentingnya
koordinasi antar aparat penegak hukum, profesionalisme serta wawasan
pengetahuan yang luas. Pemisahan kewenangan menurut KUHAP
mengandung keharusan untuk saling koordinasi, korelasi serta
melakukan konsultasi di dalam proses perkara pidana
Terima kasih
Sampai jumpa di lain kesempatan
Semoga Sukses di Ujian Tengah Semester &
Ujian Akhir Semester

Anda mungkin juga menyukai