Anda di halaman 1dari 18

HUKUM ACARA

PIDANA

BASTO DAENG ROBO.S.H.,M.H


1
Pertemuan
Rencana Pembelajaran
Materi
Semester
I Pengertian, Fungsi & Tujuan, Ruang Lingkup HAP
II Asas-Asas & Prinsip dalam HAP
III Penyelidikan & Penyidikan
IV Upaya Paksa dalam Proses Penyidikan
V Hak dan Kedudukan Tersangka/Terdakwa
VI Bantuan Hukum
VII Penuntut Umum & Surat Dakwaan
VIII UTS
IX Praperadilan
X Koneksitas
XI Ganti Kerugian, Rahabilitasi & Gabungan Gugatan Ganti Kerugian
XII Pemeriksaan Perkara Pidana di Pengadilan
XIII Pembuktian
XIV Putusan Pengadilan
XV Upaya Hukum
XVI UAS
BUKU WAJIB
• BUKU TENTANG HUKUM
ACARA PIDANA
• KUHAP (TIKET MASUK
KELAS)
PERTEMUAN I
PENGERTIAN,
FUNGSI & TUJUAN, SUMBER
& DASAR HUKUM, RUANG
LINGKUP,
HUKUM ACARA PIDANA.
PENDAHULUAN
Pada tanggal 24 september 1981 telah ditetapkan Hukum Acara
Pidana dengan Undang-undang No. 8 tahun 1981 tentang Kitab
Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) di undangkan
dalam Lembaran Negara No. 76 tahun 1981, ditambahkan
Lembaran Negara No. 3209;
Untuk pelaksanaan KUHAP sebelum PP No. 27 tahun 1983
tentang pelaksanaan KUHAP di undangkan, maka pada tanggal 4
pebruari 1982, telah dikeluarkan keputusan MENKEH, tentang
pedoman pelaksanaan KUHAP;
Pedoman pelaksanaan ini bertujuan untuk menjamin adanya satu
kesatuan pelaksanaan Hukum Acara Pidana berdasarkan
KUHAP, yaitu sejak dari, penyelidikan, penyidikan, penindakan,
putusan perkara sampai pada tingkat lapas;
5
A. Istilah Hukum Acara Pidana
Sebelum secara resmi nama Undang-undang Hukum Acara Pidana
disebut “Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP)menggunanakan :
1. Wetbook van strafprosesrecht (Belanda) diterjemahkan “kitab
undang-undang hukum acara pidana;
2. Strafvordering meliputi seluruh prosedur acara pidana;
3. Procedure of Criminal (inggris);
4. Istilah lain dari tuntutan pidana adalah strafvervalging, istilah
ini tidak meliputi seluruh pengertian hukum acara pidana
5. Strafverdering lebih luas artinya dari pada strafrevolging;
6. Code d’instruktion Criminelle (Prancis) ( kitab undang-undang
hukum acara (pidana);
7. Deutsche strafprozessodning (Jerman);
8. Criminal Procedure Rule ( Amerika serikat);
9. Wetbook van Strafvordering (Belanda) diterjemakan secara
harfiah “Kitab Undang-undang Tuntutan 6 Pidana”;
B. Pengertian Hukum Acara Pidana

Pengertian atau definisi hukum acara pidana menurut


R. Soeroso Hukum Acara adalah kumpulan
ketentuan-ketentuan dengan tujuan memberikan
pedoman dalam usaha mencari kebenaran dan
keadilan bila terjadi perkosaan atas suatu ketentuan
hukum dalam hukum materiel (R.Soeroso, Praktik
Hukum acara perdata; Tata cara dalam proses
persidangan, Jakarta : sinar grafika 1993);
R. Soesilo bahwa pengertian hukum acara pidana
atau hukum pidana formal adalah “kumpulan
peraturan-peraturan hukum yang memuat ketentuan-
ketentuan mengatur soal-soal, sebagai berikut :
7
1. Cara bagaimana harus diambil tindakan-tindakan jikalau ada
sangkaan, bahwa telah terjadi suatu tindak pidana, cara bagaimana
mencari kebenaran-kebenaran tentang tindak pidana apa yang telah
dilakukan;
2. Setelah ternyata, bahwa ada suatu tindak pidana yang dilakukan siapa
dan cara bagaimana harus mencari, menyelidik dan menyidik orang-
orang yang di sangka bersalah terhadap tindak pidana itu, cara
menangkap, menahan, dan memeriksa orang itu;
3. Cara bagaimana mengumpulkan barang-barang bukti,memeriksa,
mengeledah badan dan tempat-tempat lain serta menyita barang-
barang itu, untuk membuktikan kesalahan tersangka;
4. Cara bagaimana pemeriksaan dalam sidang pengadilan terhadap
terdakwa oleh hakim sampai dapat dijatuhkan pidana;
5. Oleh siapa dan dengan cara bagaimana putusan penjatuhan pidana itu
harus dilaksanakan dan sebagainya, atau dengansingkat dapat
dikatakan : yang mengatur tentang cara bagaimana mempertahankan
atau menyelenggarakan hukum pidana materiel sehingga memperoleh
keputusan hakim dan cara bagaimana isi keputusan itu harus
dilaksanan; 8
C. Fungsi Hukum Acara Pidana
Menurut R. Wirjono Prodjodikoro fungsi lain dari hukum acara
pidana itu adalah sebagai pegangan bagi polisi didalam
melaksanakan tugas penyelidikan, penyidikan, penangkapan,
dan penahanan serta pembuatan berita Acara Pemeriksaan,
pegangan jaksa untuk melakukan penahanan, penyusunan
dakwaan, dan penuntutan, pegangan hakim untuk melakukan
pemeriksaan, dan menjatuhkan putusan bahkan pegangan bagi
penasehat hukum didalam melakukan tugasnya sebagai
pembela. Dengan demikian fungsi dari hukum acara pidana
sangat penting karena mengatur perlindungan atas harkat dan
martabat dari tersangka atau terdakwa, dan juga mengatur hak
dan kewajiban para penegak hukum;

9
Menurut Bambang Poernomo bahwa
tugas dan fungsi hukum acara pidana
melalui alat perlengkapanya, ialah :
1. Untuk mencari dan menemukan fakta
menurut kebenaran;
2. Menerapkan hukum dengan
keputusan berdasarkan keadilan;
3. Melaksanakan keputusan secara adil;
Prof. Dr. Andi Sofyan, SH.,MH. H. Abd. Asis, S.H.,MH., Hukum Acara pidana : suatu pengantar, Kencana, hal. 8)

10
D. Tujuan Hukum Acara Pidana
Pedoman pelaksanaan KUHAP (keputusan menteri Kehakiman
R.I. Nomor : M.01.PW.07.03 Th. 1982 tanggal 4 Februari 1982) :
“Tujuan dari hukum acara pidana adalah untuk mencari dan
mendapatkan atau setidak-tidaknya mendekati kebenaran
materiel, ialah kebenaran yang selengkap-lengkapnya dari suatu
perkara pidana dengan menerapkan ketentuan hukum acara
pidana secara jujur dan tepat, dengan tujuan mencari siapakah
pelaku yang dapat didakwakan melakukan suatu pelanggaran
hukum, dan selanjutnya meminta pemeriksaan dan putusan dari
pengadilan guna menentukan apakah terbukti bahwa suatu
tindak pidana telah dilakukan dan apakah orang yang didakwa
itu dapat dipersalahkan.”

11
Bambang Poernomo, beranggapan bahwa pedoman
pelaksaan KUHAP tersebut telah menyatukan antara
tujuan dan tugas atau fungsi hukum acara pidana.
Seharusnya perlu ditegaskan bahwa tujuan hukum
acara pidana dari :
1. Segi teoritis disejajarkan atau diparalelkan dengan
tujuan hukum pada umumnya yaitu hukum
mencapai kedamaian dalam masyarakat;
2. Segi praktis, (operasionalisasi) adalah untuk
mendapatkan suatu kenyataan yang berhasil
mengurangi keresahan dalam masyarakat berupa
aksi sosial yang bersifat rasional dan konstruktif
didasarkan kebenaran dan keadilan hukum;
12
E. Sumber dan dasar Hukum Acara Pidana
1. Pasal 24 undang-undang dasar 1945;
• Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang
merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakan hukum dan keadilan;
• Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah
Mahkama Agung dan badan peradilan yang berada di
bawahnya dalam lingkungan peradilan umum,
lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan
militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan
oleh sebuah Mahkama Konstitusi
2. Pasal 24 ayat (1) undang-undang dasar 1945 “Mahkamah
Agung berwenang mengadili pada tingkat kasasi , menguji
peraturan perundang-ungangan dibawah undang-undang
terhadapundang-undang, dan mempunyai wewenang
lainnya yang di berikan oleh undang-undang; 13
3. Pasal 5 ayat (1) uu (drt) no. 1 tahun 1951 (telah dicabut) :

a. HIR (het herziene indlandsche/indonesisch reglement)


atau disebut juga RIB (reglemen indonesia yang dibarui)
(s. 1848 no. 16,s 1941 no. 44) untuk daerah jawa dan
madura;
b. Rbg (rechtreglement buitengewesten) atau disebut juga
reglement untuk daerah seberang (s.1927 no.227) untuk
luar Jawa dan Madura;
c. Landgerechts reglement (S. 1914 no. 317, S. 1917 no. 323
untuk perkara ringan (rol);

4. Undang-undang No. 8 tahun 1981 tentang kitab Undang-


undang hukum acara pidana di singkat KUHAP (LN. 1981
No.76 dan TLN-3209) dan peraturan pemerintah No. 27
tahun 1983 tentang Pelaksanaan KUHAP;
14
5. Undang-undang No.14 tahun 1970 tentang
ketentuan pokok kekuasan Kehakiman, di ubah
dengan undang-undang No. 35 tahun 1999,
kemudian diubah dengan Undang-undang No. 4
Tahun 2004 dan diubah kembali dengan UU No. 48
tahun 2009;

6. Undang-undang No. 14 tahun 1985 tentang


Mahkamah Agung, kemudian diubah dengan
Undang-undang No. 5 Tahun 2004 dan diubah
dengan UU No. 3 tahun 2009;

15
7. Undang-undang No. 2 tahun 1986 tentang Peradilan
Umum, kemudian diubah dengan Undang-undang
No. 8 tahun 2004 diubah kembali dengan UU No. 49
tahun 2009;

8. Undang-undang No. 5 tahun 1991 tentang Kejaksaan


Republik Indonesia, kemudian diubah dengan
Undang-undang No. 16 tahun 2004;

9. Undang-undang No. 18 tahun 2003 tentang Advokat;

10. Undang-undang No. 22 tahun 2002 tentang Grasi;

16
11. Segala peraturan perundang-undangan yang
terkait dengan proses hukum acara pidana
dan pedoman pelaksanaan KUHAP;
12. Surat edaran atau Fatwa Mahkamah Agung
Republik Indonesia terkait masalah hukum
acara pidana;
13. Yurisprudensi atau putusan-putusan
Mahkama Agung atau Pengadilan yang telah
berkekuatan hukum tetap, yang terkait
masalah hukum Acara Pidana;

17
F. Ruang Lingkup Berlakunya KUHAP

1. Mengikuti Asas yg Dianut KUHP


 Asas Teritorial (lihat Pasal 2 KUHP)
 Asas Nasionalitas (KUHAP berlaku bagi setiap
orang yg melakukan TP di luar wilayah RI
jika tidank Pidana yg dilakukan itu
menyangkut “Kejahatan Terhadap Kemanan
Negara & terhadap martabat
Presiden/Wapres, mata uang, pemalsuan,
pembajakan
2. Sebagai Acara Peradilan Umum

Anda mungkin juga menyukai