Anda di halaman 1dari 31

PENGERTIAN

• Prof. Dr. Wirjono Prodjodikoro, SH.


Hukum Acara Pidana adalah rangkaian peraturan
yang memuat cara bagaimana badan-badan
HUKUM pemerintah yang berkuasa, yakni kepolisian,
kejaksaan dan pengadilan harus bertindak guna
mencapai tujuan negara dengan mengadakan
ACARA PIDANA hukum pidana

• S. M. Amin
Hukum Acara Pidana adalah kumpulan peraturan
dengan tujuan memberikan pedoman dalam usaha
mencari kebenaran dan keadilan bila terjadi
perkosaan terhadap ketentuan hukum pidana
materiil

• Menurut Prof. Simons : TUJUAN


Hukum acara pidana adalah aturan hukum Tujuan Hukum Acara Pidana adalah
yang mengatur bagaimana negara dengan mencari dan mendapatkan atau setidak-
alat perlengkapannya mempergunakan tidaknya mendekati kebenaran materiil ialah
haknya untuk menghukum dan menjatuhkan kebenaran yang selengkap-lengkapnya dari
hukuman. suatu perkara pidana

Fungsi ILMU BANTU


• Logika
Hukum Acara Pidana sebagai salah satu
• Kriminologi
instrumen dalam sistem peradilan pidana
pada pokoknya memiliki fungsi utama yaitu: • Psikologi
1. Mencari dan menemukan kebenaran; • Psikiatri
2. Pengambilan keputusan oleh hakim, dan • Kriminalistik
3. Pelaksanaan daripada putusan yang telah • Viktimologi
diambil itu. • Penologi

1
Sejarah Hukum Acara Pidana di Indonesia
Perubahan Perundang-undangan di negeri Belanda Inlands Reglemen dan Herziene Inlands
Reglement
• 1836 :Scholten diminta mempersiapkan UU
• 1839 : Panitia baru (Mr. Scholten,Mr. Scheneither,JFW
Van Neshsl ranc. Peraturan tata peradilan &
• Berlakui di Jawa & maduraInlands Reglement
KUHD,Thn 1845 dibubarkan (IR)
• 1846 Diteruskan Mr. H.L.Wichers3 tugas :
 menyelesaikan peraturan mengenai peradilan • Di luar Jawa dan Madura berlaku (RBG)
 Perbaikan UU yg tlh ditetapkan Rechtsreglement voor de Buitengwesten.
 Pertimbangan berlakunya UU eropa  orang Timur Stb.no.1927 no. 227
Peraturan yg berhasil di buat al :
1. Ketentuan Umum Per-UU an (AB)
2. Peraturan ttg susunan pengadilan & kebijaksanaan peradilan
(RO)
3. KUHPdt, KUHD
4. Peraturan tata usaha kepolisian,pengadilan sipil&penuntutan
kriminal u/ Bumi putera

Acara Pidana di Jaman Jepang dan sesudah Hukum Acara Pidana menurut Undang-undang
Proklamasi No.1 (Drt) tahun 1951

• Pada jaman pemerintahan Jepang tidak • Dengan berlakunya UU no.1 Drt 1951 dapat
dikatakan telah terjadi unifikasi hukum secara
ada perubahan yang berarti. pidana dan sususnan pengadilan
• Keterangan:
• Adapun pemerintahan RI dengan Terdapat perubahan/penggantian nama yang
mengacu pada Pasal II Aturan Peralihan sampai sekarang dipakai yaitu pengadilan
negeri, pengadilan tinggi. Pada saat itu
UUD 1945, maka peraturan yang dulu meskipun sudah ada unifkasi mengenai
berlaku masih tetap berlaku selama belum susunan pengadilan tetapi untuk hakim
diadakan yang baru. perdamaian desa tidak dihapuskan (tetap
berlaku).

Lahirnya KUHAP
• 1968 seminar Hukum Nasional (Semarang) HAP dan HAM. Sumber-Sumber Hukum Acara Pidana
• 1973, Panitia intern Dep. Kehakiman menyusun naskah • UU No 8 Tahun 1981 tentang KUHAP
Semarang. Rancangan dibahas  Kejagung, Dep Keh, • UU No 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Dephankam,dan Polri.
• UU No 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan
• 1974, Rancangan KUHAP disampaikan Menkeh kepada • UU No 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
Sekneg. Sekneg  MA, Dephankam, POLRI dan Depkeh Kehakiman
(koordinasi).
• UU No 3 Tahun 2009 tentang Mahkamah
• 1979, rancangan KUHAP diserahkan kepada DPR RI melalui Agung
amanat No.R 06/P. U/IX/ 1979 • Berbagai UU lain yang mengatur acara
pemeriksaan perkara pidana (UU KPK, UU
• 1981, rancangan KUHAP mendapat persetujuan DPR. Narkotika, UUSPA, UU Pengadilan HAM, dll.)
• PP No. 27 tahun 1983 tentang pelaksanaan
• 1981, Presiden Mengesahkan rancangan KUHAP menjadi KUHAP
Undang-undang No.8 tahun 1981

2
Sumber-sumber lain... Ruang Lingkup Hukum Acara Pidana :
• Putusan MK No. 65/PUU-IX/2011
• Hukum acara pidana termasuk dalam ruang
• Putusan MK No.114/PUU-X /2012 mengenai
lingkup hukum publik.
upaya hukum kasasi
• Putusan MK No. 34/PUU-XI/2013 mengenai • Hukum Acara Pidana diatur dalam KUHAP.
upaya hukum Peninjauan Kembali • Lingkup berlakunya KUHAP -> berlaku bagi
• Surat Edaran Mahkamah Agung No. 7 Tahun semua perkara pidana, baik baik yang diatur
2014 mengenai upaya hukum Peninjauan dalam KUHP, maupun yang diatur dalam
Kembali Undang-Undang di luar KUHP.
• Putusan MK No. 21/PUU-XII/2014 • KUHAP masih membuka peluang kepada UU
• Putusan PN Jaksel No. 04/Pid.Prap/2015/PN di luar KUHAP untuk mengatur acara secara
Jkt sel 2015 khusus.

ASAS-ASAS Asas Equality Before The Law :


• Peradilan cepat, sedehana dan biaya ringan
• Asas Oportunitas • Asas Persamaan di Muka Hukum
• Praduga tak bersalah (persumtion of innocence)
• Semua orang diperlakukan sama di depan hukum
(equality before the law) • Penjelasan Umum angka 3 huruf a KUHAP :
• Pemeriksaan peradilan yang terbuka untuk umum • Perlakuan yang sama atas diri setiap orang di
• Peradilan dilakukan oleh hakim karena jabatannya muka hukum dengan tidak mengadakan
dan tetap pembedaan perlakuan.
• Tersangka/Terdakwa berhak mendapatkan bantuan
hukum
• Asas Akusatoir dan inkisitoir
• Pemeriksaan Hakim yang langsung dan lisan

. Azas Presumption of Innocence :


• Pasal 27 UUDN RI Tahun 1945 :
• Segala warga negara bersamaan • Asas Praduga Tak Bersalah
kedudukannya dalam hukum dan • Penjelasan umum angka 3 huruf c KUHAP
pemerintahan… • Setiap orang yang disangka, ditangkap,
• Pasal 4 ayat (1) UU No. 48 tahun 2009 ditahan, dituntut dan atau dihadapkan di
tentang Kekuasaan Kehakiman : muka sidang pengadilan wajib dianggap tidak
• Pengadilan mengadili menurut hukum dengan bersalah sampai adanya putusan pengadilan
tidak membeda-bedakan orang. yang menyatakan kesalahannya dan
memperoleh kekuatan hukum tetap.

3
Asas Peradilan Cepat, sederhana dan
Asas Praduga Tak Bersalah : beaya Ringan serta Bebas Jujur dan
• Pasal 8 ayat (1) UU No. 48 tahun 2009 tentang Tidak Memihak
Kekuasaan Kehakiman. • Penjelasan Umum angka 3 huruf e KUHAP :
• Peradilan yang harus dilakukan dengan cepat,
• Kebalikan Asas Presumption of Innocence -> sederhana dan beaya ringan serta bebas jujur
Presumption of Guilt. dan tidak memihak harus diterapkan secara
konsekuen dalam seluruh tingkat peradilan.

.
• UU No. 48 / 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman : Asas Peradilan Cepat :
• Secara Eksplisit :
• Pasal 2 ayat (4) :
• Pasal 50 (1), (2), (3) pada kata “segera”.
• Peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat dan
• Pasal 102 (1), Pasal 106, Pasal 107 (3).
beaya ringan.
• Secara Implisit :
• Pasal 4 ayat (2) :
• Pasal 24, 25, 26, 27, 28 ayat (4) yang mengatur
• Pengadilan membantu pencari keadilan dan
tentang jangka waktu penahanan. Jika
berusaha mengatasi segala hambatan dan
melebihi jangka waktu, maka tersangka/
rintangan untuk dapat tercapainya peradilan yang
terdakwa harus dikeluarkan dari tahanan.
sederhana, cepat dan beaya ringan.

Sederhana artinya : Sederhana :


• Sederhana dalam proses maupun • Pasal 98 KUHAP -> Penggabungan
plaksanaannya. pemeriksaan perkara pidana dengan tuntutan
• Tidak bertele-tele, tidak berbelit-belit baik ganti kerugian yang bersifat perdata oleh
prosedur maupun tahapannya. korban yang mengalami kerugian sebagai
akibat langsung tindak pidana yang dilakukan
• Proses peradilannya dapat dimengerti oleh oleh terdakwa. Jadi terdakwa tidak perlu lagi
setiap orang, tersangka, terdakwa dan mengajukan gugatan ganti kerugian, sehingga
keluarganya, dengan bahasa yang dapat bisa menghemat beaya. -> Beaya ringan.
dimengerti (bahasa asing, daerah, isyarat) • Adanya acara pemeriksaan Cepat, singkat
Baca : Pasal 177, Pasal 178 KUHAP. (untuk tindak pidana ringan dan perkara
pelanggaran lalu lintas.

4
Sederhana : Bebas, Jujur dan Tidak Memihak :
• Pasal 24 ayat (1) UUDN RI Tahun 1945 :
• Tercermin Prinsip Differensiasi Fungsional,
• Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan
yakni -> Pembagian tugas dan wewenang
yang merdeka untuk menyelenggarakan
jajaran aparat penegak hukum secara peradilan….
institusional (penyidik, Penuntut umum,
• Pasal 1 angka 1 UU Kekuasaan Kehakiman :
hakim).
• Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan
negara yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan
Pancasila dan UUDN RI Tahun 1945 demi
terselenggaranya negara hukum RI.

Pasal 3 UU Kekuasaan Kehakiman : Bebas, Jujur dan Tidak Memihak :


• Ayat (1) : • Ketua KY -> ada 3 hal yang berpotensi
• Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, mempengaruhi kebebasan hakim, yakni :
hakim dan hakim MK wajib menjaga
kemandirian peradilan.
• 1. Tekanan Penguasa
• Ayat (2) :
• Segala campur tangan dalam urusan
peradilan oleh pihak lain di luar kekuasaan • 2. Tekanan Massa
kehakiman, dilarang kecuali dalam hal-hal
sebagaimana dimaksud dalam UUDN RI Tahun
1945. • 3. Suap.

Asas Legalitas Dalam Hukum Acara


Asas Opportunitas :
Pidana :
• Pasal 137 KUHAP : • Pasal 35 huruf c UU Nomor 16 tahun 2004
• Penuntut umum berwenang melakukan tentang kejaksaan RI :
penuntutan terhadap siapa pun yang didakwa • Jaksa Agung mempunyai tugas dan
melakukan suatu tindak pidana dalam daerah wewenang menyampingkan perkara demi
hukumnya dengan melimpahkan perkara ke kepentingan umum.
pengadilan. • Menyampingkan -> deponering
• Berwenang -> Wajib • Kepentingan umum ? -> kepentingan bangsa
• Dasar legalitas penuntut umum. dan negara, kepentingan masyarakat luas.
• Contoh : Kasus Bibit – Candra.

5
Asas Pemberian Bantuan Hukum : Asas Peradilan Terbuka Untuk Umum :
• Penjelasan Umum angka 3 huruf f KUHAP : • Penjelasan Umum angka 3 huruf I KUHAP :
• Setiap orang yang tersangkut perkara wajib • Sidang pemeriksa pengadilan adalah terbuka
diberi kesempatan memperoleh bantuan untuk umum kecuali dalam hal diatur dalam
hukum yang semata-mata diberikan untuk undang-undang.
melaksanakan kepentingan pembelaan atas • Pasal 153 ayat (3) KUHAP :
dirinya.
• Pasal-Pasal terkait Bantuan Hukum : • Untuk keperluan pemeriksaan, hakim ketua
sidang membuka sidang dan menyatakan
• Pasal 54, 55, 56 KUHAP
sidang terbuka untuk umum, kecuali dalam
• Bab VII KUHAP tentang Bantuan Hukum perkara mengenai kesusilaan atau
Pasal 69 s.d. 74 KUHAP. terdakwanya anak-anak.

Asas Peradilan Terbuka Untuk Umum Asas Akusatoir >< Asas Inkisitoir :
• Asas Akusatoir :
• Pasal 13 ayat (1) UU Kekuasaan Kehakiman :
• Tersangka / terdakwa ditempatkan sebagai
• Semua sidang pemeriksaan pengadilan adalah
subyek dalam setiap tingkat pemeriksaan,
terbuka untuk umum kecuali undang-undang
bukan sebagai obyek.
menentukan lain.
• Tersangka / terdakwa diperlakukan sebagai
• Pasal 13 ayat (2) UU Kekuasaan Kehakiman :
manusia yang mempunyai harkat dan harga
• Putusan pengadilan hanya sah dan diri, diberi hak dan kesempatan yang wajar
mempunyai kekuatan hukum apabila untuk membela diri dan mempertahankan hak
diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum. dan kebenarannya.
• Asas ini membedakan HAP dulu dan sekarang.

Asas Pemeriksaan Secara Langsung


.
dan Lisan :
• Asas Inkisitoir : • Tidak seperti perkara perdata -> surat-surat,
• Tersangka / terdakwa (istilah dulu : tertuduh) gugatan, bisa diwakili kuasanya.
ditempatkan sebagai obyek, sehingga dapat • Dalam perkara pidana, terdakwa tidak bisa
diperlakukan dengan secara sewenang- diwakili oleh kuasanya.
wenang. • Tanya jawab antara Hakim, jaksa Penuntut
Umum dengan terdakwa, saksi di persidangan
• Ini dimungkinkan terjadi di Jaman HIR. dilakukan secara langsung dan lisan.

6
Asas In Presentia : Asas In Absentia :
• Penjelasan Umum angka 3 huruf h KUHAP : • Pasal 38 ayat (1) UU Pemberantasan Tipikor :
• Pengadilan memeriksa perkara pidana dengan • Dalam hal terdakwa telah dipanggil secara
hadirnya terdakwa. sah dan tidak hadir di sidang pengadilan
tanpa alasan yan sah, maka perkara dapat
• Pasal 195 KUHAP : diperiksa dan diputus tanpa kehadirannya.
• Pengadilan memutus perkara dengan • Pasal 35 ayat (1) UU Terorisme :
hadirnya terdakwa kecuali dalam hal undang- • …. Maka perkara dapat diperiksa dan diputus
undang menentukan lain. tanpa hadirnya terdakwa.

Pranata / Lembaga Baru dalam 3. Penangkapan / Penahanan dengan


KUHAP jangka waktu yang jelas.
1. Dijaminnya hak-hak tersangka / 4. Prapenuntutan
terdakwa berdasarkan atas asas 5. Praperadilan
Praduga Tak Bersalah (Presumption Of
Innocence). 6. Ganti Kerugian dan Rehabilitasi
2. Bantuan Hukum pada semua tingkat 7. Penggabungan Perkara Gugatan
pemeriksaan, dan dikenal bantuan Kerugian (Pidana dan Perdata)
hukum Cuma-Cuma (prodeo).
8. Upaya upaya Hukum
Sementara Masa HIR: bantuan hukum
hanya diperoleh setelah perkara dari 9. Koneksitas
terdakwa dilimpahkan ke PN. 10. Pengawasan dan Pengamatan
pelaksanaan Putusan Pengadilan /
Hakim.

PIHAK-PIHAK YANG TERLIBAT


DALAM HAP SUMBER-SUMBER TINDAKAN
• TERSANGKA/TERDAKWA • PENASEHAT HUKUM
Tersangka: Psl 1 butir 14 DAN BANTUAN HUKUM
Psl 54-57 • Laporan (aangifte) / Pengaduan (klacht)
Terdakwa: Psl 1 butir 15
Psl 69-74
• PENUNTUT UMUM • HAKIM • Tertangkap Tangan (ontdekking op
Pasal 1 butir 6a dan b Pasal 1 butir 8 heterdad)
• PENYIDIK DAN • APARAT PENINTESIER
PENYELIDIK (PETUGAS LP)
Penyelidik: psl 1 butir 4 jo • Pengetahuan Petugas Sendiri
Psl 1 btr 8 UU 2/2002 • SAKSI
Peyidik: Psl 1 butir 1 jo Psl 1
btr 10 UU 2/2002 • KORBAN

7
Laporan Aduan
• Pemberitahuan tentang telah, sedang atau • Pemberitahuan disertai permintaan oleh pihak
akan terjadi tindak pidana yang berkepentingan kepada pejabat yang
• Dilaporkan oleh orang yang mengalami, berwenang untuk menindak menurut hukum
melihat atau mendengar suatu tindak • Dilakukan oleh korban atau calon korban atau
pidana pihak yang dirugikan menurut undang-undang
• Tidak dapat dicabut kembali • Diajukan dalam 6-9 bulan (Pasal 74 KUHP)
• Terhadap delik biasa • Dapat dicabut kembali (Pasal 75 KUHP)
• Dapat dilakukan kapan saja • Terhadap delik aduan
• Bukan merupakan syarat untuk dilakukan • Merupakan syarat untuk dilakukan proses
proses penyidikan penyidikan

Tertangkap Tangan : PENYELIDIKAN


• Tertangkapnya seseorang pada waktu sedang • Pengertian (Pasal 1 butir 5 KUHAP jo Pasal 1
melakukan tindak pidana, atau dengan segera butir 9 UU 2/2002
sesudah beberapa saat tindak pidana dilakukan,
atau sesaat kemudian diserukan oleh khalayak
ramai sebagai orang yang melakukannya, atau Serangkaian tindakan penyelidikan untuk
apabila sesaat kemudian padanya ditemukan mencari dan menemukan suatu peritiwa yang
benda yang diduga keras telah dipergunakan diduga sebagai tindak pidana guna menentukan
untuk melakukan tindak pidana itu yang dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan
menunjukkan bahwa ia adalah pelakunya, atau menurut cara yang diatur dalam UU
turut melakukan atau membantu melakukan tindak
pidana itu. Penyelidik: Pasal 1 butir 4 jo Pasal 4
KUHAP jo Pasal 1 btr 8 UU 2/2002
• Pasal 1 angka 19 KUHAP.

WEWENANG PENYELIDIK
Setelah penyelidikan selesai, dibuat dan
• Berdasarkan Hukum dan Undang-undang disampaikan laporan pada penyidik

• Atas perintah Penyidik


FUNGSI UTAMA PENYELIDIKAN

KEDUDUKAN PENYELIDIK Sebagai suatu filter/penyaring apakah


suatu peristiwa hukum yang telah terjadi
Dikoordinasi, diawasi dan diberi petunjuk merupakan tindak pidana dan dapat
oleh penyidik (pasal 105 KUHAP) dilakukan penyidikan

8
PENYIDIKAN WEWENANG PENYIDIK
• Pengertian ( Pasal 1 butir 2 KUHAP jo
Pasal 1 butir 13 UU 2/2002) • Polri : Pasal 7 KUHAP jo Pasal 16 UU
2/2002
Serangkaian tindakan penyidik menurut
cara yang diatur dalam UU untuk mencari • PNS : - terbatas pada UU yang menjadi
dan mengumpulkan bukti sehingga dasar hukumnya masing-masing
membuat terang tindak pidana yang terjadi
dan menemukan tersangkanya. - Koordinasi dengan Penyidik Polri

Penyidik: Pasal 1 butir 1 KUHAP jo Pasal 1


butir 10 UU 2/2002

UPAYA PAKSA PENANGKAPAN


Penyidik berwenang melakukan upaya paksa • Pengertian Pasal 1 butir 20 KUHAP
• Penangkapan; • Dasar Hukum Pasal 16 - 19 KUHAP
• Penahanan; • Tujuan: Kepentingan Penyelidikan,
• Penggeledahan; Penyidikan dan Peradilan
• Penyitaan; • Pihak yang berwenang
• Bedah mayat/Penggalian mayat – Penyelidik atas perintah Penyidik (Pasal 5 ayat
1 huruf b dan pasal 16)
– Penyidik dan penyidik pembantu (Pasal 7 ayat
1 huruf d dan pasal 16)

Dasar Alasan Penangkapan Bukti Permulaan


(Pasal 17)
Menurut Surat Keputusan Kapolri nomor SK Kapolri
No. Pol. SKEP/ 04/ I/ 1982 menentukan, bahwa bukti
• Dugaan keras telah melakukan TP permulaan yang cukup merupakan keterangan dan
data yang terkandung dalam dua diantara;
1. Laporan Polisi;
• Berdasarkan bukti permulaan yang cukup
2. Berita Acara Pemeriksaan Polisi;
(adanya laporan atau pengaduan dengan
3. Laporan Hasil Penyelidikan;
didukung minimal satu alat bukti)
4. Keterangan Saksi/ Ahli; dan
5. Barang Bukti.

9
Prosedur Penangkapan • Jangka Waktu (Pasal 19) : Paling lama 1
(Pasal 18) hari (Pengertian satu hari Pasal 1 butir
31)
• Surat tugas untuk melakukan penangkapan
• Surat Perintah Penangkapan (dicantumkan • Penangkapan secara prinsip dilakukan
identitas tersangka dan alasan pada Kejahatan, terhadap Pelanggaran
penangkapan/uraian singkat perkara yang dapat dilakukan penangkapan apabila
disangkakan dipanggil 2 kali beturut-turut tidak hadir
• Tembusan surat perintah harus disampaikan menghadap kepada penyidik.
kepada keluarga
• Kecuali dalam hal tertangkap tangan tanpa ada
Surat Perintah

HAK TERSANGKA/TERDAKWA PENAHANAN


(PSL 50-68 KUHAP)
Hak-hak dari psl 50-68 KUHAP: • Pengertian : Pasal 1 butir 21 KUHAP.
1. Hak Untuk segera diperiksa, diajukan ke pengadilan, dan diadili (psl 50)
2. Hak untuk mengetahui dengan jelas dan bahasa yang dimengerti • Dasar Hukum : Pasal 20 - 31 KUHAP
olehnya tentang apa yang disangkakan dan apa yang didakwakan (psl
51) • Tujuan : (Pasal 20)
3. Hak untuk memberikan keterangan secara bebas kepada penyidik dan – Kepentingan Penyidikan
hakim (52)
4. Hak untuk mendapat juru bahasa (psl 53 ayat 1) – Kepentingan Penuntutan
5. Hak untuk mendapat bantuan hukum pada setiap tingkat pemeriksaan
(psl 54), memilih sendiri penasehat hukum (psl 55), mendapat bantuan – Kepentingan Persidangan
hkm cuma2 (psl 56)
6. Hak untuk menghubungi dokter pribadi (psl 58)
• Pihak yang berwenang (Pasal 20)
7. Hak untuk dikunjungi sanak keluarga (psl 61) – Penyidik
8. Hak untuk berkirim dan menerima surat menyurat (psl 62)
9. Hak untuk menerima kunjungan Rohaniawan (psl 63) – Penuntut Umum
10.Hak untuk mengajukan saksi a de charge dan ahli (psl 65)
11.Hak untuk menuntut ganti kerugian (psl 68) – Hakim

• Alasan Subyektif/Kepentingan dari


Dasar Alasan Penahanan Petugas (Pasai 21 ayat 1)
– Adanya dugaan keras
• Alasan Obyektif/Yuridis (Pasal 21 ayat 4) – berdasarkan bukti yang cukup (adanya
– Tersangka/terdakwa yang melakukan laporan atau pengaduan, didukung minimal
/percobaan/pemberian bantuan TP yang diancam 2 alat bukti)
pidana penjara 5 tahun atau lebih, atau
– Adanya kekhawatiran tersanga/terdakwa
– TP yang secara limitatif dalam KUHAP disebutkan
untuk dapat dilakukan penahanan, antara lain :
melarikan diri, merusak/menghilangkan
• Pasal 282 ayat 3 KUHP
barang bukti, atau mengulangi TP.
• Pasal 296 KUHP
• Pasal 351 ayat I KUHP
• Pasal 353 ayat 1 KUHP
• Pasal 372,378 KUHP Berdasarkan kedua alasan diatas harus menjadi
• Penyelundupan di UU No. 10 Tahun 1995 alasan prioritas adalah dasar alasan yang obyektif.
• TP dalam UU Imigrasi
• TP Narkotika

10
Prosedur Penahanan
Jenis-Jenis Penahanan (Pasal 22)
( Pasal 21 ayat 2 dan 3)
• Tidak diperlukan surat tugas, karena rnerupakan • Jenis (Pasal 22 ayat 1)
kelanjutan dari tindakan penangkapan oleh – Penahanan rumah tahanan negara
petugas sebelumnya – Penahanan rumah
• Adanya Surat Perintah Penahanan atau – Penahanan kota
Penahanan Lanjutan (bila penahanannya
diperpanjang) • Dasar alasan penyusunan jenis penahanan :
• isi surat perintah : identitas dan alasan Disusun dari Penahanan yang terberat sampai
penahanan/uraian singkat TP yang penahanan yang paling ringan sifanya.
disangkakan/didakwakan.
• Konsekuensi hukum : Tidak dapat dibolak-balik
• Tembusan Surat Perintah Penahanan harus
disampaikan kepada keluarga penyebutan susunannya
tersangka/terdakwa.

Penahaaan Rumah Tahanan • Maka berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman No.


03/1983 tentang Penetapan Lembaga Pemasyarakatan
Negara (RUTAN) (LP) tertentu sebagai RUTAN ( di Lampiran II nya
menentukan sebagian ruangan di LP dialihfungsikan
• tersangka/terdakwa ditempatkan di tempat sebagai RUTAN) Contoh: penerapan di LP Laki-Laki
tertentu terpisah dari keluarga dan lingkungan Klas 1 Lhowokwaru dan LP Wanita Klas II di Malang.
sosialnya.
• RUTAN seharusnya dibangun di setiap • Berdasarkan Penjelasan Pasal 22 ayat 1 KUHAP,
Kabupaten/Kota, bahkan dimungkinkan cabang penahanan RUTAN dapat dilakukan di Kantor
RUTAN di kecamatan ( Pasal 18 PP No.27 Kepolisian, kejaksaan atau LP.
Tahun 1983 tentang Pelaksanaan KUHAP)
• Tetapi dalam kenyataannya ketentuan Pasal 18 • Selama dilakukan penahanan di RUTAN
diatas belum dapat dilaksanakan. Sebagai tersangka/terdakwa tetap harus dijamin hak-haknya
contoh di Kota/Kab Malang belum tersedia sebagimana ditentukan dalam KepMenKeh NO. 04/1984
bangunan khusus untuk RUTAN. tentang Tata Cara Penempatan, Perawatan Tahanan
dan Tata Tertib RUTAN.

Penahaaan Rumah Penahanan Kota


• Dilaksanakan di rumah tempat tinggal atau • Dilaksanakan di kota tempat tinggal atau kota
kediaman tersangka/terdakwa dengan tempat kediaman tersangka/terdakwa
dibawah pengawasan. (lazimnya yang • Adanya kewajiban untuk melaporkan diri pada
melakukan pengawasan adalah pihak waktu yang ditentukan kepada instansi yang
melakukan penahanan.
Kepolisian selama 24 jam).
• Terhadap tersangka/terdakwa dapat dilakukan
• Dimungkinkan untuk keluar rumah tapi penahanan di Desa tempat tinggal atau tempat
atas ijin petugas dan bila perlu dilakukan kediarnan, apabila memang tersangka/terdakwa
pengawalan. tidak bertempat tinggal di kota

11
Pengaruh Penahanan terhadap
Pidana yang dijatuhkan PENGALIHAN PENAHANAN
(pasal 22 ayat 5) (PASAL 23)

• Pengurangan seluruh masa penahanan bagi


penahanan biasa • Wewenang :
• Pengurangan sepertiga masa penahanan – Penyidik (Surat Perintah)
bagi penahanan rumah – Penuntut Umum (Surat Perintah)
• Pengurangan seperlima masa penahanan – Hakim (Penetapan)
bagi penahanan kota

TENGGANG WAKTU PENAHANAN TENGGANG WAKTU PENAHANAN


(PASAL 24 – 28) (PASAL 29)
Alasan:
Pasal Tingkat Tahap I Tahap II Perpanjangan • Tersangka/terdakwa mengalami gangguan fisik/mental berat
(hari) (hari) Penahanan
dibuktikan dengan surat keterangan dokter
24 Penyidikan 20 40 PU • Perkara pidana diancam 9 tahun atau lebih
25 Penuntutan 20 30 Ketua PN Tingkat Tahap I (hari) Tahap II Perpanjangan
(hari) Penahanan
26 PN 30 60 Ketua PN
Penyidikan 30 30 Ketua PN
27 PT 30 60 Ketua PT Penuntutan 30 30 Ketua PN
28 MA 50 60 Ketua MA PN 30 30 Ketua PT
Jumlah 150 250 PT 30 30 Hakim MA
MA 30 30 Ketua MA
TOTAL 400 TOTAL 300

PENGAJUAN KEBERATAN PENANGGUHAN PENAHANAN


TERHADAP PASAL 29 (PASAL 31)
• Wewenang
– Penyidik
– Penuntut Umum
• Tahap penyidikan dan penuntutan kepada – Hakim
Ketua PT
• Dasar Alasan:
Permintaan tersangka/terdakwa
• PN dan PT kepada Ketua MA
• Pelaksanaan:
Dengan atau tanpa jaminan uang atau jaminan
orang

12
PROSEDUR PENANGGUHAN PENAHANAN
PROSEDUR PENANGGUHAN PENAHANAN
A. Jaminan Uang
B. Jaminan Orang
Aparat 4
5
Hukum Bukti Setor Kesepakatan
Besar Uang
Tersangka/ Aparat +
2
Terdakwa Hukum Persetujuan
disetor & dititipkan + orang sebagai
PENANGGUHAN Kesepakatan jaminan
1 Jumlah Uang PN Orang Lain
3 (keluarga/PH)

Tersangka/ PENANGGUHAN
Terdakwa

PENGGELEDAHAN PROSEDUR PENGGELEDAHAN


PASAL 32 - 37 RUMAH
A.Dalam Keadaan Biasa (pasal 33)
– Surat ijin Ketua PN
Pengertian: – Surat Perintah Melakukan Penggeledahan
– Disaksikan 2 orang saksi (jika ada
• Penggeledahan Rumah (Pasal 1 butir 17) persetujuan)
– Disaksikan kepala desa/ ketua lingkungan
dan 2 orang saksi (jika tidak ada persetujuan)
• Penggeledahan Badan (Pasal 1 butir 18) – Setelah 2 hari dibuat Berita Acara
Penggeledahan

PROSEDUR PENGGELEDAHAN
PROSEDUR PENGGELEDAHAN
RUMAH RUMAH

B. Dalam keadaan perlu dan mendesak B. Dalam keadaan perlu dan mendesak
(pasal 34) (pasal 34)

Kriteria perlu dan mendesak (penjelasan pasal 34): – Dapat segera memasuki tempat yang akan
– Tersangka/terdakwa melarikan diri digeledah, tanpa surat ijin Ketua PN
– Tersangka/terdakwa mengulang tindak pidana – Tidak boleh memeriksa dan meyita surat/tulisan
yang tidak berhubungan dengan tindak pidana
– Tersangka/terdakwa memusnahkan/
memindahkan benda yang disita – Segera melaporkan ke Ketua PN untuk
persetujuan
– Ijin Ketua PN tidak mungkin diperoleh
secepatnya – Membuat Berita Acara penggeledahan (2 hari)

13
C. Penggeledahan dalam hal tertangkap PENGGELEDAHAN BADAN
tangan (pasal 35)
– Tempat yang dapat digeledah lebih luas • Kondisi tertangkap tangan  penggeledahan
dibandingkan dengan penggeledahan rumah pakaian
dalam keadaan biasa
– Tanpa ijin dari Ketua PN • Diserahkan pada penyidik:
– Penggeledahan pakaian
D. Penggeledahan di luar wilayah hukumya – Penggeledahan badan:
• Luar
(pasal 36)
• Dalam (Intimate Body Search)
– Harus sepengetahuan Ketua PN dan Penyidik
dari wilayah hukum tersebut
• Penggeledahan badan sesuai dengan jenis
– Dimungkinkan kerjasama antar penyidik kelamin dari tersangka/terdakwa

Jenis Penyitaan dan Prosedurnya


PENYITAAN
A. Penyitaan dalam keadaan biasa (pasal 38
Pengertian (Pasal 1 butir 16) ayat 1)
Ijin Ketua PN
– Mengambil alih/menyimpan
B. Penyitaan dalam keadaan perlu dan
– Barang bergerak/tidak bergerak, berwujud mendesak (pasal 38 ayat 2)
atau tidak berwujud – Tanpa ijin dari Ketua PN
– Hanya atas benda bergerak
– Untuk kepentingan pembuktian – Lapor kepada Ketua PN untuk mendapat
persetujuan

C. Penyitaan tertangkap tangan (pasal 40 dan 41) BENDA YANG DAPAT DISITA
– Benda yang diduga untuk tindak pidana ataupun benda
lain PASAL 39
– Dapat menyita surat/paket • Benda /tagihan seluruh atau sebagian dari hasil
– Surat tanda penerimaan tindak pidana

D. Penyitaan tidak langsung (pasal 42) • Benda untuk alat tindak pidana
– Mengirim surat untuk menyerahkan benda yang disita
– Diberikan tanda penerimaan • Benda untuk menghalang-halangi tindak pidana

• Benda yang dibuat khusus untuk melakukan tindak


E. Penyitaan surat yang harus dirahasiakan (pasal pidana
43)
– Ijin dari pihak yang wajib menyimpan • Benda lain yang berhubungan dengan tindak
– Ijin khusus dari Ketua PN pidana

14
BENDA SITAAN YANG LEKAS RUSAK
PENYIMPANAN BENDA SITAAN
ATAU MEMBAHAYAKAN
(Pasal 44) (PASAL 45)
• Disimpan dalam rumah penyimpanan benda Sehingga:
sitaan negara – tidak mungkin disimpan sampai dengan putusan
berkekuatan tetap
• Dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan – biaya penyimpanan terlalu tinggi
tanggungjawab oleh pejabat yang
berwenang sesuai dengan tingkat Diambil tindakan menjual lelang atau
pemeriksaan diamankan dengan persetujuan dan disaksikan
tersangka/kuasanya oleh :
• Dilarang digunakan oleh siapapun juga – Penyidik/PU
– PU dengan ijin Hakim

BERAKHIRNYA PENYITAAN
• Uang hasil pelelangan dipakai sebagai
barang bukti (PASAL 46)
Sebelum putusan hakim
• Sedapat mungkin disisihkan sebagian Benda sitaan dikembalikan kepada yang paling
kecil untuk pembuktian berhak apabila:
– Kepentingan penyidikan dan penuntutan tidak
memerlukan lagi
• Benda yang terlarang atau dilarang
– Perkara tidak jadi dituntut karena tidak cukup
diedarkan dapat dirampas untuk
bukti atau bukan TP
dipergunakan bagi kepentingan negara
– Perkara dikesampingkan untuk kepentingan
atau dimusnahkan umum atau ditutup demi kepentingan hukum,
kecuali apabila benda tersebut diperoleh dari TP
atau dipergunakan melakukan TP

PEMANGGILAN DAN PEMERIKSAAN


TERSANGKA DAN SAKSI DI TAHAP PENYIDIKAN
• Sesudah ada putusan hakim
– Benda sitaan dikembalikan kepada orang • Dilakukan pemanggilan oleh Penyidik (pasal 112)
yang disebutkan dalam putusan tersebut, – Alasan pemanggilan
atau – Tersangka/saksi
– Dirampas negara untuk dimusnahkan atau – Diperiksa untuk diminta keterangan
dirusak sampai tidak dapat digunakan – Memperhatikan tenggang waktu pemanggilan dan
kehadiran
– Masih diperlukan dalam perkara lain – Wajib hadir
– Tidak datang tanpa alasan yang jelas, dipanggil sekali
lagi dan dipanggil paksa
• Dimungkinkan pemeriksaan di tempat kediaman
tersangka

15
• Sebelum pemeriksaan dimulai, penyidik wajib • Keterangan tersangka/saksi diberikan tanpa
memberitahu hak (pasal 114) atau wajib (pasal 56) tekanan (pasal 117)
didampingi penasehat hukum (bantuan hukum)
• Tersangka/saksi bertempat tinggal di luar wilayah
hukum yang melakukan penyidikan, pemeriksaan
• Saat pemeriksaan penyidikan, penasehat hukum dilakukan oleh penyidik di tempat tinggal
dapat melihat dan mendengar kecuali terhadap tersangka/saksi
kejahatan keamanan negara hanya boleh melihat
(pasal 115) • Pemeriksaan ditahap penyidikan dapat
menghadirkan saksi ahli dengan disumpah,
• Saksi tidak disumpah, kecuali dengan alasan yang keterangan ahli berdasarkan persetujuannya (pasal
sah dan jelas tidak mungkin hadir di persidangan 120)
(pasal 116)
• Keterangan dicatat dalam berita acara,
ditandatangani penyidik dan tersangka/saksi (jika
• Tersangka dapat meminta dihadirkan dan diperiksa tidak mau menandatangani dicatat dalam berita
saksi yang menguntungkan dirinya acara (pasal 118)

BEDA MAYAT DAN PENGGALIAN • Keperluan bedah mayat wajib diberitahukan


MAYAT kepada keluarga dengan diberi penjelasan
• Kepentingan peradilan penyidik berwenang
(pasal 134)
meminta keterangan ahli (dokter/ahli kedokteran
kehakiman) untuk pemeriksaan korban luka-
luka/mati (pasal 133)
• Tenggang waktu 2 hari tidak ada tanggapan
atau pihak yang diberitahu tidak diketahui
• Permintaan diajukan secara tertulis dan maka dapat dilakukan bedah mayat
menyebutkan jelas kepentingannya (pemeriksaan
luka, mayat (luar) atau bedah mayat (autopsi))
• Dimungkinkan pula dilakukan penggalian
• Mayat harus diperlakukan dengan baik dan penuh
mayat dalam rangka autopsi (pasal 135)
penghormatan serta dicantumkan identitas dan
segel
• Semua biaya ditanggung negara (pasal 136)

PENGHENTIAN PENYIDIKAN
BERKAS PERKARA
Penyidik mempunyai kewenangan untuk melakukan
Penghentian Penyidikan (Pasal 109 KUHAP)
berdasarkan alasan : • PENGERTIAN :
– Tidak Cukup Bukti kumpulan berita acara dari setiap tindakan
Minimal alat bukti yang harus terpenuhi 2 alat bukti penyidik dalam tahap penyidikan yang
– Peristiwa tersebut bukan TP disusun menjadi satu bendel/berkas
peristiwa dilaporkan sebagai penipuan ternyata perkara
perdata hutang piutang • Dasar hukum Pasal 75 KUHAP
– Dihentikan Demi Hukum • Berkas Perkara wajib segera diserahkan
- Ne bis in idem (Pasal 76 KUHP)
- Tersangka meninggal dunia
kepada Penuntut Umum (Pasal 110 ayat 1)
- Daluarsa (Pasal 78 KUHP)
Terhadap penghentian penyidikan, pihak penyidik
mengeluarkan Surat Perintah Penghentian Penyidikan

16
PRAPENUNTUTAN
• Penyerahan Berkas Perkara dilakukan
• Dalam penyerahan BP pada tahap 1 dimungkinkan
dalam 2 Tahap yakni : terjadi “Prapenuntutan” yaitu :
“ pengembalian berkas perkara oleh penuntut umum
kepada penyidik disertai petunjuk-petunjuk untuk
– Tahap 1 Penyidik hanya menyerahkan melengkapi berkas yang dipandang belum sempurna
berkas perkara saja ke penuntut umum sebagai dasar penyusunan surat dakwaan”

• Tenggang Waktu Pengembalian Berkas Perkara


– Tahap 2 Penyidik menyerahkan Berkas (Prapenuntutan) (berdasarkan Pasal 110 dan 138
perkara beserta tersangka dan semua barang KUHAP)
bukti ke penuntut umum
• Penuntut Umum setelah menerima berkas dari
penyidik segera mempelajari & meneliti berkas, dalam
waktu 7 hari memberitahu penyidik---lengkap/belum

• Apabila lengkap, segera lanjutkan penyerahan


berkas tahap 2.
• Apabila berkas belum lengkap, dikembalikan ke
penyidik untuk dilengkapi • KUHAP tidak menentukan berapa kali
• Penyidik dalam waktu 14 hari melakukan terjadinya Prapenuntutan atau bolak-
penyidikan tambahan sesuai petunjuk PU dan baliknya berkas perkara dari PU ke
kemudian menyerahkan kembali kepada Penyidik, tapi setidaknya berpedoman
Penuntut Umum kepada asas peradilan cepat, sederhana,
• Dalam waktu 14 hari apabila PU tidak dan biaya ringan.
mengembalikan berkas kembali ke penyidik
maka penyidikan menganggap selesai /berkas
lengkap atau sebelum tenggang waktu PU
memberitahu bahwa berkas sudah lengkap.

BAGAN ALUR PRAPENUNTUTAN


Perubahan KUHAP
Pemeriksaan • Putusan MK Nomor 65/PUUVIII/2010 Pengertian SAKSI:
PENYIDIK Tambahan
(max 14 hari) orang yang dapat memberikan keterangan dalam rangka
penyidikan, penuntutan, dan peradilan suatu tindak
Tahap I pidana yang TIDAK SELALU ia dengar sendiri, ia lihat
Tahap II Prapenuntutan
sendiri dan ia alami sendiri ”.
• Putusan MK Nomor Perkara Nomor: 3/PUU-XI/2013
PU Frasa “segera” dalam Pasal 18 ayat (3) diartikan “segera
(max 7 hari) dan tidak lebih dari 7 (tujuh) hari”
• MK Perkara Nomor: 98/PUU-X/2012 frasa “PIHAK
KETIGA YANG BERKEPENTINGAN” dalam Pasal 80
“termasuk SAKSI KORBAN atau PELAPOR, LEMBAGA
SWADAYA MASYARAKAT atau ORGANISASI
Lengkap Belum Lengkap KEMASYARAKATAN”.

17
• Putusan MK No. 102/PUU-XIII/2015 Pasal 82 ayat 1 huruf d
• Putusan MK Nomor 114/PUUX/2012 Pasal 244 “permintaan praperadilan gugur ketika pokok perkara telah
Terhadap putusan perkara pidana yang diberikan pada dilimpahkan dan telah dimulai sidang pertama terhadap pokok
tingkat terakhir oleh pengadilan lain selain daripada perkara atas nama terdakwa/pemohon praperadilan.”
Mahkamah Agung, terdakwa atau penuntut umum dapat
mengajukan permintaan pemeriksaan kasasi kepada • Putusan MK No. 130/PUU-XIII/2015 Pasal 109 ayat 1
Mahkamah Agung (KECUALI TERHADAP PUTUSAN “penyidik wajib memberitahukan dan menyerahkan surat
BEBAS) dihapus perintah dimulainya penyidikan kepada penuntut umum,
terlapor, dan korban/pelapor dalam waktu paling lambat 7
(tujuh) hari setelah dikeluarkannya surat perintah penyidikan”.
• Putusan MK Nomor 34/PUUXI/2013, dinyatakan : Pasal
268 ayat (3) PK hanya sekali, dihapus • Putusan MK No. 33/PUU-XIV/2016 Pasal 263 ayat 1
kesimpulannya Peninjauan kembali hanya dapat diajukan
• Putusan MK No. 21/PUU-XII/2014 frasa “bukti oleh terpidana atau ahli warisnya (Penuntut Umum atau
permulaan”, “bukti permulaan yang cukup”, “bukti yang penegak hukum lain tidak dapat mengajukan PK), dan tidak
cukup” dimaknai minimal 2 alat bukti. boleh diajukan terhadap putusan bebas dan lepas dari segala
tuntutan hukum.

PENUNTUTAN Penuntutan :
• Pihak yang berwenang Penuntut Umum (PU) • Pasal 1 angka 7 KUHAP :
(pasal 1 butir 6b jo pasal 13) • Penuntutan ialah tindakan penuntut umum
• Kewenangan PU (pasal 14) untuk melimpahkan perkara pidana ke
• Pengertian (pasal 1 butir 7 jo pasal 137) Pengadilan Negeri yang berwenang dalam hal
menurut cara yang diatur dalam undang-
• Penggentian Penuntutan (pasal 140) karena:
undang dengan permintaan supaya diperiksa
– Tidak terdapat cukup bukti
dan diputus oleh hakim.
– Bukan tindak pidana
– Perkara ditutup demi hukum
(meninggal/daluarsa)

. Wewenang Penuntut Umum : Pasal 14 KUHAP


• Penuntut umum ialah jaksa yang diberi
wewenang oleh undang-undang ini untuk • Menerima dan memeriksa berkas perkara dari penyidik ;
melakukan penuntutan dan melaksanakan • Mengadakan prapenuntutan ;
• Memberikan perpanjangan penahanan, penahanan lanjutan,
penetapan hakim. mengubah status tahanan setelah perkara dilimpahkan penyidik ;
– Pasal 1 angka 6 huruf b KUHAP • Membuat surat dakwaan ;
• Jaksa ialah pejabat yang diberi wewenang oleh • Melimpahkan perkara ke pengadilan ;
undang-undang ini untuk bertindak sebagai • Menyampaikan pemberitahuan kepada terdakwa tentang hari dan
waktu perkara disidangkan yang disertai surat panggilan kepada
penuntut umum serta melaksanakan putusan terdakwa maupun saksi untuk datang di sidang ;
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan • Melakukan penuntutan ;
hukum tetap. • Menutup perkara demi kepentingan hukum ;
– Pasal 1 angka 6 huruf a dan Pasal 13 KUHAP • Mengadakan tindakan lain dlm lingkup tugas & tg jwb sebagai PU ;
• Melaksanakan penetapan hakim.

18
Syarat Surat Dakwaan (pasal 143):
• Syarat Formil meliputi:
SUARAT DAKWAAN – nama lengkap;
– tempat lahir;
– umur atau tanggal lahir;
• Pengertian – jenis kelamin;
– kebangsaan ;
Surat dakwaan adalah yang memuat – tempat tinggal;
perumusan tindak pidana yang didakwakan – agama;
– pekerjaan tersangka .
kepada terdakwa, didasarkan hasil • Syarat materiil meliputi
pemeriksaan penyidik dan dihubungkan – uraian secara cermat;
– jelas
dengan pasal tindak pidana yang dilanggar, – lengkap
– mengenai tindak pidana yang didakwakan
serta menjadi dasar pemeriksaan hakim dalam – dengan menyebut waktu
sidang pengadilan” – tempat tindak pidana dilakukan

Konsekuensi hukum jika syarat tidak terpenuhi:


• Syarat formil  dapat dibatalkan
• Syarat materiil  batal demi hukum

Penyusunan Teknis Surat Dakwaan


BENTUK SURAT DAKWAAN
• Dakwaan Tunggal
– Terdakwa didakwa satu delik pidana
– Perkara pidana yang sifatnya sederhana
• Surat Dakwaan Pokok/Tunggal – Konsekuensi nya bila tidak terbukti, terdakwa dibebaskan
– Hakim menolak tuntutan jaksa berdasarkan asas nebis in
• Surat Dakwaan Alternatif idem (Pasal 76 KUHAP)

• Surat Dakwaan Subsider • Dakwaan Alternatif


• Surat Dakwaan Kumulatif – Terdakwa didakwa lebih dari satu delik pidana, tetapi
hakekatnya terdakwa hanya didakwa satu tindak pidana saja
• Surat Dakwaan Campuran – Biasanya penuntut umum masih meragukan jenis tindak
pidana nya (misal.pencurian-penggelapan, pembelian-
penadahan)

• Dakwaan Subsidair (berlapis)


– Sama hal nya dengan dakwaan Alternatif
– Penyusunan urutan dakwaan adalah ancaman hukuman
Splitsing :
terberat dan seterus nya sampai pada dakwaan yang ringan
(primer-subsidair-lebih subsidair)
– Hakim memeriksa dakwaan primer dahulu, bila tidak terbukti
• Pasal 142 KUHAP :
melanjutkan pada dakwaan subsidair,.dst…
• Dalam hal penuntut umum menerima satu
• Dakwaan Komulatif
– Terdakwa didakwa beberapa tindak pidana sekaligus
berkas perkara yang memuat beberapa tindak
– Tindak pidana tersebut harus dibuktikan keseluruhannya, pidana yang dilakukan oleh beberapa orang
sebab tindak pidana tsb merupakan tindak pidana yang berdiri tersangka yang tidak termasuk dalam
sendiri ketentuan Pasal 141, penuntut umum dapat
– Oleh karena itu hakim harus memutuskan terbukti atau
tidaknya setiap dakwaan satu demi satu melakukan penuntutan terhadap masing-
– Sehingga jika terbukti dakwaan tsb, maka dakwaan lain nya masing terdakwa secara terpisah.
harus dibuktikan lagi, dan sebaliknya.
• Dakwaan Campuran: gabungan dakwaan komulatif dengan
dakwaan alternatif/dakwaan subsidair

19
PROSES SURAT DAKWAAN Perubahan Surat dakwaan :
• Pasal 143 ayat (1) KUHAP : • Pasal 146 KUHAP :
• Dilimpahkan ke Pengadilan Negeri. • Penuntut umum dapat merubah surat dakwaan
• Penuntut umum melimpahkan perkara ke pengadilan sebelum pengadilan menetapkan hari sidang.
negeri dengan permintaan agar segera mengadili • Perubahan untuk menyempurnakan surat
perkara tersebut disertai dengan surat dakwaan. dakwaan atau tidak melanjutkan penuntutan.
• Pasal 143 ayat (4) KUHAP : • Perubahan hanya boleh satu kali.
• Turunan surat pelimpahan perkara dan turunan surat • Turunan perubahan disampaikan kepada
dakwaan disampikan kepada tersangka, kuasanya, tersangka, penasehat hukumnya dan penyidik
penasehat hukumnya dan penyidik bersamaan • Waktu : sebelum ditetapkan tanggal sidang atau 7
dengan pelimpahan perkara tersebut ke pengadilan hari sebelum sidang dimulai.
negeri.

Perubahan Surat Dakwaan (Pasal 144 KUHAP)


• menyempurnakan kualifikasi tindak pidana
(syarat materiil)
• tata bahasa/kesalahan tulis (syarat formil) WEWENANG MENGADILI
– tidak boleh mengubah tindak pidana yang
pertama kali telah didakwakan DARI PENGADILAN
Pasal 147 – 151 KUHAP

• Relatif adalah wewenang mengadili didasarkan


• Terdapat 2 kewenangan mengadili :
wilayah hukum dari pengadilan

• Absolut , terkait dengan UU No.4 th 2004 • Berdasarkan kewenangan mengadili tersebut,


Pasal 10 menyatakan ada 4 badan dimungkinkan terjadi sengketa wewenang
peradilan yakni : mengadili contoh :

1. Pengadilan Umum (Pengadilan Negeri, Pengadilan • perkara koneksitas, antara peradilan umum dan
Anak, Pengadilan Niaga)
militer.(wewenang absolut)
2. Peradilan Militer
• sengketa antara pengadilan negeri/tinggi Jawa Timur
3. Peradilan Agama
dengan Jawa Tengah karena locus delicti terjadi
4. Peradilan Tata Usaha Negara diperbatasan wilayah.

20
PROSEDUR PENYELESAIAN SENGKETA
Bentuk Sengketa mengadili yang relatif : WEWENANG MENGADILI
- Sengketa wewenang mengadili yang
a. Sengketa antara 2 PN atau lebih menyatakan
berwenang atau tidak berwenang mengadili :
absolut, diselesaikan oleh Mahkamah
- 2 PN dalam satu wilayah hukum Agung.
- 2 PN berbeda 2 wilayah hukum - Sengketa wewenang mengadili yang
relatif diselesaikan oleh:
b. Sengketa antara 2 PT atau lebih.
@ PT ( 2 PN dlm 1 wil.hk)
@ MA ( 2 PN dlm wil.hk yang beda dan
sengketa antara 2 PT)

PROSEDUR PENETAPAN PN BERWENANG


ATAU TIDAK DAN PERLAWANAN OLEH PU
DASAR ALASAN UTK MENYATAKAN
• Ka.PN menetapkan berwenang atau tidak setelah
BERWENANG MENGADILI (Pasal 84 ayat
mempelajari BP yg dilimpahkan 1)
• PU dapat mengajukan keberatan atas penetapan Ka.PN
berupa perlawanan (verzet) kepada PT dgn tenggang 
waktu7 hari melalui PN  forum delicti commisi
• PN 7 hari mengirimkan ke PT dan PT 14 hari
mengeluarkan penetapan atas perlawanan.
 forum domicilie (tempat tinggal terdakwa dan
• PT menolak perlawanan dan menguatkan penetapan bertempat tinggal dekat terdakwa)
PN, maka PT mengirimkan BP ke PN yg berwenang.  forum opprehensionis
• Penetapan PN mengabulkan perlawanan PU, maka PT
memerintahkan PN utk menyidangkan perkara tersebut.

PIHAK-PIHAK YG DAPAT
PRAPERADILAN
MENGAJUKAN PRAPERADILAN
• Salah satu wewenang mengadili dari PN
untuk mengadili :
 Tersangka/keluarga/pihak lain atas kuasa
@ sah atau tidak penangkapan,
penahanan,
 Penyidik/PU atau Pihak Ketiga yg
penghentian penyidikan atau penuntutan
berkepentingan berkaitan dgn sah/tdknya
@ ganti kerugian atau rehabilitasi bagi
penghentian penyidikan/penuntutan
orang yg perkaranya dihentikan di
penyidikan/penuntutan (Pasal 1 btr 10
juncto Pasal 77)

21
GANTI RUGI &REHABILITASI
DASAR ALASAN PENILAIAN SAH (pasal 95-97 KUHAP)
ATAU TDK TINDAKAN DARI
PENYIDIK DAN PU Ganti kerugian:
Tersangka, terdakwa atau terpidana berhak menuntut
ganti kerugian karena ditangkap, ditahan, dituntut
dan diadili/dikenakan tindakan lain, tanpa alasan
o Prosedur penangkapan,penahanan, yang berdasarkan UU atau karena kekeliruan
penggeledahan, dan penyitaan sudah mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan (psl
dilaksanakan atau tidak 95 ayat 1)

o Alasan penghentian penyidikan sesuai Rehabilitasi:


Pasal 109 KUHAP Adalah hak seseorang untuk mendapat pemulihan
o Alasan penghentian penuntutan sesuai haknya (psl 1 butir 23 juncto psl 97 ayat 1 KUHAP)
Pasal 140 KUHAP

• Pemeriksaan Praperadilan di PN (Pasal 82


ISI PUTUSAN PRAPERADILAN KUHAP):
 Diperiksa dgn Acara Pemeriksaan Cepat
• Penangkapan/penahanan sah
 Dengan Hakim Tunggal
• Penghentian penyidikan/penuntutan sah,dan
dicantumkan rehabilitasi  3 hr sejak diterimanya permohonan
• Penangkapan/penahanan tdk sah, maka diikuti  praperadilan, hakim menetapkan hari
putusan : sidang
- membebaskan tersangka  Pemeriksaan dilakukan dg mendengar
- jumlah ganti kerugian dan rehabilitasi keterangan dari pemohon dan termohon
 Penghentian penyidikan/penuntutan tdk sah,  Selambat-lambatnya 7 hr sudah diputuskan
maka harus dilanjutkan
 Pemeriksaan dilakukan secara cepat, krn
 Benda yg disita tdk termasuk pembuktian, maka apabila sudah dimulai pemeriksaan perkara
segera dikembalikan
pidananya dan belum diputus praperadilannya
maka permohonan praperadilan gugur.

Putusan Praperadilan pada prinsipnya tidak dapat


– No 27 tahun 1983 tentang Pelaksanaan KUHAP
diajukan banding kecuali “putusan praperadilan
Pasal 9 Ganti kerugian diberikan minimal
tentang tidak sahnya penghentian
Rp.5000,- dan maksimal Rp.1.000.000,-,
penyidikan/penuntutan” (Pasal 83 ayat 2 KUHAP)
sedang kalau terjadi sakit/cacat atau mati
dibatalkan oleh Putusan MK Nomor
maksimal Rp.3.000.000,-
65/PUUIX/2011

– Rehabilitasi (pemulihan hak pemohon dalam


 SEMA No.14 tahun 1983 Hakim tdk dapat
kemampuan,kedudukan dan harkat
dipraperadilankan krn tindakan hakim hanya
martabatnya), salinan disampaikan
melanjutkan upaya paksa yg dilakukan oleh
penyidik,PU, Instansi tempat bekerja terdakwa,
penyidik/PU
Ka.RW dan ditempelkan di papan pengumuman
 SEMA No.15 tahun 1983 bahwa Polisi Pengadilan.Pasal 12 – 15 PP No.27/1983
Militer/Provost yg menangkap orang sipil dapat
dipraperadilankan di PN

22
• ACARA PEMERIKSAAN BIASA (Pasal
152 s/d 202 KUHAP)

3 MACAM ACARA PEMERIKSAAN • ACARA PEMERIKSAAN


SINGKAT/SUMIR (Pasal 203-204
PERSIDANGAN
KUHAP)

• ACARA PEMERIKSAAN CEPAT/ROLL


(Pasal 205 s/d 216 KUHAP)

• ACARA PEMERIKSAAN SINGKAT (SUMIR)


PERBEDAAN 3 ACARA
PEMERIKSAAN – Diterapkan dalam proses persidangan apabila penerapan
dan pembuktian perkara pidana tdk sulit

• ACARA PEMERIKSAAN BIASA : – Pengajuan perkara pidana untuk diperiksa persidangan


dapat dgn surat dakwaan lisan dari catatan PU
– Dilaksanakan terhadap perkara pidana yg
sulit pembuktian dan penerapan hukumnya – Hakim yg memeriksa adalah Hakim Tunggal
sulit.
– Pengajuan perkara untuk diperiksa – Putusan tdk dibuat khusus, dapat dicatat dalam berita
acara sidang dan Hakim membuat surat yg memuat amar
pengadilan dilakukan secara formal oleh putusan
PU dgn menyusun surat dakwaan.
– Pemeriksaan oleh Hakim Majelis – Bila dipandang perlu, dapat dilakukan pemeriksaan
tambahan selama 14 hari oleh PU. Lewat waktu
– Putusan Pengadilan dibuat dalam format yg tersebut tdk selesai maka dialihkan ke acara
baku sesuai yg diatur di KUHAP. pemeriksaan biasa

• ACARA PEMERIKSAAN BIASA TATA URUTAN PERSIDANGAN


– Diterapkan pada Tindak Pidana Ringan
(tipiring) – pidana penjara 3 bln atau denda 1) Hakim menyatakan sidang terbuka untuk umum,
maks. Rp.7500,- dan pelanggaran lalu lintas. diingatkan utk menjawab pertanyaan yg diajukan.
Kemudian dilakukan pemeriksaan identitas terdakwa
– Penyidik atas kuasa PU dalam tenggang waktu (Pasal 155 KUHAP) setelah KUHAP tdk menganut “The
3 hari sejak berita acara dibuat, Right to Remain in Silence”
menghadapkan terdakwa beserta barang bukti
dan saksi ke persidangan 2) Pembacaan surat dakwaan oleh PU

– Saksi tdk disumpah dan putusan dicatat di


3) Pembacaan Keberatan (Eksepsi) dari terdakwa. Hak
buku register mengajukan Eksepsi diatur di Pasal 156 KUHAP
– Terdakwa dapat tdk hadir disidang dan
memberikan kuasa utk mewakili sidang 4) Pembacaan tanggapan atas Eksepsi dan seterusnya
– Pemeriksaan oleh Hakim Tunggal
5) Pembacaan Putusan Sela

23
6) Pemeriksaan Saksi, diharapkan saksi korban yang 7) Pemeriksaan Ahli
didahulukan (Pasal 160 ayat 1 b) 8) Pemeriksaan terdakwa
dianjurkan menjawab (Pasal 175)
• menjadi saksi adalah kewajiban hukum
dilarang diajukan pertanyaan yg menjerat (Pasal 166)
• saksi wajib disumpah/mengucapkan janji, kecuali anak
9) Tuntutan Pidana dari PU (Rekuisitor)
belum 15 th dan belum kawin, orang sakit ingatan/jiwa
meski kadang-kadang ingatannya baik (Pasal 171) dibacakan setelah pemeriksaan sidang selesai
dilakukan (semua alat bukti selesai diperiksa dan
• pelaksanaan sumpah dapat dilakukan di tempat ibadah
semua barang bukti sudah diperlihatkan dimuka
(Psl 223)
sidang)
• saksi tetap menolak disumpah setelah diingatkan dapat
10) Pembelaan dari Terdakwa/penasehat hukum (pledoi)
dikenakan penyanderaan selama 14 hari di rutan.(Psl 161)
11) Jawaban dari PU (Replik) dan Tanggapan dari
• Orang-orang tertentu dapat meminta dibebaskan sebagai
terdakwa/penasehat hukum (Duplik)
saksi:
– ada hubungan keluarga sedarah/semenda atau hubungan Musyawarah Hakim (Pasal 182 juncto Pasal 19 ayat
suami/isteri (Pasal 168-169) 3,4,5 UU 4/2004)
– Karena Pekerjaan, harkat martabat dan pekerjaannya diwajibkan 12) Putusan Pengadilan
menyimpan rahasia (Pasal 170)
– Anak belum berumur 15 th/belum kawin, serta orang sakit
ingatan/jiwa.

• Hakim dapat menyatakan menerima , menolak


EKSEPSI (Pasal 156) eksepsi, atau menunda putusan setelah selesai
pemeriksaan, kalau menolak maka sidang
dilanjutkan
• Keberatan yg disampaikan oleh
terdakwa/penasehat hukumnya tentang • Hakim menerima keberatan /eksepsi maka PU
- pengadilan tdk berwenang mengadil dapat mengajukan keberatan ke PT melalui PN,
dlm waktu 14 hari sudah ada penetapan dari PT
perkaranya
- dakwaan tdk dpt diterima
• Putusan perlawanan pada akhir pemeriksaan
- surat dakwaan dibatalkan maka perlawanan diajukan dgn banding ke PT
dan PT 14 hari memberikan penetapan

PEMBUKTIAN DAN ALAT


BUKTI
• Pengertian : ketentuan yg membatasi sidang
pengadilan dalam usahanya mencari dan
PEMBUKTIAN DAN ALAT mempertahankan kebenaran

BUKTI • Perbedaan dan Persamaan pembuktian dlm


Hukum Acara Pidana dan Perdata

– Perbedaan : pengakuan terdakwa tdk melenyapkan


kewajiban pembuktian (Pasal 189 ayat 4), sedang
tergugat mengakui isi gugatan maka sidang selesai

– Persamaan : Hal yg umum diketahui tdk perlu dibuktikan


lagi (Notoire Feiten)

24
4 SISTEM/TEORI PEMBUKTIAN KUHAP menganut sistem pembuktian
1) CONVICTION IN TIME
Pembuktian berdasarkan pada keyakinan Hakim semata tanpa “UU secara negatif”.
didukung alat bukti sama sekali
Dasar hukum dianutnya sistem tsb :
2) CONVICTION RAISONCE  Pasal 183 KUHAP bahwa keyakinan hakim
Pembuktian berdasarkan keyakinan Hakim tapi disertai alasan- harus didasarkan pada minimum 2 alat bukti
alasan yg logis
 Pasal 185 ayat 2 bahwa keterangan saksi dari
3) Pembuktian menurut UU secara Positif ( Positief Wettelijk Stelsel) satu saksi tdk cukup membuktikan kesalahan
Pembuktian berdasarkan ketentuan secara limitatif mengenai alat
bukti yg harus terpenuhi dalam persidangan utk membuktikan terdakwa ( satu saksi bukan saksi “ unus testis
kesalahan terdakwa nullus testis”)
4) Pembuktian menurut UU secara negatif (Negatief Wettelijk  Pasal 189 ayat 4 bahwa keterangan terdakwa
Stelsel) tdk cukup membuktikan kesalahan terdakwa
Pembuktian didasarkan pada keyakinan Hakim, namun harus
didukung dgn minimal alat bukti yg telah ditentukan dalam UU harus didukung alat bukti lain

Kekuatan Nilai Pembuktian dari


MACAM-MACAM ALAT BUKTI
Alat Bukti
Pasal 184 Alat Bukti terdiri dari : KETERANGAN SAKSI
1. Keterangan Saksi • Keterangan dinyatakan di sidang pengadilan (Pasal 185 ayat
1)
2. Keterangan Ahli • Patut dicermati perkembangan Teknologi Informasi
3. Surat (Penafsiran Sosiologis/Teleologis)
4. Petunjuk • Saksi memenuhi kriteria Pasal 1 butir 27 (Saksi Auditu)
5. Keterangan Terdakwa saksi de auditu dan saksi yg memberikan keterangan palsu
(Pasal 174) tdk punya/lemah nilai pembuktiannya
• Saksi mengucapkan sumpah/janji
* Rasio penyusunan alat bukti didasarkan pada • Saksi minimum 2 orang
kekuatan nilai pembuktian dari alat bukti • Keterangan saksi dapat berdiri sendiri atau kesesuaian
antar keterangan saksi

KETERANGAN AHLI SURAT


• apa yg dinyatakan di sidang pengadilan (Pasal 186) • Dibuat atas sumpah jabatan atau dikuatkan
dg sumpah (Pasal 187)
• dimungkinkan disampaikan secara tertulis

• berdasarkan keahlian atau pengetahuannya • Macam-Macam Surat :


– Berita Acara
• keterangan dibawah sumpah/janji
– Akta-Akta Notariil
• Dimungkinkan diajukan keberatan thd ket. Ahli, – Surat Ket.Ahli (Visum et Repertum/VeR)
maka dilakukan kajian ulang (Pasal 180)
• Perkembangan Surat Elektronik melalui TI

25
Petunjuk
KETERANGAN TERDAKWA
• Perbuatan, kejadian/keadaan ada • apa yg dinyatakan di sidang pengadilan mengenai
perbuatan yg dilakukan,diketahui atau alami sendiri (Pasal
kesesuaian antara satu dg lain atau dg TP 189 ayat 1)
sendiri, shg menandakan terjadi TP dan
siapa pelakunya (Pasal 188) • Keterangan terdakwa diluar sidang dapat digunakan sbg
bukti (termuat di BA Pemeriksaan Penyidik)

• Petunjuk hanya dpt ditarik dari : • keterangan terdakwa hanya utk dirinya dan tdk dapat
a. keterangan ahli membuktikan kesalahan tanpa didukung alat bukti lain

b.surat • Dimungkinkan terjadi pencabutan ket. terdakwa di BAP


c.keterangan terdakwa pada waktu sidang pengadilan

JENIS-JENIS PUTUSAN
PENGADILAN
• Putusan Bebas (Vrijspraak)
@ Dasar Hukum : Pasal 191 ayat 1
PUTUSAN KUHAP
@ Pengertian : bebas dari
PENGADILAN pemidanaan
@ Dasar/Alasan penjatuhan Putusan
Bebas : Hasil pemeriksaan sidang
menyatakan kesalahan terdakwa tdk
terbukti secara sah dan menyakinkan

• Putusan Lepas dari Segala Tuntutan Hukum


• Kriteria tdk terbukti secara sah dan (Onslag Van Alle Rechtsvervolging)
menyakinkan sbb :
– Dasar Hukum : Pasal 191 ayat 2
a. minimum bukti yg ditentukan oleh KUHAP – Dasar/alasan penjatuhan putusan onslag :
tdk terpenuhi (2 alat bukti) a. TP yg didakwakan kpd terdakwa terbukti secara sah
dan menyakinkan, tapi perbuatan tsb bukan TP
b. Minimum bukti terpenuhi tapi hakim tdk yakin b. adanya alasan pemaaf (Pasal 44, pasal 49 (2), pasal
51 (2) KUHP)
c. adanya alasan pembenar dan daya paksa (Pasal 48,
c. Apabila salah satu unsur/lebih pasal 49 (1) pasal 50 dan pasal 51 (1) KUHP)
pertanggungjawaban tdk terbukti
(kesengajaan/kealpaan, kemampuan
bertanggungjawab)

26
• Pasal 195 : Putusan Pengadilan sah dan mempunyai
kekuatan hukum apabila diucapkan di sidang terbuka utk
• Putusan Pemidanaan umum
• Surat putusan pemidanaan harus memenuhi format pada
Pasal 197 yakni :
Dasar Hukum : Pasal 193 a. kepala putusan “Demi keadilan Berdasarkan Ketuhanan YME”
b. Identitas lengkap terdakwa
c. dakwaan
Dasar/alasan : Kesalahan terdakwa terbukti d. pertimbangan mengenai fakta, keadaan dan alat bukti yg diperoleh
dipersidangan sbg dasar penentuan kesalahan terdakwa
secara sah dan menyakinkan e. tuntutan pidana
f. pasal sbg dasar pemidanaan dan dasar hukum putusan, disertai
keadaan memberatkan/meringankan
g. pernyataan kesalahan, terpenuhi semua unsur TP dg kualifikasinya dan
Penjatuhan putusan pemidanaan maka pemidanaannya
dikenakan pidana sesuai ancaman hukuman h. keterangan kalau ada surat palsu atau keterangan palsu
i. perinta terdakwa utk ditahan atau tetap ditahan atau dibebaskan
yang ada (kecuali pada pelaku anak terbukti j. hari/tgl, nama PU, hakim dan panitera
bersalah tp tdk harus dipidana berdasarkan • Putusan MK Nomor 69/PUUX/2012: Pasal 197 ayat (2)
UU 3 th 1997) selengkapnya menjadi: ”Tidak Dipenuhinya Ketentuan dalam
Ayat (1) Huruf a, b, c, d, e, f, h, j, dan l Pasal ini mengakibatkan
Putusan Batal Demi Hukum”.

Hak terdakwa berkaitan dgn Putusan


• Surat Putusan Bukan Pemidanaan (Pasal 199) :
pemidanaan (Pasal 196) :
a. prinsip ada kesamaan dgn format di Pasal 197 kecuali
ttg tuntutan pdn, pasal sbg dasar penjatuhan pdn, dan
pernyataan kesalahan terdakwa a. Hak berpikir utk mempelajari putusan dgn
b. pernyataan terdakwa diputus bebas atau lepas dgn tenggang waktu 7 hr sejak putusan
menyebutkan alasan dan pasalnya b. Hak menerima putusan
c. perintah terdakwa segera dibebaskan kalau ditahan c. Hak menolak putusan
d. Hak mengajukan upaya hukum
• Tdk terpenuhi point tersebut maka batal demi e. Hak meminta penangguhan pelaksanaan putusan
hukum utk mengajukan grasi (pdn mati)
f. Hak utk mencabut kembali pernyataan yg telah
* Pasal 200 bahwa Surat Putusan ditandatangani diucapkan dg tenggang waktu tdk melewati
oleh Hakim dan panitera setelah putusan masa dari hak berpikir
diucapkan

UPAYA HUKUM Macam-macam


• Upaya Hukum Biasa
Pengertian - pasal 1 butir 12 KUHAP
– Verzet (Perlawanan)
hak terdakwa/PU untuk tidak menerima – Banding
putusan pengadilan yang berupa – Kasasi
perlawanan, banding, kasasi atau
peninjauan kembali (PK).
• Upaya Hukum Luar Biasa
– Kasasi untuk kepentingan hukum
– PK

27
Verzet (Perlawanan) Proses Pengajuan Verzet
• Perlawanan PU terhadap penetapan • Diajukan ke PN
pengadilan mengenai tidak diterimanya • Tenggang waktu 7 hr sejak putusan
dakwaan PU atau pengadilan tidak disampaikan - tenggang waktu lewat
berwenang (putusan eksepsi) - pasal 156 kesempatan verzet gugur
• Perlawanan terdakwa atas putusan • Diajukannya perlawanan maka putusan
pengadilan diluar hadirnya terdakwa menjadi gugur dan dilakukan pemeriksaan
dalam perkara pelanggaran lalu lintas ulang
berupa pidana perampasan kemerdekaan • Putusan pada perlawanan tetap maka
- pasal 214 dapat diajukan banding

• putusan yang bisa didanding:


BANDING – Putusan pemidanaan
– Putusan eksepsi yang diputuskan pada akhir
Upaya hukum yang dapat diminta pemeriksaan.
terdakwa/PU terhadap putusan pengadilan – Putusan praperadilan tentang penghentian
tingkat pertama yang bertujuan memperbaiki penyidikan/penuntutan
kekeliruan, menerapkan keseragaman
pelaksanaan hukum dan UU dengan jalan • putusan yang tidak bisa didanding (pasal
memeriksa dan memutus putusan PN dalam 67):
suatu putusan akhir (pasal 67 jo 233) – Putusan bebas
– Putusan lepas dari segala tuntutan hukum
karena tidak tepat penerapan hukumnya
– Putusan acara pemeriksaan cepat (denda)

Proses Mengajukan Banding (Pasal


5. Pemohon dapat mempelajari berkas 7 hr
233-240) sebelum dikirim PN atau 7 hr setetah diterima
PT
1. Diajukan paling lambat 7 hari sejak putusan
dijatuhkan hakim 6. Masing-masing pihak "berhak" mengajukan
memori dan kontra memori banding - diajukan
2. Panitera membuat surat keterangan yang sebelum dimulai pemeriksaan oleh PT
ditandatanganinya dan pemohon
7. Pemeriksaan di PT prinsip pemeriksaan berkas
3. Permohonan dpt dicabut selama belum dimulai tetapi dimungkinkan:
pemeriksaan di PT dan harus membayar biaya • mendengar langsung para pihak
perkara • pemeriksaan tambahan oleh PN dgn putusan sela
PT, karena kelalaian/keliru penerapan Hukum Acara
Pidana
4. Dalam 14 hari panitera harus mengirimkan ke PT

28
PUTUSAN PT ATAS BANDING KASASI
Hak terpidana/PU untuk meminta
pembatalan atas putusan pengadilan lain
1. menguatkan putusan PN dalam tingkat peradilan terakhir atas
2. mengubah atau memperbaiki amar penetapan, perbuatan pengadilan lain-lain
putusan dan hakim yang bertentangan dgn hukum
3. Membatalkan putusan PN dan PT (pasal 28 UU 14 th 1985 jo pasal 30 dan
membuat putusan sendiri (pasal 241) 45A UU no 5 tahun 2004 tentang Perubahan
atas UU No.14/1985 tentang MA)

PROSES PENGAJUAN KASASI


ALASAN-ALASAN PENGAJUAN KASASI (PSL 245-250 KUHAP)
(Pasal 253 (1))
1. Perkara yang diajukan hrs sesuai dgn yang ditentukan UU
1. Suatu peraturan hukum tidak diterapkan (psl 45A UU no. 5/2004 dan psl 244 KUHAP).
atau diterapkan tdk sebagaimana Kep. Menkeh 14/1983 ttg Tambahan Pedoman
Pelaksanaan KUHAP butir 19 berdasarkan situasi dan
mestinya kondisi, demi hukum, keadilan dan kebenaran, thd putusan
bebas dpt dimintakan kasasi
2. Cara mengadili tidak dilakukan menurut
ketentuan UU 2. Diajukan ke panitera PN secara lisan/tertulis dalam
tenggang waktu 14 hari setelah diberitahukan kepada
3. Pengadilan telah melampaui batas terdakwa – lewat tenggang waktu gugur hak untuk kasasi
(psl 246 ayat 2)
kewenangannya (pasal 253 ayat 1
KUHAP jo psl 30) 3. Pemohon “wajib” mengajukan memori kasasi/risalah kasasi
dan pihak lain berhak membuat kontra kasasi (psl 248 )

PUTUSAN MA ATAS KASASI


4. Tenggang waktu pengajuan memori kasasi 14
hari sejak pengajuan permohonan kasasi (PSL 254 -256 KUHAP)
• Menyatakan kasasi tidak dpt diterima atau hak
5. Berkas dikirim ke MA 14 hr sejak diterimanya mengajukan menjadi gugur krn lewat tenggang
memori dan kontra memori kasasi waktu, tidak ada memori kasasi atau terlambat
disampaikan.(pasal 244, 245, dan 248 KUHAP)
6. Dimungkinkan pencabutan permohonan
sampai sebelum ada putusan kasasi dari MA
dan tdk dapat diajukan kasasi lagi (psl 247) • Menolak permohonan kasasi, karena alasan
pengajuan kasasi tidak sesuai dengan pasal 253
ayat 1
7. Pemeriksaan di MA oleh majelis, berdasarkan
berkas perkara. Namun dimungkinkan
pemeriksaan tambahan melaiui putusan sela • Mengabulkan permohonan kasasi dan
ke PN atau mendengar langsung. membatalkan putusan sebelumnya, serta membuat
putusan sendiri.

29
KASASI UNTUK KEPENTINGAN
UPAYA HUKUM LUAR BIASA
HUKUM
Perbedaan dgn upaya hukum biasa : • Dasar hukum : psl 259 - 260 KUHAP
• Diajukan thd putusan pengadilan yang • Putusan yang tdk dpt dimintakan kasasi
telah berkekuatan hk tetap demi kepentingan hukum adalah putusan
• Hanya dpt diajukan dalam keadaan MA (259(1))
tertentu • Kewenangan mengajukan adalah Jaksa
• Diajukan ke MA sbg instansi pertama dan Agung berdasarkan laporan dari jaksa
akhir setempat

PENINJAUAN KEMBALI (PK)


PROSEDUR (Pasal 260-261)
(pasal 263-269)
1. Diajukan scr tertulis oleh Jaksa Agung Putusan yg dpt diajukan PK:
melalui panitera PN yang memutus 1. Diajukan thd semua putusan pengadilan,
perkara termasuk putusan MA
2. Harus disertai risalah tentang alasan 2. Putusan telah berkekuatan hk tetap
pengajuan Putusan yg tdk dapat diajukan PK (263 (1)):
3. Tidak ada tenggang waktu 1. Putusan bebas
4. Tidak boleh merugikan pihak yang 2. Putusan lepas dari segala tuntutan hk
berkepentingan(259 (2))
5. Hanya dpt diajukan 1 kali (259 (1)) Pihak yg berwenang mengajukan PK adalah
terpidana atau ahli warisnya (263 (1))

ALASAN PENGAJUAN PK TATA CARA PENGAJUAN


1. Permintaan diajukan kepada panitera PN yg memutus
(pasal 263 (2)) perkara, baik scr tertulis atau lisan dan memuat alasan yg
jelas (264 (1))

1. Apabila terdapat keadaan baru (novum) yg 2. Tidak ada batas waktu pengajuan (264 (3))
mempunyai sifat dan kualitas "dugaan kuat "
kalau diketahui sebelumnya dpt dijatuhkan 3. Permintaan akan diperiksa di PN, Ketua PN menunjuk hakim
putusan bebas atau lepas, dpt tdk diterimanya yg memeriksa, yang berbeda dgn hakim yang memutus
tuntutan PU atau penjatuhan ketentuan pidana perkara tsb - menilai alasan tepat atau tdk (265 (1))
yg lebih ringan
4. Dihadiri oleh pemohon dan PU (265 (2))
2. Apabila dlm berbagai putusan terdpt saling
pertentangan 5. Dibuat berita acara persidangan (ditandatangani hakim, PU,
3. Apabila terdapat kekhilafan yg nyata dlm pemohon dan panitera) dan berita acara pendapat
(ditandatangani hakim dan panitera) (265 (3))
putusan
6. Berdasarkan hasil pemeriksaan , permintaan dilanjutkan ke
MA (265 (4))

30
Kasasi Demi Kepentingan Hukum
PUTUSAU PK TERHADAP
MA PU
PERMOHONAN PK Kasasi
1. Menyatakan permintaan tdk dpt diterima karena
tidak sesuai dgn pasal 263 ayat 1 dan 2 (266 (1))

2. Putusan menolak permohonan PK, walaupun


alasan sesuai psl 263 ayat 2, tapi berdasarkan PT
penilaian MA tidak tepat (266 (2)) Banding

3. Putusan membenarkan alasan pemohon, maka MA


dpt menjatuhkan putusan bebas, lepas dari segala
tuntutan hukum, tdk menerima tuntutan PU,
maupun putusan pdn lebih ringan (putusan tdk Verset PH
Terdakwa
boleh melebihi putusan sebelumnya) (pasal 266 PN
(2)) Peninjauan Kembali

PELAKSANAAN PUTUSAN PENGADILAN


(EKSEKUSI)
• Dasar hukum : psl 270 - 276 KUHAP

• Pelaksana : jaksa

• Pelaksanaan tergantung jenis pdn yg dijatuhkan :


1. Pidana mati dilaksanakan tertutup
2. Terpidana menjalani pidana penjara/kurungan berturut-turut sebelum
menjalani pidana yg dijatuhkan sebelumnya ( ingat : forum
apprehensionis)
3. Pidana denda jangka waktu 1 bln dan dpt diperpanjang 1 bln lagi
4. Putusan perampasan brg diikuti dg pelelangan dg jangka waktu 3 bln
dan dpt diperpanjang 1 bln
5. Putusan ganti kerugian dalam penggabungan perkara, sesuai dg
putusan perdata
6. Biaya perkara dibebankan pd terpidana baik sendiri maupun bersama-
sama
7. Pidana bersyarat, dilaksana pengawasan dan pengamatan sesuai uu

31

Anda mungkin juga menyukai