• S. M. Amin
Hukum Acara Pidana adalah kumpulan peraturan
dengan tujuan memberikan pedoman dalam usaha
mencari kebenaran dan keadilan bila terjadi
perkosaan terhadap ketentuan hukum pidana
materiil
1
Sejarah Hukum Acara Pidana di Indonesia
Perubahan Perundang-undangan di negeri Belanda Inlands Reglemen dan Herziene Inlands
Reglement
• 1836 :Scholten diminta mempersiapkan UU
• 1839 : Panitia baru (Mr. Scholten,Mr. Scheneither,JFW
Van Neshsl ranc. Peraturan tata peradilan &
• Berlakui di Jawa & maduraInlands Reglement
KUHD,Thn 1845 dibubarkan (IR)
• 1846 Diteruskan Mr. H.L.Wichers3 tugas :
menyelesaikan peraturan mengenai peradilan • Di luar Jawa dan Madura berlaku (RBG)
Perbaikan UU yg tlh ditetapkan Rechtsreglement voor de Buitengwesten.
Pertimbangan berlakunya UU eropa orang Timur Stb.no.1927 no. 227
Peraturan yg berhasil di buat al :
1. Ketentuan Umum Per-UU an (AB)
2. Peraturan ttg susunan pengadilan & kebijaksanaan peradilan
(RO)
3. KUHPdt, KUHD
4. Peraturan tata usaha kepolisian,pengadilan sipil&penuntutan
kriminal u/ Bumi putera
Acara Pidana di Jaman Jepang dan sesudah Hukum Acara Pidana menurut Undang-undang
Proklamasi No.1 (Drt) tahun 1951
• Pada jaman pemerintahan Jepang tidak • Dengan berlakunya UU no.1 Drt 1951 dapat
dikatakan telah terjadi unifikasi hukum secara
ada perubahan yang berarti. pidana dan sususnan pengadilan
• Keterangan:
• Adapun pemerintahan RI dengan Terdapat perubahan/penggantian nama yang
mengacu pada Pasal II Aturan Peralihan sampai sekarang dipakai yaitu pengadilan
negeri, pengadilan tinggi. Pada saat itu
UUD 1945, maka peraturan yang dulu meskipun sudah ada unifkasi mengenai
berlaku masih tetap berlaku selama belum susunan pengadilan tetapi untuk hakim
diadakan yang baru. perdamaian desa tidak dihapuskan (tetap
berlaku).
Lahirnya KUHAP
• 1968 seminar Hukum Nasional (Semarang) HAP dan HAM. Sumber-Sumber Hukum Acara Pidana
• 1973, Panitia intern Dep. Kehakiman menyusun naskah • UU No 8 Tahun 1981 tentang KUHAP
Semarang. Rancangan dibahas Kejagung, Dep Keh, • UU No 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Dephankam,dan Polri.
• UU No 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan
• 1974, Rancangan KUHAP disampaikan Menkeh kepada • UU No 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
Sekneg. Sekneg MA, Dephankam, POLRI dan Depkeh Kehakiman
(koordinasi).
• UU No 3 Tahun 2009 tentang Mahkamah
• 1979, rancangan KUHAP diserahkan kepada DPR RI melalui Agung
amanat No.R 06/P. U/IX/ 1979 • Berbagai UU lain yang mengatur acara
pemeriksaan perkara pidana (UU KPK, UU
• 1981, rancangan KUHAP mendapat persetujuan DPR. Narkotika, UUSPA, UU Pengadilan HAM, dll.)
• PP No. 27 tahun 1983 tentang pelaksanaan
• 1981, Presiden Mengesahkan rancangan KUHAP menjadi KUHAP
Undang-undang No.8 tahun 1981
2
Sumber-sumber lain... Ruang Lingkup Hukum Acara Pidana :
• Putusan MK No. 65/PUU-IX/2011
• Hukum acara pidana termasuk dalam ruang
• Putusan MK No.114/PUU-X /2012 mengenai
lingkup hukum publik.
upaya hukum kasasi
• Putusan MK No. 34/PUU-XI/2013 mengenai • Hukum Acara Pidana diatur dalam KUHAP.
upaya hukum Peninjauan Kembali • Lingkup berlakunya KUHAP -> berlaku bagi
• Surat Edaran Mahkamah Agung No. 7 Tahun semua perkara pidana, baik baik yang diatur
2014 mengenai upaya hukum Peninjauan dalam KUHP, maupun yang diatur dalam
Kembali Undang-Undang di luar KUHP.
• Putusan MK No. 21/PUU-XII/2014 • KUHAP masih membuka peluang kepada UU
• Putusan PN Jaksel No. 04/Pid.Prap/2015/PN di luar KUHAP untuk mengatur acara secara
Jkt sel 2015 khusus.
3
Asas Peradilan Cepat, sederhana dan
Asas Praduga Tak Bersalah : beaya Ringan serta Bebas Jujur dan
• Pasal 8 ayat (1) UU No. 48 tahun 2009 tentang Tidak Memihak
Kekuasaan Kehakiman. • Penjelasan Umum angka 3 huruf e KUHAP :
• Peradilan yang harus dilakukan dengan cepat,
• Kebalikan Asas Presumption of Innocence -> sederhana dan beaya ringan serta bebas jujur
Presumption of Guilt. dan tidak memihak harus diterapkan secara
konsekuen dalam seluruh tingkat peradilan.
.
• UU No. 48 / 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman : Asas Peradilan Cepat :
• Secara Eksplisit :
• Pasal 2 ayat (4) :
• Pasal 50 (1), (2), (3) pada kata “segera”.
• Peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat dan
• Pasal 102 (1), Pasal 106, Pasal 107 (3).
beaya ringan.
• Secara Implisit :
• Pasal 4 ayat (2) :
• Pasal 24, 25, 26, 27, 28 ayat (4) yang mengatur
• Pengadilan membantu pencari keadilan dan
tentang jangka waktu penahanan. Jika
berusaha mengatasi segala hambatan dan
melebihi jangka waktu, maka tersangka/
rintangan untuk dapat tercapainya peradilan yang
terdakwa harus dikeluarkan dari tahanan.
sederhana, cepat dan beaya ringan.
4
Sederhana : Bebas, Jujur dan Tidak Memihak :
• Pasal 24 ayat (1) UUDN RI Tahun 1945 :
• Tercermin Prinsip Differensiasi Fungsional,
• Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan
yakni -> Pembagian tugas dan wewenang
yang merdeka untuk menyelenggarakan
jajaran aparat penegak hukum secara peradilan….
institusional (penyidik, Penuntut umum,
• Pasal 1 angka 1 UU Kekuasaan Kehakiman :
hakim).
• Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan
negara yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan
Pancasila dan UUDN RI Tahun 1945 demi
terselenggaranya negara hukum RI.
5
Asas Pemberian Bantuan Hukum : Asas Peradilan Terbuka Untuk Umum :
• Penjelasan Umum angka 3 huruf f KUHAP : • Penjelasan Umum angka 3 huruf I KUHAP :
• Setiap orang yang tersangkut perkara wajib • Sidang pemeriksa pengadilan adalah terbuka
diberi kesempatan memperoleh bantuan untuk umum kecuali dalam hal diatur dalam
hukum yang semata-mata diberikan untuk undang-undang.
melaksanakan kepentingan pembelaan atas • Pasal 153 ayat (3) KUHAP :
dirinya.
• Pasal-Pasal terkait Bantuan Hukum : • Untuk keperluan pemeriksaan, hakim ketua
sidang membuka sidang dan menyatakan
• Pasal 54, 55, 56 KUHAP
sidang terbuka untuk umum, kecuali dalam
• Bab VII KUHAP tentang Bantuan Hukum perkara mengenai kesusilaan atau
Pasal 69 s.d. 74 KUHAP. terdakwanya anak-anak.
Asas Peradilan Terbuka Untuk Umum Asas Akusatoir >< Asas Inkisitoir :
• Asas Akusatoir :
• Pasal 13 ayat (1) UU Kekuasaan Kehakiman :
• Tersangka / terdakwa ditempatkan sebagai
• Semua sidang pemeriksaan pengadilan adalah
subyek dalam setiap tingkat pemeriksaan,
terbuka untuk umum kecuali undang-undang
bukan sebagai obyek.
menentukan lain.
• Tersangka / terdakwa diperlakukan sebagai
• Pasal 13 ayat (2) UU Kekuasaan Kehakiman :
manusia yang mempunyai harkat dan harga
• Putusan pengadilan hanya sah dan diri, diberi hak dan kesempatan yang wajar
mempunyai kekuatan hukum apabila untuk membela diri dan mempertahankan hak
diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum. dan kebenarannya.
• Asas ini membedakan HAP dulu dan sekarang.
6
Asas In Presentia : Asas In Absentia :
• Penjelasan Umum angka 3 huruf h KUHAP : • Pasal 38 ayat (1) UU Pemberantasan Tipikor :
• Pengadilan memeriksa perkara pidana dengan • Dalam hal terdakwa telah dipanggil secara
hadirnya terdakwa. sah dan tidak hadir di sidang pengadilan
tanpa alasan yan sah, maka perkara dapat
• Pasal 195 KUHAP : diperiksa dan diputus tanpa kehadirannya.
• Pengadilan memutus perkara dengan • Pasal 35 ayat (1) UU Terorisme :
hadirnya terdakwa kecuali dalam hal undang- • …. Maka perkara dapat diperiksa dan diputus
undang menentukan lain. tanpa hadirnya terdakwa.
7
Laporan Aduan
• Pemberitahuan tentang telah, sedang atau • Pemberitahuan disertai permintaan oleh pihak
akan terjadi tindak pidana yang berkepentingan kepada pejabat yang
• Dilaporkan oleh orang yang mengalami, berwenang untuk menindak menurut hukum
melihat atau mendengar suatu tindak • Dilakukan oleh korban atau calon korban atau
pidana pihak yang dirugikan menurut undang-undang
• Tidak dapat dicabut kembali • Diajukan dalam 6-9 bulan (Pasal 74 KUHP)
• Terhadap delik biasa • Dapat dicabut kembali (Pasal 75 KUHP)
• Dapat dilakukan kapan saja • Terhadap delik aduan
• Bukan merupakan syarat untuk dilakukan • Merupakan syarat untuk dilakukan proses
proses penyidikan penyidikan
WEWENANG PENYELIDIK
Setelah penyelidikan selesai, dibuat dan
• Berdasarkan Hukum dan Undang-undang disampaikan laporan pada penyidik
8
PENYIDIKAN WEWENANG PENYIDIK
• Pengertian ( Pasal 1 butir 2 KUHAP jo
Pasal 1 butir 13 UU 2/2002) • Polri : Pasal 7 KUHAP jo Pasal 16 UU
2/2002
Serangkaian tindakan penyidik menurut
cara yang diatur dalam UU untuk mencari • PNS : - terbatas pada UU yang menjadi
dan mengumpulkan bukti sehingga dasar hukumnya masing-masing
membuat terang tindak pidana yang terjadi
dan menemukan tersangkanya. - Koordinasi dengan Penyidik Polri
9
Prosedur Penangkapan • Jangka Waktu (Pasal 19) : Paling lama 1
(Pasal 18) hari (Pengertian satu hari Pasal 1 butir
31)
• Surat tugas untuk melakukan penangkapan
• Surat Perintah Penangkapan (dicantumkan • Penangkapan secara prinsip dilakukan
identitas tersangka dan alasan pada Kejahatan, terhadap Pelanggaran
penangkapan/uraian singkat perkara yang dapat dilakukan penangkapan apabila
disangkakan dipanggil 2 kali beturut-turut tidak hadir
• Tembusan surat perintah harus disampaikan menghadap kepada penyidik.
kepada keluarga
• Kecuali dalam hal tertangkap tangan tanpa ada
Surat Perintah
10
Prosedur Penahanan
Jenis-Jenis Penahanan (Pasal 22)
( Pasal 21 ayat 2 dan 3)
• Tidak diperlukan surat tugas, karena rnerupakan • Jenis (Pasal 22 ayat 1)
kelanjutan dari tindakan penangkapan oleh – Penahanan rumah tahanan negara
petugas sebelumnya – Penahanan rumah
• Adanya Surat Perintah Penahanan atau – Penahanan kota
Penahanan Lanjutan (bila penahanannya
diperpanjang) • Dasar alasan penyusunan jenis penahanan :
• isi surat perintah : identitas dan alasan Disusun dari Penahanan yang terberat sampai
penahanan/uraian singkat TP yang penahanan yang paling ringan sifanya.
disangkakan/didakwakan.
• Konsekuensi hukum : Tidak dapat dibolak-balik
• Tembusan Surat Perintah Penahanan harus
disampaikan kepada keluarga penyebutan susunannya
tersangka/terdakwa.
11
Pengaruh Penahanan terhadap
Pidana yang dijatuhkan PENGALIHAN PENAHANAN
(pasal 22 ayat 5) (PASAL 23)
12
PROSEDUR PENANGGUHAN PENAHANAN
PROSEDUR PENANGGUHAN PENAHANAN
A. Jaminan Uang
B. Jaminan Orang
Aparat 4
5
Hukum Bukti Setor Kesepakatan
Besar Uang
Tersangka/ Aparat +
2
Terdakwa Hukum Persetujuan
disetor & dititipkan + orang sebagai
PENANGGUHAN Kesepakatan jaminan
1 Jumlah Uang PN Orang Lain
3 (keluarga/PH)
Tersangka/ PENANGGUHAN
Terdakwa
PROSEDUR PENGGELEDAHAN
PROSEDUR PENGGELEDAHAN
RUMAH RUMAH
B. Dalam keadaan perlu dan mendesak B. Dalam keadaan perlu dan mendesak
(pasal 34) (pasal 34)
Kriteria perlu dan mendesak (penjelasan pasal 34): – Dapat segera memasuki tempat yang akan
– Tersangka/terdakwa melarikan diri digeledah, tanpa surat ijin Ketua PN
– Tersangka/terdakwa mengulang tindak pidana – Tidak boleh memeriksa dan meyita surat/tulisan
yang tidak berhubungan dengan tindak pidana
– Tersangka/terdakwa memusnahkan/
memindahkan benda yang disita – Segera melaporkan ke Ketua PN untuk
persetujuan
– Ijin Ketua PN tidak mungkin diperoleh
secepatnya – Membuat Berita Acara penggeledahan (2 hari)
13
C. Penggeledahan dalam hal tertangkap PENGGELEDAHAN BADAN
tangan (pasal 35)
– Tempat yang dapat digeledah lebih luas • Kondisi tertangkap tangan penggeledahan
dibandingkan dengan penggeledahan rumah pakaian
dalam keadaan biasa
– Tanpa ijin dari Ketua PN • Diserahkan pada penyidik:
– Penggeledahan pakaian
D. Penggeledahan di luar wilayah hukumya – Penggeledahan badan:
• Luar
(pasal 36)
• Dalam (Intimate Body Search)
– Harus sepengetahuan Ketua PN dan Penyidik
dari wilayah hukum tersebut
• Penggeledahan badan sesuai dengan jenis
– Dimungkinkan kerjasama antar penyidik kelamin dari tersangka/terdakwa
C. Penyitaan tertangkap tangan (pasal 40 dan 41) BENDA YANG DAPAT DISITA
– Benda yang diduga untuk tindak pidana ataupun benda
lain PASAL 39
– Dapat menyita surat/paket • Benda /tagihan seluruh atau sebagian dari hasil
– Surat tanda penerimaan tindak pidana
D. Penyitaan tidak langsung (pasal 42) • Benda untuk alat tindak pidana
– Mengirim surat untuk menyerahkan benda yang disita
– Diberikan tanda penerimaan • Benda untuk menghalang-halangi tindak pidana
14
BENDA SITAAN YANG LEKAS RUSAK
PENYIMPANAN BENDA SITAAN
ATAU MEMBAHAYAKAN
(Pasal 44) (PASAL 45)
• Disimpan dalam rumah penyimpanan benda Sehingga:
sitaan negara – tidak mungkin disimpan sampai dengan putusan
berkekuatan tetap
• Dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan – biaya penyimpanan terlalu tinggi
tanggungjawab oleh pejabat yang
berwenang sesuai dengan tingkat Diambil tindakan menjual lelang atau
pemeriksaan diamankan dengan persetujuan dan disaksikan
tersangka/kuasanya oleh :
• Dilarang digunakan oleh siapapun juga – Penyidik/PU
– PU dengan ijin Hakim
BERAKHIRNYA PENYITAAN
• Uang hasil pelelangan dipakai sebagai
barang bukti (PASAL 46)
Sebelum putusan hakim
• Sedapat mungkin disisihkan sebagian Benda sitaan dikembalikan kepada yang paling
kecil untuk pembuktian berhak apabila:
– Kepentingan penyidikan dan penuntutan tidak
memerlukan lagi
• Benda yang terlarang atau dilarang
– Perkara tidak jadi dituntut karena tidak cukup
diedarkan dapat dirampas untuk
bukti atau bukan TP
dipergunakan bagi kepentingan negara
– Perkara dikesampingkan untuk kepentingan
atau dimusnahkan umum atau ditutup demi kepentingan hukum,
kecuali apabila benda tersebut diperoleh dari TP
atau dipergunakan melakukan TP
15
• Sebelum pemeriksaan dimulai, penyidik wajib • Keterangan tersangka/saksi diberikan tanpa
memberitahu hak (pasal 114) atau wajib (pasal 56) tekanan (pasal 117)
didampingi penasehat hukum (bantuan hukum)
• Tersangka/saksi bertempat tinggal di luar wilayah
hukum yang melakukan penyidikan, pemeriksaan
• Saat pemeriksaan penyidikan, penasehat hukum dilakukan oleh penyidik di tempat tinggal
dapat melihat dan mendengar kecuali terhadap tersangka/saksi
kejahatan keamanan negara hanya boleh melihat
(pasal 115) • Pemeriksaan ditahap penyidikan dapat
menghadirkan saksi ahli dengan disumpah,
• Saksi tidak disumpah, kecuali dengan alasan yang keterangan ahli berdasarkan persetujuannya (pasal
sah dan jelas tidak mungkin hadir di persidangan 120)
(pasal 116)
• Keterangan dicatat dalam berita acara,
ditandatangani penyidik dan tersangka/saksi (jika
• Tersangka dapat meminta dihadirkan dan diperiksa tidak mau menandatangani dicatat dalam berita
saksi yang menguntungkan dirinya acara (pasal 118)
PENGHENTIAN PENYIDIKAN
BERKAS PERKARA
Penyidik mempunyai kewenangan untuk melakukan
Penghentian Penyidikan (Pasal 109 KUHAP)
berdasarkan alasan : • PENGERTIAN :
– Tidak Cukup Bukti kumpulan berita acara dari setiap tindakan
Minimal alat bukti yang harus terpenuhi 2 alat bukti penyidik dalam tahap penyidikan yang
– Peristiwa tersebut bukan TP disusun menjadi satu bendel/berkas
peristiwa dilaporkan sebagai penipuan ternyata perkara
perdata hutang piutang • Dasar hukum Pasal 75 KUHAP
– Dihentikan Demi Hukum • Berkas Perkara wajib segera diserahkan
- Ne bis in idem (Pasal 76 KUHP)
- Tersangka meninggal dunia
kepada Penuntut Umum (Pasal 110 ayat 1)
- Daluarsa (Pasal 78 KUHP)
Terhadap penghentian penyidikan, pihak penyidik
mengeluarkan Surat Perintah Penghentian Penyidikan
16
PRAPENUNTUTAN
• Penyerahan Berkas Perkara dilakukan
• Dalam penyerahan BP pada tahap 1 dimungkinkan
dalam 2 Tahap yakni : terjadi “Prapenuntutan” yaitu :
“ pengembalian berkas perkara oleh penuntut umum
kepada penyidik disertai petunjuk-petunjuk untuk
– Tahap 1 Penyidik hanya menyerahkan melengkapi berkas yang dipandang belum sempurna
berkas perkara saja ke penuntut umum sebagai dasar penyusunan surat dakwaan”
17
• Putusan MK No. 102/PUU-XIII/2015 Pasal 82 ayat 1 huruf d
• Putusan MK Nomor 114/PUUX/2012 Pasal 244 “permintaan praperadilan gugur ketika pokok perkara telah
Terhadap putusan perkara pidana yang diberikan pada dilimpahkan dan telah dimulai sidang pertama terhadap pokok
tingkat terakhir oleh pengadilan lain selain daripada perkara atas nama terdakwa/pemohon praperadilan.”
Mahkamah Agung, terdakwa atau penuntut umum dapat
mengajukan permintaan pemeriksaan kasasi kepada • Putusan MK No. 130/PUU-XIII/2015 Pasal 109 ayat 1
Mahkamah Agung (KECUALI TERHADAP PUTUSAN “penyidik wajib memberitahukan dan menyerahkan surat
BEBAS) dihapus perintah dimulainya penyidikan kepada penuntut umum,
terlapor, dan korban/pelapor dalam waktu paling lambat 7
(tujuh) hari setelah dikeluarkannya surat perintah penyidikan”.
• Putusan MK Nomor 34/PUUXI/2013, dinyatakan : Pasal
268 ayat (3) PK hanya sekali, dihapus • Putusan MK No. 33/PUU-XIV/2016 Pasal 263 ayat 1
kesimpulannya Peninjauan kembali hanya dapat diajukan
• Putusan MK No. 21/PUU-XII/2014 frasa “bukti oleh terpidana atau ahli warisnya (Penuntut Umum atau
permulaan”, “bukti permulaan yang cukup”, “bukti yang penegak hukum lain tidak dapat mengajukan PK), dan tidak
cukup” dimaknai minimal 2 alat bukti. boleh diajukan terhadap putusan bebas dan lepas dari segala
tuntutan hukum.
PENUNTUTAN Penuntutan :
• Pihak yang berwenang Penuntut Umum (PU) • Pasal 1 angka 7 KUHAP :
(pasal 1 butir 6b jo pasal 13) • Penuntutan ialah tindakan penuntut umum
• Kewenangan PU (pasal 14) untuk melimpahkan perkara pidana ke
• Pengertian (pasal 1 butir 7 jo pasal 137) Pengadilan Negeri yang berwenang dalam hal
menurut cara yang diatur dalam undang-
• Penggentian Penuntutan (pasal 140) karena:
undang dengan permintaan supaya diperiksa
– Tidak terdapat cukup bukti
dan diputus oleh hakim.
– Bukan tindak pidana
– Perkara ditutup demi hukum
(meninggal/daluarsa)
18
Syarat Surat Dakwaan (pasal 143):
• Syarat Formil meliputi:
SUARAT DAKWAAN – nama lengkap;
– tempat lahir;
– umur atau tanggal lahir;
• Pengertian – jenis kelamin;
– kebangsaan ;
Surat dakwaan adalah yang memuat – tempat tinggal;
perumusan tindak pidana yang didakwakan – agama;
– pekerjaan tersangka .
kepada terdakwa, didasarkan hasil • Syarat materiil meliputi
pemeriksaan penyidik dan dihubungkan – uraian secara cermat;
– jelas
dengan pasal tindak pidana yang dilanggar, – lengkap
– mengenai tindak pidana yang didakwakan
serta menjadi dasar pemeriksaan hakim dalam – dengan menyebut waktu
sidang pengadilan” – tempat tindak pidana dilakukan
19
PROSES SURAT DAKWAAN Perubahan Surat dakwaan :
• Pasal 143 ayat (1) KUHAP : • Pasal 146 KUHAP :
• Dilimpahkan ke Pengadilan Negeri. • Penuntut umum dapat merubah surat dakwaan
• Penuntut umum melimpahkan perkara ke pengadilan sebelum pengadilan menetapkan hari sidang.
negeri dengan permintaan agar segera mengadili • Perubahan untuk menyempurnakan surat
perkara tersebut disertai dengan surat dakwaan. dakwaan atau tidak melanjutkan penuntutan.
• Pasal 143 ayat (4) KUHAP : • Perubahan hanya boleh satu kali.
• Turunan surat pelimpahan perkara dan turunan surat • Turunan perubahan disampaikan kepada
dakwaan disampikan kepada tersangka, kuasanya, tersangka, penasehat hukumnya dan penyidik
penasehat hukumnya dan penyidik bersamaan • Waktu : sebelum ditetapkan tanggal sidang atau 7
dengan pelimpahan perkara tersebut ke pengadilan hari sebelum sidang dimulai.
negeri.
1. Pengadilan Umum (Pengadilan Negeri, Pengadilan • perkara koneksitas, antara peradilan umum dan
Anak, Pengadilan Niaga)
militer.(wewenang absolut)
2. Peradilan Militer
• sengketa antara pengadilan negeri/tinggi Jawa Timur
3. Peradilan Agama
dengan Jawa Tengah karena locus delicti terjadi
4. Peradilan Tata Usaha Negara diperbatasan wilayah.
20
PROSEDUR PENYELESAIAN SENGKETA
Bentuk Sengketa mengadili yang relatif : WEWENANG MENGADILI
- Sengketa wewenang mengadili yang
a. Sengketa antara 2 PN atau lebih menyatakan
berwenang atau tidak berwenang mengadili :
absolut, diselesaikan oleh Mahkamah
- 2 PN dalam satu wilayah hukum Agung.
- 2 PN berbeda 2 wilayah hukum - Sengketa wewenang mengadili yang
relatif diselesaikan oleh:
b. Sengketa antara 2 PT atau lebih.
@ PT ( 2 PN dlm 1 wil.hk)
@ MA ( 2 PN dlm wil.hk yang beda dan
sengketa antara 2 PT)
PIHAK-PIHAK YG DAPAT
PRAPERADILAN
MENGAJUKAN PRAPERADILAN
• Salah satu wewenang mengadili dari PN
untuk mengadili :
Tersangka/keluarga/pihak lain atas kuasa
@ sah atau tidak penangkapan,
penahanan,
Penyidik/PU atau Pihak Ketiga yg
penghentian penyidikan atau penuntutan
berkepentingan berkaitan dgn sah/tdknya
@ ganti kerugian atau rehabilitasi bagi
penghentian penyidikan/penuntutan
orang yg perkaranya dihentikan di
penyidikan/penuntutan (Pasal 1 btr 10
juncto Pasal 77)
21
GANTI RUGI &REHABILITASI
DASAR ALASAN PENILAIAN SAH (pasal 95-97 KUHAP)
ATAU TDK TINDAKAN DARI
PENYIDIK DAN PU Ganti kerugian:
Tersangka, terdakwa atau terpidana berhak menuntut
ganti kerugian karena ditangkap, ditahan, dituntut
dan diadili/dikenakan tindakan lain, tanpa alasan
o Prosedur penangkapan,penahanan, yang berdasarkan UU atau karena kekeliruan
penggeledahan, dan penyitaan sudah mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan (psl
dilaksanakan atau tidak 95 ayat 1)
22
• ACARA PEMERIKSAAN BIASA (Pasal
152 s/d 202 KUHAP)
23
6) Pemeriksaan Saksi, diharapkan saksi korban yang 7) Pemeriksaan Ahli
didahulukan (Pasal 160 ayat 1 b) 8) Pemeriksaan terdakwa
dianjurkan menjawab (Pasal 175)
• menjadi saksi adalah kewajiban hukum
dilarang diajukan pertanyaan yg menjerat (Pasal 166)
• saksi wajib disumpah/mengucapkan janji, kecuali anak
9) Tuntutan Pidana dari PU (Rekuisitor)
belum 15 th dan belum kawin, orang sakit ingatan/jiwa
meski kadang-kadang ingatannya baik (Pasal 171) dibacakan setelah pemeriksaan sidang selesai
dilakukan (semua alat bukti selesai diperiksa dan
• pelaksanaan sumpah dapat dilakukan di tempat ibadah
semua barang bukti sudah diperlihatkan dimuka
(Psl 223)
sidang)
• saksi tetap menolak disumpah setelah diingatkan dapat
10) Pembelaan dari Terdakwa/penasehat hukum (pledoi)
dikenakan penyanderaan selama 14 hari di rutan.(Psl 161)
11) Jawaban dari PU (Replik) dan Tanggapan dari
• Orang-orang tertentu dapat meminta dibebaskan sebagai
terdakwa/penasehat hukum (Duplik)
saksi:
– ada hubungan keluarga sedarah/semenda atau hubungan Musyawarah Hakim (Pasal 182 juncto Pasal 19 ayat
suami/isteri (Pasal 168-169) 3,4,5 UU 4/2004)
– Karena Pekerjaan, harkat martabat dan pekerjaannya diwajibkan 12) Putusan Pengadilan
menyimpan rahasia (Pasal 170)
– Anak belum berumur 15 th/belum kawin, serta orang sakit
ingatan/jiwa.
24
4 SISTEM/TEORI PEMBUKTIAN KUHAP menganut sistem pembuktian
1) CONVICTION IN TIME
Pembuktian berdasarkan pada keyakinan Hakim semata tanpa “UU secara negatif”.
didukung alat bukti sama sekali
Dasar hukum dianutnya sistem tsb :
2) CONVICTION RAISONCE Pasal 183 KUHAP bahwa keyakinan hakim
Pembuktian berdasarkan keyakinan Hakim tapi disertai alasan- harus didasarkan pada minimum 2 alat bukti
alasan yg logis
Pasal 185 ayat 2 bahwa keterangan saksi dari
3) Pembuktian menurut UU secara Positif ( Positief Wettelijk Stelsel) satu saksi tdk cukup membuktikan kesalahan
Pembuktian berdasarkan ketentuan secara limitatif mengenai alat
bukti yg harus terpenuhi dalam persidangan utk membuktikan terdakwa ( satu saksi bukan saksi “ unus testis
kesalahan terdakwa nullus testis”)
4) Pembuktian menurut UU secara negatif (Negatief Wettelijk Pasal 189 ayat 4 bahwa keterangan terdakwa
Stelsel) tdk cukup membuktikan kesalahan terdakwa
Pembuktian didasarkan pada keyakinan Hakim, namun harus
didukung dgn minimal alat bukti yg telah ditentukan dalam UU harus didukung alat bukti lain
25
Petunjuk
KETERANGAN TERDAKWA
• Perbuatan, kejadian/keadaan ada • apa yg dinyatakan di sidang pengadilan mengenai
perbuatan yg dilakukan,diketahui atau alami sendiri (Pasal
kesesuaian antara satu dg lain atau dg TP 189 ayat 1)
sendiri, shg menandakan terjadi TP dan
siapa pelakunya (Pasal 188) • Keterangan terdakwa diluar sidang dapat digunakan sbg
bukti (termuat di BA Pemeriksaan Penyidik)
• Petunjuk hanya dpt ditarik dari : • keterangan terdakwa hanya utk dirinya dan tdk dapat
a. keterangan ahli membuktikan kesalahan tanpa didukung alat bukti lain
JENIS-JENIS PUTUSAN
PENGADILAN
• Putusan Bebas (Vrijspraak)
@ Dasar Hukum : Pasal 191 ayat 1
PUTUSAN KUHAP
@ Pengertian : bebas dari
PENGADILAN pemidanaan
@ Dasar/Alasan penjatuhan Putusan
Bebas : Hasil pemeriksaan sidang
menyatakan kesalahan terdakwa tdk
terbukti secara sah dan menyakinkan
26
• Pasal 195 : Putusan Pengadilan sah dan mempunyai
kekuatan hukum apabila diucapkan di sidang terbuka utk
• Putusan Pemidanaan umum
• Surat putusan pemidanaan harus memenuhi format pada
Pasal 197 yakni :
Dasar Hukum : Pasal 193 a. kepala putusan “Demi keadilan Berdasarkan Ketuhanan YME”
b. Identitas lengkap terdakwa
c. dakwaan
Dasar/alasan : Kesalahan terdakwa terbukti d. pertimbangan mengenai fakta, keadaan dan alat bukti yg diperoleh
dipersidangan sbg dasar penentuan kesalahan terdakwa
secara sah dan menyakinkan e. tuntutan pidana
f. pasal sbg dasar pemidanaan dan dasar hukum putusan, disertai
keadaan memberatkan/meringankan
g. pernyataan kesalahan, terpenuhi semua unsur TP dg kualifikasinya dan
Penjatuhan putusan pemidanaan maka pemidanaannya
dikenakan pidana sesuai ancaman hukuman h. keterangan kalau ada surat palsu atau keterangan palsu
i. perinta terdakwa utk ditahan atau tetap ditahan atau dibebaskan
yang ada (kecuali pada pelaku anak terbukti j. hari/tgl, nama PU, hakim dan panitera
bersalah tp tdk harus dipidana berdasarkan • Putusan MK Nomor 69/PUUX/2012: Pasal 197 ayat (2)
UU 3 th 1997) selengkapnya menjadi: ”Tidak Dipenuhinya Ketentuan dalam
Ayat (1) Huruf a, b, c, d, e, f, h, j, dan l Pasal ini mengakibatkan
Putusan Batal Demi Hukum”.
27
Verzet (Perlawanan) Proses Pengajuan Verzet
• Perlawanan PU terhadap penetapan • Diajukan ke PN
pengadilan mengenai tidak diterimanya • Tenggang waktu 7 hr sejak putusan
dakwaan PU atau pengadilan tidak disampaikan - tenggang waktu lewat
berwenang (putusan eksepsi) - pasal 156 kesempatan verzet gugur
• Perlawanan terdakwa atas putusan • Diajukannya perlawanan maka putusan
pengadilan diluar hadirnya terdakwa menjadi gugur dan dilakukan pemeriksaan
dalam perkara pelanggaran lalu lintas ulang
berupa pidana perampasan kemerdekaan • Putusan pada perlawanan tetap maka
- pasal 214 dapat diajukan banding
28
PUTUSAN PT ATAS BANDING KASASI
Hak terpidana/PU untuk meminta
pembatalan atas putusan pengadilan lain
1. menguatkan putusan PN dalam tingkat peradilan terakhir atas
2. mengubah atau memperbaiki amar penetapan, perbuatan pengadilan lain-lain
putusan dan hakim yang bertentangan dgn hukum
3. Membatalkan putusan PN dan PT (pasal 28 UU 14 th 1985 jo pasal 30 dan
membuat putusan sendiri (pasal 241) 45A UU no 5 tahun 2004 tentang Perubahan
atas UU No.14/1985 tentang MA)
29
KASASI UNTUK KEPENTINGAN
UPAYA HUKUM LUAR BIASA
HUKUM
Perbedaan dgn upaya hukum biasa : • Dasar hukum : psl 259 - 260 KUHAP
• Diajukan thd putusan pengadilan yang • Putusan yang tdk dpt dimintakan kasasi
telah berkekuatan hk tetap demi kepentingan hukum adalah putusan
• Hanya dpt diajukan dalam keadaan MA (259(1))
tertentu • Kewenangan mengajukan adalah Jaksa
• Diajukan ke MA sbg instansi pertama dan Agung berdasarkan laporan dari jaksa
akhir setempat
1. Apabila terdapat keadaan baru (novum) yg 2. Tidak ada batas waktu pengajuan (264 (3))
mempunyai sifat dan kualitas "dugaan kuat "
kalau diketahui sebelumnya dpt dijatuhkan 3. Permintaan akan diperiksa di PN, Ketua PN menunjuk hakim
putusan bebas atau lepas, dpt tdk diterimanya yg memeriksa, yang berbeda dgn hakim yang memutus
tuntutan PU atau penjatuhan ketentuan pidana perkara tsb - menilai alasan tepat atau tdk (265 (1))
yg lebih ringan
4. Dihadiri oleh pemohon dan PU (265 (2))
2. Apabila dlm berbagai putusan terdpt saling
pertentangan 5. Dibuat berita acara persidangan (ditandatangani hakim, PU,
3. Apabila terdapat kekhilafan yg nyata dlm pemohon dan panitera) dan berita acara pendapat
(ditandatangani hakim dan panitera) (265 (3))
putusan
6. Berdasarkan hasil pemeriksaan , permintaan dilanjutkan ke
MA (265 (4))
30
Kasasi Demi Kepentingan Hukum
PUTUSAU PK TERHADAP
MA PU
PERMOHONAN PK Kasasi
1. Menyatakan permintaan tdk dpt diterima karena
tidak sesuai dgn pasal 263 ayat 1 dan 2 (266 (1))
• Pelaksana : jaksa
31