Oleh:
Rully Herdita Ramadhani
Fakultas Hukum
Universitas Padjadjaran
Persoalan Mendasar
Pengertian Hukum Pidana
Mengetahui
Konten-
ruang
konten
lingkup
Batasan-
batasan
Pengertian Hukum Pidana
Perbuatan Pidana
(Criminal Act) Hukum Pidana
Materil
(Subtantive Criminal
Pertanggungjawaban Law)
Hukum Pidana
Pidana
(Prof. Moelyatno)
(Criminal Liability)
Prof. Pompe
Hukum Pidana adalah semua aturan-aturan hukum yang menentukan
terhadap perbuatan-perbuatan apa yang seharusnya dijatuhi pidana,
dan apakah macamnya pidana itu.
Prof. Simons
Hukum Pidana adalah kesemuanya perintah-perintah dan larangan-larangan
yang diadakan oleh negara dan yang diancam dengan suatu nestapa (pidana)
barangsiapa yang tidak mentaatinya, kesemuanya aturan-aturan yang
menentukan syarat-syarat bagi akibat hukum itu dan kesemuanya aturan-
aturan untuk mengadakan (menjatuhi) dan menjalankan pidana tersebut.
Pengertian Hukum Pidana
Sudarto
• Perbuatan yang memenuhi
syarat tertentu:
• Perbuatan yang
dilakukan orang, yang
memungkinkan adanya
Hukum pidana pemberian pidana
berpokok pada 2 • Pidana:
hal: • Penderitaan yang sengaja
dibebankan kepada
orang yang melakukan
perbuatan yang
memenuhi syarat
tertentu
Hukum Kesalahan meliputi
Pidana melawan hukum
Perbuatan Orang
Pertanggungjawaban pidana
Kasus sederhana
•Mencuri barang
•Barang dikembalikan
•Apakah bisa dipidana?
Hukum Pidana
Sebagai Ultimum Remedium
(Upaya Terakhir)
Sanksi nestapa
Penggunaannya harus
selektif
Hukum Dalam Perkembangan
“bahwa kejahatan
dapat dikenali dari
sifat dan watak
seseorang”
Tujuan Hukum Pidana
Dapat disimpulkan bahwa
tujuan dari hukum pidana
Prof. Wirjono
adalah untuk memenuhi
rasa keadilan.
Kriminalistik Kriminologi
Ilmu
Kedokteran Viktimologi
Kehakiman
Riwayat KUHP
Andi Hamzah
Utrecht
• Masa VOC • Masa VOC
• Masa Hindia • Masa Daendels
Belanda • Masa Raffles
• Masa Jepang • Masa Komisaris
Jenderal
• Masa • Masa 1848-1918
Kemerdekaan • KUHP tahun 1915
- sekarang
Masa VOC
Asas-asas
Hukum
Romawi
- Putusan Raja
- Putusan Raja Belanda
Wetboek van Belanda 4/5/1917
Strafrecht voor 15/10/1915 (S.1917 no. 497)
Unifikasi
Nederlandsch - Berlaku : mengatur
Indie 1/1/1918 peralihan dari H.
disertai Pidana lama -->
H. Pidana baru.
Masa Jepang
UU No.1/1946 : berlakunya
KUHP, perubahan beberapa
UU No. 20/1946 : tambahan
istilah, penghapusan UU drt No. 8/1955 :
jenis pidana Ps 10 a KUHP -->
beberapa pasal, menghapus Ps 527
pidana Tutupan
penambahan pasal-pasal
baru : Bab IX - XVI
UU Money Laundering
Contoh UU non pidana yang memuat
sanksi pidana
UU UU Pendidikan
UU Pers UU Perbankan
Lingkungan Nasional
UU Partai
UU Pajak UU pemilu UU Merek
Politik
UU UU Pasar
Kepabeanan Modal
Hukum Pidana Umum & Khusus
Berlakunya Berlakunya
Hukum Pidana Hukum Pidana
Menurut Waktu Menurut Tempat
Lingkup Asas Legalitas
Berlakunya
Hukum
Pidana
Pasal 1 Penafsiran
Menurut
Waktu ayat (1) Konstruksi Hukum
Arti perubahan UU
2. Asas
1. Asas Legalitas Larangan
berlaku surut
3. Asas Larangan
penggunaan
Analogi
ASAS LARANGAN BERLAKU SURUT
Nasional
• Ps 28i UUD 1945
• Ps 18 (2) dan Ps 18 (3) UU No. 39 Tahun 1999
Internasional
• Ps 15 (1) hukum tidak berlaku surut
• dan (2) pengecualian dalam kejahatan
menurut hukum kebiasaan international ICCPR
• Ps 22, 23, dan 24 ICC
Pengecualian Larangan
Berlaku Surut
Ps 43 UU No. 26 Tahun
2000
Ps 18 (2) Ps 18 (3)
• Setiap orang tidak • Setiap ada perubahan
boleh dituntut untuk dalam peraturan
dihukum atau dijatuhi perundang-undangan
pidana, kecuali maka berlaku
berdasarkan suatu ketentuan yang paling
peraturan perundang- menguntungkan bagi
undangan yang sudah tersangka
ada sebelum tindak
pidana itu dilakukan
UU No. 26 Tahun 2000 tentang
Pengadilan HAM (bisa berlaku surut ?)
Penjelasan Ps 43 (2)
(1) Pelanggaran hak asasi
manusia yg. Berat yg. Terjadi • “ Dalam hal DPR Indonesia
sebelum diundangkannya UU ini, mengusulkan dibentuknya
diperiksa dan diputus oleh Pengadilan HAM ad hoc,
pengadilan HAM ad hoc. DPR Indonesia mendasarkan
pada dugaan telah
(2) Pengadilan HAM ad hoc terjadinya pelanggaran HAM
sebagaimana dimaksud dalam yang berat yg dibatasi pada
ayat (1) dibentuk atas usul DPR locus dan tempus delicti
Indonesia berdasarkan peristiwa tertentu yg terjadi sebelum
tertentu dg. Keputusan presiden. diundangkannya undang-
undang ini.
UU Anti Terorisme dan Putusan MK
Misalnya:
Mengambil = mengadakan suatu
perbuatan yang bermaksud
memindahkan sesuatu benda dari
tangan yang satu ke tangan yang
lain
Pendapat Scholten
(dan Utrecht)
PENAFSIRAN
EKSTENSIF
ANALOGI
• Hakim meluaskan • Hakim membawa
lingkungan kaidah perkara yang
yang lebih tinggi harus diselesaikan
sehingga perkara yang ke dalam
bersangkutan lingkungan kaidah
termasuk juga di
dalamnya yang lebih tinggi
Pasal 1 ayat (2) KUHP
-+-----------+---------------+---->
UU Perbuatan Perubahan UU
• Perubahan UU ? …………….
Teori : (1) Teori formil (2) Teori materiil terbatas (3) Teori
materiil tidak terbatas
Kaitannya dengan
ketentuan mengenai
pelaku tindak pidana
anak : Ps 45,46,47 KUHP
atau UU Pengadilan Anak
Teori-teori Tempus Delicti
1. Teori 2. Teori
Perbuatan fisik bekerjanya alat
(de leer van de yg digunakan
lichamelijke (de leer van
daad) het instrumen)
4. Teori waktu
3. Teori Akibat yg jamak (de
(de leer van leer van de
het gevolg) meervoudige
tijd)
Teori-teori Locus Delicti
1. Teori 2. Teori
Perbuatan fisik bekerjanya alat
(de leer van de yg digunakan
lichamelijke (de leer van het
daad) instrumen)
4. Teori Tempat
3. Teori Akibat yg jamak (de
(de leer van het leer van de
gevolg) meervoudige
tijd)
Locus delicti penting diketahui
dalam hal-hal :
Hazewinkel-
Suringa, Mempergunakan 3
Zevenbergen, teori sec teleologis
Noyon-Langemejer
Lihat -->
Keputusan Hoge
Meervoudige locus Raad 2/1/1923
delicti w.Nr.1108
Hakim diberi
kemerdekaan
memilih diantara 3
locus delicti ini
Asas-asas Berlakunya Hukum Pidana
Asas Universalitas :
• Ps 4 :2 , Ps 4 sub 4 , Ps 1 UU 4/ 1976
• “melakukan kejahatan ttg mata uang, uang kertas negara atau uang
kertas Bank”
Asas-Asas berlakunya Hukum Pidana : Beberapa
masalah !
• Kapal :
Wilayah • a) kapal Indonesia
Indonesia ? • b) kapal perang
• c) kapal dagang
• Kejahatan
Asas Terorisme?
Universalitas
: • Kejahatan HAM
berat ?
UU No.43/2008
Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia,
yang selanjutnya disebut dengan Wilayah
Negara adalah salah satu unsur negara yang
merupakan satu kesatuan wilayah daratan,
perairan pedalaman, perairan kepulauan dan
laut teritorial beserta dasar laut dan tanah di
bawahnya, serta ruang udara di atasnya,
termasuk seluruh sumber kekayaan yang
terkandung di dalamnya.
Batas Wilayah
Pasal 5
• Batas Wilayah Negara di darat, perairan, dasar laut dan tanah di bawahnya serta
ruang udara di atasnya ditetapkan atas dasar perjanjian bilateral dan/atau trilateral
mengenai batas darat, batas laut, dan batas udara serta berdasarkan peraturan
perundang-undangan dan hukum internasional.
Pasal 6
• (1) Batas Wilayah Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, meliputi:
a. di darat berbatas dengan Wilayah Negara: Malaysia, Papua Nugini, dan Timor
Leste; b. di laut berbatas dengan Wilayah Negara: Malaysia, Papua Nugini, Singapura,
dan Timor Leste; dan c. di udara mengikuti batas kedaulatan negara di darat dan di
laut, dan batasnya dengan angkasa luar ditetapkan berdasarkan perkembangan
hukum internasional.
• (2) Batas Wilayah Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), termasuk titik-titik
koordinatnya ditetapkan berdasarkan perjanjian bilateral dan/atau trilateral.
• (3) Dalam hal Wilayah Negara tidak berbatasan dengan negara lain, Indonesia
menetapkan Batas Wilayah Negara secara unilateral berdasarkan peraturan
perundang-undangan dan hukum internasional.
Asas-asas Berlakunya Hukum Pidana :
Pengecualian (2)
Ps 9 KUHP : Hukum publik internasional
membatasi berlakunya Ps 2,3,4,5, 7, dan 8 KUHP
disebutkan unsur-unsurnya,
tidak disebut kualifikasinya -->
mis. Ps 106, Ps 167, Ps 209
Subjek Tindak Pidana
Manusia (natuurlijk personen) Korporasi
syarat
merumuskan :
UU
“Barangsiapa ….” UU TPE
UU Pencucian
Pemberantasan RUU KUHP
Uang
TP Terorisme
b) hukuman : mati,
penjara, kurungan,
dll (Ps 10 KUHP) adanya kebutuhan untuk
memidana korporasi:
• Badan Hukum
c) Hukum Pidana • Bukan badan hukum
disandarkan pada • Badan Usaha (UU ITE: 11/2008)
kesalahan orang • Badan Publik (UU KIP: No.
14/2008)
Tindak Pidana
Unsur-unsur (van Bemmelen)
Unsur Obyektif
Unsur Subyektif
dapat dipersalahkan
Pasal 285
Pasal 359
• barangsiapa
• dengan kekerasan atau •barangsiapa
• ancaman kekerasan
• memaksa
•karena
• seorang wanita kealpaannya
• bersetubuh dengan dia •menyebabkan
• di luar perkawinan orang lain mati
Tindak Pidana
Pembagian Tindak Pidana (Jenis Delik)
▪ Delik Kejahatan & Delik pelanggaran
▪ Delik Materiil & Delik Formil
▪ Delik Komisi & Delik Omisi
▪ Delik Dolus & Delik Culpa
▪ Delik Biasa & Delik Aduan
▪ Delik yang Berdiri sendiri & Delik Berlanjut
▪ Delik Selesai & Delik yang diteruskan
▪ Delik Tunggal & Delik Berangkai
▪ Delik Sederhana & Delik Berkualifikasi; Delik Berprivilege
▪ Delik Politik & Delik Komun (umum)
▪ Delik Propia & Delik Komun (umum)
Tenggang waktu antara 1 perbuatan dengan perbuatan yang lain, tidak terlalu lama
Delik
Berlangsung
Delik Selesai terus
Satu atau beberapa satu atau beberapa
perbuatan tertentu perbuatan yang
yang selesai dalam melangsungkan suatu
suatu waktu tertentu keadaan yang dilarang
yang singkat