Anda di halaman 1dari 94

Hukum Pidana

Oleh:
Rully Herdita Ramadhani

Fakultas Hukum
Universitas Padjadjaran
Persoalan Mendasar
Pengertian Hukum Pidana

• Mengapa definisi itu Penting?


• Sebutkan dan Jelaskan definisi Hukum Pidana?
• Dari beberapa definisi Hukum Pidana. Manakah
definisi Hukum Pidana yang menurut kalian lebih
tepat?
Pentingnya Definisi

Mengetahui
Konten-
ruang
konten
lingkup

Batasan-
batasan
Pengertian Hukum Pidana

Perbuatan Pidana
(Criminal Act) Hukum Pidana
Materil
(Subtantive Criminal
Pertanggungjawaban Law)
Hukum Pidana
Pidana
(Prof. Moelyatno)
(Criminal Liability)

Hukum Pidana Formil


(Criminal Procedure
Law)
Pengertian Hukum Pidana

Prof. Pompe
Hukum Pidana adalah semua aturan-aturan hukum yang menentukan
terhadap perbuatan-perbuatan apa yang seharusnya dijatuhi pidana,
dan apakah macamnya pidana itu.

Prof. Simons
Hukum Pidana adalah kesemuanya perintah-perintah dan larangan-larangan
yang diadakan oleh negara dan yang diancam dengan suatu nestapa (pidana)
barangsiapa yang tidak mentaatinya, kesemuanya aturan-aturan yang
menentukan syarat-syarat bagi akibat hukum itu dan kesemuanya aturan-
aturan untuk mengadakan (menjatuhi) dan menjalankan pidana tersebut.
Pengertian Hukum Pidana

Prof. Van Hammel


Hukum Pidana adalah semua dasar-dasar dan aturan-aturan yang dianut
oleh suatu negara dalam menyelenggarakan ketertiban hukum (rechtsorde)
yaitu dengan melarang apa yang bertentangan dengan hukum dan
mengenakan suatu nestapa kepada yang melanggar larangan-larangan
tersebut.
Pengertian Hukum Pidana

Sudarto
• Perbuatan yang memenuhi
syarat tertentu:
• Perbuatan yang
dilakukan orang, yang
memungkinkan adanya
Hukum pidana pemberian pidana
berpokok pada 2 • Pidana:
hal: • Penderitaan yang sengaja
dibebankan kepada
orang yang melakukan
perbuatan yang
memenuhi syarat
tertentu
Hukum Kesalahan meliputi
Pidana melawan hukum

Perbuatan Orang
Pertanggungjawaban pidana

• Alasan Pemaaf Melawan


Kesalahan
• Alasan Pembenar Hukum
Quiz
Bila seseorang melakukan perbuatan pidana dengan
didukung oleh bukti-bukti, apakah lantas seseorang
tersebut dapat dipidana?
Jawabnya: tidak

Apakah • Punya kesalahan?


orang • Mampu bertanggungjawab
tersebut atau tidak?
Mengapa Hukum Pidana
dikualifikasikan sebagai
Hukum Publik? Bukan
Hukum Privat.....
Apa yang menjadi
keistimewaan Hukum
Pidana yang merupakan
pembeda dari hukum
yang lain?
Pasal 362 tentang pencurian, ada lingkup privat di situ yang
menyangkut kepentingan orang lain, akan tetapi pidana lebih
berperan di situ karena ada unsur melawan hukum
Analisis

Kasus sederhana
•Mencuri barang
•Barang dikembalikan
•Apakah bisa dipidana?
Hukum Pidana
Sebagai Ultimum Remedium
(Upaya Terakhir)

Sanksi nestapa

Penggunaannya harus
selektif
Hukum Dalam Perkembangan

Di dalam KUHP, Di luar


KUHP, dan RKUHP
•Apakah dapat difungsikan
sebagai Ultimum Remedium?
Mengapa
pidana • Sanksi bersifat
nestapa (istimewa)
difungsikan • Sesuai dengan sifat
sebagai Hukum Pidana
Ultimum • Digunakan sebagai
upaya terakhir
Remedium?
Fungsi Hukum Pidana
Fungsi Sama dengan fungsi hukum lainnya: mengatur hidup
kemasyarakatan
Umum

Melindungi kepentingan hukum


Fungsi
Khusus Menjatuhkan sanksi berupa pidana: fungsi preventif

Alat social control: bersifat subsidair Ultimum


Remedium
Kondisi

“bahwa kejahatan
dapat dikenali dari
sifat dan watak
seseorang”
Tujuan Hukum Pidana
Dapat disimpulkan bahwa
tujuan dari hukum pidana
Prof. Wirjono
adalah untuk memenuhi
rasa keadilan.

Diantara pada Untuk menakut-nakuti orang jangan sampai melakukan


kejahatan, baik secara menakut-nakuti orang banyak
sarjana (generale preventie) maupun secara menakut-nakuti orang
tertentu yang sudah menjalankan kejahatan agar di
hukum kemudian hari tidak melakukan kejahatan lagi (speciale
diutarakan preventie).

bahwa tujuan Untuk mendidik atau memperbaiki orang-orang yang sudah


menankan suka melakukan kejahatan agar menjadi orang
hukum yang baik tabiatnya sehingga bermanfaat bagi masyarakat.
pidana
adalah:
Hubungan Ilmu Hukum Pidana
Dengan Ilmu-Ilmu Lainnya

Kriminalistik Kriminologi

Ilmu
Kedokteran Viktimologi
Kehakiman
Riwayat KUHP

Andi Hamzah
Utrecht
• Masa VOC • Masa VOC
• Masa Hindia • Masa Daendels
Belanda • Masa Raffles
• Masa Jepang • Masa Komisaris
Jenderal
• Masa • Masa 1848-1918
Kemerdekaan • KUHP tahun 1915
- sekarang
Masa VOC

Statuten van Hukum


Batavia Belanda kuno

Asas-asas
Hukum
Romawi

Di daerah lainnya berlaku Hukum Adat


mis. Pepakem Cirebon
Masa Hindia Belanda

1. Putusan Raja 2. Ordonnantie 6


Dualisme dalam H. Belanda 10/2/1866 Mei 1872 (S.1872) -
Pidana (S.1866 no.55) -- -> Orang Indonesia
> Orang Eropa & Timur Asing

- Putusan Raja
- Putusan Raja Belanda
Wetboek van Belanda 4/5/1917
Strafrecht voor 15/10/1915 (S.1917 no. 497)
Unifikasi
Nederlandsch - Berlaku : mengatur
Indie 1/1/1918 peralihan dari H.
disertai Pidana lama -->
H. Pidana baru.
Masa Jepang

Osamu Serei H. Pidana


(UU) No. 1 formil yang
WvSI masih
Tahun 1942, mengalami
berlaku
berlaku banyak
7/3/1942 perubahan
Masa Kemerdekaan

UUD 1945 Ps. II


Aturan Peralihan
• Segala Badan Negara
dan Peraturan yang
ada masih berlaku
selama belum
diadakan yang baru
menurut UUD ini
Masa Kemerdekaan

UU No. 1 Tahun 1946 :


Berlaku di Jawa-Madura
Penegasan tentang Hukum
(26/2/1946)
Pidana yang berlaku di Indonesia

UU No. 73 Tahun 1958 : “


Undang-undang tentang
menyatakan berlakunya UU No.
PP No. 8 Tahun 1946 : Berlaku di
1 Tahun 1946 tentang Peraturan
Sumatera
Hukum Pidana untuk seluruh
wilayah RI dan mengubah Kitab
Undang-undang Hukum Pidana”
KUHP
Buku I : Ketentuan Umum (ps 1 – ps
103)
• Pasal 103  Ketentuan-ketentuan dalam Bab I
sampai Bab VIII buku I juga berlaku bagi
perbuatan-perbuatan yang oleh ketentuan
perundang-undangan lainnya diancam dengan
pidana, kecuali jika oleh undang-undang
ditentukan lain

Buku II : Kejahatan (ps 104 – 488)

Buku III : Pelanggaran (ps 489 – 569)


Beberapa UU yang merubah & menambah
KUHP (1)

UU No.1/1946 : berlakunya
KUHP, perubahan beberapa
UU No. 20/1946 : tambahan
istilah, penghapusan UU drt No. 8/1955 :
jenis pidana Ps 10 a KUHP -->
beberapa pasal, menghapus Ps 527
pidana Tutupan
penambahan pasal-pasal
baru : Bab IX - XVI

UU No. 73/1958 : UU drt No. 1/1960 :


menyatakan UU No. 1/1946 menambah ancaman pidana
berlaku di seluruh Indonesia, dari Ps 188, 359, 360
tambahan Ps 52a, 142a, menjadi 5 Tahun penjara
154a atau 1 tahun kurungan
Beberapa UU yang merubah
& menambah KUHP (2)

Perpu No. 16/1960 :


penambahan nilai terhadap Perpu No. 18/1960 : pidana UU No. 1/PNPS/1965 :
beberapa kejahatan ringan : Ps denda dilipatgandakan 15 X tambahan Ps 156 a
364, 373, 379, 384, 407 (1)

UU No. 7/1974 : tambahan


sanksi untuk judi Ps 303 menjadi UU No. 4/1976 perubahan dan
UU No. 20/2001 : menghapus
10 juta & denda 25 juta, Ps 542 penambahan tentang Kejahatan
pasal-pasal tentang korupsi dari
(1) menjadi Kejahatan, Ps 303 penerbangan : Ps 3, Ps 4 angka
KUHP
bis pidana menjadi 4 tahun, 4, Ps 95a, 95b,95c, Bab XXIX A.
denda 10 juta.
UU Pidana di luar KUHP

UU Anti Subversi, UU No. 11/PNPS/1963 (Sudah dihapus)

UU Pemberantasan T.P. Korupsi, UU No. 20/2001 jo UU No.


31/1999

UU Tindak Pidana Ekonomi, UU No. 7/drt/1955

Perpu 1/2002  UU 15/2003 Anti Terorisme

UU Money Laundering
Contoh UU non pidana yang memuat
sanksi pidana

UU UU Pendidikan
UU Pers UU Perbankan
Lingkungan Nasional

UU Partai
UU Pajak UU pemilu UU Merek
Politik

UU UU Pasar
Kepabeanan Modal
Hukum Pidana Umum & Khusus

H. Pidana Umum H. Pidana Khusus


• Hukum Pidana non • Hukum Pidana
militer militer
• KUHP & UU yg
• TPE, TPK, TPS,
merubah &
menambahnya Hukum Pidana
militer, Hukum
• Hukum Pidana yang
Berlaku umum (KUHP,
Pidana Fiskal
TPE,TPK, TPS, dll) • UU non pidana yang
Bersanksi pidana
Batas-batas
Berlakunya
Hukum Pidana

Berlakunya Berlakunya
Hukum Pidana Hukum Pidana
Menurut Waktu Menurut Tempat
Lingkup Asas Legalitas
Berlakunya
Hukum
Pidana
Pasal 1 Penafsiran

Menurut
Waktu ayat (1) Konstruksi Hukum

Arti perubahan UU

Pasal 1 Teori perubahan UU

ayat (2) Daluarsa (Pasal 75 KUHP)

Di bawah Umur (Pasal 45 KUHP


Pasal 1 KUHP

(1) Tiada suatu perbuatan dapat dipidana,


kecuali berdasarkan kekuatan ketentuan
perundang-undangan pidana yang telah ada
sebelumnya.

(2) Jika ada perubahan dalam perundang-


undangan sesudah perbuatan dilakukan,
maka terhadap terdakwa diterapkan
ketentuan yang paling menguntungkan.
ASAS YANG TERCAKUP DALAM
PASAL 1 (1) KUHP

Nullum delictum, nulla poena sine praevia lege


poenali

Tiada delik, tiada hukuman tanpa suatu peraturan


yg terlebih dahulu menyebut perbuatan yang
bersangkutan sebagai suatu delik dan yang memuat
suatu hukuman yg dapat dijatuhkan atas delik itu
Asas-asas dalam
Pasal 1 ayat (1 ) KUHP

2. Asas
1. Asas Legalitas Larangan
berlaku surut

3. Asas Larangan
penggunaan
Analogi
ASAS LARANGAN BERLAKU SURUT

Undang-undang pidana berjalan ke


depan dan tidak ke belakang :

X --------- UU Pidana -------------


Larangan berlaku surut dalam berbagai ketentuan

Nasional
• Ps 28i UUD 1945
• Ps 18 (2) dan Ps 18 (3) UU No. 39 Tahun 1999

Internasional
• Ps 15 (1) hukum tidak berlaku surut
• dan (2) pengecualian dalam kejahatan
menurut hukum kebiasaan international ICCPR
• Ps 22, 23, dan 24 ICC
Pengecualian Larangan
Berlaku Surut

Ps 43 UU No. 26 Tahun
2000

Perpu 1/2002 & 2/2002 


UU 15/2003 ; UU 16/2003
Ps 28i UUD 1945

“… hak untuk tidak dituntut


atas dasar hukum yang berlaku
surut adalah hak asasi manusia
yang tidak dapat dikurangi
dalam keadaan apapun.”
UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM

Ps 18 (2) Ps 18 (3)
• Setiap orang tidak • Setiap ada perubahan
boleh dituntut untuk dalam peraturan
dihukum atau dijatuhi perundang-undangan
pidana, kecuali maka berlaku
berdasarkan suatu ketentuan yang paling
peraturan perundang- menguntungkan bagi
undangan yang sudah tersangka
ada sebelum tindak
pidana itu dilakukan
UU No. 26 Tahun 2000 tentang
Pengadilan HAM (bisa berlaku surut ?)
Penjelasan Ps 43 (2)
(1) Pelanggaran hak asasi
manusia yg. Berat yg. Terjadi • “ Dalam hal DPR Indonesia
sebelum diundangkannya UU ini, mengusulkan dibentuknya
diperiksa dan diputus oleh Pengadilan HAM ad hoc,
pengadilan HAM ad hoc. DPR Indonesia mendasarkan
pada dugaan telah
(2) Pengadilan HAM ad hoc terjadinya pelanggaran HAM
sebagaimana dimaksud dalam yang berat yg dibatasi pada
ayat (1) dibentuk atas usul DPR locus dan tempus delicti
Indonesia berdasarkan peristiwa tertentu yg terjadi sebelum
tertentu dg. Keputusan presiden. diundangkannya undang-
undang ini.
UU Anti Terorisme dan Putusan MK

MK membatalkan ketentuan berlaku surut


dalam UU Anti Terorisme krn bertentangan
dengan UUD 1945

Kenapa UU Pengadilan HAM berlaku surut?


Dan Perppu Terorisme dinyatakan berlaku
surut? (mengacu pada putusan MK)
PENAFSIRAN & ANALOGI

Penafsiran : Penafsiran Ekstensif Vs


Analogi ?
• Otentik • Putusan HR 23 Mei 1921 (kasus
pencurian listrik di Gravenhage)
• Sistematis • Putusan Rechtbank Leeuwarden,
• Gramatikal 10 Des 1919 (pencurian sapi)
• Taverne Vs para sarjana pidana
• Historis lainnya (Van Hattum, Simons,
• Sosiologis Zevenbergen, Van Hamel)
• Teleologis
• Ekstensif
Pendapat Scholten
(dan juga Utrecht)

Pada hakekatnya tidak ada perbedaan antara penafsiran


ekstensif dan analogi. Dalam kedua hal itu hakim membuat
konstruksi , yaitu membuat (mencari) suatu pengertian hukum
yang lebih tinggi. Hakim membuat suatu kaidah yang lebih
tinggi dan yang dapat dijadikan dasar beberapa ketentuan
yang mempunyai kesamaan.

Misalnya:
Mengambil = mengadakan suatu
perbuatan yang bermaksud
memindahkan sesuatu benda dari
tangan yang satu ke tangan yang
lain
Pendapat Scholten
(dan Utrecht)

PENAFSIRAN
EKSTENSIF
ANALOGI
• Hakim meluaskan • Hakim membawa
lingkungan kaidah perkara yang
yang lebih tinggi harus diselesaikan
sehingga perkara yang ke dalam
bersangkutan lingkungan kaidah
termasuk juga di
dalamnya yang lebih tinggi
Pasal 1 ayat (2) KUHP
-+-----------+---------------+---->
UU Perbuatan Perubahan UU

• Perubahan UU ? …………….
Teori : (1) Teori formil (2) Teori materiil terbatas (3) Teori
materiil tidak terbatas

• Paling menguntungkan ? …………..


• Terserah pada praktek & hanya dapat ditentukan untuk
masing2 perkara sendiri (in concreto). Hal ini tidak dapat
ditentukan sec. Umum (in abstracto)
• Periksa : Utrecht h.228
Perubahan UU yang dimaksud
Pasal 1 (2) KUHP
Teori Formil : Ada perubahan Teori Materiil Terbatas : Tiap
undang-undang kalau redaksi perubahan sesuai dg suatu
undang-undang pidana berubah perubahan perasaan (keyakinan)
(simons)  ditolak oleh Putusan HR hukum pada pembuat undang-
3 Des 1906 , kasus ps 295 sub 2 undang (jadi tidak boleh
KUHP, batas dewasa 23  21 tahun diperhatikan perubahan keadaan
dlm BW karena waktu)

Teori Materiil tidak Terbatas : tiap


perubahan – baik dalam perasaan
hukum dari pembuat undang-
undang maupun dalam keadaan
karena waktu – boleh diterima
sebagai suatu perubahan dalam
undang-undang  Sesuai HR 5 Des
1921
Perubahan kesadaran/perasaan hukum

Menjadi tidak Menjadi dapat Diperberat/diperingan


dapatnya dihukum dihukumnya suatu pidana atas suatu
suatu perbuatan perbuatan perbuatan.

(Baca lebih lanjut dalam buku Lamintang Putusan


MA, dalam bagian Berlakunya UU Pidana Menurut
Waktu)
Tempus delicti penting diketahui dalam hal-hal
:

Kaitannya dengan aturan


Kaitannya dg Ps 1 KUHP
tentang Daluwarsa

Kaitannya dengan
ketentuan mengenai
pelaku tindak pidana
anak : Ps 45,46,47 KUHP
atau UU Pengadilan Anak
Teori-teori Tempus Delicti

1. Teori 2. Teori
Perbuatan fisik bekerjanya alat
(de leer van de yg digunakan
lichamelijke (de leer van
daad) het instrumen)

4. Teori waktu
3. Teori Akibat yg jamak (de
(de leer van leer van de
het gevolg) meervoudige
tijd)
Teori-teori Locus Delicti

1. Teori 2. Teori
Perbuatan fisik bekerjanya alat
(de leer van de yg digunakan
lichamelijke (de leer van het
daad) instrumen)

4. Teori Tempat
3. Teori Akibat yg jamak (de
(de leer van het leer van de
gevolg) meervoudige
tijd)
Locus delicti penting diketahui
dalam hal-hal :

Hukum pidana •Hukum Indonesia atau


mana yang akan
diberlakukan Hukum negara lain

Kompetensi •Contoh : PN Jakarta


relatif suatu
pengadilan Selatan atau PN Bogor
Teori mana yang dipilih ?

Bergantung sifat dan


Van Hamel, Simons corak perkara
: konkret yang hendak
diselesaikan

Hazewinkel-
Suringa, Mempergunakan 3
Zevenbergen, teori sec teleologis
Noyon-Langemejer

*) Periksa buku Utrecht hal 239


Surabaya Semarang Cirebon
---- racun --> ----diminum ---> ----- mati
A --> B B B

Lihat -->
Keputusan Hoge
Meervoudige locus Raad 2/1/1923
delicti w.Nr.1108

Hakim diberi
kemerdekaan
memilih diantara 3
locus delicti ini
Asas-asas Berlakunya Hukum Pidana

Asas Teritorialitas/ wilayah :

• Ps 2 --> Ps 3 KUHP --> Ps 95 KUHP, UU No 4/1976


• Prinsip bendera dan register pesawat

Asas Nasionalitas Pasif/ perlindungan :

• Ps 4 :1,2 dan 4 --> Ps 8 KUHP , UU No. 4/1976 , Ps 3 UU No. 7/ drt/ 1955


Lihat Ps 16 UU 31/1999

Asas Personalitas/ Nasionalitas Aktif :

• Ps 5 KUHP --> Ps 7 KUHP --> Ps 92 KUHP

Asas Universalitas :

• Ps 4 :2 , Ps 4 sub 4 , Ps 1 UU 4/ 1976
• “melakukan kejahatan ttg mata uang, uang kertas negara atau uang
kertas Bank”
Asas-Asas berlakunya Hukum Pidana : Beberapa
masalah !

• Kapal :
Wilayah • a) kapal Indonesia
Indonesia ? • b) kapal perang
• c) kapal dagang

• Kejahatan
Asas Terorisme?
Universalitas
: • Kejahatan HAM
berat ?
UU No.43/2008
Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia,
yang selanjutnya disebut dengan Wilayah
Negara adalah salah satu unsur negara yang
merupakan satu kesatuan wilayah daratan,
perairan pedalaman, perairan kepulauan dan
laut teritorial beserta dasar laut dan tanah di
bawahnya, serta ruang udara di atasnya,
termasuk seluruh sumber kekayaan yang
terkandung di dalamnya.
Batas Wilayah
Pasal 5
• Batas Wilayah Negara di darat, perairan, dasar laut dan tanah di bawahnya serta
ruang udara di atasnya ditetapkan atas dasar perjanjian bilateral dan/atau trilateral
mengenai batas darat, batas laut, dan batas udara serta berdasarkan peraturan
perundang-undangan dan hukum internasional.
Pasal 6
• (1) Batas Wilayah Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, meliputi:
a. di darat berbatas dengan Wilayah Negara: Malaysia, Papua Nugini, dan Timor
Leste; b. di laut berbatas dengan Wilayah Negara: Malaysia, Papua Nugini, Singapura,
dan Timor Leste; dan c. di udara mengikuti batas kedaulatan negara di darat dan di
laut, dan batasnya dengan angkasa luar ditetapkan berdasarkan perkembangan
hukum internasional.
• (2) Batas Wilayah Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), termasuk titik-titik
koordinatnya ditetapkan berdasarkan perjanjian bilateral dan/atau trilateral.
• (3) Dalam hal Wilayah Negara tidak berbatasan dengan negara lain, Indonesia
menetapkan Batas Wilayah Negara secara unilateral berdasarkan peraturan
perundang-undangan dan hukum internasional.
Asas-asas Berlakunya Hukum Pidana :
Pengecualian (2)
Ps 9 KUHP : Hukum publik internasional
membatasi berlakunya Ps 2,3,4,5, 7, dan 8 KUHP

Termasuk yang memiliki imunitas hukum pidana :


Sesuai perjanjian Wina 18/4/1961

Yang memiliki imunitas :

• Kepala-kepala negara & keluarganya (sec. resmi, bukan


incognito/singgah)
• Duta negara asing & keluarganya --> konsul : tergantung
traktat antar negara.
• Anak buah kapal perang asing : termasuk awak kapal
terbang militer
• Pasukan negara sahabat yang berada di wilayah negara atas
persetujuan negara
Menurut perjanjian Wina 18/4/1961, maka
keluarga termasuk memiliki imunitas (hak
eksteritorial)

Untuk ketua organisasi internasional biasanya


dilindungi (tergantung traktat antar negara).
Strafbarfeit (Menurut Vos)

Tindak pidana adalah suatu kelakuan


manusia (menselijke gedraging) yang
oleh peraturan perundang-undangan
diberi hukuman;
Strafbarfeit (Satochid K)
•Pelanggaran kepentingan
hukum
•Membahayakan kepentingan
hukum
Apa yang dimaksud
dengan kepentingan
hukum?
• Kepentingan Hukum dalam Ilmu Pengetahuan Hukum Pidana Jerman
(rechtsgut)
• Hak-hak
• Hubungan
• Keadaan
• Hubungan masyarakat
• Tiga macam kepentingan hukum
• Kepentingan perseorangan
• Kepentingan masyarakat
• Kepentingan negara
Kepentingan Hukum
• Jiwa = TP pembunuhan
• Badan = TP Penganiayaan
• Kehormatan = TP Penghinaan
• Kemerdekaan = TP Perdagangan Orang
• Harta benda = Pencurian
Kelakuan
manusia
Anasir-anasir
Dilarang dan
diancam dengan
hukuman
Strafbarfeit (Menurut Pompe)
Teoretis Hukum Positif
• Tindak pidana adalah suatu • Tindak pidana itu suatu peristiwa
pelanggaran kaidah yang diadakan yang oleh undang-undang
karena kesalahan pelanggar dan ditentukan sebagai suatu
yang harus diberi hukuman untuk peristiwa yang menyebabkan
dapat mempertahankan tata dijatuhkan hukuman.
hukum dan menyelamatkan
kesejahteraan umum.
Strafbarfeit (menurut Van Hattum)
“Tindak pidana adalah suatu peristiwa yang
menyebabkan hal seseorang (pembuat) mendapat
hukuman atau dapat hukuman”.
Aliran Monistis ………...
Aliran Dualistis …………..
Aliran Monistis

Tidak memisahkan antara perbuatan


dan pertanggungjawaban

Dalam rumusan tindak pidana sekaligus


tercakup unsur perbuatan/akibat dan
unsur kesalahan/pertanggungjawaban
Aliran Dualistis

Tindakan/perbuatan dari manusia

Memisahkan secara tegas antara perbuatan (tindak


pidana) dan pertanggungjawaban

Dalam rumusan tindak pidana hanya tercantum unsur


perbuatan/akibat tanpa unsur
kesalahan/pertanggungjawaban
3 cara merumuskan Tindak Pidana:

Disebutkan unsur-unsurnya &


disebut kualifikasinya --> mis,
Ps 362 KUHP

disebutkan kualifikasinya tanpa


disebut unsur-unsurnya -->
mis. Ps 297, Ps 351

disebutkan unsur-unsurnya,
tidak disebut kualifikasinya -->
mis. Ps 106, Ps 167, Ps 209
Subjek Tindak Pidana
Manusia (natuurlijk personen) Korporasi

syarat
merumuskan :
UU
“Barangsiapa ….” UU TPE
UU Pencucian
Pemberantasan RUU KUHP
Uang
TP Terorisme

b) hukuman : mati,
penjara, kurungan,
dll (Ps 10 KUHP) adanya kebutuhan untuk
memidana korporasi:
• Badan Hukum
c) Hukum Pidana • Bukan badan hukum
disandarkan pada • Badan Usaha (UU ITE: 11/2008)
kesalahan orang • Badan Publik (UU KIP: No.
14/2008)
Tindak Pidana
Unsur-unsur (van Bemmelen)

Di dalam Di luar perumusan


(unsur) : syarat
perumusan (bagian) dapat dipidana -
– bestanddelen elementen
• 1. Secara melawan
hukum
• 2. Dapat dipersalahkan
dimuat dalam surat • 3. Dapat
dakwaan dipertanggungjawabkan
semua syarat yg dimuat dalam rumusan delik
merupakan bagian-bagian, sebanyak itu pula,
yg apabila dipenuhi membuat tingkah laku
menjadi tindakan yang melawan hukum
• Tingkah laku yg dilarang
• Bagian subyektif : kesalahan, maksud, tujuan, niat,
rencana, ketakutan
• Bagian obyektif : secara melawan hukum, kualitas,
kausalitas, bagian-bagian lain yg menentukan dapat
dikenakan pidana (syarat tambahan; keadaan)
• Bagian yg mempertinggi dapatnya dikenakan pidana
Unsur-Unsur Tindak Pidana
Unsur-unsur dalam perumusan

Unsur Obyektif

• perbuatan (aktif/pasif) atau akibat, melawan hukum, syarat tambahan,


keadaan

Unsur Subyektif

• kesalahan : sengaja dan kealpaan

Keadaan – syarat penyerta agar seseorang dapat dihukum –


Psl. 123, 182, 531, 280 KUHP

Syarat tambahan untuk pemidanaan


Unsur-unsur di
luar perumusan

secara melawan hukum

dapat dipersalahkan

Dapat dipertanggungjawab kan


Contoh unsur-unsur dalam
rumusan tindak pidana

Pasal 362 KUHP


• barangsiapa
Pasal 338
• mengambil KUHP
• Barang yang sebagian/
seluruhnya kepunyaan • barangsiapa
orang lain
• dengan maksud
• dengan sengaja
memiliki • menghilangkan
• secara melawan hukum nyawa orang lain
Contoh unsur dalam rumusan
tindak pidana

Pasal 285
Pasal 359
• barangsiapa
• dengan kekerasan atau •barangsiapa
• ancaman kekerasan
• memaksa
•karena
• seorang wanita kealpaannya
• bersetubuh dengan dia •menyebabkan
• di luar perkawinan orang lain mati
Tindak Pidana
Pembagian Tindak Pidana (Jenis Delik)
▪ Delik Kejahatan & Delik pelanggaran
▪ Delik Materiil & Delik Formil
▪ Delik Komisi & Delik Omisi
▪ Delik Dolus & Delik Culpa
▪ Delik Biasa & Delik Aduan
▪ Delik yang Berdiri sendiri & Delik Berlanjut
▪ Delik Selesai & Delik yang diteruskan
▪ Delik Tunggal & Delik Berangkai
▪ Delik Sederhana & Delik Berkualifikasi; Delik Berprivilege
▪ Delik Politik & Delik Komun (umum)
▪ Delik Propia & Delik Komun (umum)

*) Pembagian delik menurut kepentingan yang dilindungi :


Lihat judul-judul bab pada Buku II dan Buku III KUHP
Jenis Delik
Kejahatan (misdrijf) Pelanggaran (overtreding)
• dlm. MvT : sebelum ada UU sudah • dlm MvT : baru dianggap tidak
dianggap tidak baik (recht-delicten) baik setelah ada UU (wet
• Hazewinkel-Suringa : tidak ada delicten)
perbedaan kualitatif, hanya • Perbedaan dg kejahatan:
perbedaan kuantitatif • a) Percobaan : tidak dipidana
• a) Percobaan : dipidana • b) Membantu : tidak dipidana
• b) Membantu : dipidana • c) Daluwarsa : lebih pendek
• c) Daluwarsa : lebih panjang • d) Delik aduan : tidak ada
• d) Delik aduan : ada • e) Aturan ttg Gabungan
• e) Aturan ttg Gabungan berbeda berbeda

KUHP : Buku II KUHP : Buku III


Jenis Delik

D. Formil : yang dirumuskan bentuk


D. Materiil : Yang dirumuskan perbuatannya --> Ps 362, Ps 263, dll
akibatnya --> Ps 338, Ps 187, dll
D. Omisi : melakukan delik dg
perbuatan pasif
D. Komisi : melanggar larangan
• a) D. Omisi murni : melanggar perintah dg
dg perbuatan aktif tidak berbuat, mis. Ps 164, Ps 224 KUHP
• b) D. Omisi tak murni : melanggar larangan
D. Dolus : delik dilakukan dg dg tidak berbuat, mis Ps 194 KUHP
sengaja, mis. Ps 338, Ps 351 D. Culpa : Delik dilakukan dg
kealpaan, mis. Ps 359, Ps 360
Delik Biasa
(bukan aduan) Delik Aduan
penuntutannya
penuntutannya tidak memerlukan memerlukan
pengaduan, mis. Ps 340, Ps 285 pengaduan, mis. Ps 310,
Ps 284
Cukup dengan laporan dari setiap
orang yang melihat/ mengetahui Harus ada pengaduan
tindak pidana tsb., tidak harus
dengan pengaduan dari korban dari korban atau orang
atau orang2 tertentu tertentu
Delik Berdiri Delik Berlanjut
Sendiri
Terdiri atas dua atau lebih
Terdiri atas satu delik yang delik, yang karena kaitannya
yang erat mengakibatkan
berdiri sendiri
dikenakan satu sanksi
kepada terdakwa

Untuk pemidanaannya tidak


Untuk pemidanaannya
perlu menggunakan ketentuan
menggunakan ketentuan
tentang TP; tinggal melihat
tentang gabungan TP, yaitu
berapa ancaman pidana dari
Pasal 64 KUHP
Pasal yang dilanggar
Delik Berlanjut
Masih menjadi perdebatan apakah delik berlanjut (voortgezette delict) sama dengan
perbuatan berlanjut (voortgezette handeling)

Sebagian sarjana (termasuk Utrecht) menyamakan voortgezette delict dengan voortgezette


handeling) dan untuk pemidanaannya memakai ketentuan Pasal 64 KUHP, dengan syarat:

Perbuatan –perbuatan timbul dari 1 kehendak

Perbuatannya harus sejenis

Tenggang waktu antara 1 perbuatan dengan perbuatan yang lain, tidak terlalu lama
Delik
Berlangsung
Delik Selesai terus
Satu atau beberapa satu atau beberapa
perbuatan tertentu perbuatan yang
yang selesai dalam melangsungkan suatu
suatu waktu tertentu keadaan yang dilarang
yang singkat

Mis: Pasal 362, Pasal Mis: Pasal 221, Pasal


338 261, Pasal 333
Delik Tunggal Delik Berangkai
Delik di mana untuk dapat dipidananya si
Delik di mana untuk dapat pelaku maka ybs. harus melakukan perbuatan
dipidananya si pelaku maka tersebut beberapa kali (berulang-ulang,
ybs. cukup melakukan berturut-turut)
perbuatan tersebut sebanyak
satu kali

Karena harus dilakukan berulang-ulang: bisa


berupa pencaharian atau kebiasaan (sebagai
unsur yang menentukan untuk dipidananya
pelaku)

Mis: Pasal 362, Pasal 338

Mis: Pasal 296, Pasal 481


Delik
Pokok/sederhana
Delik yang dalam perumusannya
Delik Berkualifikasi
mencantumkan unsur2 pokok yang Delik pokok yang ditambah
menentukan pemidanaannya dengan unsur yang
memperberat pemidanaan
Pasal 362, Pasal 351 ayat
(1) mis: Pasal 351 ayat (2), Pasal
363, Pasal 365 ayat (4)

• Delik pokok yang


ditambah dengan unsur
Delik yang meringan
Berprevilege pemidanaan
• Mis: Pasal 308. Pasal 364
Delik Komuna
Delik Politik (bukan delik politik)

Delik yang Delik yang tidak


mengandung unsur mengandung
politik unsur politik
• Mis: Makar untuk
menggulingkan • Mis: pembunuhan
pemerintah (Pasal 107), orang biasa (Pasal
makar untuk membunuh 338), Pencurian
kepala negara (Pasal 104) mobil (Pasal 362)
Delik Propria Delik Komuna
Delik yang hanya dapat dilakukan Delik yang dapat dilakukan oleh
oleh orang2 tertentu (subjeknya setiap orang
adalah orang-orang tertentu)

Cirinya: Subjeknya adalah


“barang siapa“
Mis: Pasal 308, Pasal 346, Pasal
449

Mis: Delik Pencurian (Pasal 362),


Delik Pembunuhan (Pasal 338)

Anda mungkin juga menyukai