HPI 10102
3 SKS
KULIAH 1
Arti dan Ruang Lingkup Hukum Pidana
Sumber-sumber Hukum Pidana Di
Indonesia
Pembagian Hukum Pidana :
Utrecht
-Jaman VOC
-Jaman Daendels
-Jaman Raffles
-Jaman Komisaris
Jenderal
-Tahun 1848-1918
-KUHP tahun 1915
-sekarang
Jaman VOC
Jaman Jepang
WvSI masih berlaku
Osamu Serei (UU) No. 1
Tahun 1942, berlaku 7/3/1942
H. Pidana formil yang
mengalami banyak
perubahan
Jaman Kemerdekaan
UUD 1945 Ps. II
Aturan Peralihan
Segala Badan Negara
dan Peraturan yang
ada masih berlaku
selama belum
diadakan yang baru
menurut UUD ini
Jaman Kemerdekaan
UU No. 1 Tahun 1946 : Penegasan tentang Hukum
Pidana yang berlaku di Indonesia
Berlaku di Jawa-Madura (26/2/1946)
PP No. 8 Tahun 1946 : Berlaku di Sumatera
UU No. 73 Tahun 1958 : Undang-undang tentang
menyatakan berlakunya UU No. 1 Tahun 1946 tentang
Peraturan Hukum Pidana untuk seluruh wilayah RI dan
mengubah Kitab Undang-undang Hukum Pidana
KUHP
Buku I : Ketentuan Umum (ps 1 ps 103)
Pasal 103 Ketentuan-ketentuan dalam Bab I
sampai Bab VIII buku I juga berlaku bagi
perbuatan-perbuatan yang oleh ketentuan
perundang-undangan lainnya diancam dengan
pidana, kecuali jika oleh undang-undang
ditentukan lain
UU Lingkungan
UU Pers
UU Pendidikan Nasional
UU Perbankan
UU Pajak
UU Partai Politik
UU pemilu
UU Merek
UU Kepabeanan
UU Pasar Modal
etc
Hukum Pidana
Umum
Subyek
Substansi
Hukum Pidana
Khusus
H. Pidana militer
KULIAH 2
Berlakunya Hukum Pidana Menurut
Waktu
Berlakunya Hukum Pidana Menurut
Tempat
Pasal 1 KUHP
(1) Tiada suatu perbuatan dapat dipidana,
kecuali berdasarkan kekuatan ketentuan
perundang-undangan pidana yang telah ada
sebelumnya.
(2) Jika ada perubahan dalam perundangundangan sesudah perbuatan dilakukan,
maka terhadap terdakwa diterapkan
ketentuan yang paling menguntungkan .
ASAS YG TERCAKUP
DLM PASAL 1 (1) KUHP
Nullum delictum, nulla poena sine praevia
lege poenali :
Tiada delik, tiada hukuman tanpa suatu
peraturan yg terlebih dahulu menyebut
perbuatan yang bersangkutan sebagai
suatu delik dan yang memuat suatu
hukuman yg dapat dijatuhkan atas delik itu
3 prinsip, sbb:
Internasional:
Ps 15 (1) ICCPR: hukum tidak berlaku surut
Ps 15 (2) ICCPR pengecualian, untuk kejahatan
menurut hukum kebiasaan international: boleh
berlaku surut
Ps 22, 23, dan 24 ICC (Statuta Roma)
Nasional
Ps 28i UUD 1945
Ps 18 (2) dan Ps 18 (3) UU No. 39 Tahun 1999
Ps 18 (3)
Setiap ada
perubahan dalam
peraturan perundangundangan maka berlaku
ketentuan yang paling
menguntungkan bagi
tersangka
Penjelasan Ps 43 (2)
Dalam hal DPR Indonesia
mengusulkan dibentuknya
Pengadilan HAM ad hoc, DPR
Indonesia mendasarkan pada
dugaan telah terjadinya
pelanggaran HAM yang berat
yg dibatasi pada locus dan
tempus delicti tertentu yg
terjadi sebelum
diundangkannya undangundang ini.
UU Pemberantasan TP Terorisme
dan Putusan MK
MK membatalkan ketentuan berlaku surut
dalam UU Pemberantasan TP Terorisme
(UU No.16/2003) karena bertentangan
dengan UUD 1945
JENIS-JENIS PENAFSIRAN
- Otentik
- Sistematis
- Gramatikal
- Historis
- Sosiologis
- Teleologis
- Ekstensif
Pendapat Scholten
(dan juga Utrecht)
Pendapat Scholten
(dan Utrecht)
PENAFSIRAN
EKSTENSIF
Hakim meluaskan
lingkungan kaidah yang
lebih tinggi sehingga
perkara yang
bersangkutan termasuk
juga di dalamnya
ANALOGI
Hakim membawa
perkara yang harus
diselesaikan ke dalam
lingkungan kaidah yang
lebih tinggi
menguntungkan bg tersangka/terdakwa?
Yg menguntungkan bg TSK/TDKW
Hal ini tidak dapat ditentukan sec. Umum
(in abstracto), dan hanya dapat ditentukan untuk
masing2 perkara sendiri (in concreto).
Yang menguntungkan bagi TSK/TDKW:
sanksi menjadi lebih ringan, diubah menjadi delik
aduan, unsur- unsur pokok delik menjadi lebih
banyak (ditambah)
(Periksa : Utrecht h.228)
Perubahan UU yg dimaksud
Pasal 1 ayat (2) KUHP
Teori Formil :Ada perubahan undang-undang kalau redaksi undangundang pidana berubah (Simons)
ditolak oleh Putusan HR 3 Des 1906 , kasus ps 295 sub 2 KUHP, batas
dewasa 23 21 tahun dlm BW
Teori Materiil Terbatas : Tiap perubahan sesuai dg suatu perubahan
perasaan (keyakinan) hukum pada pembuat undang-undang (jadi tidak
boleh diperhatikan perubahan keadaan karena waktu)
Teori Materiil tidak Terbatas : tiap perubahan baik dalam perasaan
hukum dari pembuat undang-undang maupun dalam keadaan karena
waktu boleh diterima sebagai suatu perubahan dalam undang-undang
Sesuai HR 5 Des 1921
Perubahan kesadaran/perasaan
hukum
Menjadi tidak dapatnya dihukum suatu
perbuatan
Menjadi dapat dihukumnya suatu perbuatan
Diperberat/diperingan pidana atas suatu
perbuatan.
(Baca lebih lanjut dalam buku Lamintang Putusan MA, dalam
bag. Berlakunya UU Pidana Menurut Waktu)
Batas Wilayah
Pasal 5
Batas Wilayah Negara di darat, perairan, dasar laut dan tanah di bawahnya serta
ruang udara di atasnya ditetapkan atas dasar perjanjian bilateral dan/atau trilateral
mengenai batas darat, batas laut, dan batas udara serta berdasarkan peraturan
perundang-undangan dan hukum internasional.
Pasal 6
(1) Batas Wilayah Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, meliputi:
a. di darat berbatas dengan Wilayah Negara: Malaysia, Papua Nugini, dan Timor
Leste;
b. di laut berbatas dengan Wilayah Negara: Malaysia, Papua Nugini, Singapura,
dan Timor Leste; dan
c. di udara mengikuti batas kedaulatan negara di darat dan di laut, dan batasnya
dengan angkasa luar ditetapkan berdasarkan perkembangan hukum internasional.
(2) Batas Wilayah Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), termasuk titik-titik
koordinatnya ditetapkan berdasarkan perjanjian bilateral dan/atau trilateral.
(3) Dalam hal Wilayah Negara tidak berbatasan dengan negara lain, Indonesia
menetapkan Batas Wilayah Negara secara unilateral berdasarkan peraturan
perundang-undangan dan hukum internasional.
KUHP Indonesia
TP terjadi di luar Indonesia
Pelaku WNI (perlindungan terhadap WNI)
Utk jenis delik kejahatan ( ..?..)
KUHP Indonesia
TP terjadi di mana saja (di luar Ind)
Pelaku WNA/WNI
Melindungi kepentingan negara/nasional
4. Asas universal
Ps 4 :2 , Ps 4 sub 4 , Ps 1 UU 4/ 1976
melakukan kejahatan ttg mata uang, uang
kertas negara atau uang kertas Bank
Untuk melindungi kepentingan dunia
Surabaya
Semarang
Cirebon
---- racun --> ----diminum ---> ----- mati
A --> B
B
B
Kapal :
a) kapal Indonesia
b) kapal perang
c) kapal dagang
Prinsip ius passagii innoxii (thdp kapal, maka
berlaku hk pidana di wilayah mana kapal
melintas/lewat)
Asas Universalitas :
- Kejahatan Terorisme ?
- Kejahatan HAM berat ?
-tindak pidana terjadi di ZEE dan landas kontinen ?
KULIAH 3
Istilah
Definisi
Cara Merumuskan Tindak Pidana
Subjek Tindak Pidana
Unsur-Unsur Tindak Pidana
Tindak Pidana
Istilah
Tindak pidana
Perbuatan pidana
Peristiwa pidana
Strafbaar feit
Delict / Delik
Criminal act
Jinayah
Apa alasan dan implikasi penggunaan istilah
tindak pidana, perbuatan pidana dan peristiwa
pidana ?
Tindak Pidana
Definisi
Aliran Monistis
Tidak memisahkan antara perbuatan dan
pertanggungjawaban
Dalam rumusan tindak pidana sekaligus tercakup unsur
perbuatan/akibat dan unsur kesalahan/pertanggungjawaban
Aliran Dualistis
Memisahkan secara tegas antara
perbuatan (pidana) dan
pertanggungjawaban pidana
Dalam rumusan tindak pidana hanya
tercantum unsur perbuatan/akibat
tanpa unsur kesalahan
TINDAK PIDANA:
Pada dasarnya ada 3 cara merumuskan Tindak Pidana
Korporasi
a) Cara merumuskan
Barangsiapa .
b) Hukuman : mati, penjara,
kurungan (Ps 10 KUHP),
hanya dapat dikenakan pada
manusia
c) Pertanggungjawaban
pidana disandarkan pada
kesalahan, yang hanya
mungkin dimiliki oleh
manusia (orang)
Tindak Pidana
Unsur-unsur (van Bemmelen)
Di dalam perumusan (bagian)
dimuat dalam surat dakwaan
semua syarat yg dimuat dalam rumusan delik
merupakan bagian-bagian, sebanyak itu pula,
yang apabila dipenuhi membuat tingkah laku
menjadi tindakan yang melawan hukum
1.Tingkah laku/akibat yang dilarang /diharuskan
(Bagian Obyektif)
2.Bagian yang terkait dengan bagian obyektif:
melawan hukum
3. Manusia/pelaku (Bagian subyektif)
4. Bagian yang terkait dengan pelaku: kesalahan
(kesengajaan atau kealpaan)
5. Keadaan (keterangan mengenai bagian
obyektif atau bagian subyektif)
6. Syarat tambahan untuk pemidanaan
4. Bagian yg dapat memperberat/memperingan
pidana
barangsiapa
mengambil
barang
- yg sebagian/ seluruhnya
kepunyaan orang lain
dengan maksud memiliki
secara melawan hukum
barangsiapa
dengan kekerasan atau
ancaman kekerasan
memaksa
seorang wanita
bersetubuh dengan dia
di luar perkawinan
Pasal 359
barangsiapa
karena kealpaannya
menyebabkan orang
lain mati
KULIAH 4
Tentang Penggolongan Tindak Pidana
Tindak Pidana
Jenis Delik
Kejahatan
(misdrijf)
KUHP : Buku II
Pelanggaran
(overtreding)
Jenis Delik
D. Materiil : Yang dirumuskan akibatnya
Ps 338, 368, Ps 187, dll
Perhatikan dgn seksama unsur2 dalam
pasal dlm menentukan delik materiil dan
delik formil, krn sering terjadi kerancuan.
Secara sekilas spt delik formil tp ternyata
delik materiil atau sebaliknya
D. Komisi : melanggar larangan dg
perbuatan aktif
D. Dolus : delik dilakukan dg sengaja,
mis. Ps 338, Ps 310, Ps 368
Jenis Delik
Delik Biasa (bukan aduan)
penuntutannya tidak
memerlukan pengaduan,
mis. Ps 340, Ps 285
Cukup dengan laporan dari
setiap orang yang melihat/
mengetahui tindak pidana
tsb., tidak harus dengan
pengaduan dari korban
atau orang2 tertentu
Delik Aduan
penuntutannya
memerlukan pengaduan,
mis. Ps 310, Ps 284, Ps
367 (2)
Harus ada pengaduan dari
korban atau orang tertentu
yang ditetapkan UU
Delik Aduan
Ada 2 jenis:
1.Delik Aduan Absolut
2.Delik Aduan Relatif
Ad.1. Delik Aduan Absolut:
Delik yang pada hakekatnya/mutlak memerlukan pengaduan
untuk penuntutannya
Mis. Ps. 284, Ps.351
2. Delik Aduan Relatif:
Delik yang pada dasarnya merupakan delik biasa (bukan delik
aduan), tetapi karena ada hubungan tertentu antara pelaku dan
korban, maka berubah jenisnya menjadi delik aduan
Mis. Ps.367 ayat (2)
Delik Berlanjut
Terdiri atas dua atau lebih
delik, yang karena kaitannya
yang erat mengakibatkan
dikenakan satu sanksi kepada
terdakwa
Untuk pemidanaannya
menggunakan ketentuan
tentang gabungan TP, yaitu
Pasal 64 KUHP
Delik Berlanjut
Masih menjadi perdebatan apakah delik berlanjut (voortgezette
delict) sama dengan perbuatan berlanjut (voortgezette
handeling)
Sebagian sarjana (termasuk Utrecht) menyamakan
voortgezette delict dengan voortgezette handeling) dan untuk
pemidanaannya memakai ketentuan Pasal 64 KUHP, dengan
syarat:
Perbuatan perbuatan timbul dari 1 kehendak
Perbuatannya harus sejenis
Tenggang waktu antara 1 perbuatan dengan perbuatan yang
lain, tidak terlalu lama
Delik Selesai
Satu atau beberapa
perbuatan tertentu yang
selesai dalam suatu waktu
tertentu yang singkat
Mis: Pasal 362, Pasal 338
Delik Tunggal
Delik Berangkai
Delik di mana untuk dapat
dipidananya si pelaku maka
ybs. harus melakukan
perbuatan tersebut beberapa
kali (berulang-ulang, berturutturut)
Karena harus dilakukan
berulang-ulang: bisa berupa
pencaharian atau kebiasaan
(sebagai unsur yang
menentukan untuk
dipidananya pelaku)
Mis: Pasal 296, Pasal 481
Delik Pokok/sederhana
Delik yang dalam
perumusannya mencantumkan
unsur2 pokok yang
menentukan pemidanaannya
Pasal 362, Pasal 351 ayat (1)
Delik Berkualifikasi
Delik pokok yang ditambah
dengan unsur yang
memperberat pemidanaan
mis: Pasal 351 ayat (2),
Pasal 363, Pasal 365 ayat (4)
Delik Berprevilege
Delik pokok yang ditambah
dengan unsur yang meringan
pemidanaan
Mis: Pasal 308. Pasal 364
Delik Politik
Delik yang mengandung
unsur politik
Mis: Makar untuk
menggulingkan pemerintah
(Pasal 107), makar untuk
membunuh kepala negara
(Pasal 104)
Delik Propria
Delik Komuna
KULIAH 5
Tentang Ajaran Kausalitas
Sifat Melawan Hukum
KAUSALITAS
1. Pengertian ?
2. Kapankah diperlukan ajaran kausalitas ?
3. Ajaran Kausalitas ?
Ilustrasi :
B pinjam uang ke rumah A, karena kedatangan B, maka A
terlambat ; karena terlambat A mengendarai mobil dengan
kecepatan tinggi; A menubruk C sehingga luka-luka; C
dibawa ke RS dan dioperasi oleh dokter D; D meminta E
merawat dengan suntikan tertentu; E salah memberikan
obat pada C; C mati.
Pengertian Kausalitas
Hal sebab-akibat
Hubungan logis antara sebab dan akibat
Persoalan filsafat yang penting
Setiap peristiwa selalu memiliki penyebab sekaligus
menjadi sebab peristiwa lain
Sebab dan akibat membentuk rantai yang bermula di
suatu masa lalu
Yang menjadi fokus perhatian ahli hukum pidana (bukan
makna di atas), tetapi makna yang dapat dilekatkan pada
pengertian kausalitas agar mereka dapat menjawab
persoalan siapa yang dapat dimintai pertanggungjawaban
atas suatu akibat tertentu
Ajaran Kausalitas
Conditio Sine Qua Non/ Ekuivalensi (Von
Buri)
Teori-teori Individualisasi / Causa Proxima
: Birkmeyer , Mulder
Teori-teori menggeneralisasi : teori
Adekuat (Von Kries, Simons, Pompe,
Rumelin)
Teori Relevansi : Langemeijer
Teori-teori Individualisasi /
Causa Proxima
Birkmeyer :
Teori ini berpangkal dari teori Conditio Sine Qua
Non .
Di dalam rangkaian syarat-syarat yang tidak dapat
dihilangkan untuk timbulnya akibat, lalu dicari syarat
manakah yang dalam keadaan tertentu itu, yang
paling banyak membantu untuk terjadinya akibat.
G.E Mulder : Sebab adalah syarat yang paling
dekat dan tidak dapat dilepaskan dari akibat.
Teori-teori menggeneralisasi
Von Bar
Teori-teori menggeneralisasi
Von Kries (Teori Adequat Subjectif)
Sebab adalah keseluruhan faktor positif & negatif yang tidak dapat
dikesampingkan tanpa sekaligus meniadakan akibat. Namun pembatasan
demi kepentingan penetapan pertanggungjawaban pidana tidak dicari dalam
nilai kualitatif/kuantitatif atau berat/ringannya faktor dalam situasi konkret,
tetapi dinilai dari makna semua itu secara umum, kemungkinan dari faktorfaktor tersebut untuk memunculkan akibat tertentu.
Sebab = syarat-syarat yang dalam situasi dan kondisi tertentu memiliki
kecenderungan untuk memunculkan akibat tertentu, biasanya memunculkan
akibat itu, atau secara objectif memperbesar kemungkinan munculnya akibat
tersebut.
Apakah suatu tindakan memiliki kecenderungan memunculkan akibat
tertentu hanya dapat diselesaikan apabila kita memiliki 2 bentuk pengetahuan
:
(a) hukum umum probabilitas dalam peristiwa yg terjadi / pengetahuan
Nomologis yg memadai
(b) situasi faktual yg melingkupi peristiwa yg terjadi/ pengetahuan Ontologis/
pemahaman fakta (empirik)
Teori-teori menggeneralisasi
Rumelin (Teori Adequat Objectif) :
Faktor yang ditinjau dari sudut objektif , harus (perlu) ada untuk
terjadinya akibat. Ihwal probabilitas tidak berdasarkan pada apa yang
diketahui atau mungkin diketahui pada waktu melakukan tindakannya,
melainkan pada fakta yang objektif pada waktu itu ada, entah
diketahuinya atau tidak jadi pada apa yang kemudian terbukti
merupakan situasi dan kondisi yang melingkupi peristiwa tersebut.
Simons :
Sebab adalah tiap-tiap kelakuan yang menurut garis-garis umum
pengalaman manusia dapat menimbulkan akibat
Pompe :
Sebab adalah hal yang mengandung kekuatan untuk dapat
menimbulkan akibat
Teori Relevansi
Langemeijer
Teori ini ingin menerapkan ajaran von Buri
dengan memilih satu atau lebih sebab dari
sekian yang mungkin ada, yang dipilih
sebab-sebab yang relevan saja , yakni yang
kiranya dimaksudkan sebagai sebab oleh
pembuat undang-undang.
AJARAN MATERIIL
mengakui adanya
pengecualian / penghapusan dari
sifat melawan hukumnya
perbuatan menurut hukum yang
tertulis dan yang tidak tertulis
KULIAH 6
Pengantar
Kesalahan merupakan unsur yg melekat
pada pelaku tindak pidana
4 pengertian kesalahan
Bentuk-bentuk kesalahan
Asas penting dalam pertanggung jawaban
pidana
Pengertian Kesalahan
Ada 4 pengertian kesalahan (Utrecht):
1. Kesalahan sebagai unsur delik; dalam
arti kumpulan (nama generik) yang
mencakup dolus dan culpa
2. Kesalahan dalam arti
pertanggungjawaban pidana: ketercelaan
(verwijtbaarheid) seseorang atas
perbuatan melawan hukum yang telah
dilakukannya
Teori2 sengaja :
Bentuk-Bentuk Dolus
1. Dolus sebagai maksud /tujuan (als oogmerk)
lanjutan ..
Ada sarjana yang membedakan bentuk-bentuk
dolus menjadi 3 macam,yaitu: sebagai maksud,
berkeinsyafan kepastian dan berkeinsyafan
kemungkinan (misalnya PAF Lamintang, Tresna,
Moeljatno)
Mereka menyamakan dolus eventualis dengan
kesengajaan dengan keinsyafan kemungkinan
Dolus eventualis merupakan perkembangan
dalam hukum pidana, khususnya dalam hal
bentuk-bentuk kesengajaan dan HR Belanda
baru menerima kesengajaan bentuk ini setelah
PD II
Bentuk-bentuk kesengajaan
Dolus eventualis
Pelaku dengan kehendak dan kesadaran
menerima kemungkinan munculnya akibat
yang buruk.
Di Jerman disebut billigend in Kauf
nehmen: menerima penuh risiko
terwujudnya sesuatu kemungkinan
Contoh: metro mini maut di Jakarta Utara,
naik kuda di jalan ramai di kota London,
memainkan pistol meletus DOOR! dan
mengenai org
Arti dan diantara unsur dengan sengaja & unsur melawan hukum
Van Hamel, simons, pompe : perbedaan itu
mempunyai arti. Mis. Ps 406 KUHP : dengan
sengaja dan melawan hukum ; Ps 333 KUHP :
dengan sengaja melawan hukum
Vos, zevenbergen, langemeijer :
Culpa
Istilah2
- culpa - schuld - nalatigheid - sembrono
- teledor
istilah 2 yg digunakan dalam rumusan :
- kelalaian
- kealpaan
- kesalahan
- seharusnya diketahuinya
- sepatutnya diketahuinya
Macam2 Culpa :
Culpa
Untuk menentukan ada atau tidaknya culpa pada
seseorang, maka harus digunakan tolok ukur yang
normal (upaya dan kehati-hatian dari orang yang
sama kemampuan dan kecerdasannya dengan
pelaku).
Apabila pada situasi dan kondisi yang sama dengan
pelaku, orang yang sama kemampuan dan
kecerdasannya dengan pelaku pada umumnya tidak
melakukan perbuatan seperti yang dilakukan oleh
pelaku; berarti pelaku culpa telah melakukan culpa
lata (Kelalaian yang besar/berat)
Culpa
Culpa Levis (Kelalaian yang kecil/ringan)--- apabila tolok ukurnya
adalah upaya dan kehati-hatian yang luar biasa
Culpa yang disadari (bewuste culpa) : Apabila pelaku sudah
membayangkan kemungkinan timbulnya suatu akibat yang
dilarang, dan karena itu ia juga sudah berupaya agar tidak timbul
akibat tsb. (dia tidak menghendaki akibat), namun akibat tetap
terjadi
Culpa yang tidak disadari (onbewuste culpa): Pelaku sama sekali
tidak pernah membayangkan kemungkinan timbulnya akibat yang
dilarang; tetapi ternyata terjadi akibat
Yang dapat dipidana adalah Culpa Lata, baik yang disadari
maupun tidak disadari
Kemampuan Bertanggungjawab
(toerekeningsvatbaarheid)
Dengan menggunakan penafsiran a-contrario dari MVT
tentang tidak mampu bertanggungjawab; maka mampu
bertanggungjawab artinya:
- pelaku melakukan perbuatannya dengan bebas; tanpa
paksaan
- pelaku menginsyafi bahwa perbuatannya melawan
hukum dan ia mengerti akibat perbuatannya
Dalam praktik, setiap pelaku dianggap mampu
bertanggungjawab ; kecuali dapat dibuktikan bahwa
pelaku sakit jiwa atau tidak sempurna pertumbuhan
akalnya atau cacat dlm pertumbuhan jiwanya.
KULIAH 7
Percobaan Tindak Pidana
PERCOBAAN (POGING)
PASAL 53
POGING (PERCOBAAN)
Permulaan kejahatan yang belum selesai
Poging bukan suatu delik, tetapi poging dilarang dan diancam
hukuman oleh undang-undang
Poging adalah perluasan pengertian delik
Suatu perbuatan dilarang dan diancam dengan hukuman oleh undangundang sebab perbuatan itu melanggar kepentingan hukum atau
membahayakan kepentingan hukum
KUHP tidak memberi perumusan/ definisi
Harus diketahui kapan suatu delik dianggap selesai
Delik selesai berbeda antara delik formil dan delik materiil
Pada delik formil : delik selesai apabila perbuatan yang dilarang telah
dilakukan
Pada delik materiil : delik selesai apabila akibat yang dilarang dan
diancam dengan hukuman oleh undang-undang telah timbul atau
terjadi
Pengecualian
Dalam KUHP terdapat pasal-pasal yg
merupakan percobaan tindak pidana yg
dipidana sbg delik selesai. Hal ini terdapat
juga dalam UU Pidana di luar KUHP.
Ada juga delik-delik khusus dlm KUHP yg
mirip dgn percobaan yaitu makar (ps. 87)
dan permufakatan jahat (ps. 88), namun
ada syarat dr Ps. 53 yg belum dipenuhi
tapi sudah dapat dihukum
Syarat Pertama
NIAT atau Voornemen
Menurut doktrin dan
yurisprudensi :voornemen harus ditafsirkan
sebagai kehendak, willen atau opzet
Seseorang harus mempunyai kehendak,
yaitu kehendak melakukan kejahatan
Karena ada 3 macam opzet, apakah opzet di
sini harus dtafsirkan dalam arti luas atau
hanya opzet dalam arti pertama (sebagai
ogmerk atau tujuan) ?
Syarat Kedua
Permulaan Pelaksanaan
Niat sudah terwujud dengan adanya permulaan
pelaksanaan een begin van uitvoering
Harus ada suatu perbuatan(handeling)
apa yang dimaksud perbuatan sebagai permulaan
pelaksanaan ?
Undang-undang tidak merumuskan pelaksanaan
atauuitvoering dan bagaimana bentuknya
Perlu digunakan penafsiran
Teori Subyektif
- subjectieve pogingsleer
seseorang yang melakukan percobaan
untuk melakukan kejahatan itu pantas
dihukum, oleh karena orang tersebut
telah menunjukkan perilaku yang tidak
bermoral yang bersifat jahat ataupun
yang bersifat berbahaya
Terdapat sikap batin atau watak yang
berbahaya dari si pelaku
Teori Obyektif
- objectieve pogingsleer
Seseorang yang melakukan percobaan
untuk melakukan suatu kejahatan itu dapat
dihukum oleh karena tindakantindakannya dinilai telah membahayakan
kepentingan-kepentingan hukum.
Teori Objectif ini dibagi menjadi:
- Teori objectif formil
- Teori objecti materiil
Teori Campuran
Teori Subyektif
- subjectieve pogingsleer
dan
Teori Obyektif
- objectieve pogingsleer
(lihat: Barda Nawawi Arief, Sari Kuliah
Hukum Pidana II)
Perbuatan dibedakan :
1. tindakan atau perbuatan persiapan (belum
dapat dihukum)
2. tindakan atau perbuatan pelaksanaan
(sudah dapat dihukum)
Tetapi, pertanyaannya : mana yang
merupakan perbuatan persiapan dan mana
yang merupakan perbuatan pelaksanaan ?
CONTOH KASUS
A menghendaki untuk membunuh B , untuk melaksanakan maksudnya,
A harus melakukan beberapa perbuatan, yaitu :
a. A pergi ke tempat penjualan senjata api
b. A membeli senjata api
c. A membawa senjata api ke rumahnya
d. A berlatih menembak
e. A menyiapkan sebjata apinya dengan membungkusnya rapat-rapat
f. A menuju rumah B
g. Sesampai di rumah B, A mengisi senjata itu dengan peluru
h. A mengarahkan senjata kepada B
i. A melepaskan tembakan ke arah B
Syarat Ketiga
Tidak selesainya pelaksanaan itu, bukan semata-mata
disebabkan karena kehendaknya sendiri
Kapan dikatakan bahwa tidak selesainya pelaksanaan itu bukan sematamata disebabkan karena kehendaknya sendiri?
Tidak selesainya pelaksanaan bukan kehendaknya sendiri. (tidak
secara sukarela).
Apabila ia membatalkan niatnya secara sukarela/kehendak sendiri
vrijwillige terugterd maka syarat ke-3 ini tidak terpenuhi.
Contoh terpenuhinya syarat ke-3: Tertangkap tangan, korban memberikan
perlawanan, dalam kasus pembunuhan korban tidak meninggal karena
bantuan medis
Kasus 1
Seorang yang sedang berdiri di bordes
KA, ketika akan diperiksa karcisnya oleh
kondektur, ia telah menendang kaki
petugas tersebut. Sehingga apabila
kondektur tidak dengan cepat
berpegang pada tiang besi KA, pasti ia
jatuh keluar dan terlindas KA (Arrest HR
Tgl 12 Maret 1942)
Kasus 2
Seorang POLANTAS memberi tanda agar
sebuah kendaraan bermotor berhenti,
karena tidak menyalakan lampu.
Pengemudi tetap tancap gas, sehingga
kalau petugas tidak menghindar
dengan cara melompat ia akan
tertabrak (Arrest HR 6 Pebruari 1951)
Kasus 3
Putatif Delict
Seseorang mengira bahwa apa yang
dilakukan merupakan suatu tindak
pidana, padahal tindakan tersebut tidak
dilarang
Contoh:
Seseorang masuk ke Indonesia dan membawa
sejumlah uang kertas asing. Semula ia
beranggapan telah mencoba atau melakukan
suatu kejahatan. Namun ternyata uang yang ia
bawa masih dalam batas ketentuan yang tidak
dilarang
Pembahasan:
-
Istilah
Pengertian
Teori-teori pemidanaan
Jenis-jenis pidana
Istilah PIDANA
Hukum penitensier
Sanksi
Straf
Hukuman
Punishment.
PIDANA
Nestapa/derita
Yang dijatuhkan dengan sengaja oleh
negara (melalui pengadilan)
Dikenakan pada seseorang
Yang secara sah telah melanggar
hukum pidana
Melalui proses peradilan pidana
Sistem peradilan
pidana
Tujuanmenjadi
: korban
Mencegah masyarakat
kejahatan (preventif)
Menyelesaikan kasus2 kejahatan yg
terjadi,shg masy puas bhwa keadilan
telah ditegakkan dan yg bersalah
dipidana (represif)
Mengusahakan agar pelaku tidak
mengulangi lagi kejahatan (tidak recidive)
Pengertian
Hukum Penitentier (Utrecht II hal. 268) :
Segala peraturan positif mengenai sistem hukuman dan sistem
tindakan yang memuat:
Jenis sanksi atas tindak pidana yang dilakukan
Beratnya sanksi itu
Lamanya sanksi itu dijalankan oleh pelaku
Cara sanksi itu dilakukan
Tempat sanksi itu dijalankan
Hukuman, menurut pendapat :
Moeljatno : Lebih tepat pidana untuk menerjemahkan straf.
Sudarto : Idem.
R. Soesilo : Suatu perasaan tidak enak/sengsara yang
dijatuhkan oleh Hakim dengan vonis kepada orang yang telah
melanggar UU Hukum Pidana.
PEMIDANAAN
Penjatuhan Pidana/sentencing :
Upaya yang sah
Yang dilandasi oleh hukum
Untuk mengenakan nestapa penderitaan
Pada seseorang yang melalui proses peradilan
pidana
Terbukti secara sah dan meyakinkan
Bersalah melakukan suatu tindak pidana.
Sejarah
a. Utrecht I Bab 1
b. Utrecht II Bab 5
Jenis-jenis hukuman yg dpt dijatuhkan oleh Pengadilan berdasarkan plakat tgl. 22 April 1808
Dasar-Dasar Hukuman :
Hukum pidana sebagai suatu sanksi yang
bersifat istimewa: terkadang dikatakan
melanggar HAM melakukan perampasan
terhadap harta kekayaan (pidana denda),
pembatasan kebebasan bergerak/ kemerdekaan
orang (pidana kurungan/penjara) dan
perampasan terhadap nyawa (hukuman mati).
Merupakan Ultimum Remedium (senjata
pamungkas, jalan terakhir, jalan satusatunya/tiada jalan lain).
Teori-Teori Pemidanaan/
Tujuan Pemidanaan menurut doktrin
TeoriAbsolut/Retributif/Pembalasan
(lex talionis):
Hukuman adalah sesuatu yang harus
ada sebagai konsekwensi dilakukannya
kejahatan;
Orang yang salah harus dihukum
(E. Kant, Hegel, Leo Polak).
Prevensi:
hukuman dijatuhkan utk pencegahan
Prevensi Umum :
sebagai contoh pada masyarakat secara luas agar tidak
meniru perbuatan/kejahatan yang telah dilakukan.
Prevensi Khusus:
Ditujukan bagi pelaku sendiri, supaya jera/kapok, tidak
mengulangi perbuatan/kejahatan serupa; atau kejahatan
lain.
Deterrence : menakut/nakuti serupa dengan prevensi
Perlindungan: agar orang lain/masyarakat pada
umumnya terlindungi, tidak disakiti, tidak merasa takut
dan tidak mengalami kejahatan
Teori Gabungan :
Retributive Justice :
Pemidanaan untuk tujuan pembalasan
Restorative Justice :
Keadilan yang merestorasi pelaku harus
mengembalikan kepada kondisi semula; Keadilan
yang bukan saja menjatuhkan sanksi yang
seimbang bagi pelaku namun juga memperhatikan
keadilan bagi korban.
Tujuan Pemidanaan :
Berdasarkan Pasal 54 R-KUHP tahun 2012:
Tujuan Pemidanaan
Restorasi, menyelesaikan konflik, memulihkan
keseimbangan dan mendatangkan rasa damai
Membebaskan rasa bersalah pada terpidana
Pemidanaan tidak dimaksudkan utk menderitakan dan
merendahkanmartabat manusia (CAT ... )
Sampai saat ini Hukum Pidana Indonesia belum
memiliki Sentencing Guidelines (pedoman yang
memuat tentang pemidanaan), tp sudah dirumuskan
dalam Pasal 55 R-KUHP 2012.
Jenis - Jenis
KUHP (UU No. 1/1946)
Pidana
R-KUHP (2012)
Hukuman/Pidana Pokok :
Hukuman mati (death penalty/capital
punisment)
Hukuman penjara
Hukuman kurungan
Hukuman denda
Hukuman tutupan
(khusus utk perbuatan yang
patut dihormati) UU No. 20/1946
A. Pidana Pokok :
Pidana penjara
Pidana tutupan
Pidana pengawasan
Pidana denda
Pidana kerja sosial
B.Hukuman/Pidana Tambahan:
Pencabutan hak-hak tertentu
Perampasan barang-barang tertentu
Pengumuman putusan hakim
B. Pidana Tambahan :
Pencabutan hak-hak tertentu
Perampasan barang-barang
tertentu dan/atau tagihan
3.Pengumuman putusan hakim
4. Pembayaran ganti kerugian
5. Pemenuhan kewajiban adat setempat
dan/atau kewajiban menurut hukum yang
hidup dalam masyarakat
R-KUHP
Pasal 66 dan 87 : pidana mati bersifat khusus, diancamkan secara
alternatif. ............ diancam dengan pidana mati atau pidana
penjara seumur hidup. Dan dijatuhkan sbg upaya terakhir utk
mengayomi masyarakat
Pasal 101dan psl. 129/ps.132 : Double track system :
individualisasi hukuman, orang yang dalam situasi/kondisi
tertentu dapat dijatuhi tindakan : Penempatan di RSJ, bagi orang
yang tidak mampu bertanggung jawab karena jiwanya cacat
pertumbuhannya atau terganggu karena penyakit (psl. 44 ayat 2
KUHPTindak pidana yang dilakukan oleh anak yg masih di bawah
umur.Berdasarkan UU 3/1997 dan RKUHP, anak yg dpt dipidana
adlh yg berusia 12-18 thn. Psl. 45-46 KUHP diganti dengan pasal2
dalam UU No.3/1997 : dikembalikan pada orang tuanya, diserahkan
pada negara utk dididik, atau diserahkan pada Dep.Sos, organisasi
sosial
HUKUMAN/PIDANA MATI
Pasal 11 jo Pasal 10 KUHP
HUKUMAN/PIDANA MATI :
Hukuman mati dijalankan oleh algojo di tiang
gantungan (ps. 11 KUHP), tp bdsrkn Penpres No. 2/1964
ditembak di bagian jantung dan/atau kepala dan tdk
dilakukan di muka umum (rahasia, baik waktu dan
tempat eksekusinya).
Astini (Maret 2005) : ditembak 3 peluru di dada.
Tibo cs. Diluar negeri: kamar gas, penggal, kursi
listrik, suntik mati, dsb.
Hukuman mati tdk dapat dijatuhjkan pada anak; Pidana
mati tidak dapat dilakukan pada org yg setelah dihukum
menjadi gila dan wanita hamil. Eksekusi dpt dilakukan
jika org gila itu sembuh dan wanita tsb melahirkan.
PIDANA PENJARA
Psl. 12 KUHP :
Hukuman penjara lamanya seumur hidup atau
sementara/ pidana penjara dilakukan dalam jangka
waktu tertentu
( min 1 hari selama2nya 15 thn atau dpt dijatuhkan
selama 20 thn, tp tdk boleh lebih dr 20 thn).
Pidana penjara dilakukan di penjara (prison/jail), di
Indonesia disbt sebagai Lembaga Pemasyarakatan
(LP/Lapas). Untuk pemulihan kembali hubungan
antara narapidana dan masyarakat.
Penghuninya disebut narapidana/napi (inmates):
Warga Binaan Pemasyarakatan (UU NO. 12/1995).
Catatan
Lihat juga Pasal 14a KUHP :
(reclassering/lembaga yg mengawasi BAPAS,
Balai Pemasyarakatan) penghukuman/pidana
bersyarat/pidana percobaan, dan pelepasan
bersyarat.
Larangan Kumulasi hukuman, mis. melakukan
pencurian, pemerkosaan dan pembunuhan lalu
mayat korban dibuang. Ancaman pidananya
mengikuti prinsip gabungan tindak pidana
Sistem penjatuhan pidana: stelsel kumulasi
murni, stelsel kumulasi terbatas, absorsi murni,
absorsi yang dipertajam.
PIDANA PENJARA
Pidana bersyarat (ps. 14 a-14 f KUHP):
Bila hakim menjatuhkan pidana penjara
paling lama 1 tahun atau kurungan, tidak termasuk
kurungan pengganti, maka dalam putusan dapat
memerintahkan untuk tidak menjalani pidana
tersebut; kecuali jika di kemudian hari ada putusan
hakim yg menentukan lain, karena terpidana
melakukan tindak pidana sebelum masa
percobaannya selesai atau tidak memenuhi syaratsyarat khusus yg ditentukan.
PIDANA PENJARA
Sistem Penjara gevangenisstelsel
(Utrecht II hal. 291 - dst):
Sistem Pennsylvania, AS :
PIDANA PENJARA
Sistem Irlandia (Irish System)
Berasal dr mark system - penilaian
Para hukuman mula2 ditutup terus-menerus, diterapkan hukum yg keras
Jika berkelakuan baik, maka hukumannya diperingan: mulai
dimasyarakatkan the rise of Reformatory (Utrecht I, hal. 294-dst):
Probation, public work prison, dan ticket to leave.
Kemudian diperkenankan kerja sama2
Secara bertahap diberi kelonggaran utk bergaul satu sama lain
Pelepasan bersyarat dapat dilakukan jika telah menjalani dari
hukumannya
Penutupan terus-menerus bertujuan:
Terhukum diberikan waktu utk merenung, menyelesali perbuatannya
perbaiki diri
Kalau dibiarkan bergaul dgn napi lain bisa saja menjadi bertambah
jahat.
PIDANA PENJARA
Sistem Elmira (NY, AS):
PIDANA PENJARA
Di Indonesia dilakukan ke 5 nya:
PIDANA PENJARA
Boleh saling berinteraksi.
PIDANA KURUNGAN
Dilaksanakan di penjara, tp lebih bebas, ada hak pistole
fasilitas lebih.
Pidana bersyarat/hukuman percobaan (ps. 14a KUHP)
Pelepasan bersyarat (ps. 15 KUHP).
PIDANA TUTUPAN
UU No. 20/1946
Pidana yg dijatuhkan oleh Hakim dgn mempertimbangkan
bhw perbuatan yg dilakukan didasari oleh suatu motivasi
yg patut dihormati/dihargai.
Tempatnya dipenjara, fasilitas lbh baik, boleh membawa
dan menikmati: buku bacaan, radio/tape.
1 yurisprudensi di Jogja
PIDANA DENDA
Pasal 30 ayat (1) KUHP
Dgn adanya pidana denda seringkali
penerapan Hukum Pidana menjadi kabur
krn pidana denda dianggap bukan
pidana karena pelaku td ada di LP
Kontroversi nilai mata uang
Pidana Denda
Jika denda tdk dibayar, maka diganti dgn
pidana kurungan
Kurungan penganti denda:
Minimal 1 hari dan maksimal 6 bulan
Bila ada pemberatan denda, maka kurungan
pengganti denda dapat menjadi 8 bulan
Pidana denda
Perma:No.2 tahun 2012
batasan tindak pidana ringan (pasal
364,pasal 373,379,384,408 dan 482
Kuhp ) menjadi rp. 2.500.000
Pidana denda yg diancamkan dalam
kuhp dikalikan 1000 kali
Pidana Tambahan
Pencabutan Hak: psl. 35-38 KUHP
Perampasan barang: berupa barang yg
diperoleh dr kejahatan atau yg sengaja
digunakan utk melakukan kejahatan Ps.
39 KUHP
Pengumuman Putusan Hakim: Ps. 43
KUHP
Tindakan
Juga merupakan sanksi pidana
Tujuannya lebih bersifat menolong
terpidana
Menurut KUHP: penempatan org di
RSJ
Untuk anak2: (menurut UU No.
3/1997 tentang Pengadilan Anak)
SISTEM
PERADILAN
PIDANA
TUJUAN SPP
TUJUAN2 SPP YG HARUS DICAPAI :
MENEGAKKAN KEADILAN
MELINDUNGI MASY
MENYELESAIKAN KASUS2 KEJAHATAN
RESOSIALISASI PELAKU KEJAHATAN.
Integrated Criminal Justice System (ICJS) Terpadu
Online Access to justice
Dasar-Dasar
Penghapus Pidana
(Strafuitsluitingsgronden)
Pengertian
Hal-hal atau keadaan yg dpt
mengakibatkan seseorang yang telah
melakukan perbuatan yg dgn tegas dilarang
& diancam dengan pidana oleh UU, namun
tidak dipidana,
karena:
1. Orangnya tidak dapat dipersalahkan
2. Perbuatannya tdk lagi melawan
hukum
Dasar Penghapus
Khusus
Beberapa contoh:
Pasal 48 KUHP
Pasal 49 KUHP
Pasal 50 KUHP
Pasal 51 KUHP
1.Dasar Pembenar:
Melawan hukum dihapuskan
Kesalahan -> dihapuskan
2.Dasar Pemaaf:
Melawan hukum tetap ada
Kesalahan
dihapuskan
1.Dasar Pembenar:
2.Dasar Pemaaf:
Dasar Pemaaf
Kesalahan
dihapuskan
a. Pasal 48 KUHP
b. Pasal 49 ayat (1)
c. Pasal 50
d. Pasal 51 ayat (1)
a. Pasal 44 KUHP
b. Pasal 4b KUHP
c. Pasal 51 ayat (2
Pasal 48 KUHP
Overmacht
(daya paksa dalam arti relatif/sempit)
Noodtoestand (keadaan darurat)
(perluasan overmacht)
Paksaan (Dwang)
Dorongan/kekuatan/paksaan baik psikis maupun
fisik yg tidak bisa dilawan
Paksaan:
a. Vis Absoluta (paksaan absolut): paksaan yang tidak
Overmacht
(Pasal 48 KUHP)
Proporsionalitas
Pasal 49 KUHP
Syarat serangan:
1. Melawan hukum
2. Seketika/langsung atau dikhawatirkan segera akan terjadi
3. Terhadap: badan/tubuh, nyawa, kehormatan seksual, dan harta
bendadiri sendiri/orang lain
4. Ditujukan pada diri sendiri/oranglain
Syarat pembelaan:
1. Seketika/langsung
2. Memenuhi asas subsidiaritas & proporsionalitas
Proporsionalitas
Pasal 50 KUHP
Barang siapa melakukan perbuatan untuk melaksanakan ketentuan undangundang, tidak dipidana
Melaksanakan perintah UU
contoh:
-polisi yang berpatroli menangkap seseorang yang tertangkap tangan
melakukan pencurian.
-Polisi yang menembak seorang perampok bersenjata disebuah bank yang
tengah beraksi
Pasal 51
(1) Barang siapa melakukan perbuatan untuk
melaksanakan perintah jabatan yang diberikan oleh
penguasa yang berwenang, tidak dipidana.
(2) Perintah jabatan tanpa wewenang, tidak
menyebabkan hapusnya pidana, kecuali jika yang
diperintah, dengan itikad baik mengira bahwa
perintah diberikan dengan wewenang dan
pelaksanaannya termasuk dalam lingkungan
pekerjaannya.
Syarat-syarat
Menjalankan perintah pejabat yang berwenang
Perintah yang diberikan oleh pejabat tersebut
dalam lingkup hukum publik
Contoh:
juru sita pengadilan,
penangkapan/penyitaan/penahanan yg sah yg
dilakukan oleh polisi
Perintah Pejabat
Pasal 51 ayat (2) KUHP:
Perintah yg dikeluarkan oleh pejabat/atasan
yg tidak berwenang, jadi perintahnya tidak
sah:
Dasar Peringan
Pengertian
Bentuk-bentuk peringan pidana
(masukkan pasal 45-47)
Khusus
dewasa
Diatur dalam UU No. 3/1997 tentang Pengadilan Anak
mengganti ps. 45-47 KUHP (lihat ps. 103 KUHP).
Ps. 45-47 KUHP tdk berlaku lagi,
tp asas2 umum dan aturan2 lain dalam KUHP serta
KUHAP ttp dipergunakan jk tdk diatur scr menyimpang
oleh UU NO. 3/1997.
2. KHUSUS :
Permasalahan
Percobaan melakukan t.p. (ps. 53 KUHP) ?
Membantu melakukan t.p. (ps. 57 KUHP) ?
Masa remaja :
Istilah :
I. BATAS USIA
PRINSIP :
Pemberian hukuman bg anak itu
tujuannya bkn semata2 utk menghukum
(not to punish the child) ttp lbh utk
mendidik kembali (re-educate) dan
memperbaiki (rehabilitate)
Memperhatikan kepentingan anak
ANCAMAN PIDANA :
Paling lama (setengah) dr max anc pid bg org
dewasa. Max ancaman pid bg org dws . (ps. 26,
27, 28 UU 3/1997)
Kategori Usia :
1. 0 8 thn :
pasal 5
tdk dpt dipertggjwbkan
tdk dpt diajukan ke SA
hanya dpt dilak pemeriksaan
JENIS-JENIS PIDANA
Pidana Pokok :
pidana penjara
pidana kurungan
pidana denda
pidana pengawasan
Pidana tambahan :
perampasan brg2 ttt
ganti kerugian
Tindakan
Tindakan : Pasal 24 UU No. 3/ 1997
mengembalikan pd ortu
diserahkan pd negara
diserahkan pd dep.sos/org. sosial kemasy
Pidana mati
Pidana penjara seumur hidup
Pencabutan hak2 ttt
Pengumuman put pengadilan
KUHP
Pasal 45 - 47
1. Tindak pidana saja
UU No. 3/1997
Tentang Pengadilan Anak
1. Tindak pidana atau perbuatan
lain
2. Batas usia :
2. 8 < 18 dan blm menikah
< 16 th (ps. 45 )
Wkt dituntut < 21 thn. Tdk ada aturan sdh
menikah/blm
UU No. 3/1997
Petugas hukum khusus: penyidik anak,
hakim anak, jaksa anak,
Penangkapan = KUHAP
Penahanan lebih pendek
Ps. 44 jo ps. 50
Penahanan utk penyidikan:
20 30 hr
Penahanan utk kept penuntutan:
10 25 hr
Penahanan utk kept pemeriksaan :
15 30 hari
KUHAP
Tdk ada petugas khusus yang
menangani perkara anak
Pasal 20 dst
- Penahanan utk penyidikan:
20 40 hr
-Penahanan utk kept penuntutan:
20 50 hr
-Penahanan utk kept pemeriksaan
30 90 hari
R-KUHP 2008
Pidana dan Tindakan bagi Anak
Pasal 113
(1) Anak yang belum mencapai umur 12
(dua belas) tahun melakukan tindak pidana
tidak dapat dipertanggungjawabkan.
(2) Pidana dan tindakan bagi anak hanya
berlaku bagi orang yang berumur antara 12
(dua belas) tahun dan 18 (delapan belas)
tahun yang melakukan tindak pidana.
R-KUHP 2008
Pidana dan Tindakan bagi Anak
Pasal 114
R-KUHP 2008
Pidana dan Tindakan bagi Anak
Pasal 116
(1) Pidana pokok bagi anak terdiri atas:
a. Pidana verbal :
1. pidana peringatan; atau
2. pidana teguran keras;
CATATAN
1. Pengadilan anak berada dlm lingkup peradilan
umum (ps. 2 UU 3/1997)
2. PA khusus menangani perkara yg dilakukan oleh
anak (ps. 3), tdk scr tegas dinyatakan hanya
menangani perkara pidana tp dr isisnya dpt
disimpulkan demikian
3. Hrs diteliti : akte kelahiran, ijazah, dsb
4. Petugas hkm khusus, ps. 10, 41 dan 53
5. berhak didampingi penasehat huk dan mendapat
bantuan huk (ps. 51. 52), sesuai ps. 21 ayat 1
KUHAP
CATATAN
6. Tsk/tdkw anak dapat ditahan (ps. 45) - tp
dipisahkan dr org dewasa. Sesuai ps 36, 37 UU
14/1970.
7. diperiksa dalam suasana kekeluargaan (ps. 42
ayat 1) , hakim, jaksa dll tdk pakai seragam/toga
ps. 6
8. Pemeriksaan dirahasiakan ps. 42 ayat 3
9. dilakukan dlm sidang yang tertutup utk umum ps.
8, ps. 153 ayat 3 KUHAP, SEMA RI No. 2/1959
10. Laporan hasil penelitian kemasyarakatan ps. 56
11. LP anak terpisah dr LP dewasa ps. 60
Kasus RAJU
Di Dalam KUHP
UMUM :
Recidive :
Pengulangan tindak pidana
Ancaman pidananya + (1/3-nya) (ditambah 1/3), diatur dlm psl.
486,487 dan 488.
Pada wkt melakukan tindak pidana melanggar perintah jabatan (abuse
of power), psl. 52.
Pd wkt melak tp menggu akan bendera kebangsaan,ps 52a KUHP
KHUSUS :
Delik-delik yg dikualifisir/diperberat.
Co. psl. 52a: kejahatan menggunakan bendera RI, 356, 349, 351 ayat (2),
365 (4) dll.
Delik-delik tertentu yg dilakukan oleh org ttt dlm keadaan ttt.
Di luar KUHP
Pemaksimalan pidana karena dianggap
meresahkan masyarakat
Penjatuhan pidana yg cukup berat.
PENGULANGAN T I N D A K P I D A N A
(R E C I D I V E)
Tenggang waktu :
Pemberatan :
Ada 11 jenis kejahatan, co: psl. 137 (2), 144 (2), 155
(2), 161 (2), dan 216 (3).
Kejahatan yg ke-2 hrs sama dgn yg ke-1.
Antara kejahatan ke-1 dan yg ke-2,hrs sdh ada putusan
hakim berupa pemidanaan yg tlh berkekuatan hkm
tetap.
Tenggang waktu :
Belum lewat 2 th atau 5 thn (lihat masing2 pasal), sejak : adanya
putusan hakim yg bkekuatan hkm tetap.
Penyertaan
Penyertaan
Terlibatnya lebih 1 orang dalam 1 tindak pidana (sebelum
atau saat suatu tindak pidana terjadi)
Dasar memperluas dapat dipidananya seseorang; penyertaan
dipandang sbg persoalan pertanggungjawaban pidana,
penyertaan bukan merupakan suatu delik krn bentuknya tdk
sempurna. (Simons, van Hattum, Hazewinkel-Suringa)
Dasar memperluas dapat dipidananya suatu perbuatan;
penyertaan dianggap suatu bentuk khusus dari tindak pidana,
penyertaan merupakan suatu bentuk delik yg istimewa.
(Pompe, Mulyatno, Roeslan Saleh)
Bentuk-bentuk Penyertaan
1.
2.
3.
4.
1. Yang melakukan
2. Yang menyuruh melakukan
3. Yang turut melakukan
4. Yang menggerakkan/menganjurkan untuk
melakukan
5. Yang membantu melakukan
Lanjutan .
No. 1 s.d. 4 dikatagorikan sebagai pelaku
(pembuat) (Pasal 55 KUHP):
- Pelaku: memenuhi semua unsur delik
- dianggap sebagai sebagai pelaku:
memenuhi sebagian unsur delik
sama sekali tidak memenuhi unsur delik
Pidananya sama dengan pelaku
No. 5 : pembantu (Pasal 56, 57 KUHP)
2. Turut melakukan
Kemungkinan :
Beberapa org bersama2 melakukan tindak pidana
Semua dr mereka yang terlibat memenuhi semua unsur;
Ada yg memenuhi semua unsur, ada yg sebagian unsur, bahkan ada yg tdk
memenuhi unsur sama sekali;
Semua hanya memenuhi sebagian unsur saja;
Syarat :
1.Kerjasama secara sadar, tdk perlu ada kesepakatan tp hrs ada
kesengajaan utk: bekerja sama dan mencapai tujuan yg sama
berupa terjadinya suatu tindak pidana; permufakatan jahat
2.Kerjasama secara fisik, ada pelaksanaan bersama, perbuatan
pelaksanaan perbuatan yg langsung menyebabkan selesainya
suatu delik.
Syarat :
Jenis Penggerakan
1.Penggerakan yg berhasil
2.Penggerakan yg berhasil sampai dlm taraf percobaan
yg dpt dipidana psl 53
Pasal 163 bis
1.Penggerakan yg gagal, psl. 163 bis
2.Penggerakan tanpa akibat : mengundurkan diri yg
digerakkan melakukan tindak pidana lain.
Tanggung jawab penggerak :
sebatas perbuatan yg digerakkan beserta akibat2nya
(ps. 55 ayat 2)
5. Membantu melakukan
psl. 56 57 KUHP
Dilakukan dgn sengaja: tdk ada niat utk melakukan tindak
pidana, tdk ada kepentingan lbh lanjut, hanya sekedar
membantu saja.
Dibagi atas :
Membantu sebelum tindak pidana dilakukan dan pada
saat tindak pidana dilakukan
Sarana: kesempatan, daya upaya, keterangan
Yang dipidana hanya jika membantu melakukan kejahatan
(ps. 56 dan 60)
Ancaman pidana: -1/3
Membantu Melakukan
(Pasal 56, 57 KUHP)
Tambahan
Tindakan2 sesudah tindak pidana terjadi:
Psl. 221, 223, 480, 481, 482, 483
Penyertaan mutlak perlu :
Ps. 149, 238, 279, 284, 345.
Penyertaan dalam penyertaan
Pengertian
Beberapa tindak pidana, yang dilakukan
dengan 1 atau lebih perbuatan
Di antara beberapa tindak pidana itu belum
ada putusan Hakim
Beberapa tindak pidana tsb akan diadili
sekaligus
Concursus Idealis
(eendaadsche samenloop)
Psl 63 KUHP
Ruang Lingkup
Stelsel Pemidanaan
1. Untuk Concursus Idealis :
Absorpsi Murni, dijatuhkan 1 jenis
pidana saja yakni yang terberat
(Ps. 63 ayat 1);
2. Ps. 63 ayat (2) : lex specialis derogat legi
generali, co: seorang Ibu yang membunuh
anak krn takut ketahuan telah melahirkan,
tidak dikenai Ps. 338 tapi Ps. 341 KUHP.
Voortgezette Handeling,
Psl. 64 KUHP
(1) Jika antara beberapa perbuatan, meskipun masing-masing merupakan
kejahatan atau pelanggaran, ada hubungannya sedemikian rupa sehingga
harus dipandang sebagai satu perbuatan berlanjut, maka hanya diterapkan
satu aturan pidana; jika berbeda-beda, yang diterapkan yang memuat
ancaman pidana pokok yang paling berat.
(2) Demikian pula hanya dikenakan satu aturan pidana, jika orang
dinyatakan bersalah melakukan pemalsuan atau perusakan mata uang,
dan menggunakan barang yang dipalsu atau yang dirusak itu.
(3) Akan tetapi, jika orang yang melakukan kejahatan-kejahatan tersebut
dalam pasal-pasal 364, 373, 379, dan 407 ayat 1, sebagai perbuatan
berlanjut dan nilai kerugian yang ditimbulkan jumlahnya melebihi dari tiga
ratus tujuh puluh lima rupiah, maka ia dikenakan aturan pidana tersebut
dalam pasal 362, 372, 378, dan 406.
Ruang Lingkup
2. Concursus Realis/Meerdaadsche
Samenloop
Stelsel Pemidanaan
1. Ps. 65 ayat (1): kejahatan dgn ancaman pidana
pokok sejenis: kumulasi terbatas, seluruh pidana
yg diancamkan secara kumulasi tp tidak boleh
melebihi pidana terberat + 1/3.
2. Ps. 66 ayat (1) : concursus realis berupa
kejahatan dgn ancaman pidana pokok yg tdk
sejenis : kumulasi terbatas;
3. Ps. 66 ayat (2); jo ps. 30 KUHP
Stelsel Pemidanaan
4. Ps. 67 : jika salah satu tindak pidana dijatuhkan
hukuman mati atau penjara seumur hidup, maka
tidak boleh dijatuhkan pidana lainnya kecuali
pencabutan hak-hak tertentu
5. Ps. 69: pidana mati, penjara SU, penjara
sementara waktu (ps. 340) pidana mati
6. Ps. 70 : kejahatan dgn pelanggaran atau
pelanggaran dgn pelanggaran : kumulasi murni.
Pasal 71 KUHP
Lanjutan
Kemudian diketahui bahwa pada tgl. 15 Juni
1998, A bersama B melakukan pembunuhan (psl.
338) thd. X
Berapa pidana maksimal untuk A atas
pembunuhan thd. X
Rumus:
Pidana maks utk TP yang diketahui belakangan
(P2) = Pidana maks jika diadili sekaligus (Ps)
Pidana yang telah dijatuhkan (P1)
Ruang Lingkup
Perbuatan Berlanjut
(Pasal 64 KUHP)
seseorang melakukan beberapa
perbuatan
Perbuatan tsb. masing-masing
merupakan kejahatan atau pelanggaran
Antara perbuatan2 itu ada hubungan
sedemikian rupa shg harus dipandang
sbg satu perbuatan berlanjut.
Makna:
ada hubungan sedemikian rupa sehingga harus
dipandang sebagai satu perbuatan berlanjut
Menurut MvT harus dipenuhi 3 syarat:
Dasar penghapus
penuntutan.
Gugurnya Hak Menuntut
(dasar2 utk menghapus
penuntutan)
Vervolgingsuitsluitingsgronden
Pengantar
Apabila tjd TP maka negara mpy hak utk menuntut seseorang ke
Pengadilan. Hak utk menuntut itu dpt gugur/hapus krn bbrp hal:
A.Hal yg diatur di dalam KUHP
Umum
1.Ne bis in idem Psl. 76
2.Meninggalnya tsk/tdkw Psl 77
3.Daluwarsa penuntutan psl. 78-81
4.Penyelesaian di luar sidang ps. 82
Khusus
Tdk adanya aduan dlm delik aduan (delik aduan ada jangka
waktunya) psl. 72-75
B. Di luar KUHP:
1.Abolisi
2.Amnesti
nebis in idem
Pasal 76 KUHP
Ne Bis In Idem
seseorang tidak dapat dituntut untuk
kedua kalinya berdasarkan suatu
perbuatan; apabila terhadap
perbuatan tsb telah ada putusan
hakim yang berkekuatan hukum
tetap.
Putusan hakim
1.Penghukuman (veroordeling) jika semua unsur tindak
pidana terpenuhi dan tidak ada dasar penghapus
pidana.
2.Pembebasan (keputusan bebas, vrijspraak) tidak
terbukti/tidak terpenuhi sebagian atau semua unsur.
3.Lepas dari segala tuntutan (ontslag van alle
rechtsvervolging):
- terbukti tapi bukan merupakan suatu tindak pidana
(menurut KUHAP)
Van Bemmelen
Diganggunya satu
kepentingan hukum yang
sama dengan cara yang
sama
DALUWARSA PENUNTUTAN
Daluwarsa penuntutan
Dasar hukum: Psl. 78 dan 79 KUHP
Psl. 78 KUHP
Tenggang daluwarsa:
1.
Pelanggaran dan Kejahatan dgn cetak: sesudah 1 tahun;
2. Kejahatan dgn sanksi denda, kurungan atau pidana penjara
=/<3 tahun: sesudah 6 tahun
3.
Kejahatan dgn sanksi penjara > 3 tahun: sesudah 12 tahun
4.
Kejahatan dgn sanksi mati atau seumur hidup: sesudah 18
tahun;
5.
Anak < 18 tahun saat melakukan Tindakpidana 2/3
Mulai penghitungan DP
Pasal 79
Tenggang Daluwarsa (TD) mulai berlaku
pada hari sesudah perbuatan dilakukan.
TD + 1 hari
Pasal 78
1. Kewenangan menuntut pidana hapus
karena daluwarsa:
sesudah 1/6/12/18 (- 2/3 u <18 tahun)...;
M D + 1 hari
Sehingga
Tempus Delicti (TD) + 1 hari + Masa Daluwarsa
(MD) + 1 hari = Daluwarsa Penuntutan (DP)
Contoh :
1961
PENGHENTIAN DALUWARSA
STUITING
Pasal 80
1. Tiap-tiap tindakan penuntutan
menghentikan stuiten daluwarsa, asal
tindakan itu diketahui oleh orang yang
dituntut, atau telah diberitahukan kepadanya
menurut cara yang ditentukan dalam aturanaturan umum.
2. Sesudah dihentikan, dimulai tenggang
daluwarsa baru.
Tindakan Penuntutan
Perhatikan Pasal 14 UU Nomor 8 Tahun 1981
Penuntut umum mempunyai wewenang :
a. menerima dan memeriksa berkas perkara penyidikan dari
penyidik atau penyidik pembantu;
b. mengadakan prapenuntutan apabila ada kekurangan pada
penyidikan dengan memperhatikan ketentuan Pasal 110 ayat
(3) dan ayat (4), dengan memberi petunjuk dalam rangka
penyempurnaan penyidikan dari penyidik;
c. memberikan perpanjangan penahanan, melakukan
penahanan atau penahanan lanjutan dan atau mengubah
status tahanan setelah perkaranya dilimpahkan oleh penyidik;
d. membuat surat dakwaan;
Tindakan Penuntutan
Tindakan penuntutan dalam arti luas
Tindakan penuntutan dalam arti sempit:
Pelimpahan berkas perkara ke pengadilan
beserta terdakwa dan alat bukti kepada
pengadilan untuk diadili.
PENANGGUHAN DALUWARSA
- SCHORSING -
Pasal 81
Penundaan penuntutan pidana
berhubung dengan adanya perselisihan
prayudisial, menunda daluwarsa.
ABOLISI
Hak untuk menyatakan bahwa tuntutan
pidana terhadap seseorang harus
digugurkan atau suatu tuntutan pidana
yang telah dimulai harus dihentikan
AMNESTI
Hak untuk mengeluarkan pernyataan
umum bahwa UU Pidana tidak akan
menerbitkan akibat-akibat hukum apapun
juga bagi orang-orang tertentu yang
bersalah melakukan suatu atau beberapa
tindak pidana tertentu
Dalam KUHP
1. Matinya Terdakwa/Terpidana (Psl. 83)
2. Daluwarsa (Psl. 84, Psl. 85)
Di luar KUHP
1. Amnesti
2. Grasi
Dasar hukum: Pasal 14 UUD45
DALUWARSA
Lewatnya tenggang waktu tertentu untuk
menjalankan pidana; sehingga
kewenangan jaksa untuk menjalankannya
menjadi hapus.
Pencegahan (stuiting)
1. Terpidana melarikan diri ketika jalani pidana:
- tenggang waktu daluwarsa baru dihitung pada
keesokan hari setelah melarikan diri
2. Pelepasan bersyarat dicabut:
- keesokan hari setelah dicabut, mulai tenggang
waktu daluwarsa baru
TENGGANG WAKTU YANG TELAH DILALUI,
HILANG SAMA SEKALI (TIDAK DIHITUNG)
Penundaan (schorsing)
Penjalanan pidana ditunda menurut UU
Selama terpidana dirampas
kemerdekaannya (ada dalam tahanan)
TENGGANG WAKTU SELAMA DITUNDA
TIDAK DIHITUNG
GRASI
Pengampunan berupa perubahan, peringanan,
pengurangan atau penghapusan pelaksanaan
pidana kepada terpidana yang diberikan oleh
Presiden
Diatur UU No. 05 tahun 2010
Putusan Pemidanaan yang dapat dimohonkan grasi:
1. Pidana mati
2. Penjara seumur hidup
3. Penjara paling rendah 2 tahun