Menentukan kapan dan dalam hal apa kepada mereka yang melanggar dapat dikenai sanksi pidana
Materiel ~ Formil
Umum ~ Khusus
Nasional ~ Lokal
Internasional ~ Nasional
Aliran klasik (Beccaria, JJ Rousseau, Montesquieu): melindungi individu dari kekuasaan penguasa
Berlaku di Indonesia sejak tahun 1946 (setelah kemerdekaan RI) dengan UU Nomor 1 Tahun 1946.
Merupakan warisan kolonial Belanda yang diberlakukan di Indonesia sejak 1 Januari 1918.
Sumber lain: UU yang dibuat oleh RI (Korupsi, Lalu Lintas, Narkotika, Psikotropika, Terorisme)
G. Pembaharuan Hukum Pidana Indonesia suatu upaya melakukan peninjauan dan pembentukan
kembali (reorientasi dan reformasi) hukum pidana yang sesuai dengan nilai-nilai sentralsosio-politik,
sosio-filosofik, dan nilai-nilai sosio- kultural masyarakat Indonesia.
Asas Legalitas
Zaman Romawi sampai zaman Louis XVI di Perancis, kesalahan seseorangditentukan oleh raja
“Tiada suatu perbuatan dapat dipidana kecuali atas kekuatan aturan pidana dalam perundang-undangan
yang telah ada sebelum perbuatan dilakukan”.Konsekuensi :1. Tindak pidana harus disebutkan dalam
peraturan perundang-undangan. Konsekuensi: a. Yang tidak tercantum dalam undang-undang tidak
dapat dipidana. b. Larangan analogi2. UU itu harus ada sebelum terjadi tindak pidana.
Pasal 5 (3) sub b Undang-undang No. 1 Drt. 1951. Pasal 27 ayat (1) Undang-undang No. 14 Tahun 1970
tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman
RUU KUHP : “Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) (tentang asas legalitas formil, pen.) tidak
mengurangi berlakunya hukum yanghidup yang menentukan bahwa menurut adat setempat seseorang
patut dipidana walaupun perbuatan tersebut tidak diatur dalam perundang-undangan.”
Asas Temporis Delicti
tiap tindak pidana yang dilakukan seseorang harus diadili menurut ketentuan pidana yang berlaku saat
itu Jika terjadi perubahan perundang-undangan pidana setelah tindak pidana itu dilakukan maka dipakai
ketentuan yang paling meringankan terdakwa .
RUU KUHP :
1. Jika terdapat perubahan undang-undangan sesudah perbuatan dilakukan atau sesudah tidak
dilakukannya perbuatan, maka diterapkan peraturan perundang-undangan yang paling menguntungkan.
2. Jika setelah putusan pemidanaan telah memperoleh kekuatan hukum tetap perbuatan yang dilakukan
atau yang tidak dilakukan tidak lagi merupakan tindak pidana menurut peraturan perundang-undangan
yang baru, maka narapidana dikeluarkan dari lembaga pemasyarakatan.
3. Jika setelah putusan pemidanaan telah memperolejh kekuatan hukum tetap, perbuatan yang
dilakukan atau yang tidak dilakukan diancam dengan pidana yang lebih ringan menurut peraturan
perundang-undangan yang baru, maka putusan pemidanaan tersebut disesuaikan denganbatas- batas
pidana menurut peraturan perundang-undangan yang baru
Asas Teritorial Aturan pidana dalam UU Indonesia berlaku bagi setiap orang yang melakukan suatu
tindak pidana di wilayah Indonesia (Pasal 2 KUHP)
Pidana
Pidana Mati• Dijalankan oleh algojo dengan cara digantung (Pasal 11)• Diubah dengan “tembak mati”
(UU No. 2/PNPS/1964 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati yang Dijatuhkan oleh Pengadilan di
Lingkungan Peradilan Umum dan Militer)
Pidana Penjara
seumur hidup
Masa Percobaan
• dipidana penjara/kurungan maksimal 1 tahun, bukan kurungan pengganti
Pelepasan Bersyarat
• syarat umum: tidak mengulangi tindak pidana dan perbuatan lain yang tidak baik
Pidana Kurungan
• jika ada pembarengan, pengulangan, atau dilakukan oleh pejabat maka maksimal 1 tahun 4 bulan
Tujuan pemidanaan
Pedoman pemidanaan
Modifikasi pidana karena ada perubahan perilaku narapidana atau karena ada perubahan UU
Elastisitas pemidanaan
Pidana mati menjadi jenis pidana khusus Penambahan jenis pidana baru, yaitu pidana pengawasan
dan kerja sosial (pidana pokok), serta pembayaran ganti kerugian dan pemenuhan kewajiban adat
(pidana tambahan)
Dikenal adanya tindakan (matregel) bagi pelaku yang tidak dapat atau kurang dapat
dipertanggungjawabkan karena gangguan jiwa
1. Pidana Penjara
• jika diancam pidana mati/seumur hidup, maka diganti pidana penjara maksimal 10 th.
2. Pidana Kurungan
3. Pidana Denda
• jika tidak terbayar, diganti latihan kerja maksimal 90 hari, maksimal 4 jam sehari
Hukum Perdata adalah aturan-aturan hukum yang mengatur tingkah laku orang terhadap orang yang
lain berkaitan dengan hak dan kewajiban yang timbul dalam pergaulan masyarakat maupun pergaulan
keluarga.
1. Hukum Perdata Materiil: hukum yang mengatur kepentingan-kepentingan perdata subyek hukum;
2. Hukum Perdata Formiil: hukum yang mengatur bagaimana cara seseorang mempertahankan haknya
apabila dilanggar orang lain.
B. Sejarah KUH Perdata (BW)KUH Perdata (Burgelijk Wetboek/BW) adalahkodifikasi hukum perdata yang
disusun di negeriBelanda.
Code Napoleon disusun berdasarkan hukum Romawi(Corpus Juris Civilis) yang pada waktu itu
dianggapsebagai hukum yang paling sempurna.
Hukum privat yang berlaku di Prancis dimuat dalamdua kodifikasi, yakni: Code civil dan code
decommerce.
Pada waktu Prancis mengusai Belanda, kodifikasi itudiberlakukan di Belanda sampai 24 tahun
setelahBelanda merdeka pada tahun 1915.
Baru pada tahun 1938 dengan berdasarkan asas yangterdapat pada code civil dan code de
commerce,pemerintah Belanda menciptakan dua kodifikasi yangbersifat nasional, yang diberi nama
Burgelijk Wetboek(BW) dan Wetboek van Koophandel (Wvk).
Kodifikasi KUH Perdata di Indonesia dikerjakan olehpanitia khusus diketuai oleh Mr. CJ. Schoolten van
OutHaarlem.
Kodifikasi yang dihasilkan diharapkan memilikikesamaan antara hukum dan keadaan di Indonesiadengan
hukum dan keadaan di negeri Belanda.
Panitia menyelesaikan kodifikasi KUH Pdt Indonesiayang banyak dijiwai oleh BW Belanda. Kodifikasi
KUHPerdata diumumkan pada tanggal 30 April 1847,melalui Staatblaad No. 223, dan dinyatakan
mulaiberlaku pada Januari 1948.
•Buku I, berjudul “perihal orang” (van persoon):hukum perorangan dan hukum kekeluargaaan;
•Buku II berjudul “perihal benda” (van zaaken) hukumbenda dan hukum waris;
•Buku III berjudul “perihal perikatan” (vanverbintenisen): hukum harta kekayaan yangberhubungan
dengan hak dan kewajiban yang berlakubagi orang-orang atau pihak-pihak tertentu
•Buku IV berjudul “perihal pembuktian dankadaluarsa” (van bewijs en verjaring), memuat perihalalat
pembuktian dan akibat lewat waktu terhadaphubungan hukum.
D. Sistematika Hk. Pdt. Menurut Ilmu PengetahuanTerdii dalam empat (4) bagian, yakni:
1. Hukum tentang orang atau hukum perorangan(Persoonrecht) yang antara lain mengatur tentang
orangsebagai subyek hukum dan orang dalam kecakapannyauntuk memiliki hak-hak dan bertindak
sendiri untukmelaksanakan haknya.
Perkawinan;
perceraian; dan
hubungan hukum antara orangtua dan anak atau kekuasaan orangtua (ouderlijk macht);
perwalian (voogdij); dan
pengampuan (curatele);
Hak Perorangan (hak yang hanya berlaku terhadapseseorang atau pihak tertentu saja.
(mengatur akibat hukum dari hubungan keluargaterhadap harta warisan yang ditinggalkan seseorang).
Istilah “orang atau persoon” menunjuk pada pengertian subyek hukum sebagai pembawa hak dan
kewajiban.
Manusia sebagai pembawa hak dan kewajiban terjadisejak ia lahir dan berakhir setelah ia meninggal
dunia.
Sejak ia lahir hidup, ia sudah dianggap sebagai subyekhukum (Pasal 2 ayat 1 (BW).Ketentuan ini sangat
penting maka pasal 2 BW disebutsebagai rechtfictie dan erat hubungannya dengan hakmewaris.
sudah dewasa: sudah berumur 21 tahun (BW) atausudah kawin sebelum umur tersebut, 18 tahun
menurutUU No. 1/1974 dan Yusisprudensi MA.
orang yang belum dewasa: dibawah pengampuan(curatele), perbuatannya harus melalui perwakilan
olehwali atau kuratornya.
Adapun perbuatan-perbuatan hukum yang dapatdilakukan oleh orang atau badan hukum sebagai
subyekhukum, misalnya:
•dan lain-lain.
Menurut Hukum Orang, orang dan badan hukum harusmempunyai tempat tinggal (domisili).
Pentingnya domisili bagi badan orang dan atau badanhukum adalah untuk urusan tertentu, misalnya:
• pengadilan mana yang berwenang menyelesaikanperkara yang melibatkan orang atau badan hukum
itu;
• tempat dilaksanakan pembagian warisan yangditinggalkan oleh orang yang bersangkutan di mana
iatinggal sampai meninggal.
Badan hukum yang berstatus sebagai pembawa hakdan kewajiban (sebagai subyek hukum) misalnya
Negara;
Provinsi
;Kabupaten
;Perseroan terbatas;
Yayasan;
Wakaf;
Gereja;
dan lain-lain.
Suatu perkumpulan dapat dijadikan juga sebagai badanhukum asal memenuhi syarat-syarat yang
ditentukanoleh hukum, yakni:
• Menurut Van Vollenhoven, HTN adalah hukum yang mengatur semua masyarakat, hukum tingkat atas
sampai bawah, yang selanjutnya menentukan wilayah lingkungan rakyatnya, menentukan badan-badan
yang berkuasa, berwenang dan fungsinya dalam lingkungan masyarakat hukum tersebut.
• Menurut Wade dan Phillip, HTN adalah hukum yang mengatur organisasi-organisasi negara, struktur
organisasi, kedudukan tugas, dan fungsi serta hubungan antarorgan-organ tersebut.
• Menurut Moh. Kusnadi dan Harmaily Ibrahim, HTN adalah sekumpulan peraturan hukum yang
mengatur organisasi negara, hubungan antaralat perlengkapan negara dalam garis vertikal dan
horizontal serta kedudukan warga negara dan hak-hak asasinya.
Hukum Tata Negara adalah sekumpulan peraturan baik tertulis (berwujud perundang-undangan)
maupun tidak tertulis (kebiasaan/konvensi) yang mengatur organisasi kekuasaan yang disebut negara.
Istilah HTN di beberapa negara : Inggris constitutional law Perancis droit constitutionel Jerman
verfassungsrecht.
1. Asas Pancasila Pancasila adalah dasar negara Indonesia yang berarti bahwa setiap tindakan rakyat dan
negara Indonesia harus sesuai dengan Pancasila. Selain itu, Pancasila merupakan sumber hukum
materiil, yang berarti bahwa setiap isi peraturan perundang-undangan tidak boleh bertentangan dengan
Pancasila.
2. Asas Negara Hukum Kekuasaan tertinggi di suatu negara adalah hukum sehingga seluruh alat
perlengkapan negara termasuk warga negara harus tunduk dan patuh serta menjunjung tinggi hukum
tanpa kecuali.
3. Asas Kedaulatan Rakyat dan Demokrasi Negara Indonesia adalah negara hukum yang berkedaulatan
rakyat dan demokratis. Prinsip negara hukum tidak boleh ditegakkan dengan mengabaikan prinsip-
prinsip demokrasi yang diatur dalam undang-undang dasar.
4. Asas Negara Kesatuan Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Prinsip
pada negara kesatuan bahwa yang memegang kekuasaan tertinggi atas segenap urusan negara ialah
pemerintah pusat tanpa adanya suatu delegasi atau pelimpahan kekuasaan kepada pemerintah daerah.
Dalam negara kesatuan terdapat asas bahwa segenap urusanurusan negara tidak dibagi antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah sehingga tetap merupakan suatu kebulatan dan pemegang
kekuasaan tertinggi di negara adalah pemerintah pusat.
5. Asas Pemisahan Kekuasaan dan Check and Balances Sistem kenegaraan membagi kekuasaan
pemerintahan menjadi tiga, yaitu eksekutif, legislatif, dan yudikatif atau yang disebut dengan trias
politica. Check and balances yang dimaksud adalah menata keseimbangan antarlembaga negara agar
tidak terjadi pemusatan kekuasaan pada salah satu institusi negara saja.
Pada tanggal 17 Agustus 1945 dilaksanakan pembacaan teks Proklamasi yang menyatakan kemerdekaan
Indonesia. Pada tanggal 18 Agustus 1945 ditetapkan bahwa UUD 1945 sebagai dasar konstitusional
Indonesia. Negara Indonesia adalah negara kesatuan berbentuk republik. Presiden dan wakil Presiden
dipilih oleh PPKI. MPR sebagai pemegang kekuasaan tertinggi. Sistem pemerintahan pada mulanya
presidensial dimana kabinet bertanggung jawab kepada Presiden, tetapi kemudian pada akhir tahun
1947 berlaku sistem pemerintahan parlementer dengan multipartai. Hal ini merupakan bentuk
penyimpangan terhadap pelaksanaan UUD 1945 yang menganut sistem pemerintahan presidensial.
Berdirinya Negara Republik Indonesia Serikat (RIS) sebagai hasil dari Konferensi Meja Bundar di Den
Haag pada tanggal 23 Agustus 1949-2 November 1949. Sebagai negara serikat, maka UUD 1945 sebagai
hukum dasar tidak berlaku lagi dan dibuatlah UUD yang baru yaitu UUD RIS. UUD 1945 yang semula
berlaku di seluruh Indonesia mulai 27 Desember 1949 hanya berlaku di wilayah negara bagian Republik
Indonesia. Kekuasaan kedaulatan RIS dilakukan oleh pemerintah bersamasama dengan DPR dan Senat
(wakil negara bagian). Sistem pemerintahan berdasarkan Konstitusi RIS menganut sistem pemerintahan
parlementer, yaitu menteri-menteri baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri bertanggung
jawab kepada parlemen (DPR).
Indonesia kembali menjadi negara kesatuan. Pada tanggal 17 Agustus 1950 secara resmi dinyatakan
berlakunya UUDS 1950 yang merupakan hasil perubahan dari Konstitusi RIS. Sistem pemerintahan
berdasarkan UUDS 1950 adalah sistem pemerintahan parlementer. Pada tanggal 5 Juli 1959 dikeluarkan
Dekrit Presiden yang salah satu isinya adalah menetapkan UUD 1945 berlaku lagi bagi segenap bangsa
Indonesia dan tidak berlakunya lagi UUDS 1950.
(1) a. UUD 1945 berlaku kembali sebagai dasar konstitusional Indonesia. Periode 5 Juli 1959-sekarang
dibagi menjadi 3 masa, yaitu : Masa 5 Juli 1959-11 Maret 1966 Dalam praktik kenegaraan, pelaksanaan
UUD 1945 mengalami beberapa penyimpangan antara lain : Pelaksanaan demokrasi terpimpin;
Penentuan masa jabatan presiden seumur hidup; Berdirinya Partai Komunis Indonesia (PKI) yang
berideologi atheis; Adanya kudeta dari PKI dengan gerakan G30S/PKI yang akan membentuk negara
komunis di Indonesia.