Anda di halaman 1dari 28

ASPEK HUKUM

ADMINISTRASI PROYEK
Mata Kuliah ini diperlukan bagi Mahasiswa Teknik S2, dikarenakan
persoalan lapangan tidak hanya diselesaikan secara fisik, tapi dapat
diselesaikan secara non fisik terutama yang menyangkut masalah hukum,
disini diajarkan tentang hukum perdata dan hukum pidana secara singkat
yang menyangkut masalah teknik, begitu juga hukum yang lain, yaitu
tentang kontrak konstruksi, sengketa konstruksi, hukum tentang
ketenagakerjaan dan tata cara pengadaan tanah, dan lain-lain

PRIJAMBODO, ST.,MT.
Perumahan Arteri Bina Marga prijambodo2020@gmail.com
08121561828
No. 7 Maguwoharjo Sleman
KULIAH 1
Oleh
PENGERTIAN HUKUM, KUHP, Prijambodo, ,MT

KUHPER
1. Pendahuluan

Setiap proyek konstruksi tidak dapat dilepaskan dari


bermacam aspek. Secara umum dapat dikatakan
bahwa proyek konstruksi tidak hanya menyangkut
masalah teknologi, akan tetapi bersangkut paut
dengan masalah ekonomi, politik, sosial budaya dan
hukum.

Peranan hukum dapat dilihat dari siklus suatu proyek.


Secara garis besar siklus tersebut dapat dibagi
menjadi tiga tahapan, yaitu pre construction,
construction and post construction . Hal ini terjadi
pada setiap tahapan tersebut, dan pada dasarnya
selalu berkaitan dengan hukum.
Dalam kuliah ini, pembicaraan selanjutnya akan
dibagi menjadi tiga bagian.
a. Bagian pertama membicarakan dasar-dasar ilmu
hukum.
b. Bagian kedua membicarakan selayang pandang
tata hukum Indonesia.
c. Bagian ketiga akan membahas secara singkat
Pengantar Hukum Konstruksi Indonesia
(Indonesian Construction law)
2. Ilmu Hukum
a. Pengertian Hukum
Hukum pada dasarnya sesuatu yang sulit
didefinisikan dengan tepat. Banyak pendapat para
ahli seperti :
1)Plato, dilukiskan dalam bukunya Republik. Hukum
adalah sistem peraturan-peraturan yang teratur
dan tersusun baik yang mengikat masyarakat.
2)Aristoteles, hukum hanya sebagai kumpulan
peraturan yang tidak hanya mengikat masyarakat
tetapi juga hakim. Undang-undang adalah sesuatu
yang berbeda dari bentuk dan isi konstitusi; karena
kedudukan itulah undang-undang mengawasi
hakim dalam melaksanakan jabatannya dalam
menghukum orang-orang yang bersalah.
3. J.T.C. Sumorangkir, S.H. dan Woerjo
Sastropranoto, S.H. bahwa hukum itu ialah
peraturan-peraturan yang bersifat memaksa,
yang menentukan tingkah laku manusia dalam
lingkungan masyarakat, yang dibuat oleh
badan-badan resmi yang berwajib, pelanggaran
mana terhadap peraturan-peraturan tadi
berakibat diambilnya tindakan, yaitu dengan
hukuman.
a. Dasar terbentuknya fungsi hukum
Hukum merupakan norma yang paling bungsu dalam
masyarakat. Sebagai norma yang tertua adalah norma
agama. Norma selanjutnya adalah norma kesusilaan
dan norma sopan santun. Ketiga norma tersebut
dirasakan belum dapat memenuhi tuntutan
masyarakat jika terjadi suatu pelanggaran. Sebagai
upaya terakhir, terciptalah norma hukum yang
diharapkan akan dapat menjadi senjata pamungkas.
Dengan demikian dasar terbentuknya atau raison
d’etre, Hukum adalah disebabkan oleh adanya konflik
kepentingan dalam masyarakat. Lebih lanjut dapat
pula dikatakan bahwa fungsi pokok hukum adalah
menjaga dan memulihkan keseimbangan dalam
masyarakat (restutio in integrum)
b. Isi, sifat dan bentuk norma hukum
Pada dasarnya hukum berisi tiga macam hal, yaitu
perintah, larangan dan perkenan
Sedangkan sifat dan norma hukum dapat dibedakan
menjadi dua yaitu imperatif (dalam perijinan) dan
fakultatip (dalam kontrak). Pada akhirnya bentuk norma
hukum dapat dibedakan menjadi dua yaitu tertulis dan
tidak tertulis.
c. Subyek Hukum
Subyek hukum adalah segala seuatu yang dapat
menyandang hak dan kewajiban. Jadi wujud subyek
hukum dapat berupa manusia mapun bukan manusia.
Subyek hukum yang berupa manusia, dalam hukum
disebut orang . sedangkan yang bukan manusia sering
disebut sebagai badan hukum.
d. Sumber Hukum
Dalam praktek dikenal enam macam sumber
hukum yang konfensional, yaitu :
- Undang-undang
- Kebiasaan (misal jam kerja mulai jam 08 sd
16.00 → shg menjadi kebiasaan)
- Yurisprudensi (Putusan-putusan Hakim atau
Pengadilan yang telah berkekuatan hukum
tetap)
- Perjanjian internasional → munculnya
konvensi jenewa
- Doktrin → pendapat para ahli hukum, sarjana
hukum, Doktor hukum dll
- Perjanjian
➢ Pada negara-negara yang menganut hukum anglo
saxon atau common law (sistem yuri), kebiasaan dan
yurisprudensi merupakan sumber hukum yang utama.
Sedangkan pada negara-negara yang menganut
sistem hukum kontinental atau civil law, undang-
undang merupakan sumber hukum utama.
➢ Perbedaan pokok lainnya dari sistem tersebut adalah
sistem anglo saxon, hukum diproduksi, terutama, oleh
hakim melalui putusan pengadilan (judge-mode law).
Dalam hal ini didasarkan atas suatu asumsi bahwa
hukum harus dapat merefleksikan secara langsung
tuntutan masyarakat yang tertanam dalam kebiasaan.
Oleh karena itu suatu yurisprudensi akan dijadikan
dasar bagi putusan selanjutnya (the binding force of
precedent).
➢ Dalam sistem kontinental ( Civil law) hukum
terutama dihasilkan melalui saluran lembaga
legislatip. Hal ini didasarkan suatu asumsi bahwa
lembaga tersebut cukup representatip dalam
menyalurkan tuntutan masyarakat.

➢ Sebagaimana diketahui, produk dari lembaga


legislatip tersebut dikenal dengan istilah undang-
undang. Jadi suatu putusan harus didasarkan,
terutama atas peraturan perundangan yang berlaku.
Suatu undang-undang yang baik harus memiliki
kekuatan berlaku secara yuridis, filosofis dan
sosiologis.
➢ Indonesia adalah negara yang menganut sistem
hukum kontinental. Sebagai konsekwensinya sumber
hukum yang dikenal di Indonesia adalah undang-
undang (utama), kebiasaan dan doktrin.

➢ Adapun hierarki peraturan perundang-undang di


Indonesia sesuai Undang-undang RI No. 12 tahun
2011 tentang Pembentukan Peraturan perundang-
undangan adalah :
• Undang-undang Dasar negara republik
Indonesia tahun 1945
• Ketetapan Majelis permusyawaratan Rakyat
• Undang-undang/Peraturan pemerintah Pengganti
Undang-undang
• Peraturan pemerintah
.
• Peraturan Presiden
• Peraturan daerah Provinsi
• Peraturan daerah Kabupaten/kota

➢ Jika terdapat konflik antara UU yang bersifat umum


dengan UU yang bersifat khusus maka dipakailah
adagium lex specialis derogat legi generali.
➢ Jika ternyata konflik tersebut terjadi antara UU
dengan peraturan lain yang berada dibawahnya
maka diterapkan adagium lex superior derogat legi
inferiori.
➢ Sedangkan untuk konflik antara UU yang lama
dengan UU yang baru maka diterapkan adagium
lex posteriori derogat legi priori.
KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA-KUHP

KUHP adalah peraturan perundang-undangan yang


mengatur mengenai perbuatan pidana secara materiil di
Indonesia.
Pengertian Hukum Pidana menurut Prof. Moeljatno, SH :
adalah bagian dari keseluruhan hukum yg berlaku di suatu
negara, yg mengadakan dasar-dasar dan aturan untuk :
1. menentukan perbuatan-perbuatan mana yg tidak boleh
dilakukan, yg dilarang, dg disertai ancaman atau sanksi
berupa pidana tertentu bagi barangsiapa melanggar
larangan tsb; → Criminal Act
2. menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka
yg telah melanggar larangan-larangan itu dapat dikenakan
atau dijatuhi pidana sebagaimana yg telah diancamkan ; →
Criminal Liability/ Criminal Responsibility
Menurut : Prof Van Hammel :
Hukum Pidana adalah semua dasar-dasar dan aturan-
aturan yang dianut oleh suatu negara dalam
menyelenggarakan ketertiban hukum (rechtsorde) yaitu
dengan melarang apa yang bertentangan dengan hukum
dan mengenakan suatu nestapa/derita = hukuman /sanksi
kepada yang melanggar larangan-larangan tersebut

Hukum pidana dijalankan untuk kepentingan masyarakat;


Dan hanya dijalankan dalam hal kepentingan masyarakat
benar-benar memerlukan (ultimum remedium);
Penuntutan tidak diserahkan kepada si korban;
Hubungan hukum bukan koordinasi tetapi adalah
subordinasi antara pelaku dengan pemerintah
Sejarah Hukum Pidana :
• Andi Hamzah Utrecht
- Jaman VOC -Jaman VOC
- Jaman Hindia Belanda -Jaman Daendels
-Jaman Raffles
- Jaman Jepang
-Jaman Komisaris Jenderal
- Jaman Kemerdekaan -Tahun 1848-1918
-KUHP tahun 1915 -sekarang
▪ Jaman Kemerdekaan
✓ UUD 1945 Ps. II Aturan Peralihan nSegala Badan Negara
dan Peraturan yang ada masih berlaku selama belum
diadakan yang baru menurut UUD ini
✓ UU No. 1 Tahun 1946 : Penegasan tentang Hukum Pidana
yang berlaku di Indonesia
✓ UU No. 73 Tahun 1958 : “ Undang-undang tentang
menyatakan berlakunya UU No. 1 Tahun 1946 tentang
Peraturan Hukum Pidana untuk seluruh wilayah RI dan
mengubah Kitab Undang-undang Hukum Pidana”
Isi KUHP
• Buku I : Ketentuan Umum (Pasal 1 –
Pasal 103)

Pasal 103 → Ketentuan-ketentuan dalam Bab


I sampai Bab VIII buku I juga berlaku bagi
perbuatan-perbuatan yang oleh ketentuan
perundang-undangan lainnya diancam dengan
pidana, kecuali jika oleh undang-undang
ditentukan lain

• Buku II : Kejahatan (Pasal 104 – 488)

• Buku III : Pelanggaran (Pasal 489 – 569)


UU Pidana di luar KUHP

• UU Pemberantasan T.P. Korupsi, UU No. 20/2001 jo UU No.


31/1999;
• UU Tindak Pidana Ekonomi, UUDarurat No. 7/drt/1955
• Perpu 1/2002 → UU 15/2003 Anti Terorisme;
• UU Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak Pidana
Pencucian Uang Money Laundering (Money Laundering) UU
08/2010;
• Undang undang yang lain antara lain :
✓ UU Lingkungan ✓ UU Partai Politik
✓ UU Pers ✓ UU pemilu
✓ UU Pendidikan Nasional ✓ UU Merek
✓ UU Perbankan ✓ UU Kepabeanan
✓ UU Pasar Modal
✓ UU Pajak
✓ dll/.
Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana
( KUHAP )
undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun
1981 tentang Hukum Acara Pidana adalah undang-
undang Indonesia yang mengatur tentang
pelaksanaan formil dari hukum pidana. KUHAP
adalah dasar hukum bagi aparat penegak hukum
seperti kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan untuk
melaksanakan wewenangnya.
KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM
PERDATA
Hukum Perdata adalah ketentuan yang mengatur
hak dan kepentingan antar individu dalam
masyarakat. Tradisi hukum di daratan Eropa (civil law)
mengenal pembagian hukum menjadi dua yakni
hukum publik dan hukum privat atau hukum perdata.
Dalam sistem Anglo-Saxon (common law) tidak
dikenal pembagian semacam ini.
Hukum Perdata Menurut Para Ahli
Menurut para ahli mengenai pengertian hukum perdata :
• Menurut Prof H.R Sardjono, SH : Hukum Perdata adalah
kaidah-kaidah yang menguasai manusia dalam
masyarakat dalam hubungannya terhadap orang lain dan
hukum pada dasarnya menguasai kepentingan
perseorangan.
• Prof Subekti, SH : Hukum perdata dalam arti luas
meliputi seluruh hukum privat materiil yaitu segala
hukum pokok yang mengatur kepentingan-kepentingan
perseorangan
• Prof.Dr. Wirjono Prodjodikoro, SH : Hukum Perdata
sebagai suatu rangkaian hukum antara orang-orang atau
badan hukum satu sama lain mengatur tentang hak dan
kewajiban dalam pergaulan kemasyarakatan atau hukum
yang mengatur kepentingan perseorangan
Kesimpulannya Hukum Perdata adalah :
a. Hukum Perdata mengatur hubungan hukum
individu/badan hukum yang satu dengan - individu atau
badan hukum lain dalam per - gaulan masyarakat,
b. bHukum Perdata pada dasarnya bermaksud melindungi
kepentingan perseorangan,
c. Hukum perdata merupakan keseluruhan hukum pokok,
d. Hukum perdata pada dasarnya melindungi kepentingan
umum

➢ Hukum dikelompokan menjadi hukum publik (negara &


masyarakat) dan hukum privat (kepentingan pribadi).
➢ Tujuan nya adalah : untuk menciptakan keamanan,
ketertiban, mewujudkan keadilan, kepastian &
kemanfaatan. Dalam penegakan hukum tanpa
diskriminasi & menghormati HAM.
SEJARAH HUKUM PERDATA :
 Hk pdt Belanda berasal dari Perancis (Code Civil), krn Belanda
dijajah Perancis Code Civil diberlakukan di Belanda, setelah
Belanda merdeka dibuatlah Burgerlijk Wetboek (BW) yg bebas dari
pengaruh Perancis. BW dikodifikasikan pada 1 Oktober 1838.
 Karena Indonesia pernah di jajah Belanda BW diberlakukan juga di
Indonesia (Hindia Belanda), BW diberlakukan di Ind berdasarkan
asas konkordansi (persamaan) & dinyatakan berlaku mulai tgl 1
Mei 1848.

Sebagian besar Hukum Perdata Eropa (termasuk belanda) berasal


dari Hukum Perdata Perancis yang dikofikasikan Berdasarkan Asas
Konkordansi, kodifikasi hukum perdata belanda diberlakukan pula
di Indonesia
SUMBER HUKUM BERLAKUNYA HUKUM PERDATA

➢ Semua peraturan Hindia Belanda diambil alih


Pemerintah Militer Jepang.
➢ Semua peraturan pada masa penjajahan Jepang
diambil alih oleh UUD 1945 (Pasal II Aturan Peralihan).
➢ Semua peraturan perundangan pada masa Konstitusi
RIS diambil alih oleh UUDS 1950 (Pasal 142 Ketentuan
Peralihan).
➢ Semua peraturan perundangan yang berlaku pada
masa UUD 1945 diambil alih oleh Konstitusi RIS (Pasal
192 Aturan Peralihan).
➢ Akhirnya semua peraturan perundangan yang berlaku
pada UUDS 1950 diambil alih oleh UUD 1945.
KUH-PERDATA

➢ Hukum perdata di Indonesia pada dasarnya bersumber


pada Hukum Napoleon kemudian berdasarkan
Staatsblaad nomor 23 tahun 1847 tentang burgerlijk
wetboek voor Indonesie (disingkat BW) atau dise but
sebagai KUH Perdata.
➢ BW sebenarnya merupakan suatu aturan hukum yang
dibuat oleh pemerintah Hindia Belanda yang ditujukan
bagi kaum golongan warga negara bukan asli yaitu dari
Eropa, Tionghoa, dan timur asing. Namun, berdasarkan
kepada pasal 2 aturan peralihan Undang-undang Dasar
1945, seluruh peraturan yang dibuat oleh pemerintah
Hindia Belanda berlaku bagi warga negara Indonesia
(asas konkordasi).
➢ Beberapa ketentuan yang terdapat di dalam BW pada
saat ini telah diatur secara terpisah atau tersendiri
oleh berbagai peraturan perundang-undangan.
Misalnya berkaitan tentang tanah, hak tanggungan,
dan fidusia.
➢ Kodifikasi KUH Perdata Indonesia diumumkan pada
tanggal 30 April 1847 melalui Staatsblad No. 23 dan
berlaku pada Januari 1848.
➢ Setelah Indonesia Merdeka, berdasarkan aturan
Pasal 2 aturan peralihan Undang-Undang Dasar
1945, KUH Perdata Hindia Belanda tetap
dinyatakan berlaku sebelum digantikan dengan
Undang-Undang baru berdasarkan Undang–
Undang Dasar ini. BW Hindia Belanda merupakan
induk hukum perdata Indonesia.
Isi KUH Perdata

KUH Perdata terdiri atas empat 4 bagian, yaitu:


1. Buku 1 tentang Orang / Van Personnenrecht
1. Buku 2 tentang Benda / Van Zaken
2. Buku 3 tentang Perikatan / Van
Verbintenessenrecht
3. Buku 4 tentang Pembuktian dan Daluwarsa / Van
Bewijs en Verjaring

Anda mungkin juga menyukai