Anda di halaman 1dari 11

Tugas : TEORI HUKUM

DOSEN : Dr. Budi Hermawan Bangun , SH, M.Hum

Tema : 9

Bekerjanya Hukum

Disusun Oleh

Syaugi / A2031171041

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS TANJUNGPURA


PROGRAM STUDI KENOTARIATAN PADA PROGRAM MAGISTER
TAHUN AJARAN 2017-2018
BAB I
PENDAHULUAN

Istilah teori hukum berasal dari bahasa Inggris, yaitu theory of law. Dalam
bahasa Belanda disebut dengan rechtstheorie. Menurut Muchyar Yahya teori hukum
adalah cabang ilmu hukum yang mempelajari berbagai aspek teoritis maupun praktis
dari hukum positif tertentu secara tersendiri dan dalam keseluruhannya secara
interdisipliner, yang bertujuan memperoleh pengetahuan dan penjelasan yang lebih
baik, lebih jelas, dan lebih mendasar mengenai hukum positif yang bersangkutan.1
Yang jadi pertanyaan adalah apakah yang dimaksud dengan hukum positif itu?
hukum itu apa? Pertanyaan itu tentu teramat wajar bagi setiap pemula, karena untuk
pertama diketahui adalah objek dari ilmu atau pengetahuan yang akan mereka
pelajari. Namun, objek ilmu hukum agak berbeda dengan objek ilmu-ilmu lain yang
lebih eksak. Objek ilmu hukum adalah hukum yang memiliki sifat abstrak. 2
Mungkin saja ada diantara manusia yang hidup di era modern sekarang yang
selama hidupnya tak pernah bersentuhan dengan pengadilan, jaksa atau pengacara,
tetapi pasti tak ada manusia yang hidup di zaman kimi yang tak bersentuhan dengan
hukum. Pengadilan atau jaksa atau pengacara adalah ”peralatan” law enforcement,
tetapi hukum jauh lebih luas dari itu. Begitu anda keluar rumah untuk pergi ke
sekolah, ke kampus atau ke kantor, Anda langsung bersentuhan dengan hukum, dalam
hal ini peraturan lalu lintas, misalnya bahwa anda harus berjalan di sebelah kiri jalan,
dan bukannya di sebelah kanan, kalau anda melanggarnya, anda akan bersentuhan
dengan “Law enforcement”, anda akan berurusan dengan polisi dan munkin
selanjutnya para hakim di pengadilan.3
Adapun yang dimaksud dengan hukum positif adalah keseluruhan asas dan
kaidah-kaidah yang mengatur hubungan manusia dengan masyarakat. Apabila
diuraikan lebih lanjut, hubungan manusia dalam masyarakat ini bearti hubungan antar

1
Sudikno Mertokusumo, Teori Hukum, (Yogyakarta : Atma Jaya , 2011 ), hal. 87
2
Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (legal Theory) dan Teori Peradilan (judicial prudence)
Termasuk Interpretasi Undang-Undang(legisprudence) Vol.1 Pemahaman Awal, (Jakarta : Prenada
Media Group , Cet. Ke empat, 2012 ), hal. 29-30
3
Ibid.
1
manusia, hubungan antara manusia dengan masyarakat dan sebaliknya hubungan
masyarakat dengan manusia anggota masyarakat itu. 4
Jadi hukum tidak dapat dipisahkan dari masyarakat, karena suatu hukum
berawal dari persoalan-persoalan yang timbul di masyarakat, yakni akibat
kepentingan anggota masyarakat yang beraneka ragam, dimana para anggota
masyarakat memerlukan aturan-aturan yang dapat menjamin keseimbangan agar
dalam hubungan-hubungan itu tidak terjadi kekacauan didalam masyarakat.
Yang dinamakan masyarakat itu sesungguhnya terdiri dari manusia, baik
sebagai perorangan (individu) atau kelompok-kelompok manusia yang telah
berhimpun untuk berbagai keperluan atau tujuan dibutuhkan aturan berdasarkan
kepentingannya dan hak orang lain sesuai dengan hak dan kewajiban yang
ditentukan oleh aturan tersebut yang dinamakan hukum. 5
Hukum merupakan petunjuk yang memuat perintah serta larangan untuk
membatasi prilaku seseorang pada masyarakat bertujuan untuk ketentraman serta
keteraturan. Cicero pernah menyebutkan sebuah adagium “ Ubi societas ibi ius “
yang kalau diartikan, “ dimana ada masyarakat disitu ada hukum”, masyarakat
merupakan kelompok atau kumpulan manusia, tidak penting berapa jumlahnya, yang
penting lebih dari satu manusia.6 Kelompok inilah yang oleh Socrates dinamakan
Polis (satu kota saja), Socrates menganggap polis identik dengan masyarakat, dan
masyarakat identik dengan negara. 7
Untuk menyatukan dan menguasai kelompok manusia tersebut
menyelenggarakan tujuan kepentingan-kepentingan kelompoknya itu, ditentukan
oleh organisasi dalam menyelelenggarakan tujuan negara.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa basis bekerjanya hukum adalah
masyarakat, maka hukum akan dipengaruhi oleh faktor-faktor atau kekuatan sosial
yakni masyarakat, mulai dari tahap pembuatan sampai dengan pemberlakuan.8
Peraturan yang dikeluarkan diharapkan sesuai dengan keinginan, tetapi efek
dari peraturan tersebut tergantung dari kekuatan sosial seperti budaya hukumnya baik,
4
Mochtar Kusumaatmadja dan Ariel Sidharta, Pengantar Ilmu Hukum, Suatu Pengenalan Pertama
Ruang Lingkup Berlakunya Ilmu Hukum. Buku I , (Bandung : Alumni , Cet. Kedua, 2009 ), hal. 4
5
: Ibid.
6
: Lukman Santoso dan Yahyanto, Pengantar Ilmu Hukum Sejarah,Pengertian, Konsep Hukum, Aliran Hukum,
dan Penafsiran Hukum, ( Malang : Setara Press, 2016), hal.51.
7
Abu Daud Busroh, Ilmu Negara , ( Jakarta : Bumi Aksara, Cet,ke delapan, 2011), hal.21
8
http://zriefmaronie.blogspot.co.id, Bekerjanya hukum dalam masyarakat, diakses pada tanggal 5
Januari 2018 pada pukul 22.00 wib.
2
maka hukum akan bekerja dengan baik pula, tetapi sebaliknya apabila kekuatannya
berkurang atau tidak ada maka hukum tidak akan bisa berjalan. 9
Masyarakat setuju bila suatu tindakan dilakukan sesuai peraturan hukum, di luar
hal tersebut dianggap melanggar kodrat dan budaya yang telah ada.10 Karena
masyarakat sebagai basis bekerjanya hukum.11

BAB II
Pengaruh Bekerjanya Hukum

A. Teori Bekerjanya Hukum

Menurut Robert B Seidman dalam bukunya yang berjudul The Legal


System A Social Science Perspective, tahun 1975 menyebutkan bahwa bahwa
sistem hukum terdiri atas perangkat struktur hukum (berupa lembaga hukum),
substansi hukum (peraturan perundang-undangan) dan kultur hukum atau budaya
hukum. Untuk melihat bekerjanya hukum dalam masyarakat dapat dilihat dari
tiga elemen, yaitu :
1. Lembaga pembuat peraturan.

9
Ibid.
10
Inu Kencana Syafiie, Ilmu Pemerintahan , ( Jakarta : Bumi Aksara, Cet,ke kedua, 2014), hal.33
11
Http//Zriefmaronie blogspot.co.id, Op Cit.
3
Lembaga pembuat peraturan atau undang-undang untuk Indonesia adalah
lembaga legislatif yakni Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden. Peraturan
perundang-undangan adalah perwujudan kehendak dari pemegang kekuasaan
tertinggi yang berdaulat, maka peraturan perundang-undangan merupakan
hukum tertinggi dan adalah satu-satunya sumber hukum.12
Dari pengertian tersebut dapat di artikan bahwa di luar peraturan
perundang-undangan tidak ada sumber hukum yang lain.13
Menurut Buys, Undang-Undang mempunyai dua arti yakni :
a. Undang-Undang dalam arti formal : Ialah setiap keputusan pemerintah
yang merupakan undang-undang karena pembuatannya (misalnya
dibuat oleh Dewan Perwakilan Rakyat atau Parlemen)
b. Undang-Undang dalam arti material : Ialah setiap keputusan pemerin-
tah yang menurut isinya mengikat langsung setiap penduduk. 14
Dalam hal berkaitan dengan undang-undang material Soejono Soekamto
memilahnya dalam 2 (dua) cakupan yakni :
1) Peraturan pusat yang berlaku untuk semua warga negara atau suatu
golongan tertentu saja maupun yang berlaku umum di sebagian
wilayah negara.
2) Peraturan setempat yang hanya berlaku di suatu tempat atau daerah
saja.15.
Mengenai berlakunya undang-undang tersebut, terdapat beberapa asas
yang tujuannya adalah agar undang-undang tersebut mempunyai dampak yang
positif artinya, supaya undang-undang tersebut mencapai tujuannya sehingga
efektif. Asas-asas tersebut antara lain :
a. Undang-undang tidak berlaku surut, artinya undang-undang hanya boleh
diterapkan terhadap peristiwa yang disebut di dalam undang-undang
tersebut, serta terjadinya setelah undang-undang dinyatakan berlaku.
b. Undang-undang yang dibuat oleh penguasa yang lebih tinggi, mempunyai
kedudukan yang lebih tinggi pula.

12
http:// www.scribd.com , Lembaga Pembuat Undang-Undang, diakses pada tanggal 7 Januari 2018 pada
pukul 18.34.wib.
13
Ibid.
14
Kansil dan Christine Kansil, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia, ( Jakarta : Rineka Cipta, 2014), hal.58
15
Soejono Soekanto, Faktor-faktor yang mempengaruhi Penegakan Hukum, ( Jakarta : Raja Grafindo,
Cet.ke tiga belas , 2014), hal.11.
4
c. Undang-undang yang bersifat khusus menyampingkan undang-undang
yang bersifat umum, apabila pembuatnya sama. Artinya, terhadap peristiwa
khusus wajib diperlakukan undang-undang yang menyebutkan peristiwa
itu, walaupun bagi peristiwa khusus tersebut dapat pula diperlakukan
undang-undang yang menyebutkan peristiwa yang lebih luas ataupun yang
lebih umum, yang juga dapat mencakup peristiwa khusus tersebut.
d. Undang-undang yang berlaku belakangan, membatalkan undang-undang
yang berlaku terdahulu. Artinya, undang-undang lain yang lebih dahulu
berlaku di mana diatur mengenai suatu hal tertentu, tidak berlaku lagi
apabila ada undang-undang baru yang berlaku belakangan yang mengatur
pula hal tertentu tersebut, akan tetapi makna atau tujuannya berlainan atau
berlawanan dengan undang-undang tersebut.
e. Undang-undang tidak dapat diganggu gugat.
f. Undang-undang merupakan suatu sarana untuk mencapai kesejahteraan
spiritual dan materiel bagi masyarakat maupun pribadi, melalui pelestarian
ataupun pembaruan (inovasi). Artinya, supaya pembuat undang-undang
tidak sewenang-wenang atau supaya undang-undang tersebut tidak menjadi
huruf mati, maka perlu dipenuhi beberapa syarat tertentu, yakni antara lain:
1) Keterbukaan di dalam proses pembuatan Undang-undang.
2) Pemberian hak kepada warga masyarakat untuk mengajukan usul-usul
tertentu, melalui cara-cara :
a) Penguasa setempat mengundang mereka yang berminat untuk
menghadiri suatu pembicaraan mengenai peraturan tertentu yang
akan dibuat.
b) Suatu Departemen tertentu, mengundang organisasi-organisasi
tertentu untuk memberikan masukan bagi suatu rancangan undang-
undang yang sedang disusun.
c) Acara dengar pendapat di Dewan Perwakilan Rakyat.
d) Pembentukan kelompok-kelompok penasihat yang terdiri dari
tokoh-tokoh atau ahli-ahli terkemuka.16
2. Lembaga pelaksana peraturan.
pentingnya penerap peraturan; pelaksana harus tegas melaksanakan perintah
undang-undang tanpa diskriminasi atau equal justice under law.
16
Ibid.
5
3. Pemangku peran.
pemangku peran; diharapkan mentaati hukum, idealnya dengan kualitas
internalization.17
Perilaku dan reaksi pemangku peran merupakan umpan balik kepada lembaga
pembuat peraturan maupun pelaksanan peraturan. Apakah kedua elemen tersebut
telah melakukan fungsinya dengan optimal? 18
Implementasi pengaturan merupakan perwujudan dari keinginan hukum agar
fungsi pengendalian sosial, kontrol sosial dapat terjelmakan dalam masyarakat. Sejak
implementasi aturan dijalankan sejak itu pula berlaku aturan bermasvarakat. Aturan
akan diuji kehandalannya, apakah dapat efektif berlaku? Apakah hanya barang
pelengkap saja?19
Sejak itu pula aturan mengalami dinamika intervensi, mengalami perbenturan,
pergeseran dan akhirnya mengalami perubahan akibat gesekan-gesakan sosial dalam
interaksinya di dalam masyarakat. 20
Maka kondisi ini akan kembali lagi pada setting social awal dari rangkaian
pentahapan bekerjanya hukum dalam masyarakat. Artinya kita akan melihat
perputaran ini merupakan siklus alamiah yang akan dihadapi dan terus menerus
berlangsung dalam tatanan kehidupan.21

17
nugrahaalaziz.blogspot.co.id ,bekerjanya-hukum-dalam-masyarakat. diakses pada tanggal 9 Januari 2018
pada pukul.20.40 wib
18
Ibid.
19
https:// www.slideplayer.reorintasi bekerjanya hukum dalam masyarakat, diakses pada tanggal 9
Januari 2018 pada pukul.20.40 wib
20
Ibid.
21
Ibid.
6
Sumber: http://slideplayer.info , Teori Robert B.Seidman
Bagan diatas menjelaskan :
a) Setiap peraturan hukum memberitahu tentang bagaimana seorang
pemegang peranan (role occupant) itu diharapkan bertindak. Bagaimana
seorang itu akan bertindak sebagai respons terhadap peraturan hukum
merupakan fungsi-peraturan-peraturan yang ditujukan kepadanya, sanksi-
sanksinya, aktivitas dari lembaga-lembaga pelaksana serta keseluruhan
kompleks sosial, politik dan lain-lainnya mengenai dirinya.
b) Bagaimana lembaga-lembaga pelaksana itu akan bertindak sebagai respons
terhadap peraturan hukum merupakan fungsi peraturan-peraturan hukum
yang ditujukan kepada mereka, sanksi-sanksinya, keseluruhan kompleks
kekuatan sosial, politik dan lain-lainnya yang mengenai diri mereka serta
umpan balik yang datang dari pemegang peranan.
c) Bagaimana para pembuat undang-undang itu akan bertindak merupakan
fungsi peraturan-peraturan yang mengatur tingkah laku mereka, sanksi-
sanksinya, keseluruhan kompleks kekuatan sosial, politik, ideologis dan
lain-lainnya yang mengenai diri mereka serta umpan balik yang datang dari
pemegang peran serta birokrasi.22

Bekerjanya hukum tidak cukup hanya dilihat dari tiga elemen yang telah
diuraikan di atas, perlu didukung lagi dengan model hukum yang dikemukakan
dalam proposisi-proposisi Robert B. Seidman, sebagai berikut :
1) Every rule of law prescribe how a role occupant is expected to act. (Setiap
peraturan hukum menurut aturan-aturan, dan memerintahkan pemangku
peran seharusnya bertindak dan bertingkah laku)
2) How a role occupant will act in respons to norm of law is function of the
rules laid down, their sanctions, the activity of enforcement institutions,
and the inhere complex of social, political, and other forces affecting him.
(Respon dan tindakan yang dilakukan oleh pemangku peran merupakan
umpan balik dari fungsi suatu peraturan yang berlaku. Termasuk sanksi-

22
Ibid.
7
sanksi yaitu kinerja dan kebijakan lembaga pelaksana/penetap peraturan
dan lingkungan strategis (lingstra) yang mempengaruhinya)
3) How the enforcement institution, will act in respons to norm of law is a
function of the rule laid down their sanctions, the inhere complex of social,
political, and other process affecting them, and the feedbacks from role
occupants. (Tindakan-tindakan yang diambil oleh lembaga-lembaga
pelaksana peraturan sebagai respon terhadap peraturan hukum merupakan
fungsi dari peraturan hukum yang berlaku beserta sanksi-sangksinya dan
seluruh kekuatan dalam lingkungan strategi (lingstra) yang mempengaruhi
dirinya, secara umpan balik sebagai respon dari pemangku peran atau yang
dikenai peraturan hukum)
4) How the law maker will act is a function of the rules laid down for their
behavior their sanction, the inhere complex of social, political,
ideological, and other forces affecting them, and the feedbacks from role
occupants and bureaucracy.(Tindakan apa yang diambil oleh pembuat
undang-undang, juga merupakan fungsi peraturan hukum yang berlaku,
termasuk sanksi-sanksinya dan pengaruh seluruh kekuatan strategis
(ipoleksosbud hankam) terhadap dirinya, serta umpan balik yang
datangnya dari para pemangku peran, pelaksana, dan penerap peraturan).23
Empat proposisi di atas, secara jelas menggambarkan bagaimana bekerjanya
suatu peraturan hukum dalam masyarakat. Teori Seidman ini dapat dipakai untuk
mengkaji peraturan hukum yang dibuat oleh para elite negara, dan apakah bekerjanya
hukum berfungsi sebagaimana mestinya dan efektif berlakunya dalam masyarakat,
atau justru sebaliknya tidak efektif bekerjanya. 24
Hukum dapat bekerja dan berfungsi tidak sekedar apa yang diharapkan oleh
pembuat peraturan hukum, tetapi perlu diteliti pada komponen elemen yang tidak
bekerja sebagaimana mestinya. Maksudnya tidak bekerja itu, bisa datangnya dari
pembuat peraturan hukum, atau dari para penerap peraturan/pelaksana, ataukah dari

23
nugrahaalaziz.blogspot.co.id ,Op Cit
24
Ibid.
8
pemangku peran. Selain itu dapat dikaji kendala-kendala eksternal global yang
menyebabkan hukum tidak dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya.25

BAB III
Penutup

A. Kesimpulan

Berdasarkan paparan diatas, maka penulis menarik kesimpulan sebagai


berikut :
1. Dalam membuat peraturan hukum, lembaga pembuat peraturan
sebelumnya harus dirancang terlebih dahulu dan menggali norma-norma
yang berkembang di masyarakat. Karena masyarakat secara langsung
merespon sebagai pemangku peran yang melaksanakan peraturan hingga
peraturan itu dapat berfungsi sebagaimana terwujudnya keinginan dari
pembuat peraturan sendiri sehingga efek dari peraturan tersebut dapat
diterapkan dengan baik pada lapisan masyarakat sampai pada tingkat yang
paling bawah dalam mewujudkan terjaminnya keseimbangan dalam
hubungan peraturan sebagai sosok pribadi maupun pada kelompok didalam
masyarakat.
2. Begitupun pada penerap peraturan yang diamanatkan oleh penguasa
pembuat peraturan. Harus tegas dan memberikan penerangan serta info-
info yang berkaitan dengan pelaksanaan peraturan yang mulai di
berlakukan tersebut, yang merupakan tugas pelaksana sebagai penegak
hukum dalam menjalankan tugas yang dibebankan terhadap meraka dalam
menegakkan perundang-undangan tersebut.

25
Ibid.
9
DAFTAR PUSTAKA

1. BUKU-BUKU

Ali Achmad, Menguak Teori Hukum (legal Theory) dan Teori Peradilan
(judicial prudence)Termasuk Interpretasi Undang-Undang(legisprudence)
Vol.1 Pemahaman Awal, Jakarta : Prenada Media Group , Cet. Ke empat,
2012.
Daud Busroh Abu, Ilmu Negara , Jakarta : Bumi Aksara, Cet,ke delapan, 2011.
Kansil dan Kansil Christine, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia, Jakarta :
Rineka Cipta, 2014.
Kusumaatmadja Mochtar dan Sidharta Ariel, Pengantar Ilmu Hukum ,Suatu
Pengenalan Pertama Ruang Lingkup Berlakunya Ilmu Hukum, Buku I
Bandung : Alumni, Cet,ke dua, 2009.
Mertokusumo Sudikno, Teori Hukum, Yogyakarta : Atma Jaya , 2011
Santoso Lukman dan Yahyanto, Pengantar Ilmu Hukum Sejarah,Pengertian,
Konsep Hukum, Aliran Hukum, dan Penafsiran Hukum, Malang : Setara
Press, 2016.
Soekanto Soejono, Faktor-faktor yang mempengaruhi Penegakan Hukum,
Jakarta : Raja Grafindo, Cet.ke tiga belas , 2014.
Syafiie Inu Kencana, Ilmu Pemerintahan , Jakarta : Bumi Aksara, Cet,ke kedua,
2014.

2. INTERNET
nugrahaalaziz.blogspot.co.id ,bekerjanya-hukum-dalam-masyarakat. diakses pada
tanggal 9 Januari 2018 pada pukul 20.40 wib

http://slideplayer.info , Teori Robert B.Seidman, diakses pada tanggal 11 Januari


2018 pada pukul 17.14.wib

http:// www.scribd.com , Lembaga Pembuat Undang-Undang, diakses pada


tanggal 7 Januari 2018 pada pukul 18.34.wib.

http://zriefmaronie.blogspot.co.id, Bekerjanya hukum dalam masyarakat, diakses


pada tanggal 5 Januari 2018 pada pukul 22.00 wib.

10

Anda mungkin juga menyukai