Anda di halaman 1dari 17

BAB I

Pendahuluan
A. Latar Belakang
Hukum Positif Merupakan Sederet Asas dan Kaidah Hukum yang Berlaku Saat
Ini yang Berbentuk Lisan maupun Tulisan. Hukum positif terdiri dari kaidah hukum
juga ketentuan-ketentuan serta aturan-aturan yang saling berhubungan dan
saling menentukan yang diatur menjadi suatu susunan dan tata hukum. Dalam
konteks tata hukum yang dibuat atas implementasi hukum positif, menjadi sah dan
berlaku mengikat terhadap masyarakat, apabila dirancang dan ditetapkan oleh
penguasa masyarakat itu sendiri dimana masyarakat tersebut dapat disebut
sebagai masyarakat hukum. Artikel ini akan membahas lebih lanjut mengenai
Hukum Positif.
Hukum positif Indonesia adalah hukum yang saat ini berlaku baik tertulis maupun
tidak tertulis, yang merupakan campuran dari sistem hukum Eropa, hukum agama
dan hukum adat.Sistem hukum Eropa mampu masuk ke Indonesia melalui
penjajah-penjajah yang pernah singgah ke Indonesia, terutama Belanda.Sistem
hukum agama juga merupakan hasil dari penyebaran banyak agama dari luar
masuk ke Indonesia.Sedangkan sistem hukum adat adalah hukum yang berasal
dari masyarakat pribumi Indonesia sendiri.Prinsip dasar adalah hukum adat untuk
masyarakat Indonesia terklasifikasi ke dalam pribumi, dan hukum Belanda untuk
masyarakat Eropa dan itu terklasifikasi dalam hukum Eropa1
Pemahaman terhadap hukum positif indeonesia merupakan suatu keharusan
bagai para mahasiswa hukum sehingga dapat menjadi bekalnya nanti setelah lulus
kuliah baik bekal sebagai seorang praktisi maupun bekal sebagai seorang
akademisi.
Berdasarkan hal diatas penulis tertarik yntuk membuat suatu makalah dengan
judul hukum positif di Indonesia
B. Rumusan Masalah Tujuan
Untuk memfokuskan pembahasan didalam makalah ini, maka penusunan
makalah ini akan dibatasi dengan beberapa rumusan masalah yaitu:

1
Winitya Paresti, Pengaruh Hukum Masa Kolonial Terhadap Hukum Positif Indonesia, Unair.

1
a. Apa itu hukum positif?
b. Apa saja hukum positif di Indenesia?

C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini dapat dilihat dari dua sisi yaitu pertama dari
sisi praktisi dan yang kedua dari sisi akademisi
a. Tujuan dari sisi praktisi
Adapun tujuan dari sisi praktisi adalah untuk dijadikan pedoman bagi siapapun
dalam berpraktik di dunia hukum Indonesia baik litigasi mapun non litigasi.
b. Tujuan dari sisi akademis
Adapun tujuan dari sisi akademisi adalah untuk menambah khazanah
pengetahuan mengenai hukum positif di Indonesia.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian hukum
Hukum bukan merupakan ilmu pasti yang dapat dipastikan secara mutlak. Tidak
ada kepastian mutlak mengenai pengertian hukum. Banyaknya para ahli hukum
mendefinisikan hukum secara berbeda – beda. Hukum berlangsung selama ribuan
tahun, dan merupakan warisna paling berharga dari peradaban barat. Pendekatan
terhadap hukum tidak dapat didefinisikan secara tepat. Menurut Hilian Seagle hukum
dianggap sebagai kucing hitam didalam karung ilmu hukum (the dark cat in bag of
jurisprudence), sedangkan pendapat Lawrence M. Friedman bahwa hukum berada di
awang – awang, tidak tampak dan tidak terasa bahkan biasanya selembut udara
dalam sentuhan normal.
Hukum tidak hanya dapat berubah ( berbeda ) dalam ruang melainkan juga
dalam waktu, ini berlaku baik untuk sumber – sumber hukum formal yakni bentuk –
bentuk penampilan dari kaidah – kaidah hukum maupun bentuk hukum tersebut.
Definisi umum dari hukum adalah perangkat asas dan kaidah – kaidah yang
mengatur hubungan antara manusia dalam masyarakat, baik yang merupakan
kekerabatan, kampung atau desa, atau suatu Negara yang dengan demikian
masyarakat mengatur kehidupannya menurut nilai – nilai yang sama–sama mereka
anut (Shared Values), karena mempunyai tujuan tertentu. Hukum merupakan suatu
sistem atau tatanan asas – asas dan kaidah – kaidah hukum yang tidak lepas dari
masalah keadilan, maka definisi hukum positif yang lengkap adalah sistem atau
tatanan hukum dan asas–asas berdasarkan keadilan yang mengatur kehidupan
manusia di dalam masyarakat.
Hukum adalah norma yang mengajak masyarakat untuk mencapai cita–cita serta
keadaan tertentu tanpa mengabaikan dunia kenyataan oleh karenanya digolongkan
kedalam norma kultur yang memperlihatkan ciri– ciri dari suatu norma yang
digolongkan kedalam norma susila yang 23 menunjukkan apa yang seharusnya
dilakukan, bukan apa yang pasti akan dilakukan.
Menurut O. Notohamidjojo mengenai pengertian hukum bahwa keseluruhan
peraturan yang tertulis dan tidak tertulis yang biasanya bersifat memaksa untuk

3
kelakuan manusia dalam masyarakat Negara serta antarnegara yang berorientasi
pada (sekurang – kurangnya) dua asas yaitu keadilan dan daya guna, demi tata dan
damai dalam masyarakat. Hukum mempunyai kategori atau unsur – unsur yang
merupakan kerangka dari hukum, yaitu:
a. Subyek yang membuatnya (ordenings subject) yaitu kewibawaan atau
otoritas.
b. Dasar (substraat) dari tataran hukum atau obyek yang diatur tata hukum yang
bersangkutan yaitu masyarakat yang di organisasikan.
c. Berkaitan dengan itu hukum adalah perintah, izin, janji dan disposisi
(peraturan yang disediakan)
d. Norma hukum (Sollen yang seharusnya diwujudkan dalam Sein)
e. Isi dari tata hukum adalah kehidupan sosial dalam masyarakat
f. Hubungan hukum (antara subyek hukum dengan subyek hukum dan subyek
hukum dengan obyek hukum)
g. Dasar hukum (fakta), akibat hukum dan fakta hukum (peristiwa yang diatur
oleh hukum).

B. Pengertian hukum positif


Hukum positif disebut juga ius constitutum yang berarti kumpulan asas dan
kaidah hukum tertulis yang pada saat ini sedang berlaku dan mengikat secara
umum atau khusus dan ditegakkan oleh atau melalui pemerintah atau pengadian
dalam Negara Indonesia.2
Hukum positif merupakan sederet asas dan kaidah hukum yang berlaku saat ini
yang berbentuk lisan maupun tulisan yang keberlakuan hukum tersebut mengikat
secara khusus dan umum yang ditegakkan oleh lembaga peradilan atau
pemerintahan yang hidup dalam suatu negara.
Hukum positif juga dapat dimaknai sebagai tata hukum yang berlaku pada waktu
tertentu dalam suatu wilayah tertentu. Detailnya, hukum positif merupakan hukum
yang berlaku sekarang bagi suatu masyarakat tertentu dalam suatu daerah tertentu.

2
I. Gede Pantja Astawa, Dinamika Hukum dan ilmu Perundang-Undangan di Indonesia.(Bandung: PT. Alumni,
2008), hal. 56

4
Selanjutnya secara terperinci dijelaskan oleh situs resmi Mahkamah agung
Republik Indonesia. Hukum positif adalah kumpulan asas dan kaidah hukum tertulis
yang ada pada saat ini sedang berlaku dan mengikat secara umum atau khusus
dan ditegakkan oleh atau melalui pemerintah atau pengadilan dalam Negara
Indonesia.Hukum positif dapat diklasifikasi kedalam berbagai macam
pengelompokan, yaitu antara lain dilihat dari sumbernya, bentuknya, isi materinya
dan lain sebagainya.3
C. Sumber Hukum Positif
Sumber hukum dapat diartikan sebagai-bahan yang digunakan sebagai dasar
oleh pengadilan dalam memutus perkara.4
Menurut Sudikno, kata sumber hukum sering digunakan dalam beberapa arti,
yaitu:5
a. Sebagai asas hukum, sebagai sesuatu yang merupakan permulaan hukum,
misalnya kehendak Tuhan, akal manusia jiwa bangsa dan sebagainya.
b. Menunjukkan hukum terdahulu yang memberi bahan kepada hukum
sekarang yang berlaku, seperti hukum Perancis, hukum Romawi.
c. Sebagai sumber berlakunya, yang memberi kekuatan berlaku secara formal
kepada peraturan hukum (penguasa, masyarakat).

Sumber hukum sendiri diklasifikasikan kedalam dua dua bentuk yaitu sumber
hukum formil dan sumber hukum materiil. Sumber hukum formil menjadi
determain formil membentuk hukum (formele determinanten van de
rechtsvorming), menentukan berlakunya hukum. Sedangkan sumbersumber
hukum materiil membentuk hukum (materiele determinanten van de
rechtsvorming), menentukan isi dari hukum. Sumber hukum yang formil adalah:

1. Undang-undang
Undang-undang adalah suatu peraturan yang mempunyai kekuatan
hukum mengikat yang dipelihara oleh penguasa negara. Contohnya Undang-

3
http://perpustakaan.mahkamah.agung.go.id/, diakses pada tanggal 10 Desember, pukul 08.30 wib.
4
Peter Mahmud Marzuku, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group)
5
Budi Ruhiatudin, Pengantar Ilmu Hukum, (Yogyakarta: Teras), 2009, hal. 29-30

5
undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan perundangundangan dan
sebagainya.6
Undang-undang sering digunakan dalam 2 pengertian, yaitu Undang-
undang dalam arti formal dan Undang-undang dalam arti material. Undang-
undang dalam arti formal adalah keputusan atau ketetapan yang dilihat dari
bentuk dan cara pembuatannya disebut Undang-undang. Dilihat dari
bentuknya, Undang-undang berisi konsideran dan dictum (amar putusan).
Sementara dari cara pembuatannya, Undang-undang adalah keputusan atau
ketetapan produk lembaga yang berwenang. Di Indonesia lembaga yang
berwenang adalah Presiden dan DPR (UUDS 1950 pasal 89 UUD 1945 pasal
5 ayat [1] jo. Pasal 20 ayat [1]).
2. Adat dan kebiasaan
Peranan kebiasaan dalam kehidupan hukum pada masa sekarang ini
memang sudah banyak merosot. Sebagaimana telah diketahui, kebiasaan
merupakan tidak lagi sumber yang penting sejak ia didesak oleh perundang-
undangan dan sejak sistem hukum semakin didasarkan pada hukum
perundang-undangan atau jus scriptum.7 Kebiasaan dan adat merupakan
sumber kaidah. Bagi orang Indonesia, kebiasaan dan adat tidak sama.
adat istiadat merupakan sederet peraturan kebiasaan sosial yang sejak
lama ada dalam masyarakat dengan maksud mengatur tata tertib. Pada
umumnya adat istiadat itu bersifat sakral (sesuatu yang suci) serta
merupakan tradisi.
3. Traktat
Merupakan perjanjian yang diadakan dua negara atau lebih. Biasanya
memuat peraturan-peraturan hukum.
4. Yurisprudensi
Yurisprudensi berasal dari kata yurisprudentia (bahasa Latin) yang berarti
pengetahuan hukum. kata “yurisprudensi” berarti peradilan tetap ataupun

6
http://My-Blog-Sumber-Hukum//.com. diakses pada tanggal 9 april 2016, pukul 12. 56 wib diakses pada tanggal
10 Desember, pukul 08.30 wib.
7
SatjiptoRahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1996), hal. 108

6
bukan peradilan. Dalam bahasa Inggris, yurisprudensi digunakan dengan
istilah-istilah case low atau judge made law.
Yurisprudensi adalah keputusan-keputusan dari hakim terdahulu untuk
menghadapi suatu perkara yang tidak diatur di dalam UU dan dijadikan
sebagai pedoman bagi para hakim yang lain untuk menyelesaian suatu
perkara yang sama.
5. Doktrin
Doktrin adalah pendapat ahli hukum yang terkenal. Sebagaimana yang
dikutip dari pernyataan Sudikno, yaitu: doktrin adalah pendapat para sarjana
hukum yang merupakn sumber hukum tempat hakim dapat menemukan
hukumnya. Seringkali terjadi bahwa hakim dalam keputusannya menyebut
sarjana hukum. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hakim menemukan
hukumnya dalam doktrin itu. Doktrin yang demikian itu adalah sumber hukum
formil.

D. Unsur, Ciri-Ciri dan Sifat Hukum Positif


1. Unsur Hukum Positif
Adapun unsur-unsur hukum positif adalah sebagai berikut:
a. Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat
b. Peraturan diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib.
c. Peraturan bersifat memaksa.
d. Sanksi terhadap pelanggaran peraturan tersebut adalah tegas.8

2. Ciri-ciri Hukum Positif


Adapun ciri-ciri hukum positif adalah sebagai berikut:
a. Terdapat perintah/larangan.
b. Perintah dan/larangan tersebut harus dipatuhi setiap orang.9

3. Sifat hukum positif


8
B. S. Pramono, Pokok-Pokok Pengantar Ilmu Hukum, (Surabaya: Usaha Nasional, 2006), hal. 101
9
Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1989), hal. 39

7
Sedangkan sifat hukum adalah mengatur dan memaksa. Hukum positif
merupakan peraturan-peraturan hidup kemasyarakatan yang dapat memaksa
orang (person) agar mentaati tata-tertib dalam masyarakat serta memberikan
sanksi yang tegas berupa hukuman terhadap siapa saja yang tidak
mematuhinya. Sanksi harus diadakan bagi sebuah hukum agar kaedah- kaedah
hukum dapat ditaati. Karena tidak setiap orang hendak mentaati kaedah-kaedah
hukum tersebut.10

E. Fungsi dan Tujuan Hukum Positif


1. Fungsi Hukum Positif
Menurut keterangan yang telah dikemukakan para ahli hukum, kemudian
dapat dinyatakan bahwa hukum akan selalu melekat pada manusia
bermasyarakat. Dengan berbagai peran hukum, Hukum memiliki fungsi untuk
menertibkan dan mengatur pergaulan dalam masyarakat serta menyelesaikan
masalah-masalah yang timbul. Lebih terperinci, fungsi hukum dalam
perkembangan masyarakat terdiri dari: 11
a. Sebagai alat pengatur tata tertib hubungan masyarakat dalam arti, hukum
berfungsi menunjukkan manusia mana yang baik, dan mana yang buruk,
sehingga segala sesuatu dapat berjalan tertib dan teratur.
b. Sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir dan batin.
Dengan sifat dan ciri-ciri hukum yang telah disebutkan, maka hukum
diharapkan dapat memberi keadilan, dalam arti dapat menentukan siapa
yang salah dan siapa yang benar, dapat memaksa agar peraturan dapat
ditaati dengan ancaman sanksi bagi pelanggarnya.
c. Sebagai sarana penggerak pembangunan. Daya mengikat dan memaksa
dari hukum dapat digunakan untuk menggerakkan pembangunan. Di sini
hukum dijadikan sebagai alat untuk membawa masyarakat kearah yang
lebih maju.
d. Sebagai penentuan alokasi wewenang acara terperinci siapa yang
berwenang melakukan pelaksanaan (penegak) hukum, siapa yang harus
10
Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia . . ., hal. 40
11
R. Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2004), hal. 53

8
mentaatinya, siapa yang memilih sanksi yang tepat dan adil seperti
konsep hukum konstitusi Negara.
e. Sebagai alat penyelesaian sengketa. Contohnya dalam persengketaan
harta waris dapat segera selesai dengan ketetapan hukum waris yang
sudah diatur dalam hukum perdata.
f. Memelihara kemampuan masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan
kondisi kehidupan yang berubah, yaitu dengan cara merumuskan kembali
huungan-hubungan esensial antara anggota-anggota masyarakat.
2. Tujuan Hukum Positif
untuk menjamin kelangsungan keseimbangan dalam hubungan antara
anggota masyarakat, diperlukan peraturan hukum, di mana setiap pelanggar
hukum akan dikenai sanksi hukuman.
Selain itu, tujuan hukum adalah menjaga dan mencegah agar setiap orang
tidak menjadi hakim atas dirinya sendiri (eigenrichting is verboden), tidak
mengadili dan menjatuhi hukuman terhadap setiap pelanggaran hukum
terhadap dirinya. Namun tiap perkara, harus diselesaikan melalui proses
pengadilan dengan perantaraan hakim.

BAB III
PEMBAHASAN

9
A. Pengertian Hukum Positif
Hukum Positif Merupakan Sederet Asas dan Kaidah Hukum yang Berlaku Saat
Ini yang Berbentuk Lisan maupun Tulisan. Hukum positif terdiri dari kaidah hukum
juga ketentuan-ketentuan serta aturan-aturan yang saling berhubungan dan
saling menentukan yang diatur menjadi suatu susunan dan tata hukum. Dalam
konteks tata hukum yang dibuat atas implementasi hukum positif, menjadi sah dan
berlaku mengikat terhadap masyarakat, apabila dirancang dan ditetapkan oleh
penguasa masyarakat itu sendiri dimana masyarakat tersebut dapat disebut
sebagai masyarakat hukum. Artikel ini akan membahas lebih lanjut mengenai
Hukum Positif.
Hukum positif merupakan sederet asas dan kaidah hukum yang berlaku saat ini
yang berbentuk lisan maupun tulisan yang keberlakuan hukum tersebut mengikat
secara khusus dan umum yang ditegakkan oleh lembaga peradilan atau
pemerintahan yang hidup dalam suatu negara.
Hukum positif juga dapat dimaknai sebagai tata hukum yang berlaku pada waktu
tertentu dalam suatu wilayah tertentu. Detailnya, hukum positif merupakan hukum
yang berlaku sekarang bagi suatu masyarakat tertentu dalam suatu daerah tertentu.
Selanjutnya secara terperinci dijelaskan oleh situs resmi Mahkamah agung
Republik Indonesia. Hukum positif adalah kumpulan asas dan kaidah hukum tertulis
yang ada pada saat ini sedang berlaku dan mengikat secara umum atau khusus
dan ditegakkan oleh atau melalui pemerintah atau pengadilan dalam Negara
Indonesia.Hukum positif dapat diklasifikasi kedalam berbagai macam
pengelompokan, yaitu antara lain dilihat dari sumbernya, bentuknya, isi materinya
dan lain sebagainya.

B. Hukum Positif Indonesia


Hukum di Indonesia pada dasarnya diciptakan untuk mengatur dan
mengarahkan perilaku manusia atau masyarakat kearah yang baik, hal ini
ditangkan dalam undang undang baik tertulis maupun yang tidak tertulis. Hukum
tersebut memiliki konsekuensi hukuman yang harus diterima bagi pelanggar

10
undang undang itu sendiri, dari sanksi sosial, sanksi denda bahkan sanksi pidana
yang dapat dipenjaranya pelanggar peraturan tersebut.
Hukum yang berlaku di Indonesia memiliki beberapa sumber yang sebelum
merdeka sudah berlaku, antara lain hukum yang bersumber dari agama, hukum
yang bersumber dari adat atau kebiasaan dan hukum yang bersumber dari negara
lain yang menjajah Indonesia.
Ketiga sumber hukum tersebut sangat erat kaitannya dan tidk dapat dipisahkan
satu dengan lain, karena apabila hukum negara ditegakkan di wilayah yang sangat
menjunjung tinggi hukum adat maka keberadaan hukum itu sendiri akan
berbenturan dengan masyarakat. Hal ini sangat berbanding terbalik dengan tujuan
hukum itu sendiri yaitu menciptakan mengatur dan mengarahkan manusia untuk
lebih baik.
1. Sistem Hukum Indoneisa
Istilah sistem hukum terdiri dari dua kata, yaitu sistem dan hukum. Sistem
diartikan sebagai jenis satuan yang dibangun dengan komponen-komponen
sistemnya yang berhubungan secara mekanik fungsional yang satu dengan yang
lainnya untuk mencapai tujuan sistemnya. Sementara hukum dimaknai sebagai
seperangkat kaidah dalam bentuk peraturan yang mengatur tingkah laku
manusia dalam kehidupan yang bersifat memaksa dan mengikat, berisi larangan
dan perintah yang wajib dipatuhi dan ada sanksi bila melanggarnya.
Dengan demikian, sistem hukum adalah suatu kesatuan yang terdiri dari
unsur-unsur yang mempunyai interaksi satu sama lain dan bekerja sama untuk
mencapai tujuan kesatuan tersebut. Kesatuan tersebut diterapkan terhadap
kompleks unsur-unsur yuridis seperti peraturan hukum, asas hukum, dan
pengertian hukum.
Sistem hukum dikenal pula dengan istilah tata hukum. Tata hukum suatu
negara mencerminkan kondisi objektif dari negara yang bersangkutan sehingga
tata hukum suatu negara berbeda dengan negara lainnya.
Tata hukum adalah hukum positif atau hukum yang berlaku di suatu negara
pada saat sekarang. Tujuannya untuk mempertahankan, memelihara, dan

11
melaksanakan tertib hukum bagi masyarakat suatu negara sehingga dapat
mencapai ketertiban.
Tata hukum Indonesia merupakan keseluruhan peraturan hukum yang
diciptakan oleh negara dan berlaku bagi seluruh masyarakat Indonesia yang
berpedoman pada Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
Hukum di Indonesia menganut sistem hukum campuran hukum umum, hukum
agama dan hukum adat mempunyai Kontribusi awal terhadap Pengembangan
Hukum di Indonesia yang terdiri dari sistem hukum Eropa Kontinental (Hukum
sipil (sistem hukum).
Keseluruhan hukum tersebut dimuat dan diatur dalam Peraturan perundang-
undangan Indonesia di Indonesia.
Pengertian dari pada hukum tentunya tidaklah terbatas, pengertian hukum
sangat luas. Namun penulis hanya sedikit menuliskan pengertian hukum
menurut Hans Kelsen, ia menjelaskan bahwa hukum adalah sebagai gejala
normatif, hukum sebagai gejala sosial. Hukum adalah tata aturan (order) sebagai
suatu sistem aturan-aturan (rules) tentang perilaku manusia, sistem terpenting
dalam hukum yakni melaksanakan rangkaian kekuasaan kelembagaan dari
bentuk penyalahgunaan kekuasaan dalam bidang politik. Sementara korupsi itu
sendiri secara umum adalah penyalahgunaan wewenang

2. Klasifikasi Hukum Indonesia


a. Bedasarkan bentuknya
Berdasarkan bentuknya dapat dibedakan menjadi dua yaitu tertulis dan
tidak tertulis
Hukum tertulis adalah hukum tertulis adalah hukum yang telah
dicantumkan dalam berbagai peraturan perundang-undangan secara
tertulis. Contoh hukum tertulis adalah UUD 1945, keputusan
presiden, KUHP, dan lain-lain.
Hukum tidak tertulis adalah hukum yang berlaku serta diyakini
oleh masyarakat dan dipatuhi, akan tetapi tidak dibentuk menurut

12
prosedur yang formal, melainkan lahir dan tumbuh di kalangan
masyarakat tersebut. Contoh hukum tidak tertulis adalah hukum
adat, hukum agama, dan lain-lain.
b. Berdasarkan sumber hukum
Penggolongan hukum menurut sumbernya antara lain adalah undang-
undang, kebiasaan, traktat, yurisprudensi, doktrin, dan revolusi.
erkait penggolongan atau klasifikasi hukum di Indonesia berkenaan
dengan sumbernya adalah sebagai berikut:
 Undang-undang
secara sederhana, undang-undang dapat diartikan dalam arti formil
dan materiil. Dalam arti formil, undang-undang adalah bentuk
peraturan atau ketetapan yang dibuat badan legislatif. Kemudian,
dalam arti materiil, undang-undang adalah suatu peraturan yang
isinya mengatur masyarakat atau daerah. Terkait sistem
perundang-undangan, simak hierarki dan muatan isinya berikut ini.
 Kebiasaan
sebagai salah satu sumber hukum, menerangkan bahwa
kebiasaan adalah tindakan menurut pola tingkah laku yang tetap,
ajeg, lazim, normal, atau adat dalam masyarakat atau pergaulan
hidup tertentu.
 Yurisprudensi
singkatnya, yurisprudensi adalah sumber hukum yang dibentuk
oleh keputusan hakim. Yurisprudensi ini kemudian digolongkan
menjadi dua, yakni yurisprudensi tetap dan tidak tetap atau biasa.
Yurisprudensi tetap adalah keputusan hakim yang berulang kali
dipergunakan pada kasus yang sama. Sedangkan yurisprudensi
biasa atau tidak tetap adalah yurisprudensi yang belum masuk
dalam kategori tetap.
 Traktat
traktat adalah perjanjian yang diadakan oleh dua negara atau lebih.
Jika diadakan oleh dua negara disebut sebagai traktat bilateral.

13
Kemudian, jika dilaksanakan oleh beberapa negara, misalnya
NATO, disebut sebagai traktat multilateral. Lalu, ada pula traktat
kolektif atau terbuka yang mana merupakan perjanjian multilateral
yang memberikan kesempatan kepada negara-negara yang pada
permulaannya tidak turut mengadakan, namun ikut menjadi pihak
yang menyepakatinya.
 Doktrin
doktrin adalah ahli-ahli hukum ternama yang berpengaruh dalam
pengambilan putusan pengadilan. Umumnya, doktrin digunakan
saat undang-undang, perjanjian internasional, dan yurisprudensi
tidak dapat memberikan jawaban atas suatu kasus. Untuk dapat
dijadikan sumber hukum, doktrin yang digunakan haruslah telah
menjadi putusan hakim.
 Revolusi
revolusi atau coup d’etat adalah tindakan warga negara yang
mengambil alih kekuasaan dari luar cara-cara yang diatur dalam
konstitusi negara.

c. Berdasarkan Isi Hukum


penggolongan hukum berdasarkan isinya dapat dibagi menjadi dua
kelompok besar, yakni hukum publik dan hukum privat. Secara sederhana,
hukum publik mengatur interaksi antara warga dan negara serta kepentingan
umum. Hukum yang termasuk dalam hukum publik, antara lain hukum tata
negara, hukum administrasi negara, dan pidana. Kemudian, secara
sederhana hukum privat dapat diartikan sebagai hukum yang mengatur
hubungan antara sesama manusia. Hukum yang termasuk dalam hukum
privat, antara lain hukum perdata tentang pribadi, hukum perdata tentang
harta kekayaan, hukum perdata tentang perikatan, hukum perdata tentang
hak immaterial, dan hukum dagang.

d. Penggolongan Hukum Berdasarkan Sifat Hukum

14
Penggolongan hukum berdasarkan sifatnya dapat dilakukan atas hukum
yang mengatur (regelend recht) dan hukum bersifat memaksa (dwigenrecht).
Maksud dari sifat mengatur adalah hukum atau peraturan yang dibuat tidak
sepenuhnya bersifat memaksa atau diperbolehkan terjadi atau dilakukan
penyimpangan atas ketentuan tersebut. Sementara itu, sifat memaksa dapat
diartikan sebagai hukum atau peraturan yang harus ditaati dan tidak boleh
dilanggar dengan upaya mengatur ketertiban. Jika dilanggar, pelanggarnya
akan dikenai hukuman atau sanksi.

e. Berdasarkan Tempat Berlakunya


Berdasarkan tempat berlakunya, klasifikasi hukumnya dapat digolongkan
atas hukum nasional dan hukum internasional. Hukum nasional diartikan
Tenripadang (dalam Arista, 2020:368) sebagai sekumpulan hukum yang
sebagian besar terdiri atas prinsip-prinsip dan peraturan-peraturan yang
harus ditaati oleh masyarakat dalam suatu negara, dan oleh karena itu juga
harus ditaati dalam hubungan-hubungan antara mereka satu dengan lainnya.
Sementara itu, hukum internasional dapat didefinisikan sebagai hukum
yang mengatur entitas berskala internasional. Pada mulanya, pengertian
hukum internasional hanya d

iartikan sebatas hukum yang mengatur perilaku dan hubungan


antarnegara. Namun, seiring waktu, pengertiannya meluas, meliputi
hubungan negara dengan organisasi internasional, hubungan antara
organisasi internasional dengan organisasi lainnya, hubungan negara dengan
individu dalam konteks khusus, dan lain sebagainya.

f. Berdasarkan waktu berlakunya


Berdasarkan waktu berlakunya, klasifikasi hukumnya dapat digolongkan
menjadi dua, yakni:
 Ius Constitutum atau hukum yang berlaku saat ini di suatu tempat
dan pada waktu tertentu; dan

15
 Ius Constituendum adalah hukum yang dicita-citakan oleh
pergaulan hidup namun belum berlaku atau akan berlaku di masa
depan.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hukum Positif Merupakan Sederet Asas dan Kaidah Hukum yang Berlaku Saat
Ini yang Berbentuk Lisan maupun Tulisan. Hukum positif terdiri dari kaidah hukum
juga ketentuan-ketentuan serta aturan-aturan yang saling berhubungan dan
saling menentukan yang diatur menjadi suatu susunan dan tata hukum. Dalam
konteks tata hukum yang dibuat atas implementasi hukum positif, menjadi sah dan
berlaku mengikat terhadap masyarakat, apabila dirancang dan ditetapkan oleh
penguasa masyarakat itu sendiri dimana masyarakat tersebut dapat disebut
sebagai masyarakat hukum. Artikel ini akan membahas lebih lanjut mengenai
Hukum Positif. Hukum positif Indonesia adalah hukum yang saat ini berlaku baik
tertulis maupun tidak tertulis, yang merupakan campuran dari sistem hukum Eropa,
hukum agama dan hukum adat.Sistem hukum Eropa mampu masuk ke Indonesia
melalui penjajah-penjajah yang pernah singgah ke Indonesia, terutama
Belanda.Sistem hukum agama juga merupakan hasil dari penyebaran banyak
agama dari luar masuk ke Indonesia.Sedangkan sistem hukum adat adalah hukum
yang berasal dari masyarakat pribumi Indonesia sendiri.Prinsip dasar adalah hukum
adat untuk masyarakat Indonesia terklasifikasi ke dalam pribumi, dan hukum
Belanda untuk masyarakat Eropa dan itu terklasifikasi dalam hukum Eropa.

B. Saran
Saran penulis ialah bahwa Mahasiswa harus memiliki mental yang kokoh dan
komitmen yang baik dalama belajar dan memahami ilmu hukum spesifiknya hukum
yang berlaku di Indonesia, karena pada prinsipnya mahasiwa hukum dididik supaya
siap menjadi akademisi ataupun praktisi hukum yang handal.

16
Daftar Pustaka
Winitya Paresti, Pengaruh Hukum Masa Kolonial Terhadap Hukum Positif Indonesia,

Gede Pantja Astawa, Dinamika Hukum dan ilmu Perundang-Undangan di Indonesia.


(Bandung: PT. Alumni, 2008),

Peter Mahmud Marzuku, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group)

Budi Ruhiatudin, Pengantar Ilmu Hukum, (Yogyakarta: Teras), 2009,

SatjiptoRahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1996)


B. S. Pramono, Pokok-Pokok Pengantar Ilmu Hukum, (Surabaya: Usaha Nasional,
2006)

Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka,1989)

R. Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2004)

Sumber lain:
http://perpustakaan.mahkamah.agung.go.id/,
http://My-Blog-Sumber-Hukum//.com.

17

Anda mungkin juga menyukai