Nim:201910110311043
Kelas:A
Mata kuliah: PHI
D. Zaman Kermedekaan
Ditentukandi dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1946 terse3but bahwa hukum pidana yang
berlaku sekarang (mulai 1946) pada tanggal 8 Maret 1942 dengan perbagai perubahan dan
penambahan yang diseuakan dengan keadaan Negara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dengan
nama Wetboek van Strafrecht voor Nederlandsch Indie diubah menjadi Wetboek van Stafrecht yang
dapat disebut kitab Undang-undanhg Hukum Pidana (KUHP).
3. Asas-asas pokok
Asas hukum pidana adalah asas hukum yang khusus dikenal ilmu hukum pidana atau peraturan
hukum pemidanaan. Berikut ini adalah beberapa asas pokok dalam hukum pidana
a. Asas Legalitas
Makna asas legalitas adalah bahwa tidak ada suatu perbuatan yang dapat dipidana kecuali atas
kekuatan aturan pidana dalam Peraturan Perundang-Undangan yang telah ada sebelum perbuatan itu
dilakukan. Asas ini telah dikonkritkan dalam hukum positif Indonesia, yakni pada pasal 1 ayat (1)
Kitab Undang – Undang Hukum Pidana (KUHP), sebagai berikut:
“Suatu perbuatan tidak dapat dipidana, kecuali berdasarkan kekuatan perundang-undangan pidana
yang telah ada.”
Asas legalitas menurut bahasa latin adalah Nullum delictum noella poena sine praevia lege poenali.
Sedangkan dalam bahasa Belanda Geen straf zonder schuld. Artinya, bahwa seorang hakim dalam
menjatuhkan hukuman atau pemidanaan harus benar – benar meyakini bahwa terpidana benar – benar
telah melakukan kesalahan.
b. Asas Teritorial
Asas hukum pidana ini berarti bahwa semua perbuatan pidana yang terjadi dalam wilayah Republik
Indonesia, termasuk di kapal yang berbendara Indonesia (floating island), pesawat terbang Indonesia,
geduang kedutaan atau konsulat di luar negeri akan diberlakukan hukum pidana Indonesia. Asas ini
juga telah dikonkritkan pada pasal 2 KUHP.
c. Asas Nasionalitas Aktif
Artinya Kitab Undang – Undang Hukum Pidana (KUHP) dan peraturan pidana lainnya berlaku bagi
seluruh warga negara Indonesia yang melakukan perbuatan pidana dimana pun, baik dalam wilayah
Republik Indonesia maupun di wilayah negara asing. Asas ini juga diatur pada pasal 5 KUHP.
d. Asas Nasionalitas Pasif
Artinya hukum pidana Indonesia berlaku bagi siapa saja yang melakukan perbuatan pidana yang
merugikan kepentingan negara Republik Indonesia, sebagaimana diatur pada pasal 4 Kitab Undang –
Undang Hukum Pidana.
e. Asas Praduga Tak bersalah
Asas ini juga populer dengan istilah Presumption of Innocent. Maksudnya adalah bahwa seorang yang
diduga telah melakukan tindak pidana harus dianggap tidak bersalah sebelum ada putusan hakim yang
memutus sebaliknya. Asas ini adalah salah satu asas paling pokok dalam pemeriksaan perkara pidana.
Beberapa peraturan perundang – undangan secara khusus mengatur tentang asas praduga tak bersalah
tersebut, antara lain Penjelasan Umum KUHAP dan pasal 8 ayat (1) Undang – Undang Tentang
Pokok Kekuasaan Kehakiman.
4. Sumber hukum
a. pemerintah kolonial Hindia Belanda.
Buku I Tentang Ketentuan Umum (Pasal 1-103).
Buku II Tentang Kejahatan (Pasal 104-488).
Buku III Tentang Pelanggaran (Pasal 489-569).
b. beberapa Undang-undang yang mengatur tindak pidana khusus yang dibuat setelah kemerdekaan.
UU No. 8 Drt Tahun 1955 Tentang tindak Pidana Imigrasi.
UU No. 9 Tahun 1967 Tentang Norkoba.
UU No. 16 Tahun Tahun 2003 Tentang Anti Terorisme, dll
Ketentuan-ketentuan Hukum Pidana, selain termuat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
maupun UU Khusus, juga terdapat dalam berbagai Peraturan Perundang-Undangan lainnya, seperti
UU. No. 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, UU No. 9 Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen, UU No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta dan sebagainya.
ASAS HUKUM PERDATA
1. Pengertian
Hukum pidana itu ialah hukum yang mengatur tentang pelanggaran -pelanggaran dan kejahatan-
kejahatan terhadap kepentingan umum, perbuatan mana diancam dengan hukuman yang merupakan
suatu penderitaan atau siksaan. Hukum Pidana itu bukanlah suatu hukum yang mengandung norma-
norma yang baru, melainkan hanya mengatur tentang pelanggaran-pelanggaran dan kejahatan-
kejahatan terhadap norma-norma hukum yang mengenai kepentingan umum.
pelanggaran dan kejahatan terdapat perbedaan :
1) Pelanggaran ialah mengenai hal-hal kecil atau ringan, yang diancam dengan hukuman denda,
misalnya: Sopir mobil yang tak memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM), bersepeda pada malam hari
tanpa lampu, dan lain-lain.
2) Kejahatan ialah mengenai soal-soal yang besar, seperti: pembunuhan, penganiayaan, penghinaan,
pencurian, dan sebagainya.
Istilah hukum perdata di Indonesia berasal dari bahasa belanda yaitu Burgerlik Recht yang bersumber
pada Burgerlik Wetboek (B.W), yang di Indonesia di kenal dengan Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (KUH Perdata). Jika dilihat dari kata yang menyusunnya hukum perdata tersusun dari dua
kata yaitu hukum dan perdata. Secara umum hukum dapat diartikan seperangkat kaidah. Sedangkan
perdata dapat diartikan yg mengatur hak, harta benda, dan hubungan antara orang atas dasar logika
atau kebendaan sebagaimana contoh hukum internasional.
2. Sejarah Singkat
A. Masa kerajaan nusantara
Pada masa kerajaan nusantara banyak kerajaan yang sudah mempunyai perangkat aturan hukum.
Aturan tersebut tertuang dalam keputusan para raja ataupun dengan kitab hukum yang dibuat oleh
para ahli hukum. Tidak dipungkiri lagi bahwa adagium ubi societas ibi ius sangatlah tepat. Karena
dimanapun manusia hidup, selama terdapat komunitas dan kelompok maka akan ada hukum. Hukum
pidana yang berlaku dahulu kala berbeda dengan hukum pidana modern. Hukum pada zaman dahulu
kala belum memegang teguh prinsip kodifikasi. Aturan hukum lahir melalui proses interaksi dalam
masyarakat tanpa ada campur tangan kerajaan. Hukum pidana adat berkembang sangat pesat dalam
masyarakat.
Hukum pidana yang berlaku saat itu belum mengenal unifikasi. Di setiap daerah berlaku aturan
hukum pidana yang berbeda-beda. Kerajaan besar macam Sriwijaya sampai dengan kerajaan Demak
pun menerapkan aturan hukum pidana. Kitab peraturan seperti Undang-undang raja niscaya, undang-
undang mataram, jaya lengkara, kutara Manawa, dan kitab adilullah berlaku dalam masyarakat pada
masa itu. Hukum pidana adat juga menjadi perangkat aturan pidana yang dipatuhi dan ditaati oleh
masyarakat nusantara.
Hukum pidana pada periode ini banyak dipengaruhi oleh agama dan kepercayaan masyarakat. Agama
mempunyai peranan dalam pembentukan hukum pidana di masa itu. Pidana potong tangan yang
merupakan penyerapan dari konsep pidana islam serta konsep pembuktian yang harus lebih dari tiga
orang menjadi bukti bahwa ajaran agam islam mempengaruhi praktik hukum pidana tradisional pada
masa itu.
B. Masa penjajahan
Pada masa periodisasi ini sangatlah panjang, mencapai lebih dari empat abad. Indonesia mengalami
penjajahan sejak pertama kali kedatangan bangsa Portugis, Spanyol, kemudian selama tiga setengah
abad dibawah kendali Belanda. Indonesia juga pernah mengalami pemerintahan dibawah kerajaan
Inggris dan kekaisaran Jepang. Selama beberapa kali pergantian pemegang kekuasaan atas nusantara
juga membuat perubahan besar dan signifikan.
Pola pikir hukum barat yang sekuler dan realis menciptakan konsep peraturan hukum baku yang
tertulis. Pada masa ini perkembangan pemikiran rasional sedang berkembang dengan sangat pesat.
Segala peraturan adat yang tidak tertulis dianggap tidak ada dan digantikan dengan peraturan-
peraturan tertulis. Tercatat beberapa peraturan yang dibuat oleh pemerintah kolonial Belanda seperti
statuta Batavia (statute van batavia).
Berlaku dua peraturan hukum pidana yakni KUHP bagi orang eropa (weetboek voor de europeanen)
yang berlaku sejak tahun 1867. Diberlakukan pula KUHP bagi orang non eropa yang berlaku sejak
tahun 1873.
4. Sumber hukum
1. Tertulis
A. Algemene Bepalingen van Wetgeving (AB), adalah ketentuan umum pemerintah Hindia Belanda
yang diberlakukan di Indonesia.
B. Burgelik Wetboek (BW) atau KUH Perdata, adalah ketetapan hukum produk Hindia Belanda yang
diberlakukan di Indonesia menurutu asas koncordantie.
C. KUH Dagang atau Wetboek van Koopandhel (WvK), yakni KUH dagang yang terdiri dari 754
pasal mencakup buku I (tentang dagang secara umum) dan Buku II (tentang hak dan kewajiban yang
muncul dalam pelayaran).
D. Undang-Undang No.5 Tahun 1960 mengenai Pokok Agraria, UU ini mencabut pemberlakuan
Buku II KUHP yang berhubungan dengan hak atas tanah, kecuali hipotek. Secara umum, UU ini
mengatur tentang hukum pertanahan yang mempunyai landasan pada hukum adat.
E. Undang-Undang No.1 Tahun 1996 mengenai ketetapan pokok perkawinan
F. Undang-Undang No.4 Tahun 1996 mengenai hak tanggungan terhadap tanah dan juga benda yang
berhubungan dengan tanah
G. Undang-Undang No. 42 Tahun 1996 mengenai jaminan fidusia.
H. Undang-Undang No. 24 Tahun 2004 mengenai lembaga jaminan simpanan
I. Instruksi Presiden No. 1 Tahun 1991 mengenai kompilasi hukum Islam.
2. Tidak tertulis
Smber hukum perdata untuk yang tidak tertulis adalah berasal dari kebiasaan suatu masyarakat
Pengertian Hukum Tata Negara.
Berbicara tentang hukum tata negara maka kita akan diajak untuk memahami organisasi suatu negara
yang disusun berdasarkan hukum tata negara positif dari negara yang bersangkutan. Dimana untuk
dapat memahami hukum tata negara positif tersebut ada pada ilmu hukum tata negara yang menjadi
kaijiannya. Seperti halnya, organisasi negara Indonesia disusun berdasarkan hukum tata negara
Indonesia. Dengan demikian, yang dimaksud ilmu hukum tata negara adalah ( staatsrecht ) adalah “
ilmu yang mempelajari susunan atau tata suatu negara tertentu ”, misalnya Indonesia, Jerman, Rusia,
Amerika Serikat, Inggris, dan sebagainya. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa hukum tata negara
mengkaji tentang organisasi daripada negara, jenis – jenis alat perlengkapan negara, dan hubungan
kekuasaan dari alat perlengkapan negara itu.
Istilah Hukum Tata Negara berasal dari bahasa Belanda Staatsrecht yang artinya adalah hukum
Negara.Staats berarti negara-negara, sedangkan recht berarti hukum. Hukum negara dalam
kepustakaan Indonesia diartikan menjadi Hukum Tata Negara. Hukum Tata Negara juga dapat
dibedakan antara Hukum Tata Negara Umum dan Hukum Tata Negara Positif.Hukum Tata Negara
Umum membahas asas- asas, prinsip-prinsip yang berlaku umum, sedangkan Hukum Tata Negara
Positif hanya membahas hukum tata negara yang berlaku pada suatu tempat dan waktu tertentu
Jadi dapat dikatakan hukum tata negara ialah Hukum Tata Negara yang mengatur semua masyarakat
hukum atasan dan masyarakat hukum bawahan menurut tingkatannya dan dari masing-masing itu
menentukan wilayah lingkungan masyarakatnya, dan akhirnya menentukan badan-badan dan
fungsinya masing-masing yang berkuasa dalam lingkungan masyarakat hukum itu serta menentukan
sususnan dan wewenang badan-badan tersebut.
Sejarah Awal :
Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang dibentuk pada tanggal 29
April 1945 adalah badan yang menyusun rancangan UUD 1945. Pada masa sidang pertama yang
berlangsung dari tanggal 28 Mei hingga 1 Juni 1945, Ir. Soekarno menyampaikan gagasan tentang
“Dasar Negara” yang diberi nama Pancasila. Pada tanggal 22 Juni 1945, 38 anggota BPUPKI
membentuk Panitia Sembilan yang terdiri dari 9 orang untuk merancang Piagam Jakarta yang akan
menjadi naskah Pembukaan UUD 1945. Setelah dihilangkannya anak kalimat “dengan kewajiban
menjalankan syariah Islam bagi pemeluk-pemeluknya” maka naskah Piagam Jakarta menjadi naskah
Pembukaan UUD 1945 yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pengesahan UUD 1945 dikukuhkan oleh Komite Nasional Indonesia
Pusat (KNIP) yang bersidang pada tanggal 29 Agustus 1945. Naskah rancangan UUD 1945 Indonesia
disusun pada masa Sidang Kedua Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI). Nama
Badan ini tanpa kata “Indonesia” karena hanya diperuntukkan untuk tanah Jawa saja. Di Sumatera ada
BPUPKI untuk Sumatera. Masa Sidang Kedua tanggal 10-17 Juli 1945. Tanggal 18 Agustus 1945,
PPKI mengesahkan UUD 1945 sebagai Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.
Yaitu sumber hukum yang menentukan isi hukum. Sumber hukum ini diperlukan ketika menyelidiki
asal – usul hukum dan menentukan isi hukum. Misalnya Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
Indonesia yang kemudian menjadi falsafah negara merupakan sumber hukum dalam arti materiil yang
tidak saja menjiwai bahkan dilaksanakan oleh setiap peraturan hukum.
Yaitu sumber hukum yang dikenal dalam bentuknya. Merupakan ketentuan – ketentuan yang telah
mempunyai bentuk formalitas, dengan kata lain sumber hukum yang penting bagi pakar hukum.
Sumber formil hukum tata negara antara lain :
Hukum Indonesia berkiblat ke Negara Belanda sebagai mantan negara penjajah bangsa ini, sehingga
perubahan hukum yang terjadi di sana juga mempengaruhi pandangan bangsa Indonesia tentang
hukum di Indonesia. Perkembangan hukum di negara Belanda setelah perang dunia ke ll, menganggap
perlu untuk memisahkan HAN dari HTN, hal ini dikarenakan perkembangan HAN yang cepat
sehingga memerlukan pengkajian tersendiri yang terlepas dari induknya hukum tata negara.
Universitas swasta Nederland yang mula-mula memisahkan mata kuliah HAN dari HTN dengan guru
besar pertamanya: Mr. Vegting pada tahun 1946. Baru 2 tahun kemudian, universitas negeri di Leiden
mengikuti jejak Universitas Nederland memisahkan mata kuliah HAN dari HTN.
Di Indonesia, pada tahun 1947 terjadi pemisahan HAN dari HTN berdasarkan Stb. 1947 no. 170 pasal
34 tentang peraturan universitas. Pemisahan ini dengan alasan: HAN semakin berkembang sehingga
memerlukan penyelidikan tersendiri. Sebelum tahun 1946 nama mata kuliahnya adalah Staatsen
Administratief recht (HTN dan HAN), setelah tahun 1946 dipisah menjadi: Staatsrecht (HTN) yang
diajar oleh Prof. Resink, dan Administra tiefrecht (saat itu namanya msih HTP) diajar oleh: Mr. W.F.
Prins. (lihat S.Prayudi Atmosudirjo, 1995)
Pada mulanya pemakaian istilah untuk HAN berbeda-beda yaitu HTUN, HTP dan HAN, tetapi dalam
perkembangan selanjutnya yang biasanya dipergunakan adalah: HAN, walaupun tidak menutup
kemungkinan penggunaan nama lainnya. Menurut Prayudi, HTUN adalah: bagian HAN yang bertitik
berat pada hukum birokrasi. Tata usaha negara dalam arti modern lahir di Eropa Barat dalam abad ke-
17 dan menimbulkan birokrasi modern. Sedangkan HTP bagian dari HAN yang mengatur seluk beluk
dari penyelenggaraan pemerintahan.
Ada dua faktor penting yang menjadi sumber hukum secara filosofis yaitu:
• Tujuan hukum antara lain adalah untuk menciptakan keadilan, oleh karena itu hal-hal yang secara
filosofis dianggap adil dijadikan sebagai sumber hukum materiil, dengan kata lain sebagai sumber
untuk isi hukum yang adil.
• Sebagai sumber untuk menaati kewajiban terhadap hukum atau sebagai faktor-faktor yang
mendorong orang tunduk pada hukum. Diantara faktor-faktor tersebut adalah kekuasaan
pemerintah/penguasa dan kesadaran hukum masyarakat.
* Sumber Hukum formil Hukum Administrasi Negara meliputi :
1. Peraturan Perundang-Undangan.
Peraturan perundang-undangan tercipta dalam konteks hukum positif tertulis yang dibuat, ditetapkan
atau di bentuk oleh pejabat yang berwenang yang berisi tingkah laku yang berlaku dan mengikat
secara umum. Kaitannya dengan ini suatu perundang-undangan menghasilkan peraturan yang
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Bersifat komprehensif / luas dan lengkap, merupakan kebalikan dari sifat-sifat yang khusus dan
terbatas. 2. Bersifat universal, diciptakan untuk menghadapi peristiwa-peristiwa yang akan datang
yang belum jelas bentuk konkritnya. 3. Bersifat memiliki kekuatan untuk mengoreksi dan
memperbaiki dirinya sendiri. Adalah lazim bagi suatu peraturan mencantumkan klausul yang memuat
kemungkinan dilakukannya peninjauan kembali.
2. Kebiasaan atau Praktek Tata Usaha Negara.
Keputusan yang di keluarkan oleh alat administrasi negara dikenal sebagai keputusan Tata Usaha
Negara (beschikking). Dalam mengeluarkan keputusan atau ketetapan - ketetapan ini muncul praktek
administrasi negara yang melahirkan Hukum Administrasi Negara kebiasaan atau yang tidak tertulis.
3. Yurisprudensi.
Dimaknai sebagai keputusan hakim terdahulu atau keputusan suatu badan peradilan terdahulu
yang sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap kemudian diikuti oleh hakim yang lain secara
terus menerus pada kasus yang sama.
4. Doktrin.
Doktrin dipahami sebagai sebuah ajaran hukum atau pendapat para pakar atau ahli hukum yang
berpengaruh.