Anda di halaman 1dari 6

Hukum Perdata

Dan

Hukum Pidana

A. Sejarah Hukum Perdata

Hukum perdata (Burgerlijkrecht) bersumber pada Burgerlijke


wet boek (KUH Perdata) atau kitab UU hukum sipil yang berlaku di
Indonesia sejak 1 Mei 1948. KUHPerdata ini adalah sanduran dari
KUHP Belanda, berdasarkan asas konkoidansi. Burgerlijke wet
boek (BW) ialah sanduran dari kutab UU Hukum Perdata Prancis
(Code Napoleon / Code civil Des franceis).
Sesuai dengan asa konkordansi Code Napoleon dan Du commerce
diberlakukan pemerintah Prancis di negeri Belanda sebagai
daerah jajahannya. Meskipun Belanda sudah merdeka dari Prancis
Code Napoleon ini masih dipakai karena Belanda belum mampu
membuat kitab UU sendiri. Kemudian 1813 Belanda telah mampu
menyusun kitab UU sesuai kebutuhannya sebagai negara merdeka
dan berdaulat.
Dasar berlakunya BW di Indonesia terdapat pada pasal 1 aturan
peralihan UUD 1945 yang berbunyi "segala peraturan perundang-undangan
yang ada masih tetap berlaku selama belum diadakannya aturan"

B. Pengertian Hukum Perdata


Menurut Prof. Subekti hukum perdata dalam arti luas yaitu segala
hykum yang mengatur kepentingan-kepentingan perseroan.
Menurut Prof. Sudikno Mertokusumo hukum perdata adalah
hukum antar perorangan yang mengatur hak dan kewajiban
perorangan tang satu terhadap yang lain di dalam hubungan
keluarga dan di dalam pergaulan masyarakat yang
pelaksanaannya diserahkan kepada masing-masing pihak.
Dalam khazanah ilmu hukum secara umum perdata di artikan
sebagai hikum yang mengatur kepentingan perseorangan (private
interest) serta mengatur hak dan kewajiban perseorangan dalam
hubungan antara subjek-subjek hukum (baik antara manusia
pribadi maupun dengan badan hukum perdata/badan hukum).
Hukum perdata terdiri dari berbagai subtansi yang masih berlaku
du berbagai kelompok penduduk seperti, hukum adat, hukum
Islam, dan lainnya yang memiliki sifat keperdataan. Oleh karena
itu hukum perdata sering dianggap pluralistik. Secara yuridis ini
diperkuat dalam pasal 131 jo dan pasal 163 I.S serta pasal 49 UU
No.7 Tahun 89 dan UU No.3 Tahun 2006.

C. Objek Kajian Hukum Perdata

1. Hukum Perorangan
Orang/manusia dianggap sebagai subjek hukum sejak ia mampu
menyandang hak dan kewajiban (pasal 2).
Meskipun setiap orang dianggap menyandang hak tetapi
tidak semua orang bisa melaksanakan haknya mungkin
disebabkan karena kesehatan mentalnya. Dalam hukum
perdata dikenal istilah wenag (bevaog) dan wenang berbuat
(bekwan), artinya banyak ornamen yang punya hak dan
wewenang tetapi ia tidak mampu melakukannya.
2. Hukum Keluarga
Hukum keluarga mengatur persoalan :
- Perkawinan
- Penceraian
- Kedudukan anak
- Perwalian
- Kekuasaan orang tua
3. Hukum Harta Kekayaan
Hukum harta kekayaan menyangkut beberapa
materi dalam buku perdata :

* Hukum kebendaan
Hukum ini ialah setiap hak baik berbentuk
material maupun non material yabg dapat dikuasai
sebagai hak milik (pasal 499 KUHPerdata).
* Hukum Perikatan
Hukum perikatan menurut ilmu pengetahuan
hukum perdata adalah suatu hubungan dalam
lapangan harta kekayaan antara dua orang/lebih
yang dimana pihak satu berhak atas sesuatu dan
pihak lain berkewajiban atas sesuatu.
Dasar hukum perserikatan berdasarkan KUHPerdata :
1. Perjanjian
2. Perikatan yang timbul dari UU
3. Perikatan terjadi karena perbuatan melanggar
hukum.
4. Hukum waris
Hukum waris diatur tentang siapa-siapa yang menjadi
ahli waris, mengatur tentang bagian masing-masing
ahli waris dan perihal yang menyangkut wasiat.

A. Pengertian Hukum Pidana


Menurut Prof. Moeljatno, S.H. hukum pidana adlay
bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku di suatu
negara.
Sedangkan menurut Sudarsono hukum pidana adalah
yang mengatur tentang kejahatan dan pelanggaran
terhadap kepentingan umum dan perbuatan tersebut
diancam dengan pidana yang merupakan suatu
penderitaan.
Hukum pidana adalah keseluruhan dari peraturan"
yang menentukan perbuatan apa yang dilarang dan
termasuk dalam tindak pidana serta menentukan
hukuman apa yang dapat dijatuhkan terhadap yang
melakukannya. Sumber hukum pidana dibedakan atas
sumber hukum tertulis dan tidak tertulis.
Di Indonesia sendiri masih belum memiliki kitab UU hukum
pidana nasional sehingga masih diberlakukan kitab UU
hukum pidana waris pemerintah Hindia Belanda.
B. Asas-asas Hukum Pidana
1. Legalitas, tidak ada perbuatan yang dapat dipidana atas
kekuatan aturan pidana dalam UU yang telah ada sebelum
perbuatan itu dilakukan (pasal 1 ayat(1) KUHP). Jika sesudah
perbuatan dilakukan ada perubahan, maka yang dipakai
adalah aturan yang paling ringan sanksinya bagi terdakwa
(pasal 1 ayat (2) KUHP).
2. Asas tindak pidana tanpa kesalahan, untuk menjatuhkan
pidana kepada orang yang telah melakukan tindak pidana,
harus dilakukan bilamana orang ada unsur kesalahan.
3. Asas teritorial, ketentuan hukum pidana Indonesia
berlaku atas semua peristiwa pidana yang terjadi fi daerah
yang menjadi wilayah teritorial NKRI.
4. Asas Nasionalitas, ketentuan hukum pidana Indonesia
berlaku bagi semua WNI yang melakukan tindak pidana
dimanapun ia berada.
5. Asas Nasionalitas pasif,. Ketentuan hukum pidana
Indonesia berlaku bagi semua tindak pidana yang merugikan
kepentingan negera Indonesia.

C. Macam-macam pidana
Dalam pasal 10 KUHP ditentukan macam-macam hukum tabg
dapat dijatuhkan:
1. Hukuman mati
2. Hukuman penjara
3. Hukuman denda
4. Hukuman kurungan
5. Hukuman tutupan

Anda mungkin juga menyukai