Hukum yang berlaku, terdiri dari dan diwujudkan oleh aturan-aturan hukum
yang saling berhubungan, dan oleh karena itu keberadaanya merupakan suatu susunan
atau tatanan sehingga disebut tata hukum. Suatu masyarakat yang menetapkan tata
hukum bagi masyarakat itu sendiri dan tunduk pada hukum tersebut, disebut
masyarakat hukum.
Tata Hukum Indonesia ditetapkan oleh masyarakat hukum Indonesia atau oleh
negara Indonesia. Oleh karena itu, tata hukum Indonesia ada sejak proklamasi
kemerdekaan, yaitu tanggal 17 Agustus 1945. Hari ini berarti bahwa sejak saat itu
bangsa Indonesia telah mengambil keputusan untuk menentukan dan melaksanakan
hukumnya sendiri, yaitu hukum bangsa Indonesia dengan tata hukumnya yang baru
ialah Tata Hukum Indonesia.
“Adapun politik hukum itu disini hendak kita artikan sebagai pernyataan
kehendak penguasa negara mengenai hukum yang berlaku di wilayah-
wilayahnya, dan mengenai arah kemana hukum hendak dikembangkan.“
Di dalam UUD 1945 tidak menjumpai satu pasal pun yang menyebutkan
masalah politik hukum negara Indonesia. Tersurat memang tidak ada, tetapi tersirat
dapat kita jumpai pada Pembukaan UUD 1945. Lain halnya pada UUD 1950, kita
dapat menjumpai satu pasal yang memuat politik hukum negara Indonesia, dibawah
UUD 1950, yaitu pada Pasal 102 yang berbunyi :
“Hukum perdata dan hukum dagang, hukum pidana sipil maupun hukum
pidana militer, hukum acara perdata dan hukum acara pidana, susunan dan
kekuasaan pengadilan, diatur dengan Undang-Undang dalam Kitab-Kitab
Hukum, kecuali jika pengundang-undang menganggap perlu untuk mengatur
beberapa hal dalam Undang-Undang tersendiri.”
Dari Pasal 102 UUD 1950 kita dapat mengambil kesimpulan bahwa negara
Indonesia pada waktu itu menghendaki dikodifikasikannya lapangan-lapangan hukum
tersebut, sehingga Pasal 102 ini terkenal dengan sebutan Pasal Kodifikasi.
Pembinaan hukum itu artinya tidak saja membuat yang baru, tetapi juga
menyesuaikan hukum yang ada di masyarakat. Pembinaan itu sendiri harus
mempunyai suatu pola, dalam hal ini adalah wawasan nusantara.
Di dalam negara Republik Indonesia hanya dikenal satu hukum nasional yang
mengabdi kepada kepentingan nasional. Perlu pula kita ingat bahwa hukum yang akan
kita susun adalah hukum yang modern, meningkatkan kemampuan sesuai dengan
kebutuhan, yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
Undang-undang
Yurisprudensi
Traktat
Kebiasaan
Doktrin
b. Undang undang dalam arti materiil : setiap peraturan keputusan yang dibuat
bukan oleh badan penndang-undang tapi isinya mengikat umum, contohnya
Peraturan Pemerintah, dasar hukumnya Pasal 5 ayat (2) UUD1945
Ad.2 Yurisprudensi
Keputusan hakim yang menjadi yurisprudensi akan menjadi sumber hukum bagi
pengadilan. Ada 3 alasan mengapa seorang hakim mengikuti keputusan hakim lain, yaitu :
Traktat atau treaty adalah perjanjian yang diadakan antara dua negara atau lebih.
Bila dua negara n perjanjian Bilateral , sedangkan kalau byak negara disebut Multilateral.
Kita mengenal dua macam perjanjian : traktat & agrement . Traktat dibuat oleh Presiden
dengan persetujuan DPR , sedang agrement dibuat hanya dengan keputusan presiden,
biasanya menyangkut bidang politik.
Suatu traktat berlaku dan mengikat didasarkan pada satu asas Pacta Sunt
Servanda. Traktat itu mengikat dan berlaku sebagai peraturan hukum terhadap warga negara
masing-masing negara yang mengadakannya. Oleh karena itu, dapat dikatakan traktat
merupakan sumber hukum.
Ad.4. Kebiasaan
Adalah perbuatan manusia yang tetap dilakukan berulang-ulang dalam hal yang
sama. Jadi kebiasaan itu bukan dari hasil keputusan badan legislatif dari negara, namun dapat
terbentuklah peraturan hukum yang tidak tertulis yang disebut hukum kebiasaan.
Burgerlijk Wetboek memuat peraturan mengenai hukum perdata, dimana kodifikasinya dibagi
dalam 4 buah buku, yaitu :
Buku I Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menurut namanya terdiri atas peratu
ran-peraturan yang mengatur mengenai subjek hukum. Penegrtian subjek hukum dan objek
hukum. Subjek hukum terdiri manusia dan badan hukum. Berlakunya seorang manusia
sebagai subjek hukum dimulai saat ia dilahirkan dan berakhir saat seorang meninggal dunia.
Diatas dikatakan bahwa disamping manusia sebagai subjek hukum masih ada badan hukum
yang juga memiliki hak dan kewajiban pula melakukan perbuatan-perbuatan hukum sebagi
manusia.
Buku II tentang Benda
Sifatnya
Tujuannya
Undang-undang
Benda bergerak menurut sifatnya (Pasal509) adalah benda yang dapat dipindah-pindahkan
dari satu tempat ke tempat lainnya. Misal, kursi, meja dsb. Benda tak bergerak menurut
sifatnya adalah benda yang tak dapat dipindahkan. Misal, tanah, sawah,kebon dsb.
Benda tak bergerak menurut tujuannya ialah segala benda/barang yang pada sifatnya adalah
termasuk kedalam pengertian benda bergerak namun senantiasa digunakan oleh pemiliknya
dan menjadi alat tetap pada benda tak bergerak. Misalnya, alat penggilingan dalam sebuah
pabrik.
Bendan tak bergerak menurut undang-undang adalah segala hak atas benda tak bergerak.
mIsal, hak pakai hasil atas benda yang tak bergerak. Benda bergerak atas ketentuan undang-
undang adalah hak atas benda bergerak, misal sero, hak pakai atas benda bergerak.
1. Hak eigendom ialah hak milik mutlak atas suatu benda dan dapat dinikmati secara
bebas asal dipergunakan tidak bertentangan dengan undang-undang dan tidak
mengganggu orang lain;
2. Hak opstal adalah hak untuk mempunyai atau mendirikan bangunan diatas tanah
milik orang lain dengan mendapatkan izin dari pemiliknya;
3. Hak erfpacht adalah hak untuk mempergunakan benda tetap milik orang lain dengan
membayar uang canon (pacht) pada tiap-tiap tahun, baik berupa uang atau benda
lainatau buah-buahan;
4. Hak pakai hasil ialah hak atas benda tetap atau bergerak , untuk digunakan
seluruhnya serta memungut hasilnya, sedang sifat benda tersebut tidak boleh berubah
ataupun berkurang nilainya;
5. Hak hipotik adalah hak tanggungan yang berupa benda tak bergerak;
6. Hak gandai ialah hak tanggungan yang berupa benda bergerak;
7. Hak servitut (hak pekarangan) ialah kewajiban bagi pekarangan yang berdekatan
dengan kepunyaan orang lain untuk mengijinkan memakai atau menggunakan
pekarangan tersebut.
Hukum Waris
Kekayaan seseorang ( yang berupa hak dan kewajiban), pada suatu saat tertentu
harus berpindah tangan, apabila orang tersebut meninggal dunia. Keseluruhan aturan hukum
yang mengatur hal tersebut disebut Hukum Waris. Hukum Waris Barat (Erfrecht diatur Pasal
830 dst), adalah hukum yang mengatur kedudukan hukum harta kekayaan seseorang setelah
ia meninggal dunia, terutama berpindahnya harta kekayaan itu kepada orang lain (ahli waris).
Orang yang meninggalkan harta itu disebut Pewaris, sedang yang menerima
disebut Ahli Waris.dan harta kekayaannya disebut Warisan.
Para ahli waris dalam garis lurus ke bawah (anak, cucu) dan ahli waris garis
lurus ke atas (orang tua) berhak atas “Legitieme Portie” yaitu suatu bagian tertentu dari harta
peninggalan yang tidak dapat dihapuskan oleh orang yang meninggalkan warisan. Ahli waris
yang berhak legitieme portie disebut legitimaris.
Objek dari perikatan adalah prestasi yaitu hal pemenuhan perikatan, terdiri dari
Sumber-Sumber Perikatan
Suatu perikatan yang lahir karena perjanjian harus memenuhi 4 syarat untuk
memenuhi sahnya :
Perikatan yang lahir dari undang-undang saja adalah perikatan-perikatan yang ditimbulkan
oleh perhubungan kekeluargaan, misalnya : anak yang mampu memberikan nafkah kepada
orang tuanya yang berada dalam kemiskinan. Perikatan yang lahir dari undang-undang oleh
perbuatan manusia menurut hukum dinamakan “Zaakwaarneming”(apasl 1354), ini terjadi
jika seorang dengan sukarela dan dengan tidak diminta mengurus kepentingan orang lain.
Misal, mengurus kebon tetangga yang ditinggal pergi. Perikatan yang lahir dari undang-
undang karena perbuatan manusia yang melanggar hukum (Pasal 1365). Pasal 1365 mengatur
bahwa setiap perbuatan yang melanggar hukum (onrechtmatigedaad) mewajibkan orang
yang melakukan perbuatan karena kesalahannya tealh menimbulkan kerugian, untuk
membayar kerugian.
Pembuktian.
Surat surat : surat-surat dapat dibagi dalam surat akte dan surat lainnya. Surat akte
adalah suatu tulisan yang dibuat untuk membuktikan suatu hal atau peristiwa.
Dengan demikian harus ditandatangani . Akte dibagi dalam akte resmi dan akte
dibawah tangan. Akte resmi adalah akte yang dibuat dimuka pejabat umum yang
ditunjuk oleh undang-undang, misalnya : Notaris, hakim, Jurusita di pengadilan,
Pegawai catatan Sipil. Disini hakim harus mengakui akte tersebut.
Surat-surat lain adalah tulisan yang bukan merupakan akte, misalnya surat faktur atau
catatan yang dibuat oleh suatu pihak , disini kekuatan pembuktiannya diserahkan
kepada hakim untuk mempercayainya.
Kesaksian, harus mengenai suatu peristiwa-peristiwa yang dilihat dengan mata
kepala sendiri atau yang dialami sendiri. Dalam undang-undang ditetapkan bahwa
keterangan seorang saksi saja tidaklah cukup, harus ditambah dengan alat bukti lain.
Persangkaan, suatu persangkaan ialah kesimpulan yang diambil dari suatu
peristiwayang sudah terang dan nyata. Persangkaan ada 2 macam :
Persangkaan oleh hakim, dilakukan dalam pemeriksaan dimana untuk pembuktian suatu
peristiwa tidak bisa didapatkan saksi mata, misal perkara perzinahan.