Anda di halaman 1dari 5

 NAMA : ZEFINANDA DWI AURELITA

 NIM : 05010221028
 KELAS : HES-2A

UTS PENGANTAR HUKUM INDONESIA


1. Apakah yang saudara ketahui tentang pengertian Unifikasi, Pluralistis (sifat politik
hukum) dan kodifikasi (bentuk politik hukum)? Jelaskan dan berikan contohnya.
a) Unifikasi adalah hal yang menyatukan hukum dan berlaku secara nasional.
Penyatuan hukum secara nasional yang bersifat sensitif yaitu hukum-hukum yang
mengarah pada pelaksanaan hukum kebiasaan, sehingga terjadi kesulitan untuk
diunifikasi karena setiap daerah mempunyai adat istiadat yang berbeda.
 Contoh : dibentuknya UU Perkawinan, dimana setiap wilayah Indonesia memiliki
adat masing-masing dalam melaksanakan perkawinan. Dengan demikian
dibentuklah UU Perkawinan sebagai bentuk penyatuan dan penyeragaman hukum
untuk diberlakukan di negara Indonesia sebagai hukum nasional.

b) Pluralistis (sifat politik hukum) adalah keadaan suatu tempat yang mempunyai dua
atau hukum yang berlaku dalam kehidupan sosial masyarakat.
Adanya Pluralitas hukum ini dikarenakan Indonesia merupakan negara yang plural,
yaitu yang terdapat berbagai macam agama dan adat yang masing masing memiliki
hukum tersendiri.
 Contoh : hukum adat dan hukum islam sampai saat ini masih sama-sama berlaku di
indonesia.

c) Kodifikasi (bentuk politik hukum) adalah proses menyusun, mengatur, dan


mensistemasisasikan hukum-hukum di yurisdiksi negara tertentu, atau dari cabang
hukum yang terpisah ke dalam kode yang teratur. Sedangkan menurut R. Soeroso,
kodifikasi hukum ialah pembukuan hukum dalam suatu himpunan undang-undang
dalam materi yang sama.
 Contoh : Hukum perdata dalam kitab Undang-Undang Hukum Perdata, hukum
pidana dalam kitab Undang-Undang Hukum Pidana, hukum dagang dalam kitab
Undang-Undang Hukum Dagang.

2. Apa yang menjadi asas dan dasar hukum berlakunya tata hukum pemerintahan Hindia
Belanda di Indonesia. Jelaskan dan berikan contohnya.
Yang menjadi asas dan dasar hukum berlakunya tata hukum pemerintahan Hindia
Belanda di Indonesia yaitu asas Konkordasi yang tercantum dalam pasal 131 Indische
Staatsregeling atau disingkat IS. Asas tersebut menentukan jika setiap orang eropa
yang berada di wilayah Hindia Belanda menganut hukum perdata yang sudah berlaku
di Belanda. Pasal 131 IS ini juga menjadi dasar hukum berlakunya BW dan WvK di
Hindia Belanda.
Dedi mengatakan, pada tanggal 1 Oktober 1838 dibentuk perundang-undangan
baru, sehingga tahun 1839 di negara Belanda diangkatlah panitia yang diketuai Mr.
Scholten van Oud Haarlem untuk menyesuaikan kodifikasi (pembukuan hukum dalam
suatu himpunan undang-undang dalam materi yang sama). Panitia itu merencanakan:
a. Reglement op de Rechterlijke Organisatie = Peraturan Organisasi Peradilan.
b. Algemene Bepalingen voor de Wetgeving = Ketentuan umum tentang perundang-
undangan.
c. Burgerlijke Wetboek = Kitab UU Hukum Perdata
d. Wetboek van Koophandel = Kitab UU Hukum Dagang
e. Dan beberapa ketentuan mengenai kejahatan-kejahatan yang dilakukan lantaran
“faillissement” dan dalam keadaan nyata tidak mampu (staat van kennelijk
onvermogen), seperti juga pada “surseance” pembayaran.
Setelah panitia itu dibubarkan, di Hindia Belanda Mr.H.L.Wichers,
Presiden Hooggerechtshof mendapat perintah membantu Gubernur Jenderal agar
memperlakukan kitab-kitab hukum baru itu dan merencanakan pasal-pasal yang
belum ada.
Rencana Mr. Wichers itu dikuatkan oleh Gubernur Jenderal:
a. Reglement op de Strafvordering bagi raad van Justitie di
Jawa dan Hooggerechtshof Hindia Belanda.
b.    Reglement op de Burgerlijke Rechtsvordering untuk pengadilan tersebut.
c.    Reglement op de uitoefening van de Politie, de Burgerlijke Rechtspleging en de
Strafvordering bagi yang disebut pengadilan-pengadilan Bumiputera (Indlands
Reglement).
d.    Ketentuan istimewa untuk menjamin agar perundang-undangan yang baru
berlaku di luar Jawa dan Madura.
e.    Ketentuan-ketentuan tentang mulai berlakunya dan peralihan kepada perundang-
undangan baru.
Semua peraturan tersebut berdasarkan pengumuman Gubernur Jenderal
tanggal 3 Desember 1847 Staatsblad No. 57 berlaku pada tanggal 1 Mei 1848 yang
hanya berlaku untuk Jawa dan Madura, sedangkan keadaan yang waktu itu terdapat di
daerah-daerah luar Jawa dan Madura tetap dilangsungkan.
Menurut Evaluasi Peraturan Perundang-undangan Peninggalan Kolonial
Belanda, secara garis besar sistem hukum yang berlaku bagi masing-masing golongan
adalah sebagai berikut.
a.    Hukum yang berlaku bagi golongan Eropa:
1)    Burgerlijke Wetboek dan Wetboek van Koophandel yang berlaku di negeri
Belanda (sesuai asas konkordansi)
2)    Reglement op de Burgerlijk Rechtsvordering dan Reglement op de
Strafvordering
b.    Hukum yang berlaku bagi golongan pribumi ialah hukum adat dengan bentuk
tidak tertulis. Berlakunya hukum adat tidak mutlak, dan jika diperlukan, dapat
diatur dalam peraturan khusus (ordonansi).
c.    Hukum yang berlaku bagi golongan Timur Asing:
1) Hukum perdata dan Hukum pidana adat mereka.
2) Hukum perdata golongan Eropa hanya bagi golongan Timur Asing Cina untuk
wilayah Hindia Belanda.

Kesimpulan yang dapat diambil yaitu Asas Konkordansi merupakan suatu asas


yang melandasi diberlakukannya hukum Eropa atau hukum di negeri Belanda pada
masa itu untuk diberlakukan juga kepada Golongan Eropa yang ada di Hindia
Belanda (Indonesia pada masa itu). Dapat dikatakan juga terhadap orang Eropa
yang berada di Indonesia diberlakukan hukum perdata asalnya yaitu hukum perdata
yang berlaku di negeri Belanda.
3. Apa perbedaan antara hukum publik dan hukum privat? Jelaskan dan berikan
contohnya
a) Hukum publik adalah jenis hukum yang mengatur hubungan antara negara dengan
individu atau warga negaranya. Hukum ini berhubungan dengan kepentingan umuum
atau public dalam masyarakat.
 Contoh : hukum tata negara, hukum tata usaha negara, hukum pidana, hukum
administrasi negara, hukum internasional.
b) Hukum privat adalah jenis hukum yang mengatur hubungan antara individu satu
dengan individu lainnya, termasuk negara sebagai pribadi. Hukum ini memfokuskan
kepentingan perseorangan.
 Contoh : hukum perdata dan hukum dagang atau hukum perniagaan.

4. Apa perbedaan antara hukum materiel dan hukum formiel? Jelasakan dan berikan
contohnya
a) Hukum materiel adalah jenis hukum yang mengatur hubungan antara anggota
masyarakat yang berlaku secara umum tentang hal-hal peritah atau larangan serta hal
yang diperbolehkan untuk dilakukan.
 Contoh : hukum pidana, hukum dagang, hukum perdata.
b) Hukum formiel adalah jenis hukum yang mengatur tentang cara mempertahankan
dan melaksanakan hukum materiel.
 Contoh : Hukum Acara Pidana (KUHP), Hukum Acara Perdata dan lain-lain.

5. Apa yang saudara ketahui mengenai inti permasalahan Hukum Tata Negara? Jelaskan
secara lengkap
Hukum tata negara membahas tentang kedudukan Presiden dan Wakil Presiden.
Menurut UUD 1945 mengenai pembahasan tentang pengisian jabatan Presiden dan
Wakil Presiden serta kedudukan dan pertanggung jawaban Wakil Presiden,
Kekuasaan Kehakiman mengenai Hakim Peradilan Agama dalam Sistem Peradilan
Indonesia, Fungsi Peraturan Perundang-undangan, dasar-dasar konstitusional
peraturan perundang-undangan dan fungsi serta materinya. Inti permasalahan dari
Hukum Tata Negara yaitu sebagai berikut:
 Status atau kedudukan yang menjadi subyek dalam Hukum Negara ialah siapa
penguasa atau pejabat negara dan apa lembaga-lembaga negara, serta siapa warga
negara dan siapa bukan warga Negara.
 Role atau peranan yang meliputi kewajiban dan hak, serta peranan wantah yang di
luar tetapi tidak bertentangan dengan hukum.

6. Bagaimanakah pendapat Montesque dan Van Vollenhoven mengenai peranan hukum


dan Hukum Tata Negara? Jelaskan dan bagaimana hubungan diantara keduanya.
Menurut pendapat Montesque mengemukakan bahwa setiap negara terdapat tiga jenis
kekuasaan yaitu trias politica yang terdiri dari eksekutif, legislatif, yudikatif. Dari
ketiga kekuasaan tersebut, masing-masing terpisah satu sama lain baik mengenai
orang maupun fungsinya. Asas hukum merupakan fondasi suatu perundang-undangan.
Sedangkan menurut pendapat van Vollenhoven, hukum tata negara mengatur semua
masyarakat hukum atasan dan masyarakat hukum bawahan sesuai dengan tingkatan-
tingkatannya, yang masing-masing menentukan wilayah atau lingkungan rakyatnya
sendiri-sendiri, dan menentukan badan-badan dalam lingkungan masyarakat hukum
yang bersangkutan beserta fungsinya masing-masing, serta menentukan pula susunan
dan kewenangan badan-badan yang dimaksud.

7. Sebutkan yang menjadi peranan DPR, MA dan MK dalam Hukum Tata Negara!
 DPR mempunyai tugas menampung dan menindaklanjuti aspirasi rakyat.
Memberikan persetujuan kepada Presiden untuk, menyatakan perang ataupun
membuat perdamaian dengan Negara lain, serta mengangkat dan memberhentikan
anggota Komisi Yudisial.
 Mahkamah Agung bertugas membina keseragaman dalam penerapan hukum melalui
putusan kasasi dan peninjauan kembali untuk menjaga agar semua hukum dan
undang-undang diseluruh wilayah negara RI diterapkan secara adil, tepat dan benar.
 MK mempunyai fungsi dan peran utama dalam menjaga konstitusi untuk
menegakkan prinsip konstitusionalitas hukum.

8. Mengapa Hukum Administrasi negara dikatakan sebagai negara dalam keadaan


bergerak ?
Hukum Administrasi negara dikatakan sebagai negara dalam keadaan diam karena
Hukum Administrasi Negara mempunyai peran sebagai pelaksana dari peranan
hukum tata negara.

9. Dalam Hukum Administrasi Negara pada hakekatnya melaksanakan karya tantra.


Terangkan kegiatan dalam Hukum Adminitrasi Negara dan berikan contohnya
Hukum Administrasi Negara telah mengatur susunan dan wewenang khusus dari alat
perlengkapan badan-badan. Contohnya yaitu seperti kepegawaian, peraturan wajib
militer, pengaturan mengenai jaminan sosial, dan peraturan mengenai perumahan.
Contoh:
1) Aturan tata cara memberi pelayanan terhadap masyarakat.
2) Aturan tentang pembentukan badan dan komisi-komisi pemerintahan.

10. Apa yang saudara ketahui mengenai prihal hubungan penguasa dengan warganegara
dalam Hukum Administrasi Negara? Jelaskan dan berikan contohnya.
Prihal hubungan penguasa dengan warganegara dalam Hukum Administrasi yaitu
keseluruhan peraturan yang mengatur aparatur pemerintahan untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan dari penguasa. Dan badan-badan tersebut juga wajib mendapat
persetujuan warga negara. Dalam hal tersebut telah dibagi menjadi 2, yaitu :
1) Prinsip Aktif : Membina masyarakat.
2) Prinsip Pasif : Menunggu yang diurus oleh negara.

Anda mungkin juga menyukai