Anda di halaman 1dari 15

PRIVELEGIE, HAK RETENSI DAN HAK REKLAME

Disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas kelompok


mata kuliah Hukum Perdata

Dosen Pengampu :
Hj. Ifa Mutiatul Choiroh, SH., M.Kn

Disusun Oleh :
Febry Wahyu Nur Cahyo (05010221007)
Jihan Nadia Salsabila (05010221009)
Lailatul Rohmah (05010221010)
Zefinanda Dwi Aurelita (05010221028)
Abdul Jamil (05020221029)

KELAS A
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur kepadanya, yang telah memberikan rahmat, hidayah
serta nikmat Kesehatan , iman dan islam sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “Previlegie Hak Retensi & Hak Reklame”, dalam memenuhi tugas mata kuliah
Hukum Perdata.

Kami telah menyusun makalah ini sebaik mungkin dengan mendapatkan bantuan dari
berbagai sumber atau pihak yang dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Oleh karena
itu kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan refrensi
atau kontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Karena itu, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan atau kesalahan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Dengan rasa hormat kami menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini dengan sebaik-
baiknya.

Oleh karena itu, kami berharap kritik dan saran yang membangun dalam proses
pembuatan makalah agar bisa memberikan dan memperbaiki kesalahan didalam makalah ini,
terutama bagi pihak yang membacanya, agar bisa memahami dengan baik terhadap informasi
yang telah disampaikan didalam makalah ini.

Surabaya, 19 Mei 2022

Tim Penyusun

Kelompok 7

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................2

DAFTAR ISI........................................................................................................................3

BAB I....................................................................................................................................4

PENDHULUAN...................................................................................................................4

A. Latar Belakang...........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................................5
C. Tujuan Masalah.........................................................................................................5
BAB II...................................................................................................................................6

PEMBAHASAN...................................................................................................................6

A. Pengertian Privilegie..................................................................................................6
B. Pengertian Hak Retensi.............................................................................................9
C. Hak dan Kewajiban Hak Retensi.............................................................................10
D. Pengertian Hak Reklame.........................................................................................10
E. Dasar Hukum Hak Reklame....................................................................................11
F. Tujuan Hak Reklame...............................................................................................11
G. Hak Reklame dalam Kepailitan...............................................................................11
H. Pelaksanaan Hak Reklame dalam Kepailitan..........................................................12
I. Ciri-ciri Hak Reklame.............................................................................................12
J. Sifat Hukum Hak Reklame......................................................................................12
K. Penerapan Previlege dalam Kepailitan....................................................................13
BAB III...............................................................................................................................14

PENUTUP..........................................................................................................................14

A. Kesimpulan..............................................................................................................14
B. Saran........................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................15

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebutuhan manusia yang semakin bervarisi di zaman yang semakin berkembang ini.
Kebutuhan manusia yang tidak hanya berupa sandang, pangan melainkan ada kebutuhan-
kebutuhan yang lain yang bisa melengkapi dan memiliki daya tarik untuk dilengkapi oleh
individu-individu untuk membuktikan dirinya ditengah masyarakat. Manusia yang
mempunyai sifat sebagai makhluk sosial tidak bisa hidup sendiri karena selalu ada hasrat
untuk hidup bersama dan saling membantu.. Oleh karena itu, manusia sewajarnya
melakukan interaksi. Dari interaksi yang terjalin, maka timbullah berbagai macam bentuk
hubungan sosial antara individu, salah satunya adalah interaksi finansial/ekonomi yang
didalamnya terdapat interaksi dunia kerja, perdagangan dan lain-lain.

Jika dalam dunia kerja, interaksi yang terjadi adalah interaksi pekerja dengan pemberi
kerja, sedangkan dalam perdagangan interaksi yang terjadi adalah interaksi antara penjual
dengan pembeli atau pengusaha dengan konsumennya. Akan tetapi Tidak selamanya
kegiatan usaha yang dijalankan oleh pengusaha berjalan mulus, ada kalanya pelaku usaha
mengalami krisis finansial, karena berbagai faktor, yakni faktor internal dan eksternal.
Faktor internal, yakni pelaku usaha yang tidak baik dalam mengelola keuangan serta
kurang kreatif dan inovatif dalam pemasaran produk yang dijual. Sedangkan faktor
eksternal, yakni dampak krisis global yang otomatis berdampak pada kegiatan usaha.

Berdasarkan faktor-faktor tadi, pengusaha berupaya mencari jalan keluar dari masalah
krisis yang dialaminya, agar usaha yang dijalankannya tetap bertahan. Alternatif yang
dapat dipilih oleh pelaku usaha adalah dengan melakukan peminjaman modal atau
melakukan perjanjian kerja sama dengan pihak penyedia barang dengan materi perjanjian
bahwa, pihak pengguna jasa akan membayar semuanya sesuai waktu yang disepakati
dengan syarat adanya jaminan obyek hukum tertentu kepada pihak penyedia jasa sebagai
jaminan pelunasan utang.

Pasal 1754 KUH Perdata memberikan definisi tentang pinjam-meminjam, bahwa


kegiatan pinjam-meminjam ialah perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan
kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang menghabis karena

4
pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang belakangan ini akan mengembalikan
sejumlah uang yang sama dari macam dan keadaan yang sama pula. Atas dasar kegiatan
pinjam meminjam, maka akan muncul istilah utang dan piutang. Menurut Pasal 1 ayat 6
UndangUndang Nomor 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian privilegie?
2. Apa pengertian hak retensie?
3. Apa saja hak dan kewajiban hak retensie?
4. Apa pengertian hak reklame?
5. Apa dasar hukum hak reklame?
6. Apa tujuan hak reklame?
7. Apa maksud dari hak reklame dalam kepalitan?
8. Apa saja pelaksanaan hak reklame dalam kepalitan?
9. Apa ciri-ciri hak reklame?
10. Bagaimana sifat hukum hak raklame?
11. Bagaimana penerapan previlege dalam kepalitan?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian privilegie.
2. Untuk mengetahui pengertian hak retensie.
3. Untuk mengetahui maksud hak dan kewajiban hak retensi.
4. Untuk mengetahui pengertian hak reklame.
5. Untuk mengetahui dasar hukum hak reklame.
6. Untuk mengetahui tujuan hak reklame.
7. Untuk mengetahui hak reklame dalam kepalitan.
8. Untuk mengetahui pelaksanaan hak reklame dalam kepalitan.
9. Untuk mengetahui ciri-ciri hak reklame.
10. Untuk mengetahui sifat hukum hak reklame.
11. Untuk mengetahui penerapan previlege dalam kepalitan.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Privilegie
Privilege (hak istimewa) merupakan hak yang memberi jaminan, walaupun bukan
merupakan hak kebendaan tetapi ditempatkan dalam buku II KUHPerdata. Sedangkan
pengertian privilege Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), yakni kata "privilese"
serapan dari bahasa inggris "privilege" ke dalam Bahasa Indonesia berarti hak istimewa1.

Pasal 1134 KUH perdata, merumuskan pengertian privilege sebagai berikut:

1. Hak istimewa adalah suatu hak yang diberikan oleh undang-undang kepad seorang
kreditor yang menyebabkan ia berkedudukan lebih tinggi dari pada yang lainnya,
semata-mata berdasarkan sift piutang itu.
2. Gadai dan hipotik lebih tinggi dari hak istimewa, kecuali dalam hal undang-undang
dengan tegas menentukan sebaliknya.2

Pengertian privilege menurut para Ahli :

1. Merriam-Webster mendefinisikan "privilege" sebagai "hak atau kekebalan yang


diberikan sebagai keuntungan, manfaat, atau bantuan khusus". Makna lebih jauhnya
yakni "hak atau kekebalan yang melekat secara khusus pada suatu posisi atau
jabatan."
2. Menurut Cambridge Dictionary:
 Privilege artinya kelebihan yang hanya dimiliki oleh satu orang atau sekelompok
orang, biasanya karena kedudukannya atau karena jumlah kekayaannya. 

1
S. Dian Andryanto, jum’at 28 mei 2021 “Cara Gunakan Privilege Atau Hak Istimewa Dengan Benar” .
https://gaya.tempo.co/read/1466606/cara-gunakan-privilege-atau-hak-istimewa-dengan-benar diakses pada
tanggal 20 Mei 2022.
2
Muhamad Fauzi , rabu 08 maret 2017 “Profesionalitas,Integritas Dan Moralitas”
https://www.muhamadfauzi.com/2017/03/privilege-hak-istimewa.html diakses pada tanggal 20 Mei
2022.

6
 Selain itu, privilege adalah kesempatan untuk melakukan sesuatu yang istimewa atau
menyenangkan. 
 Privilege adalah keuntungan yang dimiliki oleh sejumlah orang kaya atau berasal dari
kelas sosial yang tinggi, ras atau jenis kelamin tertentu dalam masyarakat yang tidak
dimiliki oleh orang yang tidak termasuk dalam kelompok tersebut
3. Sementara arti privilege menurut Merriam-Webster adalah:
 Privilege adalah hak atau manfaat yang diberikan kepada beberapa orang dan
bukan kepada orang lain. 
 Privilege adalah keuntungan yang dimiliki orang kaya dan berkuasa atas orang
lain dalam suatu masyarakat. 
 Privilege artinya kesempatan khusus untuk melakukan sesuatu yang membuat
sesorang bangga3.

Hak privilegie di dalam Pasal 1134 KUH Perdata adalah suatu hal yang oleh undang-
undang diberikan kepada seorang berpiutang sehingga tingkatnya lebih tinggi daripada orang
berpiutang lainnya, semata-mata berdasarkan sifat piutangnya. Menurut J. Satrio perumusan
dalam Pasal 1134 KUH Perdata, bahwa hak istimewa diberikan oleh undang-undang, di mana
piutang-piutang tertentu, yang disebutkan oleh undang-undang, secara otomatis mempunyai
kedudukan yang didahulukan. Hak privilegie ini bersifat accesoir dan tidak dapat berdiri
sendiri. Dalam privilegie ditentukan secara limitatif oleh undang-undang dan bahkan orang
tidak diperkenankan untuk memperluasnya dengan jalan penafsiran terhadap perikatan-
perikatan (tagihan-tagihan), yang tidak secara tegas di dalam undang-undang, dinyatakan
sebagai hak tagihan yang diistimewakan.
Hak privilegie bukan merupakan hak kebendaan, tetapi dalam hal tertentu mempunyai
sifat kebendaan, yaitu menunjukkan sifat droit de suite. Privilegie sedikit banyak memberikan
jaminan juga, oleh karena itu menurut sistem KUH Perdata, hak privilegie diatur bersama
dengan pengaturan pand dan hipotik. Sebagaimana kita ketahui Pand dan hipotik itu kedua
duanya merupakan jaminan kebendaan dan diatur dalam Buku II KUH Perdata. Menurut
pasal 1138 KUHPerdata, ada 2 (dua) maca privilege, yaitu:
a) Privilege khusus (Pasal 1139 KUH Perdata).
b) Privilege umum (Pasal 1149 KUH Perdata).

3
Virdita Ratriani, jumat 04 februari 2022 “Privilege adalah Hak Istimewa, Inilah Contoh Privilege yang Bisa
Dipahami” https://caritahu.kontan.co.id/news/privilege-adalah-hak-istimewa-inilah-contoh-privilege-yang-
bisa-dipahami diakses pada 21 Mei 2022.

7
Menurut Pasal 1139 KUHPerdata, privilege khusus ada 9 (sembilan) macam, yaitu:
1) Biaya perkara
2) Tunggakan uang sewa tanah atau bangunan, dan biaya untuk memperbaikinya yang
menurut undang-undang dipikul oleh si penyewa
3) Harga pembelian barang bergerak yang belum dibayar
4) Biaya menyelamatkan barang, biaya ini dikeluarkan untuk menjaga jangan sampai
barang tertentu musnah
5) Upah tukang yang mengerjakan sesuatu barang, seperti seorang penjahit, dan lain-
lain. Pengertian "tukang" di sini tidak hanya termasuk mereka yang secara nyata
melakukan pekerjaan itu, tetapi juga pengusaha yang memerintahkan pekerjaan
tersebut kepasa pelaksana
6) Piutang seorang pengusaha rumah penginapan, yang disebabkan oleh pemberian
penginapan dan makanan kepada seorang tamu yang menginap
7) Upah angkutan
8) Biaya/upah seorang tukang batu, tukang kayu, dan tukang-tukang lain yang
mendirikan, menambah atau memperbaiki bangunan-bangunan; dan
9) Piutang negara terhadap pegawai-pegawai yang merugikan pemerintah karena
kelalaian, kesalahan, atau pelanggaran dalam melaksanakan jabatannya.
(Privilege ini tidak menentukan urutannya) Ketentuan Pasal 1139 KUHPerdata ini tidak
berlaku terhadap kapal. Pasal 316a ayat (3) KUHDagang menentukan privilege kapal laut
lebih didahulukan daripada hipotek.
Menurut Pasal 1149 KUHPerdata, ada 7 (tujuh) macam privilege umum, yaitu:
1) Biaya perkara
2) Biaya penguburan
3) Biaya pengobatan terakhir dari debitor yang meninggal dunia (biaya ini meliputi
biaya dokter, pembelian obat dan perawatan rumah sakit)
4) Tagihan buruh atas upahnya untuk satu tahun dalam tahun kerja yang sedang berjalan
5) Uang pembelian barang-barang makanan untuk hidup sehari-hari yang diperlukan si
berhutang dan keluarganya
6) Tagihan sekolah asrama untuk satu tahun terakhir, dan
7) Piutang seseorang yang belum dewasa atau seseorang yang berada di bawah
pengampuan terhadap seorang wali atau curator (Privilege ini menentukan urutannya,
yang lebih dahulu disebut didahulukan pembayarannya).

8
Pasal 1134 ayat (2) KUHPerdata menentukan: gadai dan hipotek lebih didahulukan
pembayarannya daripada privilege, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang.
Selanjutnya undang-undang menentukan lain dalam Pasal 1139 butir (1) dan Pasal
1149 butir (1), yaitu dalam hal pembayaran biaya perkara. Juga ketentuan Pasal 316a ayat (3)
KUHDagang menentukan privilege kapal laut lebih didahulukan daripada hipotek. Antara
privilege khusus dan privilege umum menurut pasal 1138 KUHPerdata yang lebih didulukan
pembayarannya adalah privilege khusus. Antara biaya perkara dan pembayaran pajak, yang
lebih didahulukan adalah pembayaran pajak (Pasal 1137 KUHPerdata) Setelah berlakunya
UU No. 17/2008 Tentang Pelayaran, Pasal 66 ayat (1) menentukan Pembayaran piutang
pelayaran didahulukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 diutamakan dari pembayaran
piutang gadai, hipotek dan piutang-piutang terdaftar. Antara lain menurut Pasal 65 ayat (2)
butir a UU No. 17/2008 ditentukan: Piutang pelayaran yang didahulukan adalah upah dan
pembayaran lainnya kepada nahkoda, anak buah kapal dan lain-lain. Dalam bidang
penerbangan penjelasan Pasal 81 UU No. 1/2009 Tentang Penerbangan, menentukan antara
lain: hak karyawan perusahaan angkutan udara atas gaji yang belum dibayar yang timbul
sejak dinyatakan cedera janji menurut perjanjian pembiayaan atau sewa guna usaha atas
objek pesawat udara merupakan "tagihan-tagihan tertentu" yang memiliki prioritas.
Berdasarkan Putudan MK No.67/PUU-XI/2013 ditentukan upah buruh harus didahulukan
dalam kepailitan.4

B. Pengertian Hak Retensi

Mengenai hak retensi (retentie), J. Satrio, menjelaskan bahwa hak retensi adalah hak
yang diberikan kepada kreditur tertentu, untuk menahan benda debitur, sampai tagihan yang
berhubungan dengan benda tersebut dilunasi, sebagaimana terdapat dalam Pasal 575 ayat (2),
Pasal 1576, Pasal 1364 ayat (2), Pasal 1616, Pasal 1729, dan Pasal 1812 KUHPer.

 Pasal 575 ayat (2) KUHPer: Selanjutnya ia berhak menuntut kembali segala biaya
yang telah harus dikeluarkan guna menyelamatkan dan demi kepentingan barang
tersebut, demikian pula ía berhak menguasai barang yang diminta kembali itu selama
ia belum mendapat penggantian biaya dan pengeluaran tersebut dalam pasal ini.
 Pasal 1576 KUHPer: Dengan dijualnya barang yang disewa, sewa yang dibuat
sebelumnya tidak diputuskan kecuali bila telah diperjanjikan pada waktu

4
Muhamad Fauzi , rabu 08 maret 2017 “Profesionalitas,Integritas Dan Moralitas”
https://www.muhamadfauzi.com/2017/03/privilege-hak-istimewa.html diakses pada tanggal 20 Mei 2022.

9
menyewakan barang. Jika ada suatu perjanjian demikian, penyewa tidak berhak
menuntut ganti rugi bila tidak ada suatu perjanjian yang tegas, tetapi jika ada
perjanjian demikian, maka ia tidak wajib mengosongkan barang yang disewa selama
ganti rugi yang terutang belum dilunasi.
 Pasal 1364 ayat (2) KUHPer: Orang yang menguasai barang itu berhak memegangnya
dalam penguasaannya hingga pengeluaran-pengeluaran tersebut diganti.
 Pasal 1616 KUHPer: Para buruh yang memegang suatu barang milik orang lain untuk
mengerjakan sesuatu pada barang itu, berhak menahan barang itu sampai upah dan
biaya untuk itu dilunasi, kecuali bila untuk upah dan biaya buruh tersebut pemberi
tugas itu telah menyediakan tanggungan secukupnya.
 Pasal 1729 KUHPer: Penerima titipan berhak menahan barang titipan selama belum
diganti semua ongkos kerugian yang wajib dibayar kepadanya karena penitipan itu.
 Pasal 1812 KUHPer: Penerima kuasa berhak untuk menahan kepunyaan pemberi
kuasa yang berada di tangannya hingga kepadanya dibayar lunas segala sesuatu yang
dapat dituntutnya akibat pemberian kuasa.

C. Hak dan Kewajiban Hak Retensi


Hak retensi ini dimiliki antara lain oleh advokat. Advokat yang menerima kuasa dari
kliennya memiliki hak retensi akibat dari pemberian kuasa tersebut. Apabila terdapat
kewajiban, misalnya pembayaran biaya jasa hukum, yang belum dipenuhi oleh kliennya,
maka advokat dapat menggunakan hak retensinya untuk menahan kepunyaan kliennya. Misal,
advokat dapat menahan berkas atau dokumen-dokumen perkara kliennya ketika
honorariumnya belum dibayarkan oleh klien. Namun, perlu diperhatikan bahwa dalam Kode
Etik Advokat disebutkan bahwa hak retensi Advokat terhadap klien diakui sepanjang tidak
akan menimbulkan kerugian kepentingan klien. Jadi, hak retensi adalah hak dari penerima
kuasa untuk menahan kepunyaan pemberi kuasa yang ada padanya sampai pemberi kuasa
memenuhi kewajiban yang timbul dari pemberian kuasa.

D. Pengertian Hak Reklame


Menurut pasal 1145 KUHPerdata hak reklame ialah hak yang diberikan kepada
penjual untuk menuntut pengembalian barang jualan yang masih ada di tangan pembeli.5 Hak
ini untuk pihak penjual yang mengadakan perjanjian jual beli mengenai barang bergerak dan
penjual sudah menyerahkan benda itu kepada pembeli, tetapi pembeli belum atau baru
sebagian membayar harga benda itu. Pengertian Hak Reklame atau reclaim recht juga dapat
dijumpai dalam berbagai literature.6 Berikut adalah beberapa pedoman pengertian hak
reklame yang dikemukakan oleh:

a) Abdulkadir Muhammad menyatakan hak reklame adalah hak penjual untuk menuntut
pengembalian barang jualan yang masih ada di tangan pembeli karena harga tunai
barang tersebut belum dibayar atau baru dibayar sebagian
b) Subekti menyatakan hak reklame adalah jika suatu jual-beli tanpa sesuatu janji bahwa
harga barang boleh diangsur atau dicicil (jual beli yang demikian dinamakan jual beli
tunai) dan pembeli tidak membayar harga itu, maka selama barangnya masih
5
H.M.N Purwosutjipto. Pengertian Pokok Hukum Indonesia, (Djakarta: Djambatan, 2007), hlm.144
6
Hanin, Maulana Mochammad Iqbal Rizky, and Fatma Kholili Nadya, “PREVELEGIE, HAK RETENTIE, DAN HAK
REKLAME,” UIN SUNAN AMPEL SURABAYA (May 10, 2018).

10
ditangannya pembeli, penjual dapat menuntut kembali barangnya, asal penuntutan
kembali itu dilakukan dalam jangka tiga puluh hari.
Berdasarkan pendapat mereka maka dapat kita simpulkan bahwa hak reklame
merupakan hak menuntut kembali yang ada pada tangan penjual terhadap suatu barang yang
dijual secara tunai, barang sudah ada ditangan pembeli, pembeli belum membayarnya atau
baru membayar sebagian, penjual dapat menuntut kembali barangnya. Dalam KUH Perdata
ditentukan sedangkan dalam KUHD tidak ditentukan. Jadi barang berderak (Pasal 1977 KUH
Perdata) mempunyai 2 macam hak yaitu Hak yang didahulukan dan Hak Reklame.

E. Dasar Hukum Hak Reklame

 Pasal 1145,1146, dan 1146a KUHPER


 146 dan 1146a KUHPER, Mengenai Hak Reklame diluar Kepailitan.
 Pasal 230 s/d 239 KUHD, mengenai Hak Reklame dalam Kepailitan.

F. Tujuan Hak Reklame

Tujuan dari hak reklame adalah untuk melindungi kepentingan penjual apabila pembeli
tidak membayar harga penjualan maka penjual dapat menarik kembali secara sepihak barang
yang dijadikan objek jual beli. Pasal 1513 KUH Perdata menyatakan bahwa kewajiban utama
pembeli adalah membayar harga pembelian, pada waktu dan tempat sebagaimana ditetapkan
menurut perjanjian. Mengenai waktu pembayarannya dapat ditetapkan menurut perjanjian
yaitu:

a) Dibayar secara tunai pada saat terjadinya jual beli.


b) Dibayar pada waktu atau kesempatan yang akan dating.
c) Dibayar dengan uang muka dan sisanya dibayar pada waktu yang akan dating baik
secara tunaI maupun secara diangsur.

G. Hak Reklame dalam Kepalitan


Mengenai hak reklame diatur dalam pasal 1145 dan 1146 KUH Perdata yaitu berupaHak
Reklame di dalam kepailitan, Pasal 230 sampai dengan Pasal 239 KUHD yaitu Hak Reklame
dalam Kepailitan.7 Syarat-syarat Reklame dalam Kepailitan :

 Pembeli yang bersangkutan lalai membayar harga benda yang telah dibelinya, lalu
jatuh dalam keadaan pailit.
 Tidak perlu dihiraukan apakah benda yang bersangkutan itu dijual dengan tunai atau
cicilan asalkan sudah diserahkan pada pembeli yang jatuh pailit itu, walau benda itu
masih dalam perjalanan didarat atau dilaut ( pasal 232 ayat 1 KUHD ).
 Tenggang untuk melaksanakan hak reklame itu 60 hari, terhitung mulai hari
penyimpanan ( opslag ) benda itu pada si pailit atau pada pihak ke 3 bagi si pailit
( pasal 232 ayat 2 KUHD ).
 Bila benda yang telah dibeli itu tinggal sebagisn saja ditempat si pailit. Maka
pengembalian itu sesuai dengan benda yang reklamir.
7
Hanin, Maulana Mochammad Iqbal Rizky, and Fatma Kholili Nadya, “PREVELEGIE, HAK RETENTIE, DAN HAK
REKLAME,” UIN SUNAN AMPEL SURABAYA (May 10, 2018).

11
 Penjual yang mereklamir benda yang telah dijual nya, dibebani dengan semua biaya
yang telah dikeluarkan si pailit bagi pemeliharaan benda yang direklamir itu ( pasal
235 KUHD ).

H. Pelaksanaan Hak Reklame dalam Kepalitan


1. Pelaksanaan hak reklame tidak mungkin, bila pembeli telah mengakseptir surat wesel
atau surat berharga lainnya dengan jumlah yang sama dengan harga benda yang telah
diterima iitu.8
2. Pelasksanaan hak reklame tidak mungkin dilaksankan, bila pembeli asli telah menjual
lagi benda yang dibeli nya itu kepada orang lain yang jujur ( pasal 238 ayat 3
KUHD ).
3. Pasal 238 ayat 1 KUHD khusus mengatur mengenai penjualan lagi dari benda yang
sedang dalam perjalanan untuk diangkut, dengan cara menyerahkan faktur,
konosemen atau surat muatan kepada pembeli baru yang jujur.

I. Ciri-Ciri Hak Reklame


Adapun ciri hak reklame sebagai berikut:

a) Merupakan hak yang mutlak, yaitu dapat dipertahankan terdapat siapapun juga.
b) Mempunyai zaaksgevolg atau droit de suit (Hak yang mengikuti), yaitu hak itu terus
mengikuti bendanya dimanapun benda itu berada.
c) Yang lebih dahulu terjadinya, tingkatannya lebih tinggi daripada yang terjadi
kemudian.
d) Droit de Preference, yaitu memberikan kedudukan yang diutamakan atau mendahului
kepada pemegangnya.
e) Pemindahannya secara sepenuhnya dilakukan.
f) Gugatan kebendaan (zakelijke actie), yaitu hak untuk menggugat apabila terjadi
gangguan atas hak tersebut.

J. Sifat Hukum Hak Reklame


Sukardono menyatakan bahwa hak reklame itu sebagai upaya yang diberikan oleh
undang-undang kepada penjual untuk memperoleh kembali hak milik atas barang yang sudah
dijual.9 Pendapat Soekardono perlu ditambah bahwa hak khusus tidak berasal dari undang-
undang saja (HUH Perdata atau KUHD) tetapi juga dari perjanjian jual beli yang dibuat
secara tertulis yang oleh para pihak dan pembayaran harga barang selain secara tunai dan
belum dibayar. Pelaksanaan hak reklame dengan sendirinya berakibat pembatalan secara
sepihak perjanjian jual beli perdagangan.

K. Penerapan Previlege Dalam Kepalitan


Dalam kepailitan dikenal adanya tiga kreditor yaitu, kreditor konkuren, kreditor
separatis dan kreditor preferen. Ketiganya memiliki tingkatan kedudukan yang berbeda sesuai

8
H.M.N Purwosutjipto. Pengertian Pokok Hukum Indonesia, (Djakarta: Djambatan, 2007), hlm.147
9
Hanin, Maulana Mochammad Iqbal Rizky, and Fatma Kholili Nadya, “PREVELEGIE, HAK RETENTIE, DAN HAK
REKLAME,” UIN SUNAN AMPEL SURABAYA (May 10, 2018).

12
dengan sifat piutangnya. 10Pembedaan kedudukan ini bertujuan untuk memberikan menjamin
bahwa kreditor yan memegang hak istimewa dapat dibayarkan lebih dulu dari kreditor
lainnya. Hak istimewa/ hak previllege merupakan hak yang melekat pada kreditor semata-
mata karena sifat piutangnya yang lahir karena undang-undang. Tidak semua kreditor
preferen memiliki hak istimewa/ hak previllege. salah satu kreditor preferen yang memiliki
hak istimewa/ hak previllege adalah Pajak. Hak istimewa yang dimiliki oleh pajak dalam
prakteknya tidak selalu dapat dipenuhi. Seringkali dalam praktek hak istimewa ini
dikesampingkan dengan alasan bahwa Kantor Pelayanan Pajak melakukan pelanggaran yaitu
berupa penghitungan pajak yang dirasa mengada-ada dengan kenaikan fiskus PPh dan PPN
lebih besar daripada yang telah ditentukan oleh Undang-Undang yaitu masing-masing sebesar
2% dan 10%.

Selain itu alasan pengesampingan hak istimewa yaitu Kantor Pelayanan Pajak
terlambat mengajukan tagihan pajak atau lewat waktu dari batas waktu pengajuan tagihan
yang telah ditetapkan oleh Hakim Pengawas.Dari metode penelitian Yuridis Normatif dan
pendekatan kepustakaan maka diketahui bahwa keterlambatan yang sering kali digunakan
sebagai alasan untuk mengesampingkan pemenuhan hak istimewa Pajak bukan merupakan
suatu pelanggaran. Hal ini didasarkan pada sifat dari piutang pajak yang merupakan ranah
hukum publik dan bersifat memaksa sehingga pajak merupakan satu-satunya kreditor
preferen yang memiliki hak previllege untuk selalu didahulukan dari kreditor lainnya
sekalipun upah buruh yang juga merupakan kreditor preferen dalam kepailitan namun tidak
memiliki hak istimewa/ hak previllege seperti layaknya pajak.

10
Hendro Saptono, R. Suharto, Agnes Ruth Febianti, “Pelaksanaan Pemenuhan Hak Istimewa Kantor Pelayanan
Pajak Dalam Kedudukannya Sebaagai Kreditor Preferen Pada Saat Pembayaran Boedel Pailit Berdasarkan Studi
Kasus Kepailitan PT Metro Batavia,” Diponegoro Law Review 5 Nomor 2 (2016).

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari beberapa uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa privilege atau hak
istimewa merupakan hak yang memberi jaminan, meskipun bukan merupakan hak
kebendaan namun tercantum dalam buku II KUH Perdata. Adapun pasal yang
merumuskan pengertian dari privilege yaitu pasal 1134 KUH perdata dan pada Pasal
1149 KUHPerdata,terdapat 7 (tujuh) macam privilege umum. Sedangkan hak retensi
adalah hak yang diberikan kepada kreditur tertentu, untuk menahan benda debitur, sampai
tagihan yang berhubungan dengan benda tersebut dilunasi. Adapun hak dan kewajiban dari
hak retensi yang dimiliki oleh advokat.
Menurut pasal 1145 KUHPerdata hak reklame ialah hak yang diberikan
kepada penjual untuk menuntut pengembalian barang jualan yang masih ada di tangan
pembeli yang memiliki tujuan untuk melindungi kepentingan penjual apabila pembeli
tidak membayar harga penjualan maka penjual dapat menarik kembali secara sepihak
barang yang dijadikan objek jual beli.

B. Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih jauh dari
kesempurnaan, masih banyak terdapat kesalahan-kesalahan, baik dalam bahasanya,
materi dan penyusunannya.Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik, saran
dan masukan yang dapat membangun penulisan makalah ini.

14
DAFTAR PUSTAKA

Hanin, Maulana Mochammad Iqbal Rizky, and Fatma Kholili Nadya. “PREVELEGIE, HAK
RETENTIE, DAN HAK REKLAME.” UIN SUNAN AMPEL SURABAYA (May 10, 2018).

H.M.N Purwosutjipto. Pengertian Pokok Hukum Indonesia, (Djakarta: Djambatan, 2007),


hlm.144

Hendro Saptono, R. Suharto, Agnes Ruth Febianti. “Pelaksanaan Pemenuhan Hak Istimewa
Kantor Pelayanan Pajak Dalam Kedudukannya Sebaagai Kreditor Preferen Pada Saat
Pembayaran Boedel Pailit Berdasarkan Studi Kasus Kepailitan PT Metro Batavia.”
Diponegoro Law Review 5 Nomor 2 (2016).

15

Anda mungkin juga menyukai