Anda di halaman 1dari 22

PENGANTAR ILMU HUKUM

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah

Pengantar Ilmu Hukum

Dosen Pengampu:

DR. (C) Shofa Fathiyah, S.SY., S.H., M.H., C.MED

Disusun oleh:

TUBAGUS ANGGA HIDAYAT NPM. 2274201179

KELAS 1B

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada
halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada DR. (C) Shofa Fathiyah, S.SY., S.H.,
M.H., C.MED. sebagai dosen pengampu mata kuliah Pengantar Ilmu Hukum yang
telah membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah
ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan
saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Jakarta, Oktober 2022

Tubagus Angga H

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................. iii

BAB I.............................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN............................................................................................................ 1

1. Latar belakang........................................................................................................1

2. Rumusan Masalah.................................................................................................2

3. Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................................................2

BAB II............................................................................................................................ 3

PEMBAHASAN.............................................................................................................. 3

Pengertian Hukum.......................................................................................................3

1. Istilah Hukum........................................................................................................3

2. Definisi Hukum.....................................................................................................3

3. Pengertian Ilmu Hukum........................................................................................5

4. Ruang Lingkup Ilmu Hukum................................................................................5

5. Pengantar Ilmu Hukum.........................................................................................5

5.1. Kedudukan dan Pengantar Ilmu Hukum......................................................6

6. BATASAN DAN HUKUM SEBAGAI KAIDAH SOSIAL.......................................6

6.1 Proses Pembentukan Hukum Dalam Sosial..................................................7

7. Teori Hukum dan Teori Tujuan Hukum..............................................................8

A. Teori Keadilan.................................................................................................8

B. Teori Utilitas (Kemanfaatan)........................................................................9

C. Teori Gabungan : Keadilan dan Manfaat........................................................10

D. Teori Ketertiban dan Ketentraman Masyarakat..........................................10

8. Sumber Hukum....................................................................................................10

iii
8.1 Macam Sumber Hukum................................................................................11

BAB III......................................................................................................................... 12

KESIMPULAN.............................................................................................................. 12

Daftar Pustaka............................................................................................................. 13

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Pengantar ilmu hukum senantiasa menjadi pondasi ataupun pintu


gerbang bagi yang mempelajari ilmu hukum. Bagi mahasiswa pengantar
ilmu hukum merupakan dasar dan titik tolak bagi mahasiswa untuk
memulai memepelajari hukum, sehingga merupakan awal ada
mempelajari hukum. Tetapi materi-materi pengantar ilmu hukum
bukannya hanya awal tetapi mereka yang telah menyelesaikan studi
hukum dan terjun dalam masyarakat senantiasa perlu untuk membalik-
balik materi pengantar ilmu hukum karna materi itu merupakan asas
keseluruhan pelajaran dan praktik hukum.

Istilah pengantar ilmu hukum pertama kali lahir di Indonesia yaitu


sejak berdirinya UGM pada tahun 1946 dan istilah pengantar ilmu hukum
merupakan terjemahan dari bahasa belanda Indleiding Tot De
Rechtswetenschap yang telah dipergunakan di Indonesia sejak 1942, pada
saat di jakarta didirikan Rechts Hoge School. Istilah pengantar ilmu
hukum mengandung beberapa gambaran, yaitu:

1. Memberikan suatu pandangan umum secara ringkas tentang


seluruh ilmu hukum
2. Memeberikan suatu pandangan mengenai kedudukan hukum
terhadap ilmu-ilmu lain
3. Menjelaskan pengertian dasar asas dan penggolongan cabang-
cabang

1
Hukum itu sendiri mengatur hubungan antara invidu dengan
individu dan individu dengan masyarakat yang tercermin dalam hak dan
kewajiban. Hukum dalam usaha mengatur yaitu dengan penyesuaian
kepentingan individu dan masyarakat dengan adil dan sebaik-baiknya
guna dapat mendapat kepuasan keputusan yang baik. Dengan ada nya
individu didalam masyarakat maka akan terjadi interaksi baik terjadinya
ketegangan antar kepentingan maupun konflik antar individu atau
masyarakat. Disinilah peran dari hukum untuk menampung semua konflik
dan ketegangan sebaik mungkin agar dalam masayarakat tetap kondusif
dan tertib.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka kami akan


mengkaji dan memberikan sedikit pengetahuan tentang Pengantar Ilmu
Hukum kedalam makalah kami yang berjudul: Pengentar Ilmu Hukum

2. Rumusan Masalah

a. Apa itu PIH dan bagaiamana kedudukan dan fungsinya?


b. Batasan dan hukum sebagai kaidah sosial
c. Sumber, Tujuan dan Teori tujuan hukum

3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

a. Tujuan penelitian

Dengan adanya makalah ini kita bisa lebih mengetahui tentang


pengantar ilmu hukum guna sebagai dasar untuk mempelajari ilmu
hukum lebih lanjut.

b. Manfaat Penelitian

Dengan adanya makalah ini kita bisa memahami dasar-dasar ilmu


hukum yang berguna untuk memberikan pemahaman arti dari hukum dan
penerapannya di masyarakat.

2
BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian Hukum

1. Istilah Hukum

Di Indonesia kita menggunakan kata hukum. Kata hukum berasal


dari bahasa arab (hukm) lazimnya di dalam bahasa Indonesia dinamakan
ketentuan, keputusan atau peraturan. Kata inilah yang diserap di
Indonesia dan dinamakan “hukum”. Dalam berbagai bahasa adapun
istilah lain yaitu:

a. Bahasa Inggris (law) misalnya private law (hukum perdata),


criminal law (hukum pidana), dan constitutional law (hukum tata
negara).
b. Bahasa Belanda (recht) misalnya privaatrecht (hukum perdata),
strafrecht (hukum pidana), staatsrecht (hukum tata negara).
c. Bahasa Perancis (droit) misalnya droit civil (hukum perdata),
droit penale (hukum pidana), droit constitutionnel (hukum tata
negara).
d. Bahasa Latin (Jus) yang mengandung arti hukum dan hak, istilah
lain yaitu lex, misalnya lex scripta (peraturan tertulis) dan lex non
scripta (peraturan tidak tertulis).

2. Definisi Hukum

Apakah yang dimaksud dengan hukum? Dalam membahas sesuatu


kita perlu mulai dengan definisi tetang objek yang dibahas agar tidak
terjadi kesimpangsiuaran dalam pembahasan. Sekalipun definisi tidak
sempurna tetapi tetap diperlukan sebagai titik tolak. Oleh karena itu kita

3
akan mulai dari suatu definisi hukum, sedangkan kritik-kritikan akan
dibicirakan kemudian guna menambah pemahaman tentang hakikat
hukum. Untuk itu kita dapat mulai dari definisi bahwa hukum adalah
kesulurahan peraturan yang berlakunya dapat dipaksakan oleh badan
yang berwenang.

Definisi hukum tadi diawali dengan kalimat “ keseluruhan


peraturan”. Yang bisa kita sebutkan sebagai “berlakunya yang dapat
dipaksakan”. Sifat yang dapat di paksakan ini yang terutama membedakan
norma hukum dengan norma-norma lainnya seperti norma kesusilaan dan
norma sopan santun. Hukum juga memiliki tugas untuk menjamin bahwa
adanya kepastian hukum dalam masayarakat. Oleh sebab itu setiap
masyarakat berhak untuk memperoleh pembelaan didepan hukum.
Hukum juga dapat diartikan sebagai sebuah peraturan tertulis maupun
tidak tertulis untuk mengatur kehidupan masyarakat dan menyediakan
sangsi untuk melanggar hukum.

Pengertian Hukum Menurut Ahli:

1. Menurut R. Soeroso, hukum adalah himpunan peraturan yang dibuat


oleh yang berwenang yang berguna untuk mengatur tata kehidupan
bermasyarakat yang mempunyai ciri memerintah, melarang dan
memaksa dengan menjatuhkan sanksi hukuman bagi yang
melanggarnya.
2. Menurut Utrecht, hukum adalah himpunan peraturan (perintah dan
larangan) yang mengurus tata tertib kehidupan masyarakat yang harus
ditaati oleh masyarakat.
3. Menurut Phillip S. James, hukum ialah tubuh bagi aturan agar
menjadi petunjuk bagi perilaku manusia yang bersifat memaksa.
4. Menurut Immanuel Kant mengatakan bahwa hukum ialah peraturan
mengenai kemerdekaan berkehendak.
5. Menurut Woerjono Sastropranoto dan J.C.T Simorangkir,
hukum adalah peraturan yang bersifat memaksa, yang menentukan

4
tingkah laku manusia didalam lingkungan masyarakat yang dibuat oleh
badan-badan resmi berwajib.

5
3. Pengertian Ilmu Hukum

Ilmu hukum (Inggris: science of law, jurisprudence; belanda:


rechtswetenschap; Jerman: rechtswissenschaft) adalah ilmu tentang
hukum; atau yang oleh Satjipto Rahardjo dikatakan bahwa ilmu hukum itu
mencakup dan membicarakan segala hal yang berhubungan dengan
hukum.

Objek ilmu hukum adalah hukum. Objek ilmu hukum mencakup


peraturan-peraturan tertulis yang berlaku yang berlaku yang dibuat oleh
badan-badan yang berwenang membuat peraturan (Ius Constitutum,
hukum positif atau hukum yang telah berlaku), bentuk-bentuk ideal dari
hukum yang di cita-citakan (Ius constituendum, hukum yang akan dibuat).

4. Ruang Lingkup Ilmu Hukum

Menurut Hugo Sinzheimer, pengertian hukum mencakup hukum


normatif, hukum ideal dan kenyaatan hukum. Dengan demikian ruang
lingkup ilmu hukum adalah mencakup ilmu-ilmu yang mempunyai pokok
bahasan dari ketiga bentuk perwujudan yaitu Dogmatika hukum, Sosiologi
hukum dan Filosofi hukum. Berbeda dengan L.J. van Apeldoorn
mengatakan bahwa pelajaran tentang hukum mencakup Perundang-
undangan, Peradilan dan Ajaran hukum.

5. Pengantar Ilmu Hukum

Di indonesia Kurikulum fakultas hukum ada dua matakuliah yang


paling mendasar yaitu Pengantar Ilmu Hukum dan Pengantar Tata
Hukum Indonesia (yang di ganti menjadi Pengantar Hukum Indonesia).
Pengantar Ilmu Hukum merupakan terjemahan dari Inleiding tot de
Rechtswetenshap Perbedaanya PIH dan PHI adalah kalau PIH itu
mempelajari konsep-konsep hukum dengan tidak bergantung pada

6
tatanan hukum suatu negara tertentu dan PHI itu mempelajari pokok-
pokok dari hukum yang berlaku di Indonesia.

Objek PIH adalah sama halnya dengan objek ilmu hukum yaitu
hukum, tidak ada perbedaan antara objek ilmu hukum dan PIH. Adapun
ruang lingkup PIH adalah dengan adanya kata “pengantar” didepan kata
“ilmu hukum” berarti PIH barulah merupakan pengantar ataupun
pembuka untuk mempelajari Ilmu Hukum.

5.1. Kedudukan dan Pengantar Ilmu Hukum

Kedudukan Pengantar Ilmu Hukum merupakan dasar bagi pelajaran


lanjutan tentang ilmu pengetahuan dari berbagai bidang hukum. Sedang
kedudukan dalam kurikulum fakultas hukum adalah sebagai mata kuliah
keahlian dan keilmuan. Oleh karna itu PIH berfungsi untuk memberikan
pengertian-pengertian dasar baik secara garis besar maupun secara
mendalam mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan hukum, selain
itu PIH juga berfungsi menumbuhkan sikap adil dan membangkitkan
minat untuk mempelajari hukum dengan kesungguhan.

6. BATASAN DAN HUKUM SEBAGAI KAIDAH SOSIAL

Setiap manusia pada saat berinteraksi dengan manusia lainnya di


dalam masyarakat dipengaruhi oleh kaidah yang merupakan pedoman
perilaku . Kaidah memuat ketentuan tentang cara bagaimana manusia itu
harus berperilaku di dalam ma yarakat, dan kaidah yang mengatur
perilaku manusia itu tidak homogen sehingga seringkali terjadi hubungan
antar kaidah yang satu dengan yang lainnya, dimana satu perilaku diatur
oleh dua kaidah atau lebih. Hukum sebagai salah satu kaidah sosial
tumbuh berkembang dan bekerja di masyarakat bersama-sama dengan
kaidah lain sehingga hukum tidak dapat dilihat sebagai sesuatu yang
otonom.

7
8
6.1 Proses Pembentukan Hukum Dalam Sosial

Ubi societas ibi ius, demikian bunyi sebuah adagium hukum.


Adagium tersebut arti nya bahwa setiap masyarakat pasti memiliki kaidah
hukum sebagai pedoman perilaku dalam proses interaksi antar anggota
masyarakat. Sebagai kaidah sosial, kaidah hukum merupakan
hasilinteraksi sosial masyarakat tersebut sehingga corak suatu tata hukum
akan sangat dipengaruhi latar belakang lingkungan, tingkat peradaban,
sejarah, dan nilai nilai yang dianut masyarakat tersebut. Masyarakat
dengan sistem sosial sederhana cukup diatur dengan tata hukum yang
sederhana, sebaliknya masyarakat dengan sistem sosial yang kompleks
juga memerlukan tata hukum yang lebih kompleks. C.F. von Savigny,
seorang tokoh aliran sejarah mengemukakan bahwa hukum itu tidak
dibuat melainkan tumbuh sendiri di dalam masyarakat karena hukum me
rupakan pencerminan dari jiwa bangsa. lni berarti suatu tata hukum harus
berlandaskan pada keyakinan masyarakat secara umum yang mewujud
kan ke sadaran hukum masyarakat. Dengan kata lain, hukum tidak
memiliki daya berlaku secara umum, karena setiap bangsa pada setiap
waktu memerlukan hukumnya sendiri. Sejalan dengan pandangan aliran
sejarah tersebut, fungsi hukum adalah mengekspresi kan kesadaran
hukum masyarakat. Hukum harus menjaga nilai nilai yang diyakini oleh
masyarakatnya. Dengan demikian setiap lembaga pembentuk hukum
harus berfungsi sebagai juru bicara atau penyambung lidah dari kesadaran
hukum tersebut. Yang dimaksud dengan pembentuk hukum tersebut
meliputi semua lembaga yang menjalankan fungsi law making process
yaitu legislatif, eksekutif, dan pengadilan. Konsekuensi logis dari
pandangan demikian ada lah hukum lebih berfungsi sebagai sarana
menjaga ketertib an dan pola-pola hubungan sosial yang sudah relatif ajeg
(law as tool for social control}. Penganut aliran sejarah meyakini bahwa
kesadaran hukum harus di manisfestasikan dalam kaidah-kaidah hukum

9
yang di buat, karena kalau tidak justru akan mewujudkan keberadaannya
melalui cara-cara di luar hukum.

10
7. Teori Hukum dan Teori Tujuan Hukum

Apakah Tujuan hukum? Pertanyaan ini kan selalu muncul saat kita
mempelajari hukum, pertanyaan ini pun merupakan termasuk pertanyaan
dalam bidang filosofi hukum, karena menjawab tidak hanya memeriksa
norma-norma hukum saja melainkan perlu memikirkanya secara lebih
mendalam. Jika seorang menentukan tujuan hukum tertentu berarti
pembuatan norma-norma hukum dan pelaksanaan norma-norma hukum
itu selayaknya dengan mempertimbangkan apa yang jadi tujuan hukum.
Tujuan hukum itu akan selalu mengingatkan dan menunjuk arah filosofis
dari pembuatan dan pelaksanaa norma-norma hukum. Adapun hukum
yang baik yaitu hukum yang baik dari aspek yuridis, sosiologis dan
filosofis.

Ada beberapa teori yang dikemukakan mengenai apa yang


merupakan tujuan hukum. Teori-teori yang paling dikenal mengenai
hukum, yaitu:

A. Teori Keadilan

Menurut teori ini adalah tujuan hukum yaitu keadilan (justice,


gerechtigheid)

Teori ini adalah teori tertua didunia mengenai tujuan hukum.


Misalnya sejak zaman Yunani kuno telah memiliki dewi yang khusus
untuk menangani keadailan yaitu Dewi Themis. Dewi ini digambarkan
sebagai wanita yang memegang timbangan dengan mata tertutup dan
dengan tangan satunya memegang pedang yang mengisyaratkan hukum
tidak pandang bulu dan hanya untuk mencari keadilan. Adapun perhatian
tentang keadilan pada zaman dulu dengan pernyataan-pernyatan seperti :
fiat justitia ruat caelum (Keadilan ditegakan walaupun langit runtuh), fiat
justitia pereat mundus (hendaklah keadilan ditegakkan walapun dunia

11
harus binasa). Ungkapan ini memperlihatkan keyakinan bahwa keadilan
harus dijalankan dengan tidak memperdulikan konsekuensinya.

Aristoteles membedakan adanya dua macam keadilan yaitu:

a) Keadilan Distributif (keadilan yang bersifat menyalurkan),


yaitu keadilan yang memberikan kepada setiap orang menuntut
jasa (according to merit). Keadilan bersifat proporsional, dimana
proporsional berarti persamaan rasio, walaupun nyatanya orang
menerima jumlah tidak sama tetapi dalam nalar (ratio) ada
persamaan sebab penyaluran itu dilakukan berdasarkan jasa
(merit) masing-masing. Contoh : gaji PNS baru gaji pokoknya lebih
rendah dibanding dengan gaji PNS yang lebih lama atau
jabatannya yang lebih tinggi.
b) Keadilan Komutatif
Keadilan ini berlaku untuk hubungan antar individu, dimana
hubungan itu ada yang bersifat sukarela (voluntary) seperti dalam
jual beli dan sewa menyewa dan

B. Teori Utilitas (Kemanfaatan)

Pelopor teori utilitas (utilitarianism) adalah Jeremy Bentham, yang


karyanya antara lain An Inroduction to the Priciples of Morals and
Legistation, 1789. Menurut Bentham, ada dua majikan (masters) dalma
kehidupan manusia, yaitu susah (pain) dan senang.(pleasure). Dua hal ini
menguasai semua yang kita lakukan, semua yang kita katakan, dan semua
yang kita pikirkan. Semua tindakan manusia diarahkan pada upaya untuk
memaksimalkan kesenangan (pleasure) dan meminimalkan kesusahan
(pain). Sehubungan dengan itu, Jeremy Betham mengemukakan asas
manfaat (principle of utility), yaitu semua hal harus bermanfaat untuk
memenuhi kecenderungan manusia menghasilkan kesenangan (pleasure,
happiness) dan mencegah kesusahan (pain, unhappiness).

12
13
C. Teori Gabungan : Keadilan dan Manfaat

Menurut L.J. van Apeldoorn pandangan ini sudah terdapat dalam


tulisan J. Schrassert di Tahun 1719 yang mengemukakakn bahwa “kedua
wujud hukum yang terpenting ialah keadilan dan manfaat.”

D. Teori Ketertiban dan Ketentraman Masyarakat

Masyarakat pada umumnya cenderung berpandangan bahwa tujuan


hukum adalah menjaga ketertiban dan ketentraman (Bld.: orde eb rust)
dalam masyarakat.

Ahli hukum yang teorinya selaras dengan ini antara lain Apledoorn
(2001: 10) yang mengatakan bahwa tujuan hukum adalah “mengatur
pergaulan hidup secara damai”.

Tujuan hukum yang dikemukakan LJ> van Alperdoorn ini adalah


sesuai dengan definisi hukum yang diberikannya, yaitu hukum adalah
masyarakat itu juga, hidup manusia sendiri, dilihat dari sudut pandang
yang tertentu, yaitu sebagai pergaulan hidup yang teratur. Pandangan
seperti ini merupakan pandangan yang bersifat sosiologis.

8. Sumber Hukum

Sumber hukum adalah apa saja yang menimbulkan aturan-aturan yang


mempunyai kekuatan mengikat dan bersifat memaksa, yakni aturan-
aturan yang kalau dilanggar mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata
bagi pelanggarannya. Yang dimaksud dengan dengan segala apa saja yakni
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya hukum, faktor-faktor
yang merupakan sumber kekuatan berlakunya hukum secara formal,
darimana hukum itu dapat ditemukan.

14
8.1 Macam Sumber Hukum

Sumber Hukum dibedakan menjadi 2 yaitu Sumber hukum materiil dan


sumber hukum formal:

A. Sumber Hukum Materiil

Sumber hukum materil adalah faktor yang turut serta menentukan


isi hukum. Dapat ditinjau dari berbagai sudut misalnya sudut ekonomi,
sejarah, sosiologi, filsafat, agama, dll. Dalam kata lain sumber hukum
materil adalah faktor-faktor masyarakat yang mempengaruhi
pembentukan hukum (pengaruh terhadap UU, pengaruh terhadap
keputusan hakim,dsb). Atau faktor yang ikut mempengaruhi materi(isi)
dari aturan-aturan hukum, atau tempat darimana materi membantu
pembentukan hukum itu diambil. Sumber hukum materi ini merupakan
faktor yang membantu pembentukan hukum.

B. Sumber Hukum Formal

Sumber hukum formal adalah sumber hukum dengan bentuk


tertentu yang merupakan dasar berlakunya hukum secara formal. Jadi
sumber hukum formal merupakan dasar kekuatan mengikatnya
peraturan-peraturan agar ditaati oleh masyarakat maupun oleh penegak
hukum.

Macam-macam sumber hukum formal:

a. Undang-undang

b. Kebiasaan

15
c. Jurisprudensi

d. Traktat

e. Perjanjian

f. Pendapat sarjana hukum

16
BAB III

KESIMPULAN

hukum adalah himpunan peraturan yang dibuat oleh yang


berwenang yang berguna untuk mengatur tata kehidupan bermasyarakat
yang mempunyai ciri memerintah, melarang dan memaksa dengan
menjatuhkan sanksi hukuman bagi yang melanggarnya. Adapun kita yang
akan memelajarinya sebagai dasar kita harus menguasai Pengantar Ilmu
Hukum dan Pengantar Hukum Indonesia. Oleh karna itu PIH berfungsi
untuk memberikan pengertian-pengertian dasar baik secara garis besar
maupun secara mendalam mengenai segala sesuatu yang berkaitan
dengan hukum, selain itu PIH juga berfungsi menumbuhkan sikap adil
dan membangkitkan minat untuk mempelajari hukum dengan
kesungguhan. Sehingga tercapailah tujuan hukum yaitu adanya hukum
yang adil tanpa pandang bulu, hukum yang harus bermanfaat untuk
memenuhi kecenderungan manusia menghasilkan kesenangan dan
mencegah kesusahan, hukum yang mengatur pergaulan hidup secara
damai. Sehingga menghasilkan produk hukum yang ketika menjadi kaidah
sosial tetap sama dengan tujuan awal itu dibuat dan bisa memeberikan
batasan dan mengatur masyarakat secara tertib dan teratur.

17
Daftar Pustaka

1. Rumokoy, Donald Albert. 2019. Pengantar Ilmu Hukum, Depok:


RajaGrafindo Persada.
2. Juanita, Grace. 2007.Pengaruh Kaidah Bukan Hukum dalam proses
Pembentukan Kaidah Hukum
3. Widowati, Christiani. Hukum Sebagai Norma Sosial. Fakultas Hukum
UnAir. http://ejournal.uki.ac.id/index.php/tora/article/view/1114
4. Fakultas hukum Ukrida, Jurnal Hukum To-Ra Hukum Mengatur
Melindungi Masyarakat
https://media.neliti.com/media/publications/53701-ID-none.pdf
5. Yuhelson. 2017. Pengantar Ilmu Hukum, Gorontalo: Ideas Publishing.

18

Anda mungkin juga menyukai