Anda di halaman 1dari 22

TUGAS MAKALAH

HUKUM PERDATA

DI SUSUN

OLEH :

ALFURQAN MARADJABESSY

09401711028

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KHAIRUN

TERNATE

2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur selalu tercurah limpah kehadirat Allah SWT. yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga pada saat ini penulis dapat menyelesaikan tugas
ini dengan lancar dan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya penulis tidak akan sanggup
menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW
yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti. Penulis mengucapkan syukur kepada Allah
SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik atau akal pikiran, sehingga
penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan tugas makalah dari mata kuliah Hukum
Kedokteran.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, serta
kekurangan didalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari para pembaca
untuk makalah ini, agar makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini sebagai penulis mohon maaf
yang sebesar-besarnya. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membimbing dan membantu dalam pembuatan makalah ini. Demikian, semoga
makalah ini dapat bermanfaat. Terimah kasih.

Ternate,23 mei 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................

A. LATAR BELAKANG...............................................................................
B. RUMUSAN MASALAH..........................................................................
C. MAKSUD DAN TUJUAN........................................................................

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................

A. PENGERTIAN HUKUM PERDATA......................................................


B. SEJARAH HUKUM PERDATA .............................................................
C. BIDANG HUKUM PERDATA DAN SISTEMATIKANYA..................
D. KEADAAN HUKUM PERDATA DI INDONESIA................................

BAB III PENUTUP...............................................................................................

A. KESIMPULAN.........................................................................................
B. SARAN..............................................................................

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya kehidupan antara seseorang itu didasarkan pada adanya suatu “hubungan”,

baik hubungan atas suatu kebendaan atau hubungan yang lain. Adakalanya hubungan antara

seseorang atau badan hukum itu tidak berjalan mulus seperti yang diharapkan, sehingga

seringkali menimbulkan permasalahan hukum.Sebagai contoh sebagai akibat terjadinya

hubungan pinjam meminjam saja seringkali menimbulkan permasalahan hukum. Atau contoh
lain dalam hal terjadinya putusnya perkawinan seringkali menimbulkan permasalahan

hukum. Hal tersebut termasuk dalam masalah hukum perdata.

Hukum perdata di Indonesia adalah sekumpulan peraturan yang berisi perintah dan

larangan yang dibuat oleh pihak yang berwenang sehingga dapat dipaksakan pemberlakuaanya

berfungsi untuk mengatur masyarakat demi terciptanya ketertiban disertai dengan sanksi bagi

pelanggarnya. Salah satu bidang hukum yang mengatur hak dan kewajiban yang dimiliki pada

subyek hukum dan hubungan antara obyek hukum. Hukum perdata disebut pula hukum privat

atau hukum sipil sebagai lawan dari hukum publik. Jika hukum publik mengatur hal-hal yang

berkaitan dengan negara serta kepentingan umum (misalnya politik dan pemilu (hukum tata

negara), kegiatan pemerintahan sehari-hari (hukum administrasi atau tata usaha negara),

kejahatan (hukum pidana), maka hukum perdata mengatur hubungan antara penduduk atau

warga negara sehari- hari.

 Hukum perdata di Indonesia didasarkan pada hukum perdata di Belanda, khususnya

hukum perdata Belanda pada masa penjajahan. Bahkan Kitab Undang-undang Hukum Perdata

(dikenal KUHPerdata.) yang berlaku di Indonesia tidak lain adalah terjemahan yang kurang tepat

dari Burgerlijk Wetboek (atau dikenal dengan BW) yang berlaku di kerajaan Belanda dan

diberlakukan di Indonesia (dan wilayah jajahan Belanda) berdasarkan azas konkordansi. Untuk

Indonesia yang saat itu masih bernama Hindia Belanda, BW diberlakukan mulai 1859. Hukum
perdata Belanda sendiri disadur dari hukum perdata yang berlaku di Perancis dengan beberapa

penyesuaian.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian hukum perdata?

2. Bagaimana sejarah hukum perdata?

3. Apa saja bidang hukum dalam hukum perdata dan sistematikanya?

4. Bagaimana keadaan hokum perdata di Indonesia?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari hukum perdata.

2. Untuk mengetahui sejarah hukum perdata.

3. Untuk mengetahui bidang-bidang hukum dalam hukum perdata dan sistematikanya.

4. Untuk mengetahui keadaan hukum perdata di Indoseia sendiri.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum Perdata

Istilah hukum perdata pertama kali diperkenalkan oleh Prof. Djojodiguno sebagai

terjemahan dari bahasa Belanda yaitu burgerlijkrecht Wetboek (B.W)  pada masa pendudukan

Jepang. Di samping istilah itu, sinonim hukum perdata adalah civielrecht dan privatrecht.

Para ahli memberikan batasan hukum perdata, seperti berikut. Van Dunne mengartikan
hukum perdata, khususnya pada abad ke -19 adalah, “Suatu peraturan yang mengatur tentang

hal-hal yang sangat esensial bagi kebebasan individu, seperti orang dan keluarganya, hak milik

dan perikatan. Sedangkan hukum publik memberikan jaminan yang minimal bagi kehidupan

pribadi”

Pendapat lain yaitu Vollmar, dia mengartikan hukum perdata adalah, “Aturan-aturan

atau  norma-norma yang memberikan pembatasan dan oleh karenanya memberikan perlindungan

pada kepentingan perseorangan dalam perbandingan yang tepat antara kepentingan yang satu

dengna kepentingan yang lain dari orang-orang dalam suatu masyarakat tertentu terutama yang

mengenai hubungan keluarga dan hubungan lalu lintas”

Hukum perdata merupakan salah satu bidang hukum yang mengatur hak dan kewajiban

yang dimiliki subjek hukum.Subjek adalah pelaku. Subjek hukum ada dua, yaitu manusia dan

badan hukum (PT, firma, yayasan, dan sebagainya). Hukum perata ada karena kehidupan

seseorang didasarkan pada adanya suatu “hubungan”, bagik hubungan berdasarkan kebendaan

atau hubungan yang lain. Manusia.Hukum perdata bertujuan untuk mengatur hubungan di antara

penduduk atau warga Negara sehari-hari, seperti kedewasaan seseorang, perkawinan, perceraian,

kematian, waris, harta benda, kegiatan usaha, dan tindakan bersifat perdata lainnya.Karena

hukum perdata “rangkaian peraturan-peraturan hukum yang mengatur hubungan hukum antara

orang yang satu dan orang lain dengan menitikberatkan pada kepentingan perseoranagn

“.Hukum perdata merupakan ketentuan yang mengatur dan membatasi tingkah laku manusia
dalam memenuhi kepentingannya serta membatasi kehidupan manusia atau seseorang dalam

usaha untuk memenuhi kebutuhan atau kepentingannya.

Hukum perdata juga disebut hukum privat atau hukum sipil (Civil Law).Hukum privat

adalah hukum yang baik materi maupun prosesnya didasarkan kepada kepentingan pribadi-

pribadi.Misalnya ketika terjadi transaksi jual beli rumah, kedua belah pihak berhak untuk

menentukan metode pembayaran, apakah kontan atau kredit.Jual beli ini merupakan urusan

pribadi sehingga institusi public seperti polisi atau jaksa tidak berhak untuk ikut campur dalam

prosesnya.Jadi, ketika ditemukan masalah perdata dan polisi atau jaksa turut campur dalam kasus
tersebut (dengan membawa baju institusinya), maka tindakan aparat tersebut patut

dicurigai.Namun ketika terjadi penipuan, misalnya rumah dijual bukan hak milik si Penjual,

maka kasus ini bisa dilaporkan ke polisi.

Hukum perdata menentukan, bahwa didalam perhubungan antar mereka, orang harus

meundukan diri kepada apa saja dan norma-norma apa saja yang harus mereka indahkan. Dalam

hal ini hukum perdata memberikan wewenang-wewenang di satu pihak dan di lain pihak

iamembebankan kewajiban-kewajiban, yang pemenuhannya dan justru ini adalah inti aturan

hukum, jika perlu dapat dipaksakan dengan bantuan penguasa.

Pengertian Hukum Perdata Material dan Formal

- Hukum  Perdata Material

Pengertian hukum perdata material adalah menerangkan perbuatan-perbuatan apa

yang dapat dihukum serta hukuman-hukuman apa yang dapat dijatuhkan. Hukum materil

menentukan isi sesuatu perjanjian, sesuatu perhubungan atau sesuatu perbuatan.Dalam

pengertian hukum materil perhatian ditujukan kepada isi peraturan.

- Hukum Perdata Formal

Pengertian hukum perdataformil adalah menunjukkan cara mempertahankan atau

menjalankan peraturan-peraturan itu dan dalam perselisihan maka hukum formil itu

menunjukkan cara menyelesaikan di muka hakim. Hukum formil disebut pula hukum
Acaara. Dalam pengertian hukum formil perhatian ditujukan kepada cara mempertahankan/

melaksanakan isi peraturan.

Sumber Hukum Perdata

Sumber hukum adalah segala sesuatu yang menimbulkan aturan-aturan yang mempunyai

kekuatan yang bersifat memaksa, yakni aturan-aturan yang kalau dilanggar mengakibatkan

timbulnya sanksi yang tegas dan nyata. Sumber hukum perdata adalah asal mula hukum perdata

atau tempat dimana hukum perdata di temukan.


Volamar membagi sumber hukum perdata menjadi empat macam. Yaitu KUHperdata

,traktat, yurisprudensi, dan kebiasaan. Dari keempat sumber tersebut dibagi lagi menjadi dua

macam, yaitu sumber hukum perdata tertulis dan tidak tertulis.Yang dimaksud dengan sumber

hukum perdata tertulis yaitu tempat ditemukannya kaidah-kaidah hukum perdata yang berasal

dari sumber tertulis.Umumnya kaidah hukum perdata tertulis terdapat di dalam peraturan

perundang-undangan, traktat, dan yurisprudensi.Sumber hukum perdata tidak tertulis adalah

tempat ditemukannya kaidah hukum perdata yang berasal dari sumber tidak tertulis.Seperti

terdapat dalam hukum kebiasaan.

Yang menjadi sumber perdata tertulis yaitu:

1. AB (algemene bepalingen van Wetgeving) ketentuan umum permerintah Hindia Belanda

2. KUHPerdata (BW)

3. KUH dagang

4. UU No 1 Tahun 1974

5. UU No 5 Tahun 1960 Tentang Agraria.

Asas-asas Hukum Perdata

Beberapa asas yang terkandung dalam KUHPerdata yang sangat penting dalam Hukum

Perdata adalah:

1. Asas Kebebasan Berkontrak


Asas ini mengandung pengertian bahwa setiap orang dapat mengadakan perjanjian

apapun juga, baik yang telah diatur dalam undang-undang, maupun yang belum diatur dalam

undang-undang (lihat Pasal 1338 KUHPdt).

2. Asas Konsensualisme

Asas konsensualisme dapat disimpulkan dalam Pasal 1320 ayat (1) KUHPdt.Pada pasal

tersebut ditentukan bahwa salah satu syarat sahnya perjanjian adalah adanya kata kesepakatan

antara kedua belah pihak.Asas ini merupakan asas yang menyatakan bahwa perjanjian pada

umumnya tidak diadakan secara formal, melainkan cukup dengan adanya kesepakatan kedua
belah pihak.Kesepakatan adalah persesuaian antara kehendak dan pernyataan yang dibuat oleh

kedua belah pihak.

3. Asas Kepercayaan

Asas kepercayaan mengandung pengertian bahwa setiap orang yang akan mengadakan

perjanjian akan memenuhi setiap prestasi yang diadakan diantara mereka dibelakang hari.

4. Asas Kekuatan Mengikat

Asas kekuatan mengikat ini adalah asas yang menyatakan bahwa perjanjian hanya

mengikat bagi para pihak yang mengikatkan diri pada perjanjian tersebut dan sifatnya hanya

mengikat.

5. Asas Persamaan hukum,

Asas persamaan hukum mengandung maksud bahwa subjek hukum yang mengadakan

perjanjian mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama dalam hukum. Mereka tidak

boleh dibeda-bedakan antara satu sama lainnya, walaupun subjek hukum itu berbeda warna kulit,

agama, dan ras.

6. Asas Keseimbangan,

Asas keseimbangan adalah asas yang menghendaki kedua belah pihak memenuhi dan

melaksanakan perjanjian. Kreditur mempunyai kekuatan untuk menuntut prestasi dan jika

diperlukan dapat menuntut pelunasan prestasi melalui kekayaan debitur, namun debitur memikul

pula kewajiban untuk melaksanakan perjanjian itu dengan itikad baik


7. Asas Kepastian Hukum,

Asas kepastian hukum atau disebut juga dengan asas pacta sunt servanda merupakan asas

yang berhubungan dengan akibat perjanjian.Asas pacta sunt servanda merupakan asas bahwa

hakim atau pihak ketiga harus menghormati substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak,

sebagaimana layaknya sebuah undang-undang.Mereka tidak boleh melakukan intervensi

terhadap substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak.

8. Asas Moral

Asas moral ini terikat dalam perikatan wajar, yaitu suatu perbuatan sukarela dari
seseorang tidak dapat menuntut hak baginya untuk menggugat prestasi dari pihak debitur.Hal ini

terlihat dalam zaakwarneming, yaitu seseorang melakukan perbuatan dengan sukarela

(moral).Yang bersangkutan mempunyai kewajiban hukum untuk meneruskan dan menyelesaikan

perbuatannya.Salah satu faktor yang memberikan motivasi pada yang bersangkutan melakukan

perbuatan hukum itu adalah didasarkan pada kesusilaan (moral) sebagai panggilan hati

nuraninya.

9. Asas Perlindungan

Asas perlindungan mengandung pengertian bahwa antara debitur dan kreditur harus

dilindungi oleh hukum.Namun, yang perlu mendapat perlindungan itu adalah pihak debitur

karena pihak ini berada pada posisi yang lemah.Asas-asas inilah yang menjadi dasar pijakan dari

para pihak dalam menentukan dan membuat suatu kontrak/perjanjian dalam kegiatan hukum

sehari-hari.Dengan demikian dapat dipahami bahwa keseluruhan asas diatas merupakan hal

penting dan mutlak harus diperhatikan bagi pembuat kontrak/perjanjian sehingga tujuan akhir

dari suatu kesepakatan dapat tercapai dan terlaksana sebagaimana diinginkan oleh para pihak.

10. Asas Kepatutan.

Asas kepatutan tertuang dalam Pasal 1339 KUHPdt. Asas ini berkaitan dengan ketentuan

mengenai isi perjanjian yang diharuskan oleh kepatutan berdasarkan sifat perjanjiannya

11. Asas Kepribadian (Personality)


Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan bahwa seseorang yang akan

melakukan dan/atau membuat kontrak hanya untuk kepentingan perseorangan saja. Hal ini dapat

dilihat dalam Pasal 1315 dan Pasal 1340 KUHPdt.

12. Asas Itikad Baik (Good Faith)

Asas itikad baik tercantum dalam Pasal 1338 ayat (3) KUHPdt yang berbunyi:

“Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.” Asas ini merupakan asas bahwa para pihak,

yaitu pihak kreditur dan debitur harus melaksanakan substansi kontrak berdasarkan kepercayaan

atau keyakinan yang teguh maupun kemauan baik dari para pihak.

B. Sejarah Hukum Perdata

1. Kodifikasi Hukum Perdata Belanda tahun 1830

Sumber pokok hukm perdata (Burgerlijkrecht) iyalah Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata (Burgerljk Wetboek), disingkat KUHPer (B.W.)KUHPer sebagian besar

adalah hukum perdata prancis, yaitu Code Napoleon tahun 1811-1838; akibat penduduk

prancis di Belanda, berlaku di Negeri Belanda sebagai Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata yang resmi. Sebagian dari Code Napoleon ini adalah Code Civil, yang dalam

penyusunanya mengambil karangan-karanngan pengarang-pengarang bangsa prancis

mengenai hukum Romawi (Corpus Juris Ciivlis), yang pada jaman dahulu dianggap

sebagai hukum yang paling sempurna. Juga unsure-unsur hukum kanoniek (hukum

agama Katolik) dan hukum kebiasaan setempat mempengaruhinya.

Setelah pendudukmPrancis berakhir, oleh pemerintah Belenda dibentuk suatu

panitia yang di ketuai oleh Mr. J.M. Kemper dan bertugas membuat rencana kodifikasi

hukum perdata Belanda dengan menggunakan sebagai sumber sebagaian besar “Code

Napoleon” dan sebagian kecil hukum belanda Kuno. Kemudian diresmikan pada 1

Oktober 1838 yang mengeluarkan Burgerilijk Wetboek (KUHPer) dan Wetboek van

Koophandel ( KUH Dagang).

2. Kodifikasi Hukum Perdata di Indonesi, tahun, 1848


KUHPer yang terlaksana pada 1 Mei 1848 itu adalah hasil panitia kodifikasi yang

diketuai oleh Mr. C.J. Scholten van Oud-Haarlem.Maksud dari kodifikasi pada waktu itu

untuk mengadakan persesuaian antara hukum dan keadaan di Indonesia dengan hukum

dan keadaan negeri Belanda.Di negeri Belanda aliran kodifikasi adalah dari pada aliran

kodifikasi yang di Eropa berlangsung secara umum pada akhir abad ke-18; masalah pada

waktu itu sudah ada Negara-negara yang telah selesai dengan kodifikasinya.

KUHPer Indonesia sekarang ini (yang mulai berlaku sejak 1 Mei 1848)dapat

dikatakan suatu copy KUHPer Belanda, sehingga untuk menyediakannya perlula


sedianya untuk menyelidiki KUHPer Belanda.

C. Bidang Hukum dalam Hukum Perdata dan sistematikanya

Dilihat dari segi pembidangan Hukum Perdata Indonesia dalam perkembangannya terbagi

menjadi bagian-bagian antara lain :

1) Bidang Hukum Keluarga, yaitu keseluruhan kaiidah-kaidah hukum tertulis maupun tidak

tertulis yang mengatur hubungan hukum menegenai Perkawinan, Perceraian, Harta benda

perdata perkawinan (harta bersama), Kekuasana orang tua, kedudukan pengampuan, dan

perwalian.

2) Bidang Waris, yaitu hukum yang mengatur kedudukan harta kekayaan seseorang setelah

ia meninggal dunia terutama kependahan harta kekayaan kepada ahli waris. Hukum

Waris menuurut Volmer yaitu perpindahan dari sebuah harta kekayaan seutuhnya,

seluruh hak dan kewjaiban dari orang yang mewariskan kepada ahli warisnya.

Menurut Hukium Waris Barat, apabila ada harta waris terluang, artinya ada

sesorang yang meninggal dunia dan meninggalkan harta benda bagaimana perpindahan

hak dan kewajiban dari pewaris kepada ahli waris. Waktu beripikir dalam pembagian

harta waris 40 hari, ada 3 alternatif menerima warisan secara penuh, menerima warisan

dengan cara reserve, dan menolak warisan.


3) Bidang Hukum Benda, yaitu peraturan-perturan hukum yang mengatur hak-hak

kebendaan yang bersifat mutlak, artinya hak-hak terhadap benda yang diakui oleh setiap

orang wajib diakui dan dihormati.

4) Bidang Hukum Jaminan, yaitu peraturan-peraturan hukum yang mengatur tentang

pembebanan jaminan terhadap benda (jaminan kebendaan) dan perseorangan (jaminan

perseorangan).

- Jaminan Kebendaan yaitu jaminan yang berupa hak mutlak atas suatu benda yang

mempunyai ciri-ciri mempunyai hubungan langsung atas benda tertentu dapat


dipertahankan kepada siapapun selalu mengikuti bendanya dan dapat dialihkan.

- Jamian perorangan yaitu: Jaminan yang menimbulkan hubungan langsung atas suatu

benda pada perorangan tertentu hanya dapat dipertahankan terhadap debitur tertentu,

terhadapap kekkayaan debetur umumnya. Penanggung (borg) orang yang dapat ditagih,

Tanggung menanggung serupa dengan tanggung renteng Perjanjain garansi\

5) Bidang Hukum Badan Hukum, yaitu peraturan-peraturan hukum yang mengatur tentang

harta kekayaan, hak dan kewajiaban suatu Badan Hukum.

6) Bidang Hukum Perikatan Umum, yaitu peraturan-peraturan hukum yang mengatur

perhubungan yang bersifat kehartaan antara 2 orang atau lebih dimana pihak pertama

berhak atas suatu prestasi.

7) Bidang Hukum Perikatan Khusus, yaitu peraturan-peraturan hukum yang mengatur

perhubungan yang bersifat kehartaan antara 2 orang atau lebih dimana pihak pertama

berhak atas prstasi untuk hal-hal khusus. Misalnya Jual beli, Sewa menyewa, Sewa Beli,

Perskutuan, Penghibahan, Penitipan barang dan lain-lain.

Sistematika Hukum Perdata yang berlaku di Indonesia

1. Menurut Undang-Undang sebagaimana termuat dalam Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata terdiri atas 4 buku, yaitu:


- Buku I, yang berjudul Perihal Orang (Van Personen), yang memuat Hukum

Perorangan dan Hukum Kekeluargaan;

- Biku II, yang berjudul Perihal Benda (Van Zaken), yang memuat Hukum Benda

dan Hukum Waris;

- Buku III, yang berjudul perihal perikatan (Van Verbintennissen), yang memuat

Hukum Harta Kekayaan yang berkenan dengan hak-hak dan kewajiban yang

berlaku bagi-orang-orang atau pihak tertentu;

- Buku IV, yang berjudul perihal pembuktian dan kadauiawarsa (Van Bewijs en
Berjaring), yang memuat perihal alat-alat pembuktian dan akibat-akibat lewat

waktu terhadap hubungan-hubungan hukum.

2. Menurut Ilmu Pengetahuan Hukum, Hukum Perdata (yang termuat dalam KUHPer)

terdapat 4 bagian, yaitu:

- Hukum Perorangan (Personenrecht) yang memuat antara lain:

a. Peraturan-peraturan tentang manusia sebagai subyek hukum,

b. Peraturan-peraturan tentang kecakapan untuk memiliki hak-hak dan bertindak

sendiri melaksanakan hak-haknya itu.

- Hukum Keluarga (Familierecht) yang memuat antara lain:

a. Perkawinan beserta hubungan dalam hukum harta kekayaan antara suami/istri

b. Hubungan antara orangtua dan anak-anaknya (kekuasaan orangtua-ouderlijke

macht),

c. Perwalian (voogdij),

d. Pengampunan (curalele).

- Hukum Harta Kekayaan (Vermogensrecht), yang mengatur tentang hubungan-

hubungan hukum yang dapat dinilaikan dengan uang. Hukum Harta Kekayaan

meliputi;

a. Hak mutlak, yaitu hak-hak yang berlaku terhadap tiap orang;


b. Hal perorangan, yaitu hak-hak yang hanya berlak terhadap seorang atau suatu

pihak tertentu saja. Hal 45.

- Hukum Waris (Erfrecht), yang mengatur tentang benda atau harta kekayaan

seseorang jika meninggal dunia (mengatur akibat-akibat dari hubungan keluarga

terhadap harta peninggalan seseorang).

D. Keadaan Hukum Perdata di Indonesia

Sitem Hukum Perdata di Indonesia :


 Majemuk

 Beraneka ragam (pluralis)

 Istilah Prof, R. Subekti, S.H. berbhineka: beraneka warna.

Berarti bahwa sistem hukum perdata yang berlaku di Indonesia terdiri dari berbagai macam

ketentuan hukum, yang tiap penduduk mempunyai hukum masing-masing, contonya hukum

adat, hukum islam dan hukum perdata (BW).

Kemajemukan Hukum Perdata di Indonesia pada Tahun 1596 yang ditandai dengan

mendaratnya kapal Belanda yang dipimpin oleh Cornelis De Houtman di Banten. Pada awalnya

kedatangan bangsa Belanda hanya mencari rempah-rempah dan berdagang, akan tetapi: lama

kelamaan mereka berusaha menaklukkan dan menguasai Indonesia. Oleh karena itu, sejak Tahun

1596 Sistem Hukum Perdata yang berlaku di Indonesia beraneka ragam (pluralis), majemuk. Hal

ini disebabkan oleh, Politik Hukum Pemerintah Hindia Belanda yang membagi penduduk

menjadi 3 golongan, yaitu:

1. Golongan Eropah dan dipersamakan dengannya

2. Goloingan Timur Asing

3. Golongan Bui Putra

Pasal 163 Indiche Staaregeling (IS) dan Pasal 109 Regelings Reglemen (RR) membagi golongan

penduduk Hindia Belanda menjadi :

1) Golongan Eropa
a) Semua orang Belanda

b) Semua orang yang berasal dari Eropa tetapi bukan Belanda

c) semua orang Jepang

d) Semua yang yang berasal dari tempat lain tetapi tidak termasuk orang belanda/orang

yang berasal dari Eropa tetapi bukan Belanda, yang di negerinya tunduk kepada

hokum keluarga yang asas-asasnya sama dengan Hukum Belanda.

e) Anak yang sah atau anak ayang diakui menurut undang-undang dan keturunan

selanjutnya dari orang-orang yang berasal dari Eropah bukan Belanda dan semua
orang yang berasal dari tempat lain tetapi bukan Belanda atau Eropa yang lahir di

Hindia Belanda, Berdasarkan Pasal 131 IS ayat (2) sub a: Berlaku seluruh Hukum

Eroph sejak 1 Mei 1848 sebagaimana tertuang dalam Statblad 1848 dan Statblat

1917.

2) Golongan Timur Asing terdapat perbedaan

a) GolongAan Timur Asing Tionghoa semenjak 1917 dengan statbalt 1917-129 jo

statblat 1924-557 diberlakukan seluruh Hukum Eropah (BW dab WVK) dengan

pengecualian, mengenahi tata cara perkawinan dan hal mencegah perkawinan.

b) Golongan Timur Asing Bukan Tionghoa berdasarkan statbalt 1855-79 jo statbalt

1942-557 diberlakukan sebagian dari Hukum Eropa (Hukum harta kekayaan dan

hukum waris dengan testemen) uantuk lannya beralku hukum adat masing-masing.

Arti testamen merupakan Pemberian harta waris berdasarkan surat wasiat, yang

merupakan keinginan terakhir peawris.

3) Golongan Bumi Putra

a) Semua orang yang termasuk rakyat asli Hindia Belanda dan tidak pernah pindah ke

dalam golongan penduduk dari golongan Bumi Putra.

b) Golongan pendudk lainnya yang telah meleburkan diri menjadi golongan Bumi Putra

dengan cara meniru atau mengikuti kehidupan sehari-hari penduduk golongan Bumi

Putra dan meninggalkan hukumnya atau karena perakawinan.


Pedoman politik bagi Pemerintah Hindia Belanda terhadap Hukum di Indonesia dijelaskan di

dalam Pasalk 131 IS dan Pasal 75 RR sebagai berikut:

1. Hukum Perdata dan Hukum Dagang begitu pula Hukum Pidana beserta Hukuk Acara

Perdata dan Hukukm Acara Pidana harus dikodifisir artinya diletakkan dalm Kitab

Undang-Undang secara sistematis.

2. Untuk golongan bangsa Eropa harus duanut atau dicontoh perundang-undangan yang

berlaku di Negara Belanda disebut asas Konkordansi.

3. Untuk golongan bangsa Indonesia Asli dan Timur Asing (Cina, Arab, India dan
sebagainya), jika ternyata kebutuhan rakyat mereke menghendakinya dapartlah

peraturan-peraturan untuk bangsa Eropah dinyatakan berlaku bagi mereka, baik

seutuhnya maupun dengan perubahan-perubahan dan juga diperbolehkan membuat suatu

peraturan baru bersama untuk lainnya harus diindahkan aturan-aturan yang berk-laku

bagi mereka, dari aturan-aturan mana boleh diadakan penyimpangan jika diminta oleh

kepentingan umum atau kebutuhan kemasyarakatan mereka.

4. Orang Indonesia Asli dan orang Timur Asing sepanjang mereka belum ditundukkan di

bawah peraturan bersama denga orang Eropah diperbolehkan, menundukkan diri pada

Hukum yang berlaku untuk orang Eropah Penundukan ini boleh seluruhnya maupun

hanya mengai suatu perbuatan teretntu.

5. Sebelum hukum untuk orang Indonesia ditulis di dalam undang-undang maka mereka

akan tetap berlaku bagi mereka yaitu Hukum Adat.

Walaupun bukan Golongan Eropa, namun dapat menundukkan diri pada Hukum Eropa

(statbalat 1917 No, 12). Peraturan ini mengenal 4 macam penundukan yaitu:

1. Penundukan pada seluruh Hukuk Perdata Eropah

2. pada sebaian Hukum Perdata Eropah, Contoh hanya pada Hukum Harta Benda saja

(Vermogensrecht), Hukukm Waris dengan Testamen.

3. Pendudkan mengenai suatu perbuatan hukum tertentu


4. Pendudkan secara “diam-diam”, artinya jika seorang bangsa Indonesia asli melakukan

suatu perbuatan hukum yang tidak dikenal dalam hukumnya sendiri ia dianggap

menundudukan dirinya pada Hukum Eropah. Contoh: Wesel.

Faktor penyebab Hukum Perdata majemuk, beraneka ragam (pluralis) setelah Indonesia

merdeka adalah sebagai berikut:

1. Untuk menghindari kevakuman (kekosongan) Hukum Perdata di Indonesia. Kalau

Hukum Perdata Barat (BW) tidak diberlakukan akan terjadi kevakuman atau

kekosongan Hukum Perdata di Indonesia. Disamping Hukum Perdata Barat (BW) juga
berlaku Hukum Islam dan Hukum Adat.

2. Belum ada ketentuan Hukum Perdata yang bersifat nasional Hukum Perdata yang

berlaku setelah Indonesia merdeka sampai Orde Reformasi pada dasarnya merupakan

produk produk Pemerintahan Hindia Belanda berdasar asas Konkordansi.

Dasar Hukum Pemberlakuan Hukum setelah Indonesia merdeka adalah Pasal II Aturan

Peralihan UUD 1945 sebelum perubahan, Segala Badan Negara dan Peraturan yang ada masih

langsung berlaku selama belum diadakan yang baru menurut UUD ini.

Di Era Reformasi untuk menjaga keabsahan produk dan peninggalan bangsa barat (Belanda)

berdasar Pasal 1 Aturan Peralihan UUD 1945 setelah perubahan, segala peraturan perundang-

undangan yang ada masih tetap berlaku selama belum diadakan yang baru menurut UUD ini.

Menurut Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo, S.H. keberlakuan hukum produk dan peninggalan

Belanda di Indonesia didasarkan pada beberapa pertimbangan, antara lain :

1. Para ahli tidak mempersoalkan secara mendalam tentang mengapa Hukum Belanda masih

berlaku di Indonesia. Tata Hukum Indonesia hendaknya tidak dilihat sebagai kelanjutan

dari Tata Hukum Belanda.

2. Sepanjang Hukum tersebut tidak bertentangan dengan: Pancasila, UUD 1945, Peraturan

Perundang-undangan dan dibutuhkan.

3. Apabila hukum tersebut bertentangan, maka menjadi tidak berlaku lagi.


Pada waktu setelah Indonesia merdeka (Era Orde Lama dan Orde Baru) pembentukan

Hukum Perdata hanya bersifat parsial sesuai dengan kebutuhan untuk mengatur masyarakat.

Adapun Hukum nasional yang dibentuk pada Orde Lama dan Orde Baru adalah sebagai berikit:

1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.

Segala ketentuan hukum yang mengatur bumi, air, dan ruang angkasa beserta kekayaan

alam yang terkandung di dalamnya yang terdapat pada Buku II KUH Perdata dinyatakan

dicabut dan tidak berlaku lagi kecuali mengenahi hipotik sampai menunggu terbentuk

undang-undang yang mengatur Lembaga hak jaminan atas tanah yaitu hak tanggungan.
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Pokok Pokok Perkawinan. Dengan

berlakunya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Perkawinan

menghapus ketentuan perkawinan yang diatur dalam BUKU 1 KUH Perdata. Saudara

pelajari Hukum Perkawinan dalam Buku I KUH Perdata dan Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Perkawinan. Antara lain definisi perkawinan, tujuan

perkawinan, sahnya perkawinan. Harta bawaan dari calon dan harta bersama.

3. Undang-Undang Nomor 4 Tahub 1996 tentang Hak Tanggunagn Atas Tanah Beserta

Benda --Benda yang berkaitab dengan Tanah. Dengn berlakunya undang-undang tersebut

maka ketentuan mengenahi hipotik sebagaimana dimaksud dalam Buku II KUH Perdata:

Sepanjang mengenahi pembebanan hak tanggungan pada ha katas tanah, benda yang

berakitan dengan tanah dinyatakan tidak berlaku.

Di vEra Reformasi dibentiuk Perundang-Undanag untuk pengembangan Hukuk Perdata yang

lazim disebut Hukum Bisnis/Ekonomi antara lain :

1) Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia

2) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten

3) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek

4) Undang-UNdang Nomor 18 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta

5) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan


6) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan

Pembayaran.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hukum Perdata merupakan hukum pribadi atau privat, yang hubungannya antar
pribadi dengan pribadi lainnya atau hubungan orang dengan orang, yang timbul beberapa
hukum di antaranya hukum keluarga, hukum perkawinan dan hukum waris. Hukum perdata
dengan istilahnya pertama kali di kemukakan oleh Prof. Djojodiguno, sebagai terjemahan
dari Bergelijke Recht (BW) belanda pada masa pendudukan jepang. Adapun dari istilah
hukum perdata terdapat sinonimnya antara lain civil recht, privat recht, dan civil law.

Pada prinsip hukum menurut isinya, hukum perdata yaitu ketentuan hukum yang
mengatur hal-hal yang bersifat pedata atau kepentingan pribadi. Hukum perdata yang dalam
arti sempit hanyalah hukum perdata, sedangkan dalam arti luas hukum perdata di antaranya
hukum adat, hukum dagang, dan hukum ekonomi/bisnis terdapat hukum perlindungan
konsumen, hukum perbankan, hukum pasar modal dan hukum penanaman modal.

B. Saran

Saran dari penulis semoga setelah melihat, membaca, dan mempelajari makalah ini
kita semua dapat memahami dan mematuhinya, menjahui tindakan-tindakan dengan hukum
yang berlaku, khusunya hukum yang ada di negara kita Indonesia. Penulis juga berharap
semoga masyarakat di Indonesia mengetahui apa saja yang termasuk lingkup kasus atau
bagian dan akibat apabila terlibat di dalam kasus khususnya Hukum Perdata. Dan penulis
juga berharap Pemerintah dapat mensosialisasikan kepada masyarakat mengenai Hukum
Perdata yang berlaku di Indonesia.
Daftar Pustaka

Kansil, C.S.T. SH. 1986. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka.

Soeroso, R. 1992. Perbandingan Hukum Perdata. Bandung: Sinar Grafika.

Wetboek, Burgerlijk. 2003. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Bandung: Citra Umbara.

PNH Simanjuntak, S. H. (2017). Hukum Perdata Indonesia. Kencana.

Meliala, D. S. (2014). Hukum Perdata Dalam Perspektif BW. Nuansa Aulia.

Hariyanto, E. (2013). BURGELIJK WETBOEK (Menelusuri Sejarah Hukum Pemberlakuannya

Di Indonesia). Al-Ihkam: Jurnal Hukum Dan Pranata Sosial, 4(1), 140-152.

Anda mungkin juga menyukai