HUKUM PERDATA
DI SUSUN
OLEH :
ALFURQAN MARADJABESSY
09401711028
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur selalu tercurah limpah kehadirat Allah SWT. yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga pada saat ini penulis dapat menyelesaikan tugas
ini dengan lancar dan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya penulis tidak akan sanggup
menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW
yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti. Penulis mengucapkan syukur kepada Allah
SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik atau akal pikiran, sehingga
penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan tugas makalah dari mata kuliah Hukum
Kedokteran.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, serta
kekurangan didalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari para pembaca
untuk makalah ini, agar makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini sebagai penulis mohon maaf
yang sebesar-besarnya. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membimbing dan membantu dalam pembuatan makalah ini. Demikian, semoga
makalah ini dapat bermanfaat. Terimah kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................
A. LATAR BELAKANG...............................................................................
B. RUMUSAN MASALAH..........................................................................
C. MAKSUD DAN TUJUAN........................................................................
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................
A. KESIMPULAN.........................................................................................
B. SARAN..............................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya kehidupan antara seseorang itu didasarkan pada adanya suatu “hubungan”,
baik hubungan atas suatu kebendaan atau hubungan yang lain. Adakalanya hubungan antara
seseorang atau badan hukum itu tidak berjalan mulus seperti yang diharapkan, sehingga
hubungan pinjam meminjam saja seringkali menimbulkan permasalahan hukum. Atau contoh
lain dalam hal terjadinya putusnya perkawinan seringkali menimbulkan permasalahan
Hukum perdata di Indonesia adalah sekumpulan peraturan yang berisi perintah dan
larangan yang dibuat oleh pihak yang berwenang sehingga dapat dipaksakan pemberlakuaanya
berfungsi untuk mengatur masyarakat demi terciptanya ketertiban disertai dengan sanksi bagi
pelanggarnya. Salah satu bidang hukum yang mengatur hak dan kewajiban yang dimiliki pada
subyek hukum dan hubungan antara obyek hukum. Hukum perdata disebut pula hukum privat
atau hukum sipil sebagai lawan dari hukum publik. Jika hukum publik mengatur hal-hal yang
berkaitan dengan negara serta kepentingan umum (misalnya politik dan pemilu (hukum tata
negara), kegiatan pemerintahan sehari-hari (hukum administrasi atau tata usaha negara),
kejahatan (hukum pidana), maka hukum perdata mengatur hubungan antara penduduk atau
hukum perdata Belanda pada masa penjajahan. Bahkan Kitab Undang-undang Hukum Perdata
(dikenal KUHPerdata.) yang berlaku di Indonesia tidak lain adalah terjemahan yang kurang tepat
dari Burgerlijk Wetboek (atau dikenal dengan BW) yang berlaku di kerajaan Belanda dan
diberlakukan di Indonesia (dan wilayah jajahan Belanda) berdasarkan azas konkordansi. Untuk
Indonesia yang saat itu masih bernama Hindia Belanda, BW diberlakukan mulai 1859. Hukum
perdata Belanda sendiri disadur dari hukum perdata yang berlaku di Perancis dengan beberapa
penyesuaian.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
Istilah hukum perdata pertama kali diperkenalkan oleh Prof. Djojodiguno sebagai
Para ahli memberikan batasan hukum perdata, seperti berikut. Van Dunne mengartikan
hukum perdata, khususnya pada abad ke -19 adalah, “Suatu peraturan yang mengatur tentang
hal-hal yang sangat esensial bagi kebebasan individu, seperti orang dan keluarganya, hak milik
dan perikatan. Sedangkan hukum publik memberikan jaminan yang minimal bagi kehidupan
pribadi”
Pendapat lain yaitu Vollmar, dia mengartikan hukum perdata adalah, “Aturan-aturan
atau norma-norma yang memberikan pembatasan dan oleh karenanya memberikan perlindungan
pada kepentingan perseorangan dalam perbandingan yang tepat antara kepentingan yang satu
dengna kepentingan yang lain dari orang-orang dalam suatu masyarakat tertentu terutama yang
Hukum perdata merupakan salah satu bidang hukum yang mengatur hak dan kewajiban
yang dimiliki subjek hukum.Subjek adalah pelaku. Subjek hukum ada dua, yaitu manusia dan
badan hukum (PT, firma, yayasan, dan sebagainya). Hukum perata ada karena kehidupan
seseorang didasarkan pada adanya suatu “hubungan”, bagik hubungan berdasarkan kebendaan
atau hubungan yang lain. Manusia.Hukum perdata bertujuan untuk mengatur hubungan di antara
penduduk atau warga Negara sehari-hari, seperti kedewasaan seseorang, perkawinan, perceraian,
kematian, waris, harta benda, kegiatan usaha, dan tindakan bersifat perdata lainnya.Karena
hukum perdata “rangkaian peraturan-peraturan hukum yang mengatur hubungan hukum antara
orang yang satu dan orang lain dengan menitikberatkan pada kepentingan perseoranagn
“.Hukum perdata merupakan ketentuan yang mengatur dan membatasi tingkah laku manusia
dalam memenuhi kepentingannya serta membatasi kehidupan manusia atau seseorang dalam
Hukum perdata juga disebut hukum privat atau hukum sipil (Civil Law).Hukum privat
adalah hukum yang baik materi maupun prosesnya didasarkan kepada kepentingan pribadi-
pribadi.Misalnya ketika terjadi transaksi jual beli rumah, kedua belah pihak berhak untuk
menentukan metode pembayaran, apakah kontan atau kredit.Jual beli ini merupakan urusan
pribadi sehingga institusi public seperti polisi atau jaksa tidak berhak untuk ikut campur dalam
prosesnya.Jadi, ketika ditemukan masalah perdata dan polisi atau jaksa turut campur dalam kasus
tersebut (dengan membawa baju institusinya), maka tindakan aparat tersebut patut
dicurigai.Namun ketika terjadi penipuan, misalnya rumah dijual bukan hak milik si Penjual,
Hukum perdata menentukan, bahwa didalam perhubungan antar mereka, orang harus
meundukan diri kepada apa saja dan norma-norma apa saja yang harus mereka indahkan. Dalam
hal ini hukum perdata memberikan wewenang-wewenang di satu pihak dan di lain pihak
iamembebankan kewajiban-kewajiban, yang pemenuhannya dan justru ini adalah inti aturan
- Hukum Perdata Material
yang dapat dihukum serta hukuman-hukuman apa yang dapat dijatuhkan. Hukum materil
menjalankan peraturan-peraturan itu dan dalam perselisihan maka hukum formil itu
menunjukkan cara menyelesaikan di muka hakim. Hukum formil disebut pula hukum
Acaara. Dalam pengertian hukum formil perhatian ditujukan kepada cara mempertahankan/
Sumber hukum adalah segala sesuatu yang menimbulkan aturan-aturan yang mempunyai
kekuatan yang bersifat memaksa, yakni aturan-aturan yang kalau dilanggar mengakibatkan
timbulnya sanksi yang tegas dan nyata. Sumber hukum perdata adalah asal mula hukum perdata
,traktat, yurisprudensi, dan kebiasaan. Dari keempat sumber tersebut dibagi lagi menjadi dua
macam, yaitu sumber hukum perdata tertulis dan tidak tertulis.Yang dimaksud dengan sumber
hukum perdata tertulis yaitu tempat ditemukannya kaidah-kaidah hukum perdata yang berasal
dari sumber tertulis.Umumnya kaidah hukum perdata tertulis terdapat di dalam peraturan
tempat ditemukannya kaidah hukum perdata yang berasal dari sumber tidak tertulis.Seperti
2. KUHPerdata (BW)
3. KUH dagang
4. UU No 1 Tahun 1974
Beberapa asas yang terkandung dalam KUHPerdata yang sangat penting dalam Hukum
Perdata adalah:
apapun juga, baik yang telah diatur dalam undang-undang, maupun yang belum diatur dalam
2. Asas Konsensualisme
Asas konsensualisme dapat disimpulkan dalam Pasal 1320 ayat (1) KUHPdt.Pada pasal
tersebut ditentukan bahwa salah satu syarat sahnya perjanjian adalah adanya kata kesepakatan
antara kedua belah pihak.Asas ini merupakan asas yang menyatakan bahwa perjanjian pada
umumnya tidak diadakan secara formal, melainkan cukup dengan adanya kesepakatan kedua
belah pihak.Kesepakatan adalah persesuaian antara kehendak dan pernyataan yang dibuat oleh
3. Asas Kepercayaan
Asas kepercayaan mengandung pengertian bahwa setiap orang yang akan mengadakan
perjanjian akan memenuhi setiap prestasi yang diadakan diantara mereka dibelakang hari.
Asas kekuatan mengikat ini adalah asas yang menyatakan bahwa perjanjian hanya
mengikat bagi para pihak yang mengikatkan diri pada perjanjian tersebut dan sifatnya hanya
mengikat.
Asas persamaan hukum mengandung maksud bahwa subjek hukum yang mengadakan
perjanjian mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama dalam hukum. Mereka tidak
boleh dibeda-bedakan antara satu sama lainnya, walaupun subjek hukum itu berbeda warna kulit,
6. Asas Keseimbangan,
Asas keseimbangan adalah asas yang menghendaki kedua belah pihak memenuhi dan
melaksanakan perjanjian. Kreditur mempunyai kekuatan untuk menuntut prestasi dan jika
diperlukan dapat menuntut pelunasan prestasi melalui kekayaan debitur, namun debitur memikul
Asas kepastian hukum atau disebut juga dengan asas pacta sunt servanda merupakan asas
hakim atau pihak ketiga harus menghormati substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak,
8. Asas Moral
Asas moral ini terikat dalam perikatan wajar, yaitu suatu perbuatan sukarela dari
seseorang tidak dapat menuntut hak baginya untuk menggugat prestasi dari pihak debitur.Hal ini
perbuatannya.Salah satu faktor yang memberikan motivasi pada yang bersangkutan melakukan
perbuatan hukum itu adalah didasarkan pada kesusilaan (moral) sebagai panggilan hati
nuraninya.
9. Asas Perlindungan
Asas perlindungan mengandung pengertian bahwa antara debitur dan kreditur harus
dilindungi oleh hukum.Namun, yang perlu mendapat perlindungan itu adalah pihak debitur
karena pihak ini berada pada posisi yang lemah.Asas-asas inilah yang menjadi dasar pijakan dari
para pihak dalam menentukan dan membuat suatu kontrak/perjanjian dalam kegiatan hukum
sehari-hari.Dengan demikian dapat dipahami bahwa keseluruhan asas diatas merupakan hal
penting dan mutlak harus diperhatikan bagi pembuat kontrak/perjanjian sehingga tujuan akhir
dari suatu kesepakatan dapat tercapai dan terlaksana sebagaimana diinginkan oleh para pihak.
Asas kepatutan tertuang dalam Pasal 1339 KUHPdt. Asas ini berkaitan dengan ketentuan
mengenai isi perjanjian yang diharuskan oleh kepatutan berdasarkan sifat perjanjiannya
melakukan dan/atau membuat kontrak hanya untuk kepentingan perseorangan saja. Hal ini dapat
Asas itikad baik tercantum dalam Pasal 1338 ayat (3) KUHPdt yang berbunyi:
“Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.” Asas ini merupakan asas bahwa para pihak,
yaitu pihak kreditur dan debitur harus melaksanakan substansi kontrak berdasarkan kepercayaan
atau keyakinan yang teguh maupun kemauan baik dari para pihak.
adalah hukum perdata prancis, yaitu Code Napoleon tahun 1811-1838; akibat penduduk
Perdata yang resmi. Sebagian dari Code Napoleon ini adalah Code Civil, yang dalam
mengenai hukum Romawi (Corpus Juris Ciivlis), yang pada jaman dahulu dianggap
sebagai hukum yang paling sempurna. Juga unsure-unsur hukum kanoniek (hukum
panitia yang di ketuai oleh Mr. J.M. Kemper dan bertugas membuat rencana kodifikasi
hukum perdata Belanda dengan menggunakan sebagai sumber sebagaian besar “Code
Napoleon” dan sebagian kecil hukum belanda Kuno. Kemudian diresmikan pada 1
Oktober 1838 yang mengeluarkan Burgerilijk Wetboek (KUHPer) dan Wetboek van
diketuai oleh Mr. C.J. Scholten van Oud-Haarlem.Maksud dari kodifikasi pada waktu itu
untuk mengadakan persesuaian antara hukum dan keadaan di Indonesia dengan hukum
dan keadaan negeri Belanda.Di negeri Belanda aliran kodifikasi adalah dari pada aliran
kodifikasi yang di Eropa berlangsung secara umum pada akhir abad ke-18; masalah pada
waktu itu sudah ada Negara-negara yang telah selesai dengan kodifikasinya.
KUHPer Indonesia sekarang ini (yang mulai berlaku sejak 1 Mei 1848)dapat
Dilihat dari segi pembidangan Hukum Perdata Indonesia dalam perkembangannya terbagi
1) Bidang Hukum Keluarga, yaitu keseluruhan kaiidah-kaidah hukum tertulis maupun tidak
tertulis yang mengatur hubungan hukum menegenai Perkawinan, Perceraian, Harta benda
perdata perkawinan (harta bersama), Kekuasana orang tua, kedudukan pengampuan, dan
perwalian.
2) Bidang Waris, yaitu hukum yang mengatur kedudukan harta kekayaan seseorang setelah
ia meninggal dunia terutama kependahan harta kekayaan kepada ahli waris. Hukum
Waris menuurut Volmer yaitu perpindahan dari sebuah harta kekayaan seutuhnya,
seluruh hak dan kewjaiban dari orang yang mewariskan kepada ahli warisnya.
Menurut Hukium Waris Barat, apabila ada harta waris terluang, artinya ada
sesorang yang meninggal dunia dan meninggalkan harta benda bagaimana perpindahan
hak dan kewajiban dari pewaris kepada ahli waris. Waktu beripikir dalam pembagian
harta waris 40 hari, ada 3 alternatif menerima warisan secara penuh, menerima warisan
kebendaan yang bersifat mutlak, artinya hak-hak terhadap benda yang diakui oleh setiap
perseorangan).
- Jaminan Kebendaan yaitu jaminan yang berupa hak mutlak atas suatu benda yang
- Jamian perorangan yaitu: Jaminan yang menimbulkan hubungan langsung atas suatu
benda pada perorangan tertentu hanya dapat dipertahankan terhadap debitur tertentu,
terhadapap kekkayaan debetur umumnya. Penanggung (borg) orang yang dapat ditagih,
5) Bidang Hukum Badan Hukum, yaitu peraturan-peraturan hukum yang mengatur tentang
perhubungan yang bersifat kehartaan antara 2 orang atau lebih dimana pihak pertama
perhubungan yang bersifat kehartaan antara 2 orang atau lebih dimana pihak pertama
berhak atas prstasi untuk hal-hal khusus. Misalnya Jual beli, Sewa menyewa, Sewa Beli,
- Biku II, yang berjudul Perihal Benda (Van Zaken), yang memuat Hukum Benda
- Buku III, yang berjudul perihal perikatan (Van Verbintennissen), yang memuat
Hukum Harta Kekayaan yang berkenan dengan hak-hak dan kewajiban yang
- Buku IV, yang berjudul perihal pembuktian dan kadauiawarsa (Van Bewijs en
Berjaring), yang memuat perihal alat-alat pembuktian dan akibat-akibat lewat
2. Menurut Ilmu Pengetahuan Hukum, Hukum Perdata (yang termuat dalam KUHPer)
macht),
c. Perwalian (voogdij),
d. Pengampunan (curalele).
hubungan hukum yang dapat dinilaikan dengan uang. Hukum Harta Kekayaan
meliputi;
- Hukum Waris (Erfrecht), yang mengatur tentang benda atau harta kekayaan
Berarti bahwa sistem hukum perdata yang berlaku di Indonesia terdiri dari berbagai macam
ketentuan hukum, yang tiap penduduk mempunyai hukum masing-masing, contonya hukum
Kemajemukan Hukum Perdata di Indonesia pada Tahun 1596 yang ditandai dengan
mendaratnya kapal Belanda yang dipimpin oleh Cornelis De Houtman di Banten. Pada awalnya
kedatangan bangsa Belanda hanya mencari rempah-rempah dan berdagang, akan tetapi: lama
kelamaan mereka berusaha menaklukkan dan menguasai Indonesia. Oleh karena itu, sejak Tahun
1596 Sistem Hukum Perdata yang berlaku di Indonesia beraneka ragam (pluralis), majemuk. Hal
ini disebabkan oleh, Politik Hukum Pemerintah Hindia Belanda yang membagi penduduk
Pasal 163 Indiche Staaregeling (IS) dan Pasal 109 Regelings Reglemen (RR) membagi golongan
1) Golongan Eropa
a) Semua orang Belanda
d) Semua yang yang berasal dari tempat lain tetapi tidak termasuk orang belanda/orang
yang berasal dari Eropa tetapi bukan Belanda, yang di negerinya tunduk kepada
e) Anak yang sah atau anak ayang diakui menurut undang-undang dan keturunan
selanjutnya dari orang-orang yang berasal dari Eropah bukan Belanda dan semua
orang yang berasal dari tempat lain tetapi bukan Belanda atau Eropa yang lahir di
Hindia Belanda, Berdasarkan Pasal 131 IS ayat (2) sub a: Berlaku seluruh Hukum
Eroph sejak 1 Mei 1848 sebagaimana tertuang dalam Statblad 1848 dan Statblat
1917.
statblat 1924-557 diberlakukan seluruh Hukum Eropah (BW dab WVK) dengan
1942-557 diberlakukan sebagian dari Hukum Eropa (Hukum harta kekayaan dan
hukum waris dengan testemen) uantuk lannya beralku hukum adat masing-masing.
Arti testamen merupakan Pemberian harta waris berdasarkan surat wasiat, yang
a) Semua orang yang termasuk rakyat asli Hindia Belanda dan tidak pernah pindah ke
b) Golongan pendudk lainnya yang telah meleburkan diri menjadi golongan Bumi Putra
dengan cara meniru atau mengikuti kehidupan sehari-hari penduduk golongan Bumi
1. Hukum Perdata dan Hukum Dagang begitu pula Hukum Pidana beserta Hukuk Acara
Perdata dan Hukukm Acara Pidana harus dikodifisir artinya diletakkan dalm Kitab
2. Untuk golongan bangsa Eropa harus duanut atau dicontoh perundang-undangan yang
3. Untuk golongan bangsa Indonesia Asli dan Timur Asing (Cina, Arab, India dan
sebagainya), jika ternyata kebutuhan rakyat mereke menghendakinya dapartlah
peraturan baru bersama untuk lainnya harus diindahkan aturan-aturan yang berk-laku
bagi mereka, dari aturan-aturan mana boleh diadakan penyimpangan jika diminta oleh
4. Orang Indonesia Asli dan orang Timur Asing sepanjang mereka belum ditundukkan di
bawah peraturan bersama denga orang Eropah diperbolehkan, menundukkan diri pada
Hukum yang berlaku untuk orang Eropah Penundukan ini boleh seluruhnya maupun
5. Sebelum hukum untuk orang Indonesia ditulis di dalam undang-undang maka mereka
Walaupun bukan Golongan Eropa, namun dapat menundukkan diri pada Hukum Eropa
(statbalat 1917 No, 12). Peraturan ini mengenal 4 macam penundukan yaitu:
2. pada sebaian Hukum Perdata Eropah, Contoh hanya pada Hukum Harta Benda saja
suatu perbuatan hukum yang tidak dikenal dalam hukumnya sendiri ia dianggap
Faktor penyebab Hukum Perdata majemuk, beraneka ragam (pluralis) setelah Indonesia
Hukum Perdata Barat (BW) tidak diberlakukan akan terjadi kevakuman atau
kekosongan Hukum Perdata di Indonesia. Disamping Hukum Perdata Barat (BW) juga
berlaku Hukum Islam dan Hukum Adat.
2. Belum ada ketentuan Hukum Perdata yang bersifat nasional Hukum Perdata yang
berlaku setelah Indonesia merdeka sampai Orde Reformasi pada dasarnya merupakan
Dasar Hukum Pemberlakuan Hukum setelah Indonesia merdeka adalah Pasal II Aturan
Peralihan UUD 1945 sebelum perubahan, Segala Badan Negara dan Peraturan yang ada masih
langsung berlaku selama belum diadakan yang baru menurut UUD ini.
Di Era Reformasi untuk menjaga keabsahan produk dan peninggalan bangsa barat (Belanda)
berdasar Pasal 1 Aturan Peralihan UUD 1945 setelah perubahan, segala peraturan perundang-
undangan yang ada masih tetap berlaku selama belum diadakan yang baru menurut UUD ini.
Menurut Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo, S.H. keberlakuan hukum produk dan peninggalan
1. Para ahli tidak mempersoalkan secara mendalam tentang mengapa Hukum Belanda masih
berlaku di Indonesia. Tata Hukum Indonesia hendaknya tidak dilihat sebagai kelanjutan
2. Sepanjang Hukum tersebut tidak bertentangan dengan: Pancasila, UUD 1945, Peraturan
Hukum Perdata hanya bersifat parsial sesuai dengan kebutuhan untuk mengatur masyarakat.
Adapun Hukum nasional yang dibentuk pada Orde Lama dan Orde Baru adalah sebagai berikit:
Segala ketentuan hukum yang mengatur bumi, air, dan ruang angkasa beserta kekayaan
alam yang terkandung di dalamnya yang terdapat pada Buku II KUH Perdata dinyatakan
dicabut dan tidak berlaku lagi kecuali mengenahi hipotik sampai menunggu terbentuk
undang-undang yang mengatur Lembaga hak jaminan atas tanah yaitu hak tanggungan.
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Pokok Pokok Perkawinan. Dengan
menghapus ketentuan perkawinan yang diatur dalam BUKU 1 KUH Perdata. Saudara
pelajari Hukum Perkawinan dalam Buku I KUH Perdata dan Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Perkawinan. Antara lain definisi perkawinan, tujuan
perkawinan, sahnya perkawinan. Harta bawaan dari calon dan harta bersama.
3. Undang-Undang Nomor 4 Tahub 1996 tentang Hak Tanggunagn Atas Tanah Beserta
Benda --Benda yang berkaitab dengan Tanah. Dengn berlakunya undang-undang tersebut
maka ketentuan mengenahi hipotik sebagaimana dimaksud dalam Buku II KUH Perdata:
Sepanjang mengenahi pembebanan hak tanggungan pada ha katas tanah, benda yang
Pembayaran.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hukum Perdata merupakan hukum pribadi atau privat, yang hubungannya antar
pribadi dengan pribadi lainnya atau hubungan orang dengan orang, yang timbul beberapa
hukum di antaranya hukum keluarga, hukum perkawinan dan hukum waris. Hukum perdata
dengan istilahnya pertama kali di kemukakan oleh Prof. Djojodiguno, sebagai terjemahan
dari Bergelijke Recht (BW) belanda pada masa pendudukan jepang. Adapun dari istilah
hukum perdata terdapat sinonimnya antara lain civil recht, privat recht, dan civil law.
Pada prinsip hukum menurut isinya, hukum perdata yaitu ketentuan hukum yang
mengatur hal-hal yang bersifat pedata atau kepentingan pribadi. Hukum perdata yang dalam
arti sempit hanyalah hukum perdata, sedangkan dalam arti luas hukum perdata di antaranya
hukum adat, hukum dagang, dan hukum ekonomi/bisnis terdapat hukum perlindungan
konsumen, hukum perbankan, hukum pasar modal dan hukum penanaman modal.
B. Saran
Saran dari penulis semoga setelah melihat, membaca, dan mempelajari makalah ini
kita semua dapat memahami dan mematuhinya, menjahui tindakan-tindakan dengan hukum
yang berlaku, khusunya hukum yang ada di negara kita Indonesia. Penulis juga berharap
semoga masyarakat di Indonesia mengetahui apa saja yang termasuk lingkup kasus atau
bagian dan akibat apabila terlibat di dalam kasus khususnya Hukum Perdata. Dan penulis
juga berharap Pemerintah dapat mensosialisasikan kepada masyarakat mengenai Hukum
Perdata yang berlaku di Indonesia.
Daftar Pustaka
Kansil, C.S.T. SH. 1986. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.