Anda di halaman 1dari 40

KASUS

SKENARIO 1:

Seorang anak laki-laki umur 24 bulan dibawa oleh ibunya ke Poli anak karena batuk
pilek sejak 3 hari, Pasien juga demam sejak 4 hari yang lalu. Riwayat kelahiran: ditolong
oleh Bidan dengan BB 2900 gram, PB 49 cm, dan LK 33 cm. Pasien mendapat ASI hanya
sampai usia 3 bulan, karena ibu pasien bekerja, selanjutnya hanya diberi susu formula.
Ayah pasien juga tidak pernah pulang, jadi pasien hanya diasuh oleh neneknya saja yang
sering batuk-batuk dan sudah berusia 72 tahun. Pasien jarang dibawa ke posyandu,
imunisasi yang dilakukan Hepatitis B saat usia 1 bulan.Saat berumur 12 bulan pasien
ditimbang di Posyandu dengan BB 6.7 Kg, TB 65 cm, dan LK 47,5 cm.Kemudian saat
berusia 18 bulan pasien dirawat lagi karena pilek 2 minggu dan BBnya 7,2 kg , TB 67
cm dan LK 50 cm.terakhir 1 bulan lalu saat berobat karena demam, BB pasien 7.8 kg, TB
72 cm, dan LK 51 cm. Saat ini bicara hanya mengoceh, tangan pasien belum bisa
memegang sendok ataupun memegang pensil, pasien suka terlihat acuh. Pasien juga
jarang bertepuk tangan atau bergembira bila mendengar lagu. Pasien baru bisa
membungkuk untuk berdiri, berdiri berpegangan namun tidak lama, bicara tidak jelas,
hanya mengambil mainan yang besar besar (boneka) sedangkan mainan seperti pensil
warna sulit dipegang. Sering menangis tidak jelas dan cenderung pendiam. Pemeriksaan
fisiksaat ini ditemukan BB 8,5 kg, PB 72 cm, dan LK 52 cm, tanda vital, HR 120x/mnt, RR
28 x/mnt, S 37°C. Mata konjungtiva pucat, THT tonsil dan faring hiperemis, KGB leher
teraba 1-2 buah sebesar 1 cm mobile, teraba kenyal, nyeri (-) di leher kanan dan kiri.
Jantung dan Paru hanya terdengar lendir, perut tidak ada kelainan, kaki dan tangan
tidak ada kelainan, genitalia normal, anus normal. Refleks Fisiologis normal, Refleks
Patologis tidak ada.
KLARIFIKASI KATA SULIT

-
1. KLARIFIKASI KATA / KALIMAT KUNCI
 Anak laki-laki 24 bulan
 Batuk pilek 3 hari yang lalu, demam 4 hari yang lalu
 Riwayat kelahiran ditolong bidan BB 2900 gram PB 49 cm dan LK 33 cm
 ASI hanya 3 bulan, selanjutnya hanya susu formula
 Diasuh nenek 72 tahun yang sering batuk-batuk
 Imunisasi hepatitis B saat usia 1 bulan
 12 bulan : BB 6,7 kg, TB 65 cm dan LK 47,5 cm
 18 bulan : riwayat pilek 2 minggu BB 7,2 kg TB 67 cm LK 50 cm
 Terakhir 1 bulan lalu demam BB 7,8 kg TB 72 cm dan LK 51 cm
 Bicara hanya mengoceh dan tangan pasien belum bisa genggam sendok atau
pensil
 Suka acuh, jarang bertepuk tangan dan jarang bergembira jika dengar lagu
 Baru bisa membungkuk untuk berdiri, berbicara tidak jelas
 Hanya bisa ambil mainan besar sedangkan yang kecil seperti pensil sulit dipegang
 Menangis tidak jelas dan cenderung pendiam
 Pemfis saat ini : BB 8,5 kg PB 72 cm dan LK 52 cm
 Tanda vital : HR 120x/menit RR 28x/menit S 37 derajat
 Mata konjungtiva pucat, THT tonsil dan faring hiperemis, KGB leher teraba 1-2
buah sebesar 1 cm mobile,kenyal, nyeri (-) dileher kanan dan kiri, jantung paru
terdengar lendir saja
2. PERTANYAAN PERTANYAAN PENTING
1. Bagaimana penilaian awal segera bayi beru lahir?
2. Jelaskan tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan?
3. Sebutkan dan jelaskan faktor yang mempengaruhi petumbuhan dan perkembangan
anakk ?
4. Bagaimana menganalisa pertumbuhan dan perkembangan pada anak ?
5. Bagaimana cara menentukan status gizi pertumbuhan pada anak?
6. Bagaimana cara mencukupi kebutuhan gizi pada anak?
7. Bagaimana menentukan status perkembangan anak dan kapan anak dikatakan
mengalami keterlambatan tumbuh kembang?
8. Jelaskan jenis-jenis imunisasi dan jadwal pemberian pada anak?
9. Apasaja penyakit-penyakit yang terkait pertumbuhan dan perkembangan pada anak?
a. Definisi dan etiologi
b. Manifestasi klinis
c. Penatalaksanaan
d. Prognosis

3. JAWABAN PERTANYAAN
1. Bagaimana penangan segera setelah bayi lahir?
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik pada neonatus harus dilakukan anamnesis
yang cermat untuk mengetahui hal-hal berikut:
- Riwayat terdapatnya penyakit keturunan
- Riwayat kehamilan-kehamilan sebelumnya
- Riwayat kehamilan sekarang
- Riwayat persalinan sekarang
Informasi ini akan sangat membantu dalam menilai kelainan yang ditemukan
pada pemeriksaan fisik. Pemeriksaan bayi perlu dilakukan dalam keadaan telanjang
dibawah lampu yang terang, yang juga berfungsi sebagai pemanas untuk mencegah
kehilangan panas. Tangan serta alat yang diperlukan untuk pemeriksaan fisik harus
bersih dan hangat. Pemeriksaan fisik pada neonatus dilakukan paling kurang 3 kali,
yaitu :
1. Pada saat lahir
2. Pemeriksaan lanjutan yang dilakukan dalam 24 jam
3. Pemeriksaan pada waktu pulang

a. Pemeriksaan pada saat lahir


Tujuan pemeriksaan pada saat lahir adalah :
1. Untuk menilai adaptasi neonatus dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterine
2. Untuk mencari kelainan kongenital yang memerlukan penanganan segera

Penilaian adaptasi neonatus


Penilaian terhadap adaptasi neonatus dilakukan dengan cara menghitung nilai Apgar
(Apgar Score). Cara ini telah digunakan secara luas di seluruh dunia. Kriteria yang
dinilai adalah :
1. Laju jantung
2. Usaha bernafas
3. Tonus otos
4. Refleks terhadap rangsangan
5. Warna kulit
Setiap kriteria diberi nilai 0, 1 atau 2 sehingganeonatus dapat memperoleh nilai 0 –
10. Cara-cara penilaian Apgar dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tanda 0 1 2
Laju Jantung Tidak ada <100 >100
Usaha Bernafas Tidak ada Lambat Menangis kuat
Tonus Otot Lumpuh Ekstremitas fleksi Gerakan aktif
sedikit
Refleks Tidak bereaksi Gerakan sedikit Reaksi melawan
Warna Kulit Seluruh tubuh biru/ Tubuh kemerahan, Seluruh tubuh
ekstremitas biru kemerahan

Nilai ini disebut nilai Apgar, sesuai dengan nama orang yang untuk pertama kali
memperkenalkan sistem penilaian ini yakni dr. Virgina Apgar. Penilaian ini dilakukan pada
menit pertama setelah lahir yang memberikan petunjuk adaptasi neonatal. Neonatus yang
beradaptasi dengan baik mempunyai nilai Apgar antara 7-10. Nilai 4-6 menunjukkan keadaan
asfiksia ringan sampai sedang, sedangkan nilai 0-3 menunjukkan derajat asfiksia yang berat.
Nilai Apgar 5 menit ini mempunyai nilai prognostik oleh karena berhubungan dengan
morbiditas neonatal, nilai Apgar tidak menentukan untuk resusitasi.

Cairan Amnion
Normal :
1. Volume (kehamilan aterm) : 1000-1500 ml
2. Bau : (-), agak amis
3. Warna : jernih
4. Mikroorganisme (bakter/virus) : (-)
5. Terdiri dari 98-99% air, 1-2 % garam-garam anorganik dan bahan organik
(protein terutama albumin), runtuhan rambut lanugo, vernix caseosa dan sel-
sel epitel.
6. Sirkulasi : 500 cc/jam
Volume cairan amnion perlu diukur atau diperkirakan. Bila volumenya lebih dari 2000 ml
disebut polihidramnion atau hidramnion saja, apabila kurang dari 500 ml disebut sebagai
oligohidramnion. Polihidramnion biasa terdapat dari ibu diabetes atau eklampsia.
Oligohidramnion berhubungan dengan agenesis renal bilateral atau sindrom potter. Pada
oligohidramnion perhatikan juga ekstremitas bawah akan kemungkinan adanya pes
equinovarus atau valgus kongenital.

Plasenta
Normal :
1. Berat (kehamilan aterm) : > 500 mg
2. Plasenta lepas spontan 5-15 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta
disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc
3. Bentuk : bundar/oval
4. Diameter : 15-25 cm, tebal 3-5 cm
Abnormal :
Jika lepasnya plasenta terjadi sebelum bayi lahir, disebut solusio/abruptio placentae
(kegawatdaruratan obstetrik).
Plasenta harus ditimbang, dan perhatikanlah adanya perkapuran, nekrosis, dsb. Pada bayi
kembar harus diteliti apakah terdapat 1 atau 2 korion (untuk menentukan kembar identik atau
tidak). Juga perlu diperhatikan adanya anostomosis vaskuler antara kedua amnion, bila perlu
dipikirkan kemungkinan terjadinya transfusi feto-fetal.

Tali pusat
Perlu diperhatikan kesegaran tali pusat, ada tidaknya simpul pada tali pusat. Pada potongan
tali pusat diperhatikan apakah ada 1 vena: dan 2 arteri. Kurang lebih 1% dari neonatus hanya
mempunyai 1 arteri umbilikalis dan 15% dari padanya mempunyai 1 atau lebih kelainan
kongenital terutama sistem pencernaan, urogenital, respiratorik, atau kardiovaskular.

II. Pemeriksaan Lanjutan


1. Pemeriksaan Umum
a. Pemeriksaan tanda vital
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan :
- Frekuensi denyut jantung/frekuensi denyut nadi dengan nilai normalnya yaitu : 100-
160x/menit (dalam keadaan istirahat) dan 120-160x/menit (dalam keadaan aktif)
- Frekuensi napas neonatus, dengan nilai normalnya yaitu : 40-60x/menit
- Suhu tubuh, yang diukur melalui aksiter. Suhu neonatus normal adalah 36.5-27.5oC
b. Keaktifan
Keaktifan neonatus dinilai dengan melihat posisi dan gerakan hangat dan gerakan
tungkai dan lengan. Pada neonatus cukup bulan yang sehat, posisi ekstremitas adalah
dalam keadaan fleksi, sedangkan gerakan tungkai dan lengannya aktif dan simetris.
Bila ada asimetri pikirkan terdapatnya kelumpuhan atau patah tulang. Apabila
neonatus diam saja, mungkin terdapat depresi susunan saraf pusat atau akibat obat
akan tetapi masih mungkin juga bayi dalam keadaan tidur nyenyak.
c. Tangisan bayi
Tangisan bayi dapat memberikan keterangan keadaan bayi, misalnya tangisan yang
melengking menunjukkan bayi dengan kelainan neurologis, sedangkan tangisan yang
lemah atau merintih terdapat pada bayi dengan kesukaran pernafasan.

2. Pemeriksaan secara rinci


a. Kulit
Warna kulit neonatus normal adalah kemerahan, kadang-kadang terlihat sianosis pada
ujung-ujung jari pada hari pertama, tebal jaringan subkutan : 0.25 sampai 0.5 cm. Bila
terdapat sianosis seluruh tubuh pikirkan kemungkinan kelainan jantung bawaan sianotik atau
methemoglobinemia. Warna kulit yang pucat terdapat pada anemia berata atau asfiksia
palida. Pletora tampak pada polisitemia.
Warna kulit yang kuning disebabkan oleh kadar bilirubin yang tinggi dalam serum
darah, atau pewarnaan oleh mekonium. Kenaikan kadar bilirubin indirek memberi warna
kuning-jingga sedang penumpukan bilirubin direk memberikan warna kuning kehijauan. Pada
neonatus yang berkulit gelap, ikterus sebaiknya diperiksa pada mukosa. Pada orang kulit
berwarna, dalam keadaan normal dapat terlihat warna kebiruan pada punggung dan bokong
yang disebut Mongolian spots. Kulit neonatus cukup bulan ditutupi oleh semacam zat yang
bersifat seperti lemak yang disebut verniks kaseosa, yang berfungsi sebagai pelumas serta
sebagai isolasi panas. Lanugo, yaitu rambut halus yang terdapat pada punggung bayi, lebih
banyak terdapat pada bayi kurang bulan dan makin berkurang sampai hilang pada bayi cukup
bulan. Perhatikan terdapatnya petekie, atau ekimosis yang disebabkan oleh trauma lahir atau
oleh sepsis, penyakit perdarahan atau trombositopenia.
b. Wajah
Sering kali wajah neonatus tampak asimetris oleh karena posisi janin intrauterine. Kelainan
wajah yang khas terdapat pada beberapa sindrom seperti Sindrom Down atau Sindrom Pierre
Robin, yang mudah dikenal. Perhatikan kelainan wajah akibat trauma lehir seperti laserasi,
paresis N. fasialis atau patah tulang zigomatikus.
c. Kepala
Pada kelahiran spontan letak kepala, sering terlihat tulang kepala tumpang tindih karena
molding. Keadaan ini akan normal setelah beberapa hari sehingga ubun-ubun besar dan kecil
mudah diraba. Pada pemeriksaan ubunubun perlu diperhatikan ukuran dan ketegangannya.
Perhatikan terdapatnya kelainan yang disebabkan trauma lahir, seperti caput suksedaneum,
hematoma sefal, perdarahan subaponeurotik atau fraktur tulang tengkorak.
 Kaput suksedaneum adalah edema pada kulit kepala, lunak tidak berfluktuasi batasnya tidak
tegas dan menyeberangi sutura, dan akan hilang dalam beberapa hari.
 Sefal hematom tidak tampak pada hari pertama karena tertutup oleh kaput suksedaneum.
Konsistensi sefal hematoma ini lunak, berfluktuasi, berbatas tegas pada tepi tulang tengkorak,
jadi tidak menyeberangi sutura. Bila sefal hematom menyeberangi sutura berarti terdapat
fraktur tulang tengkorak. Sefal hematom akan mengalami kalsifikasi setelah beberapa hari,
dan akan menghilang sempurna dalam waktu 2-6 bulan.
 Perdarahan subaponeurotik terjadi oleh karena pecahnya vena yang menghubungkan
jaringan di luar dengan sinus-sinus dalam tengkorak. Perdarahan ini dapat terjadi pada tiap
persalinan yagn diakhiri dengan alat. Biasanya batasnya tidak tegas sehingga bentuk kepala
dapat tampak asimetris. Pada perabaan sering ditemukan fluktuasi dan juga terdapat edema.
Bila berat, kelainan ini dapat mengakibatkan renjatan/kejang, anemia atau hiperbilirubinemia
 Molding adalah tumpang tindihnya tulang kepala yang disebabkan oleh tekanan jalan lahir
yang menyebabkan bentuk kepala menjadi lonjong, biasanya hilang dalam beberapa waktu.

Perhatikan pula terdapatnya kelainan congenital seperti anensefali, mikrosefali, kraniotabes


dan sebagainya. Untuk memastikan apakah terdapat perdarahan intracranial atau hidrosefalus
diperlukan pemeriksaan USG (atau transiluminasi bila USG tidak ada, tetapi ini hanya dapat
melihat adanya hidrosefalus).
Tabel. Ukuran Lingkar Kepala Anak Laki-laki Aterm
Usia Lingkar Kepala (cm)
Saat lahir 35
3 bulan 40
6 bulan 45
9 bulan 50
Nb : LK anak perempuan usia lebih dari 3 bulan lebih kecil 1cm dari anak lakilaki 2 SD = 1
inci (2,5 cm)

d. Leher Normal
Terlihat pendek namun pergerakannya baik. Perhatikan adanya :
1. Kelainan tulang leher → pergerakan terbatas
2. Trauma leher → kerusakan plexus brachialis → tangan lumpuh
3. Tumor leher → trachea tertekan → obstruksi jalan napas
4. Perdarahan m. sternocleidomastoideus → tortikolis (kaku leher hingga leher terpelintir)
5. Webbed neck (leher berselaput) / pterygium colli deformity → lipatan kulit bawaan yang
berjalan sepanjang sisi leher sampai ke bahu
e. Mata
Teknik :
Secara inspeksi dan palpasi Perhatikan adanya :
1. Mikroftalmia congenital → dapat ditemukan dengan cara inspeksi dan palpasi
2. Glaukoma congenital → mulanya terlihat sebagai pembesaran, kemudian sebagai
kekeruhan kornea
3. Katarak congenital → dapat mudah terlihat sebagai pupil yang berwarna putih
4. Trauma pada mata terlihat sebagai edema palpebra, perdarahan konjungtiva atau retina
5. Sekret mata → konjungtivitis oleh kuman gonokok → panoftalmia → buta
f. Mulut
Secara inspeksi perhatikan simetris atau tidaknya. Apakah terdapat kelainan kongenital
seperti: 1. Labiognato-palatoskisis → bibir sumbing 2. Mikrognatia → bibir yang kecil 3.
Ranula → kista lunak yang berasal dari dasar mulut 4. Lidah membesar → sindrom beckwith
5. Lidah selalu bergerak → sindrom down 6. Foote’s sign → lidah keluar masuk → akibat
TIK ↑ atau edema cerebral.
g. Telinga
 Lakukan lnspeksi letak daun telinga dan liang telinga
 Perhatikan apakah terdapat kelainan kongenital, seperti daun telinga yang letaknya rendah
(low set ears) yang dapat dijumpai pada neonatus dengan sindrom tertentu antara lain
sindrom Pierre-Robin, Mikrotia → daun telinga yang kecil, Anotia → tidak adanya daun
telinga, Bat’s ear → telinga caplang
h. Hidung
 Inspeksi pernapasan, apakah melalui hidung atau tidak
 Bila neonatus bernapas melalui mulut, pikirkan kemungkinan obstruksi jalan napas oleh
karena atresia koana bilateral atau fraktur tulang hidung atau ensefalokel yang menonjol ke
nasofaring
 Perhatikan apakah terdapat pernapasan cuping hidung
i. Dada
1. Inspeksi
 lnspeksi bentuk dada, bentuk dada neonatus adalah seperti tong, apakah terdapat pektus
ekskavatum, atau karinatum
 Perhatikan laju napas, laju napas normal neonatus berkisar antara 40-60 kali Permenit
 Gerakan dinding dada, harus simetris bila tidak harus dipikirkan kemungkinan adanya
pneumothoraks, paresis diafragma atau hernia diafragmatika
 Tipe pernapasan
 Kelenjar payudara neonatus, dapat ditemukan kelainan puting susu berlebih (supemumary
nipples).
2.Palpasi
Dengan palpasi kita dapat menemukan fraktur klavikula serta meraba iktus kordis untuk
menentukan posisi jantung (adanya dekstrokardia atau osteosporosis).
3. Perkusi
Pada pemeriksaan neonatus jarang dilakukan perkusi dada
4. Auskultasi
 Menghitung laju jantung selama 1 menit penuh dengan menggunakan stetoskop
 Laju jantung normal adalah 120-160 kali per menit dan dipengaruhi oleh aktivitas bayi
 Mendengar bunyi napas neonatus yaitu vesikuler
 Terdengarnya bising usus di daerah dada menunjukkan adanya hernia diafragmatika
j. Abdomen
l. lnspeksi
 Perhatikan dinding abdomen, pada neonatus dinding abdomen lebih datar dari pada dada
 Perhatikan apakah terdapat kelainan kongenital seperti: omfalokel (penonjolan usus via
akar pusar yang dilapisi peritoneum dan tidak dilapisi kulit), gastroekisis (usus berada diluar
rongga perut) dll
2. Palpasi
 Meraba hepar dan limpa
 Hepar biasanya teraba 2 sampai 3 cm dibawah arkus aorta kanan, limpa juga sering teraba l
cm dibawah arkus aorta kiri
Dengan palpasi yang dalam ginjal dapat diraba apabila posisi bayi terlentang dan tungkai
bayi dilipat agar otot-otot dinding perut dalam keadaan relaksasi.
k. Genitalia eksterna
Inspeksi :
Normal (Bayi laki-laki) :
1. Ukuran penis → panjang 3-4 cm; lebar 1-1,3 cm
2. Skrotum bayi biasanya besar dan mempunyai banyak rugae
3. Testis sudah turun ke dalam skrotum.
 Perhatikan organ genetalia baik pada bayi laki-laki maupun perempuan
 Pada bayi laki-laki perhatikan ukuran penis, skrotum, testis, apakah terdapat hipospadia,
epispadia, fimosis, hidrokel taupun kriptorkismus.
Normal (Bayi perempuan) :
1. Labia minora terturup oleh labia mayora
2. Lubang uretra terpisah dari lubang vagina → bila hanya terdapatsatu lubang berarti ada
kelainan
3. Terkadang tampak sekret yang berdarah dari vagina, hal ini disebabkan oleh pengaruh
hormon ibu (withdrawal bleeding)
l. Tulang belakang dan ekstremitas
 Neonatus diletakkan dalam posisi tengkurap
 Tangan pemeriksa meraba meraba sepanjang tulang untuk mencari terdapatnya scoliosis,
meningokel, spina bifida, sinus pilonidalis atau kelainan kongenital lainnya
 Perhatikan pergerakan ekstremitas, apakah simetris atau tidak dan apakah terdapat paralisis
atau tidak, Perhatikan tonus ekstremitas, apakah terdapat hipotonia umum.
Pemeriksaan dislokasi panggul, menggunakan cara: Ortholani (lutut ditekuk sama tinggi atau
tidak).
m. Anus
 Menilai apakah terdapat atresia ani dan posisi anus
 Perhatikan adanya anus imperforate dengan memasukkan thermometer ke dalam anus. Bila
ada atresia perhatikan apakah ada fistula rekto-vaginal.
n. Ukuran antropometrik
 Melakukan pemeriksaan berat badan lahir, panjang badan lahir dan lingkar kepala
 Neonatus cukup bulan yang sesuai untuk masa kehamilannya mempunyai ukuran badan
sebagai berikut:
- Berat badan lahir antara 2500 sampai 4000 gram
- Panjang badan lahir 45 sampai 54 cm
- Lingkaran kepala 33 sampai 37 cm
Pemeriksaan usia kehamilan / Penilaian usia gestasi Usia gestasi dapat dinilai dengan
beberapa cara, termasuk dengan menghitungnya dari hari pertama haid terakhir sampai saat
kelahiran, atau dengan cara ultrasonografi. Yang sering dipakai sekarang adalah pemeriksaan
menurut New Ballard Score for Gestational Age Assessment yaitu dengan hanya menilai 6
kriteria neurologis. Mengetahui usia kehamilan dan keadaan gizi neonatus sangat penting
untuk dapat mengkategorikan neonatus apakah cukup bulan, kurang bulan, atau lebih besar
untuk usia kehamilannya.

III. Pemeriksaan Neurologis Neonatus

Pemeriksaan neurologis pada neonatus seharusnya dilakukan pada semua bayi, baik yang
sehat maupun yang sakit. Pada bayi sehat dilakukan pemeriksaan neurologis untuk
meyakinkan orang tua, bahwa bayinya benarbenar tidak menderita kelainan neurologis. Pada
bayi sakit pemeriksaan neurologis untuk menentukan diagnosis, pengobatan, dan prognosis.
Inspeksi Perhatikan terdapatnya malformasi, trauma fisis dan kejang. Pada bayi dengan
riwayat kejang, harus diperhatikan dengan lebih teliti dan lama. Pada keadaan normal, bayi
cukup bulan lebih sering tidur, rata-rata pada hari pertama tidur selama 17 jam. Pada waktu
istirahat pada neonatus normal dengan masa kehamilan 32-40 minggu terlihat abduksi pada
paha, dan fleksi pada sendi anggota gerak (siku, panggul dan kaki), simetris kanan dan kiri.
Pada neonatus dengan masa kehamilan 25-30 minggu lengan dalam keadaan fleksi, dan
tungkai dalam keadaan fleksi atau eketensi. Pada neonatus dengan masa kehamilan 25
minggu atau lebih, apabila dalam keadaan istirahat semua anggota geraknya berada dalam
posisi ekstensi berarti tidak normal. Pada penilaian kesadaran, pasien dapat dibangunkan
dengan memegang dadanya dengan ibu jari dan telunjuk sambil digoyang-goyang secara
lembut. Pasien yang sadar akan bangun membuka mata, mengerenyutkan muka, menangis
dan menggerakkan anggota geraknya. Bila bayi tidak dapat dibangunkan, dan tidak ada
kerutan muka dan gerakan ekstremitas berarti Abnormal yakni kesadaran menurun.Tingkat
kesadaran terdiri atas sadar, apatis/letargi, somnolen, sopor dan koma.
Pemeriksaan saraf otak. Pemeriksaan saraf otak pada neonatus berbeda dengan
pemeriksaan pada anak:
 Pada waktu pasien bangun, mengerenyutkan muka dan menangis, perhatikan mata dan
sudut mulutnya untuk memeriksa saraf otak VII (saraf fasialis). Pada paresis saraf fasialis
akan terlihat mulut mencong ke sisi sehat, mata tidak dapat menutup dan lipatan nasolabialis
hilang pada sisi yang paresis
 Pada waktu menangis dan membuka mulut perhatikan lidah dan langitlangit untuk
memeriksa saraf XII dan IX. Pada lidah perhatikan ukurannya dan gerakan simetris atau
asimetris, apakah ada fasikulasi (saraf XII). Pada langit-langit perhatikan gerakan arkus
faring dan uvula. Pada paresi saraf IX akan terlihat arkus sisi paresis tertinggal
 Refleks rooting diperiksa dengan menyentuhkan ujung jari di sudut mulut pasien, maka
pasien akan berpaling kearah rangsangan dan berusaha memasukkan ujung jari tersebut ke
mulutnya, kalau ujung jari dimasukkan kedalam mulutnya 3 cm akah diisap dan disebut
sucking reflex (refleks menghisap). Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan kelainan
saraf V, VII, XII
 Pemeriksaan refleks menelan dilakukan untuk memeriksa saraf IX dan X
 Pada waktu mengisap mata pasien biasanya terbuka secara spontan, saat inilah kesempatan
untuk memeriksa pergerakan bola mata untuk menilai saraf III, IV dan VI.
 Doll's eye maneuver dilakukan dengan memutar kepala pasien ke kiri dan kanan untuk
menilai gerakan bola mata ke lateral. Pada waktu kepala diputar ke satu sisi, maka akan
terjadi deviasi mata ke kontralateral. Manuver ini digunakan untuk memeriksa saraf VIII
bagian vestibular
 Refleks pupil sebenarya sudah ada pada neonatus, tetapi sukar dinilai, karena kalau ada
cahaya neonatus segera akan menutup mata dan sukar dibuka kembali. Pada waktu mata
terbuka segera pematikan apakah pupilnya isokor atau anisokor.
Pemeriksaan refleks neonatal primer :
1. Moro reflex
Teknik:
 Bayi dalam posisi telentang, kepalanya dibiarkan jatuh dengan cepat beberapa cm dengan
hati-hati ke tangan pemeriksa
 Reaksi : bayi akan kaget, lengan direntangkan dalam posisi abduksi ekstensi, tangan
terbuka dan disusul dengan gerakan lengan adduksi dan fleksi
 Nilai abnormal : apabila tidak ada reaksi merentangkan lengan sama sekali ataupun apabila
rentangan lengan asimetri.

2. Tonic neck reflex


Teknik:
 Bayi dalam posisi telentang, kepala di garis tengah dan anggota gerak dalam Posisifleksi
 Kemudian kepala dipalingkan ke kanan, maka akan terjadi ekstensi pada anggota gerak
sebelah kanan dan fleksi pada anggota gerak sebelah kiri
 Yang selalu terjadi adalah ekstensi lengan, sedangkan tungkai tidak selalu ekstensi, dan
fleksi anggota gerak kontralateral juga tidak selalu terjadi
 Setelah selesai, ganti kepala dipalingkan ke kiri
 Tonus ekstensor meninggi pada anggota gerak arah muka berpaling
 Tonus fleksor meninggi pada anggota gerak kontralateral,

3. Palmar grasp reflex (rafleks menggenggam)


Teknik:
 Meletakkan telunjuk pemeriksaan di telapak tangan pasien
 Nilai: telunjuk akan dipegang oleh pasien dengan adanya refleks memegang (grasp reflex)
 Agar pegangan lebih kuat pegangannya tangan pemeriksa juga memegang tangan pasien,
kemudian ditarik perlahan-lahan kearah duduk
 Pada bayi normal, kepala segera mengikuti dan hanya tertinggal sedikit.

4. Babinski reflex
Teknik:
 Dilakukan dengan menggores permukaan plantar kaki dengan alat yang sedikit runcing
 Bila positif akan terjadi reaksi berupa ekstensi ibu jari kaki disertai dengan menyebarnya
jari-jari kaki yang lain
 Refleks ini normal pada bayi sampai umur 18 bulan, bila masih terdapat pada umur 2
sampai 2,5 tahun mungkin terdapat lesi piramidal.

5. Stepping reflex ( refleks melangkah )


Teknik:
 Bila BBL ( bayi baru lahir) dipegang pada bagian bawah lengannya dalam posisi tegak dan
kakinya menyentuh permukaan datar, maka secara otomatis bayi akan meluruskan
tungkainya seolah hendak berdiri
 Bila posisi bayi dimiringkan kedepan, bayi akan meletakkan satu kakinya di depan kaki
yang lain
 Refleks ini akan menghilang, dan akan muncul setelah bayi sudah siap untuk berjalan

IV. Pemeriksaan pada waktu memulangkan


Pada waktu memulangkan dilakukan lagi pemeriksaan untuk meyakinkan bahwa tidak ada
kelainan kongenital atau kelainan akibat trauma yang terlewatkan. Perlu diperhatikan:
- SSP : aktivitas bayi, ketegangan ubun-ubun
- Kulit : adanya ikterus, pioderma
- Jantung : adanya bising yang timbul kemudian
- Abdomen : adanya tumor yang tidak terdeteksi sebelumnya
- Tali pusat : adanya infeksi
Disamping itu perlu diperhatikan apakah bayi sudah pandai menyusu dan ibu sudah mengerti
cara pemberian ASI yang benar.
Penting untuk diperhatikan :
 Pemeriksaan pada neonatus harus : didahului dengan anamnesis yang lengkap tentang
riwayat kehamilan sebelumnya, riwayat kehamilan sekarang, dan riwayat kelahiran bayi
 Pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir tediri dan pemeriksaan cepat segera setelah lahir,
pemeriksaan lanjutan yang dilakukan 24 jam pasca lahir, dan pemeriksaan saat bayi akan
dibawa pulang
 Sebelum dan setelah memeriksa neonatus tangan pemeriksa harus dicuci dengan sabun atau
larutan antiseptik
 Semua hasil pemeriksaan harus dikomunikasikan dengan orang tua bayi, demikian pula
rencana pemeriksaan selanjutnya.

2. Tahap-tahap tumbuh kembang anak

Periode Tumbuh Kembang Anak. Tumbuh-Kembang anak berlangsung secara teratur, saling
berkaitan dan berkesinambungan yang dimulai sejak konsepsi sampai dewasa.Tumbuh
kembang anak terbagi dalam beberapa periode. Berdasarkan beberapa kepustakaan, maka
periode tumbuh kembang anak adalah sebagai berikut:

1). Masa prenatal atau masa intra uterin (masa janin dalam kandungan). Masa ini dibagi
menjadi 3 periode, yaitu :

* Masa zigot/mudigah, sejak saat konsepsi sampai umur kehamilan 2 minggu.

* Masa embrio, sejak umur kehamilan 2 minggu sampai 8/12 minggu. Ovum yang telah
dlbuahi dengan cepat akan menjadl suatu organisme, terjadi diferensiasi yang berlangsung
dengan cepat, terbentuk sistem organ dalam tubuh.

* Masa janin/fetus, sejak umur kehamilan 9/12 minggu sampai akhir kehamilan. Masa ini
terdiri dari 2 periode yaitu:

a. Masa fetus dini yaitu sejak umur kehamilan 9 minggu sampai trimester kedua kehidupan
intra uterin. Pada masa ini terjadi percepatan pertumbuhan, pembentukan jasad manusia
sempurna. Alat tubuh telah terbentuk serta mulai berfungsi.

b. Masa fetus lanjut yaitu trimester akhir kehamilan. Pada masa ini pertumbuhan berlangsung
pesat disertai perkembangan fungsi-fungsi. Terjadi transfer lmunoglobin G (lg G) dari darah
ibu melalui plasenta. Akumulasi aasam lemak esensial seri Omega 3 (Docosa Hexanic Acid)
dan Omega 6 (Arachldonlc Acid) pada otak dan retina. Periode yang paling penting dalam
masa prenatal adalah trimester pertama kehamilan. Pada periode ini pertumbuhan otak janin
sangat peka terhadap pengaruh lingkungan janin. Gizi kurang pada ibu hamil, infeksi,
merokok dan asap rokok, minuman beralkohol, obat-obat, bahan-bahan toksik, pola asuh,
depresi berat, faktor psikologis seperti kekerasan terhadap ibu hamil, dapat menimbulkan
pengaruh buruk bagi pertumbuhan janin dan kehamilan. Pada setiap ibu hamil, dianjurkan
untuk selalu memperhatikan gerakan janin setelah kehamilan 5 bulan. Agar janin dalam
kandungan tumbuh dan berkembang menjadi anak sehat, maka selama masa intra uterin,
seorang ibu diharapkan:

* Menjaga kesehatannya dengan baik.

* Selalu berada dalam lingkungan yang menyenangkan.

* Mendapat nutrisi yang sehat untuk janin yang dikandungnya.

* Memeriksa kesehatannya secara teratur ke sarana kesehatan.

* Memberi stimulasi dini terhadap janin.

* Tidak mengalami kekurangan kasih sayang dari suami dan keluarganya.

* Menghindari stres baik fisik maupun psikis.

* Tidak bekerja berat yang dapat membahayakan kondisi kehamilannya.

2). Masa bayi (infancy) umur 0 - 11 bulan. Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap
lingkungan dan terjadi perubahan sirkulasi darah, serta mulainya berfungsi organ-organ.
Masa neonatal dibagi menjadi 2 periode:

a. Masa neonatal dini,umur 0 - 7 hari.

b. Masa neonatal lanjut, umur 8 - 28 hari. Hal yang paling penting agar bayi lahir tumbuh dan
berkembang menjadi anak sehat adalah:

* Bayi lahir ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih, di sarana kesehatan yang memadai.

* Untuk mengantisipasi risiko buruk pada bayi saat dilahirkan, jangan terlambat pergi
kesarana kesehatan bila dirasakan sudah saatnya untuk melahirkan.

* Saat melahirkan sebaiknya didampingi oleh keluarga yang dapat menenangkan perasaan
ibu.

* Sambutlah kelahiran anak dengan perasaan penuh suka cita dan penuh rasa syukur.
Lingkungan yang seperti ini sangat membantu jiwa ibu dan bayi yang dilahirkannya.

* Berikan ASI sesegera mungkin. Perhatikan refleks menghisap diperhatikan oleh karena
berhubungan dengan masalah pemberian ASI.
c. Masa post (pasca) neonatal, umur 29 hari sampai 11 bulan. Pada masa ini terjadi
pertumbuhan yang pesat dan proses pematangan berlangsung secara terus menerus
terutama meningkatnya fungsi sistem saraf. Seorang bayi sangat bergantung pada orang tua
dan keluarga sebagai unit pertama yang dikenalnya. Beruntunglah bayi yang mempunyai
orang tua yang hidup rukun, bahagia dan memberikan yang terbaik untuk anak. Pada masa
ini, kebutuhan akan pemeliharaan kesehatan bayi, mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan
penuh, diperkenalkan kepada makanan pendamping ASI sesuai umurnya, diberikan imunisasi
sesuai jadwal, mendapat pola asuh yang sesuai. Masa bayi adalah masa dimana kontak erat
antara ibu dan anak terjalin, sehingga dalam masa ini, pengaruh ibu dalam mendidik anak
sangat besar.

3). Masa anak dibawah lima tahun (anak balita, umur 12-59 bulan). Pada masa ini, kecepatan
pertumbuhan mulai menurun dan terdapat kemajuan dalam perkembangan motorik (gerak
kasar dan gerak halus) serta fungsi ekskresi. Periode penting dalam tumbuh kembang anak
adalah pada masa balita. Pertumbuhan dasar yang berlangsung pada masa balita akan
mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Setelah lahir terutama pada
3 tahun pertama kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak masih berlangsung;
dan terjadi pertumbuhan serabut serabut syaraf dan cabang-cabangnya, sehingga terbentuk
jaringan syaraf dan otak yang kompleks. Jumlah dan pengaturan hubunganhubungan antar sel
syaraf ini akan sangat mempengaruhi segala kinerja otak, mulai dari kemampuan belajar
berjalan, mengenal huruf, hingga bersosialisasi. Pada masa balita, perkembangan kemampuan
bicara dan bahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat
cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya. Perkembangan moral serta dasar-
dasar kepribadian anak juga dibentuk pada masa ini, sehingga setiap kelalnan/penyimpangan
sekecll apapun apablla tidak dideteksl apalagi tidak ditangani dengan baik, akan mengurangi
kualitas sumber daya manusia dikemudian hari.

4). Masa anak prasekolah (anak umur 60 - 72 bulan). Pada masa ini, pertumbuhan
berlangsung dengan stabil. Terjadi perkembangan dengan aktivitas jasmani yang bertambah
dan meningkatnya ketrampilan dan proses berfikir. Memasuki masa prasekolah, anak mulai
menunjukkan keinginannya, seiring dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Pada masa
ini, selain lingkungan di dalam rumah maka lingkungan di luar rumah mulai diperkenalkan.
Anak mulai senang bermain di luar rumah. Anak mulai berteman, bahkan banyak keluarga
yang menghabiskan sebagian besar waktu anak bermain di luar rumah dengan cara membawa
anak ke taman-taman bermain, taman-taman kota, atau ke tempat-tempat yang menyediakan
fasilitas permainan untuk anak. Sepatutnya lingkungan-lingkungan tersebut menciptakan
suasana bermain yang bersahabat untuk anak (child friendly environment). Semakin banyak
taman kota atau taman bermain dibangun untuk anak, semakin baik untuk menunjang
kebutuhan anak.

Pada masa ini anak dipersiapkan untuk sekolah, untuk itu panca indra dan sistim reseptor
penerima rangsangan serta proses memori harus sudah siap sehingga anak mampu belajar
dengan baik. Perlu diperhatikan bahwa proses belajar pada masa ini adalah dengan cara
bermain. Orang tua dan keluarga diharapkan dapat memantau pertumbuhan dan
perkembangan anaknya, agar dapat dllakukan intervensl dini bila anak mengalami kelainan
atau gangguan.

5). Masa sekolah (6-10 tahun) pertumbuhan lebih cepat, keterampilan dan intelektual makin
berkembang, senang bermain dan berkelompok.

6). Masa adolesen/remaja (10-18 tahun) terjadi masa transisi dari periode anak ke dewasa
terjadi percepatan tumbuh, tanda-tanda kelamin/seks sekunder mulai berkembang

3.Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Tumbuh Kembang Anak.


Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan normal yang
merupakan hasil interaksi banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain:

1). Faktor dalam (internal) yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak.

a. Ras/etnik atau bangsa. Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika, maka ia tidak
memiliki faktor herediter ras/bangsa Indonesia atau sebaliknya.

b. Keluarga. Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi, pendek, gemuk
atau kurus.

c. Umur. Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun pertama
kehidupan dan masa remaja.
d. Jenis kelamin. Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat daripada
laki laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak laki-laki akan lebih
cepat.

e. Genetik. Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi anak yang akan
menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang berpengaruh pada tumbuh
kembanganak seperti kerdil.

2). Faktor luar (ekstemal).

A. Faktor Prenatal

a. Gizi Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan akan mempengaruhi
pertumbuhan janin.

b. Mekanis Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan kongenital seperti club
foot.

c. Toksin/zat kimia Beberapa obat-obatan seperti Amlnopterin, Thalldomid dapat


menyebabkan kelainan kongenital seperti palatoskisis.

d. Endokrin Diabetes melitus dapat menyebabkan makrosomia, kardiomegali, hiperplasia


adrenal. e. Radiasi Paparan radium dan sinar Rontgen dapat mengakibatkan kelainan pada
janin seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental dan deformitas anggota gerak,
kelainan kongential mata, kelainan jantung.

f. lnfeksi lnfeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH (Toksoplasma, Rubella,
Sitomegalo virus, Herpes simpleks) dapat menyebabkan kelainan pada janin: katarak, bisu
tuli, mikros efali, retardasi mental dan kelainanjantung kongenital.

g. Kelainan imunologi Eritobaltosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah antara
janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah merah janin, kemudian
melalui plasenta masuk dalam peredaran darah janin dan akan menyebabkan hemolisis yang
selanjutnya mengakibatkan hiperbilirubinemia dan Kem icterus yang akan menyebabkan
kerusakan jaringan otak.

h. Anoksia embrio Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta
menyebabkan pertumbuhan terganggu.
i. Psikologi ibu Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah/kekerasan mental pada ibu
hamil dan lain-lain.

B. Faktor Persalinan Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia dapat
menyebabkan kerusakan jaringan otak.

C. Faktor Pasca Persalinan

a. Gizi Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang adekuat.

b. Penyakit kronis/ kelainan kongenital, Tuberkulosis, anemia, kelainan jantung bawaan


mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani.

c. Lingkungan fisis dan kimia. Lingkungan sering disebut melieu adalah tempat anak tersebut
hidup yang berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak (provider). Sanitasi lingkungan
yang kurang baik, kurangnya sinar matahari, paparan sinar radioaktif, zat kimia tertentu (Pb,
Mercuri, rokok, dll) mempunyai dampak yang negatif terhadap pertumbuhan anak.

d. Psikologis Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak yang tidak dikehendaki
oleh orang tuanya atau anak yang selalu merasa tertekan, akan mengalami hambatan di dalam
pertumbuhan dan perkembangannya.

e. Endokrin Gangguan hormon, misalnya pada penyakit hipotiroid akan menyebabkan anak
mengalami hambatan pertumbuhan.

f. Sosio-ekonomi Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan


lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan, akan menghambat pertumbuhan anak.

g. Lingkungan pengasuhan Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu-anak sangat


mempengaruhi tumbuh kembang anak.

h. Stimulasi Perkembangan memerlukan rangsangan/stimulasi khususnya dalam keluarga,


misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain
terhadap kegiatan anak.

i. Obat-obatan Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat pertumbuhan,


demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang terhadap susunan saraf yang
menyebabkan terhambatnya produksi hormon pertumbuhan.

4. Analisis kasus
ASI hanya sampai 3 bulan Tidak mendapatkan ASI ekslusif

Imunisasi Hepatitis B pada usia 1 bulan Imunisasi tidak lengkap

Usia 24 bulan : Usia 24 bulan :


- Bicara mengoceh  bahasa :
- bicara tidak jelas Mengucapkan kalimat yang terdiri dari 2 kata
- Pasien jarang bertepuk tangan atau lebih
- Pasien baru bisa membungkuk untuk  Perkembangan motorik kasar :
berdiri dan berpegangan tidak lama - Berdiri sendiri tanpa berpegangan
- Hanya bisa mengambil boneka selama 30 detik
- Berjalan tanpa terhuyung-huyung
 Perkembangan motorik halus :
- Bertepuk tangan, melambai-lambai
- Menumpuk 4 buah kubus
- Memungut benda kecil dengan ibu
jari dan jari telunjuk

5. MENENTUKAN STATUS GIZI ANAK


Status gizi balita dinilai menurut 3 indeks, yaitu Berat Badan Menurut Umur (BB/U),
Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U), Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB).
1) BB/U adalah berat badan anak yang dicapai pada umur tertentu.
2) TB/U adalah tinggi badan anak yang dicapai pada umur tertentu.
3) BB/TB adalah berat badan anak dibandingkan dengan tinggi badan yang dicapai.
Ketiga nilai indeks status gizi diatas dibandingkan dengan baku pertumbuhan WHO

Z-score adalah nilai simpangan BB atau TB dari nilai BB atau TB normal menurut baku
pertumbuhan WHO.

Contoh perhitungan Z score BB/U: (BB anak – BB standar)/standar deviasi BB standar


Batasan untuk kategori status gizi balita menurut indeks BB/U, TB/U, BB/TB menurut
WHO dapat dilihat pada tabel “pengertian kategori status gizi balita”

Data pada scenario dimana berusia 24 bulan dengan PB 72 cm dan BB 8.5 kg.maka
status gizinya sebagai berikut :
Contohperhitungan Z score BB/U: (BB anak – BB standar)/standardeviasi BB standar

8.5-12.2/12.2-10.8 = - 2.64

Berdasarkan klasifikasi diatas maka dikatakan mengalami gizi kurang.

6. bagaimana cara mencukupi kebutuhan gizi paadaa anak ?

Kebutuhan gizi pada bayi

Makanan terbaik bagi bayi adalah air susu ibu (ASI) sampai berumur 2 tahun, dimana
sampai 6 bulan pertama hanya ASI tanpa disertai makanan atau minuman lain (ASI ekslusif).
Mulai umur 6 sampai 24 bulan pemberian ASI harus disertai makanan lain (MPASI) karena
kualitas dan kuantitas ASI tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan bayi yang terus tumbuh.
Jumlah kebutuhan ASI bagi bayi tidak dibatasi, kapan bayi mau menyusu harus diberikan.
Kebutuhan gizi anak

Tabel 12. Kecukupan beberapa zat gizi anak sehari


Umur BB Energi Protei Vitamin Kalsium Zat besi
(kg) (kkal) n (g) A (S.I) (mg) (mg)
1-3 thn 12 1250 23 350 500 8
4-6 thn 18 1750 32 460 500 9
7-9 thn 24 1900 37 460 500 10
10-12 thn 30 2000 45 500 700 14
Sumber : Widya Karya Nasional Pangan & Gizi 1998.

Agar anak dapat memenuhi kebutuhan gizinya perlu diperhatikan beberapa hal seperti :
1.      Pada masa pertumbuhan yang cepat berikan zat gizi yang lebih banyak, seperti energi,
protein dan zat gizi lain, namun masih tetap seimbang
2.      Berikan makanan padat/kasar dan porsi kecil sering agar terpenuhi kebutuhan energi
3.      Hindarkan makanan jajanan yang berlebihan
4.      Kenalkan dengan berbagai macam makanan sejak dini
5.      Sediakan makan pagi dan beri makanan bekal
6.      Pilih makanan yang terjamin kebersihannya, aman dan bergizi
7.      Hindarkan dari kegemaran yang berlebihan terhadap satu jenis makanan
8.     Jika anak tidak mau makan ibu harus bersabar, jangan buru-buru diberi susu atau
makanan kegemaran
Untuk mengetahui apakah kebutuhan gizi anak terpenuhi atau tidak dapat dilakukan
pemantauan pertumbuhan anak, dengan cara penimbangan setiap bulan dan pengisian grafik
kartu menuju sehat (KMS). KMS berfungsi sebagai alat bantu pemantauan gerak
pertumbuhan. Hasil pencatatan berat badan anak pada grafik KMS akan menggambarkan
kecukupan gizi anak, sehingga dapat digunakan sebagai alat komunikasi dan pendidikan dari
petugas kepada ibu-ibu dari anak.

TAHAPAN MAKANAN BAYI


 Usia 12-24 Bulan

1. Mulai memperkenalkan makanan yang berbentuk padat atau biasa disebut


dengan makanan keluarga, tetapi tetap mempertahankan rasa
2. Menghindari memberikan makanan yang dapat mengganggu organ pencernaan,
seperti makanan terlalu berbumbu tajam, pedas, terlalu asam atau berlemak.
3. Fingersnack  atau makanan yang bisa dipegang seperti cookies, nugget atau potongan
sayuran rebus atau buah baik diberikan untuk melatih keterampilan dalam memegang
makanan dan merangsang pertumbuhan giginya
4. Pemberian ASI masih tetap diteruskan sampai anak berumur dua tahun.
5. Frekuensi pemberian : 3-4 kali sehari makanan keluarga +  1-2 kali sehari makanan
selingan atau bergantung pada nafsu makan bayi + Pemberian ASI. Jumlah setiap kali
makan : semangkuk penuh berukuran 250 ml

Bahan Makanan untuk Membuat MPASI

 Serealia dan Umbi-umbian

1. Jenis serealia seperti beras, beras merah merupakan sumber utama


karbohidrat dan kaya akan vitamin B
2. Pada tahap awal disarankan untuk memberikan satu jenis sereal terlebih dahulu
dikarenakan sereal berpotensi untuk menimbulkan alergi pada bayi
3. Kentang dan ubi terutama ubi merah, dapat dijadikan MP ASI dengan merebus dan
menghaluskannya hingga lembut terlebih dahulu

 Kacang-Kacangan

1. Diperlukan bayi untuk memenuhi kebutuhan protein  yang sangat penting untuk
pertumbuhan. Contohnya kacang hijau, kacang kedelai, kacang merah, kacang polong
dan lain-lain.
2. Kacang tanah tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan  alergi atau pembengkakan
pada tenggorokan sehingga bayi sulit bernafas

 Sayur dan Buah


1. Sayuran yang kaya akan kandungan karotennya seperti  sayuran berwarna jingga dan
hijau. Contohnya wortel, tomat merah, bayam, kangkung, labu kuning dan lainnya.
2. Sayuran mengandung gas seperti kol, kembang kol, lobak  sebaiknya tidak
diberikan karena makanan tersebut dapat membuat perut bayi kembung.  Untuk buah
sebaiknya pilih buah yang berwarna jingga dan tidak asam seperti, pepaya, pisang,
jeruk manis, apel, melon, alpukat  dan lainnya.

 Bahan Pangan Hewani

1. Bahan pangan hewani yang baik untuk bayi antara lain, daging sapi dan ayam pilihan
yang tidak berlemak, ikan segaryang dihaluskan dan tanpa
duri seperti fillet salmon, fillet ikan kakap, dan filletgurami, telur.
2. Terkadang putih telur dapat memacu alergi. Sebaiknya diberikan
secarabertahap dengan porsi kecil. Jika bayi alergi maka segera dihentikan.

 Lemak dan Minyak

1. Memberi rasa lebih gurih dan makanan menjadi lebih lunak dan mudah ditelan.


2. Beberapa jenis lemak yang dapat ditambahkan antara lain mentega, keju dan jenis
minyak yang umum digunakan yaitu minyak kelapa, santan, minyak kacang, minyak
jagung dan lainnya.

7. Bagaimana menentukan status perkembangan anak dan kapan anak dikatakan


mengalami keterlambatan tumbuh kembang ?

Penilaian perkembangan anak meliputi indentifikasi dini masalah-masalah


perkembangan anak dengan screening (skrining.penapisan/penjaringan) dan surveilance
ukuran standard atau non-standard, yang juga digabungkan dengan informasi tentang
perkembangan social, riwayat keluarga, riwayat medic, dan hasil pemeriksaan mediknya.
Penyimpangan perkembangan biasanya dibahas bersama-sama dengan penyimpangan
perkembangan perilaku dalam bab yang sama, dengan kelainan yang sangat luas variasinya.

Tolak ukur perkembangan meliputi motorik kasar, halus, berbahasa, perilaku social
dipakai dalam skrining pada Denver Development Screening Test (DDST) dan Denver II.
DDST dirancang pertama kali pada tahun 1967 guna untuk mendeteksi masalah
perkembangan pada anak. Dikarenakan kurang sensitive dalam menilai perkembangan di
sekolah, maka pada tahun 1990 dilakukan revisi pada tes yang selanjutnya dinamakan Denver
II. Denver II dirancang untuk menilai anak dari tugas-tugas yang sesuai umurnya.
Manfaatnya uji tapis terhadap anak dengan gejala asimtomatis dan monitor anak dengan
resiko masalah perkembangan (riwayat perinatal). Sedangkan untuk IQ, SQ, dan EQ yang
dilakukan oleh para psikolog diperlukan untuk menetapkan batas-batas kemampuan kurang,
normal, atau berbakat (gifted children), pada tes pemilihan sekolah/pendidikan yang tepat,
atau semacam fit and proper test pada orang dewasa. Dikatakan terdapat penyimpangan
perkembangan apabila kemampaun anak tidak sesuai dengan tolak ukur (Milestone) anak
normal.

Dalam survey diperoleh dari informasi kepedulian orang tua terhadap perkembangan dan
perilaku anaknya. Kategori kepedulian orang tua dalam deteksi penyimpangan perkembangan
anak :

1. Emosi dan perilaku


2. Berbicara dan berbahasa
3. Keterampilan social dan menolong diri sendiri
4. Motorik kasar
5. Motorik halus
6. Membandingkan dengan lingkungan
7. Masalah anak yang orang tuanya tidak mengeluh.

Pada Denver II, menilai 4 fungsi, yaitu :

1. Social personal. Berhubungan dengan sesama


2. Motorik halus adaptif. Koordinasi mata-tangan, manipulasi benda kecil, pemecahan
masalah.
3. Bahasa. Mendengar, mengerti, dan menggunakan bahasa
4. Motorik kasar. Duduk, berjalan, melompat.
Tes termasuk “tes perilaku” yang membantu penilai menilai perilaku secara
menyeluruh).

Denver II merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk skrining
perkembangan anak, alat ini bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin penyimpangan yang
terjadi pada anak 3 bulan hingga berusia 6 tahun.
Sifat Denver II,yaitu ; bukan untuk tes IQ, bukan tes diagnostik, tidak meramalkan
kemampuan anak di masa depan, untuk mendeteksi kemampuan di bawah normal dibanding
usianya, tidak menjelaskan mengapa keterlambatan terjadi, pengkajian perkembangan yang
sistemis.

Berikut adalah pemeriksaan tumbuh kembang (Denver II) :

A. Persiapan
Tempat : Tempat yang terang, tidak bising dan bersih, sediakan meja tulis dan
kursinya, matras.
Perlengkapan test : Gulungan benang wol berwarna merah dengan diameter 10 cm,
Kismis, Kerincingan dengan gagang yang kecil,10 buah kubus berwarna dengan
ukuran 2,5 cm x 2,5 cm, Bel kecil, bola tenis, pensil warna, bonek kecil dengan botol
susu, cangkir plastic dengan gagang atau pegangan, kertas kosong.

B. Formulir Denver II
Deteksi dini penyimpangan perkembangan anak usia kurang dari 6 tahun
berisi 125 ggus tugas yang disusun dalam formulir menjadi 4 sektor untuk menjaring
fungsi tersebut. bidang aspek yang dinilai antara lain ; personal sosial (penyesuaian
diri dengan masyarakat dan perhatian terhadap kebutuhan perorangan), motorik halus
(kordinasi mata, tangan, memainkan atau menggunakan benda-benda kecil), motorik
kasar (duduk, jalan, melompat dan gerakan umum otot besar, dan bahasa (mendengar,
mengerti dan menggunakan bahasa).

C. Pelaksanaan
1) Sapa orang tua atau pengasuh dan anak dengan ramah
2) Jelaskan tujuan dilakukan tes perkembangan, jelaskan pula bahwa tes ini bukan
untuk mengetahui IQ anak
3) Buat komunikasi yang baik dengan anak, ambil perhatiannya
4) Hitung usia anak dan buat garis usia. Catat nama anak, catat tanggal lahir, catat
tanggal pemeriksaan, dan usia anak dapat dihitung dengan cara tanggal
pemeriksaan dikurangi tanggal lahir.
5) Bila anak lahir prematur koreksi faktor prematuritas, untuk anak yang lahir lebih
dari 2 minggu sebelum tanggal perkiraan dengan usia kurang dari 2 tahun maka
harus dikoreksi.
6) Tarik garis usia dar atas ke bawah dan cantumkan tanggal pemeriksaan pada ujung
atas garis usia.
7) Lakukan tes tugas perkembangan untuk tiap sector, tugas perkembangan dimulai
dari sector yang paling mudah dikerjakan dan dimulai dengan tugas
perkembangan yang terletak di sebelah kiri garis usia, kemudian dianjurkan
sampai ke kanan garis usia.
a. Pada setiap sektor dilakukan minimal 3 tugas perkembangan yaitu yang
paling dekat di sebelah kiri garis usia serta setiap tugas perkembangan
yang ditembus garis usia.
b. Bila anak mampu melakukan salah satu uji coba ada langlah di atas (baik
karena gagal, menolak, tidak ada kesempatan) maka lakukan uji coba
tambahan ke sebelah kiri garis usia pada sector yang sama sampai anak
dapat “lulus” 3 tugas perkembangan.
c. Bila anak mampu melakukan salah satu tugas perkembangan pada langkah
pertama, lakukan tugas perkembangan tambahan ke sebelah kanan garis
usia pada sektor yang sama sampai anak “gagal” pada 3 tugas
perkembangan.
8) Beri skor penilaian
Skor dari tiap uji coba ditulis pada kotak segi empat.
a. P (pass/lulus)
Anak melakukan uji coba dengan baik, atau ibu/pengasuh anak memberi
laporan bahwa anak sudah dapat melakukannya
b. F (fall/gagal)
Anak tidak dapat melakukan uji coba dengan abik, atau ibu/pengasuh anak
memberi laporan bahwa anak tidak mampu melakukannya dengan baik.
c. R (refusal/menolak)
Anak emnolak untuk melakukan uji coba
d. D (delay) gagal menampilkan item yang seharusnya dilalui oleh 90% anak
pada usia yang sama atau item dimana anak gagal menyempurnakan
bagian kiri garis usia.
e. No (no opportunity)
Anak tidak memiliki kesempatan untuk melakukan uji coba karena ada
hambatan (cacat, akit, dll). Skor ini hanya boleh dipakai pada uji coba
tengah ganda.

D. Intepretasi
1) Lebih (Advance)
Bila mana anak melewati uji coba yang telretak di kanan garis usia,
dinyatakan perkembangan anak lebih pada uji coba tersebut.
2) Normal
Bila anak gagal atau menolak melakukan tuags perkembangan di sebelah
kanan garis usia, dikategorikan normal.
3) Caution/peringatan
Bila anak gagal (F) atau menolak (R) tugas perkembangan dimana garis usia
terletak pada atau antara persentil 75 sampai 90.
4) Delayed/keterlambatan
Bila seorang anak gagal (F) atau menolak (R) melaukan uji coba yang terletak
lengkap di sebelah kiri garis usia (Tidak menyentuh garis usia)
5) No opportunity/ tidak ada kesempatan
Pada tugas perkembangan yang bersadakan laporan, orang tua melaporkan
bahwa anaknya tidak ada kesempatan untuk melakukan tugas perkembangan
tersebut, hasil ini tidak dimasukkan alam mengambil kesimpulan.

TATALAKSANA PENYIMPANGAN TUMBUH KEMBANG

1) Anamnesis
Keluhan orang tua dan riwayat tumbuh kembang (lisan dan tertulis/kuesioner skrining
perkembangan anak)
2) Pemeriksaan
Observasi dan pemeriksaan (bentuk, muka, tubuh, tindak tanduk anak, hubungan anak
dengan orang tuanya/pengasuhnya, sikap anak terhadap pemeriksa).
Pengukuran antropometri
Rutin : TB, BB, LK, LLA. Atas indikasi : lingkaran Dada, panjang tungkai, tebal
kulit.
3) Penilaian pertumbuhan
Plot pada kurva pertumbuhan yang sesuai dengan standar yang dipakai :
- PB/U, PB/BB,BB/U (NCHS/CDC 2000)
- BB/U (KMS-WHO)
- Lingkaran kepala Nelhaus
- Lingkaran lengan (Depkes RI)
- Lingkaran dada, panjang lengan/tungkai (buku referensi untuk aak normal
ataukah untuk keadaan khusus “sindroma Down atau Achondroplasia”, Kartu
Menuju Sehat/buku KIA.
4) Penilaian maturasi
Pertumbuhan pubertas (tanner) : anak perempuan (panyudara, haid, rambut pubis)
Anak laki-laki (testis, penis, rambut pubis)
5) Penilaian perkembangan :
Skrining dengan instrument Denver II, Muchen, Bayley, Stanford, Binnet atau lainnya
Pilihlah test yang paling dikuasai oleh pemeriksa.
6) Pemeriksaan lain yang diperlukan atas indikasi :
Radiologi : umur tulang (Bone Age), foto tengkorak, CT Scan/MRI
Laboratorium : darah (umum atau hormonal), urine tergantung penyakit atau kelainan
organic yang mendasari.
Fungsi pendengaran (TDD)
Fungsi penglihatan (TDL), funduskopi, lapang pandang
Pemeriksaan otot (EMG)
7) Klasifikasi/diagnosis kerja :
Setelah dilakukan skrining kemudian perlu ditetapkan apakah anak termasuk kategori
normal atau menyimpang (terlambat atau terlalu cepat dibandingkan dengan
standar/milestone).
8. Jelaskan jenis jenis imunisasi dan jadwal pemberiannya !

Definisi imunisasi
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten.Anak diimunisasi, berarti
diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten
terhadap suatu penyakit tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit yang lain.
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga apabila suatu saat terpajan dengan
penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. Imunisasi
merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kekebalan tubuh dan pemberantasan
penyakit menular. Angka kematian bayi dan balita yang tinggi di Indonesia
menyebabkan turunnya derajat kesehatan masyarakat, salah satu upaya untuk
mengatasi masalah ini adalah program pemberian imunisasi dasar bagi bayi dan balita
secara lengkap.

2.Tujuan imunisasi
Tujuan imunisasi adalah melindungi seseorang atau sekelompok masyarakat
terhadap penyakit tertentu, bahkan menghilangkan penyakit tertentu di dunia, seperti
imunisasi cacar. Jika seseorang terlindungi dari suatu penyakit, kemungkinan terkena
penyakit tersebut akan berkurang, sehingga pada akhirnya tercapailah tujuan akhir
imunisasi, yaitu pemberantasan penyakit di dunia. Agar terlindungi dari penyakit
tersebut, seseorang harus mempunyai kekebalan tubuh dengan cara membentuk zat
anti penyakit (antibodi) dengan kadar tertentu yang disebut kadar protektif (kadar zat
anti penyakit yang dapat melindungi). Pemberian imunisasi merupakan salah satu
tindakan penting yang wajib diberikan kepada neonatus (bayi yang baru lahir).Hal ini
bertujuan mendrongkrak atau meningkatkan daya imun (kekebalan) tubuh bayi (Putra
R. Sitiatava, 2012).
Tujuan umum dari imunisasi antara lain menurunkan angka kesakitan,
kematian dan kecacatan akibat Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
(PD3I).8 dan juga ada pun tujuan khusus dalam pemberian imunisasi anatara lain
Tercapainya target Universal Child Immunization (UCI) yaitu cakupan imunisasi
lengkap minimal 80% secara merata pada bayi di seluruh desa/ kelurahan pada tahun
2014, Tervalidasinya Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (insiden di bawah 1
per 1.000 kelahiran hidup dalam satu tahun) pada tahun 2013, Eradikasi polio pada
tahun 2015,Tercapainya eliminasi campak pada tahun 2015,Terselenggaranya
pemberian imunisasi yang aman serta pengelolaan limbah medis (safety injection
practise and waste disposal management).

3.Manfaat imunisasi
Adapun manfaat imunisasi bagi anak itu sendiri, keluarga dan Negara (Putra R.
Sitiatava, 2012).adalah sebagai berikut:
a. Manfaat untuk anak adalah untuk mencegah penderiaan yang disebabkan oleh
penyakit dan kemungkinan cacat atau kematian.
b. Manfaat untuk keluarga adalah untuk menghilangkan kecemasan dan biaya
pengobatan apabila anak sakit. Mendorong keluarga kecil apabila si orang tua
yakin bahwa anak-anak akan menjalani masa kanak-kanak dengan aman.
c. Manfaat untuk negara adalah untuk memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan
bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara dan
memperbaiki citra bangsa indonesia diantara segenap bangsa didunia.

4.Imunisasi dasar pada bayi

a. BCG (bacile callmete-guerin)


Vaksin BCG adalah vaksin berisi kuman Mycobacterium bovis dilemahkan.Vaksin ini
merupakan salah satu vaksin yang telah digunakan secara luas.BCG memiliki efek
perlindungan terhadap tuberkulosis (TB) berat dan radang otak akibat TB. Perlu
diketahui bahwa vaksin BCG tidak sepenuhnya efektif mencegah infeksi TB primer
atau reaktivasi infeksi TB yang laten.penyuntikan BCG yang dianjurkan oleh World
Health Organization (WHO) adalah daerah lengan atas (deltoid). Berdasarkan
kesepakatan, penyuntikan dilakukan di lengan atas sebelah kanan.Setelah penyuntikan
vaksin BCG, umumnya terjadi bisul atau luka bernanah. Hal ini dikarenakan vaksin
BCG mengandung bakteri hidup sehingga penyuntikannya akan menyerupai infeksi
alamiah, dimana tubuh melakukan respons imun dan terbentuk bisul.
Adapun dosis yang diberikan untuk anak < 1 tahun adalah 0,05 ml (Fida dan Maya,
2012) Vaksin BCG cukup diberikan 1 kali, tidak perlu diulang (Booster).Sebab,
vaksin ini berisi kuman hidup, sehingga antibodi yang dihasilkannya sangat
tinggi.Tentunya, itu berbeda dengan vaksin yang berisi kuman mati, sehingga
memerlukan pengulangan (Fida dan Maya, 2012).

b. Hepatitis B
Imunisasi Hepatitis B adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan
aktif terhadap penyakit Hepatitis B, yaitu penyakit infeksi yang dapat merusak
hati.6.imunisasi hepatitis B berisi Vaksin virus recombinan yang telah diinaktivasikan
dan bersifat non-infecious, berasal dari HBsAg. .Jumlah pemberian Sebanyak 3 kali,
dengan interval 1 bulan antara suntikan pertama dan kedua, kemudian 5 bulan antara
suntikan detiga dan kedua (Putra Rizema Sitiatava, 2012). Sebaiknya diberikan 12
jam setelah lahir. Dengan syarat kondisi bayi dalam keadaan stabil, tidak ada
gangguan pada paru-paru dan jantung.Penyuntikan vaksin Hepatitis B dilakukan di
lengan dengan cara intramuskular (IM) pada anak. Sedangkan pada bayi dipaha lewat
anterolateral (antero=otot-otot bagian depan,sedangkan lateral=otot bagian luar).
Akan tetapi penyuntikan dipantat idak dianjurkan karena bisa mnegurangi efektifitas
vaksin (Fida dan Maya, 2012).Cara pemberian dan dosis vaksin hepatitis b diberikan
dengan dosis Dosis 0,5 ml atau 1 (buah) HB PID, secara intramuskuler, sebaiknya
pada anterolateral paha,pemberian sebanyak 3 dosis,Dosis pertama usia 0–7 hari,
dosis berikutnya interval minimum 4 minggu (1 bulan).

c. DPT (difterio,tetanus,pertusis)
Imunisasi DPT merupakan imunisasi yang diberika untuk menimbulkan kekebalah
aktif terhadap beberapa penyakit seperti Penyakit difteri, yaitu radang tenggorokan
yang sangat berbahaya karena menimbulkan terggorokan tersumbat dan kerusakan
jantung yang menyebabkan kematian dalam beberapa hari saja.Penyakit pertusis,
yaitu radang paru (pernapasan) yang disebut juga batuk rejan atau batuk 100 hari
karena sakitnya bisa mencapai 100 hari atau 3 bulan lebih. Gejala penyakit ini sangat
khas, yaitu batuk yang bertahap, panjang dan lama disertai bunyi “(whoop)”/ berbunyi
dan diakhiri dengan muntah, mata dapat bengkak atau penderita bisa meninggal
karena kesulitan bernapas.Imunisasi ini diberikan 3 kali karena pemberian pertama
antibodi dalam tubuh masih snagat rendah, pemberian kedua mulai meningkat dan
pemberian ketiga cukupan antibodi. Daya proteksi vaksin difteri cukup baik yaitu
sebesar 80-90%, daya proteksi vaksin tetanus sebesar 90-95% akan tetapi daya
proteksi vaksin pertusis masih rendah yaitu 50-60%, oleh karena itu, anak-anak masih
berkemungkinan untuk terinfeksi batuk seratus (100) atau pertusis, tetapi lebih ringan
(Proverawati. A, 2010) Imunisasi DPT diberikan pada usia 2 bulan, dengan interval 4-
6 minggu. DPT 1 diberikan saat usia 2-4 bulan, DPT 2 diberikan ketika usia 3-5
bulan, dan DPT 3 diverikan saat usianya memasuki 4-6 bulan (Fida dan Maya,
2012).cara pemberian dan dosis DPT harus disuntikkan secara intramuskular pada
anterolateral paha atas dan dengan dosis anak adalah 0,5 ml.

d. Polio
Imunisasi polio adalah imunisasi yang digunakan untuk mencegah penyakit
poliomyelitis yang bisa menyebakan kelumpuhan pada anak.Kandungan vaksin ini
ialah virus yang dilemahkan (Fida dan Maya, 2012).Isi dari imunisasi polio adalah
Vaksin Polio Trivalent yang terdiri dari suspensi virus poliomyelitis tipe 1, 2, dan 3
(strain Sabin) yang sudah dilemahkan.cara pemberian dan dosis imuniisasi polio
dilakukan Secara oral (melalui mulut), 1 dosis (dua tetes) sebanyak 4 kali (dosis)
pemberian, dengan interval setiap dosis minimal 4 minggu.8 Vaksin polio oral (OPV)
diberikan saat lahir, usia 2, 4, 6, 18 bulan (atau usia 2, 3, 4 bulan sesuai program
pemerintah), sedangkan untuk vaksin polio suntik (IPV) diberikan pada usia 2, 4, 6-18
bulan dan 6-8 tahun. Apabila imunisasi polio terlambat diberikan, jangan mengulang
pemberiannya dari awal, tetapi lanjutkan dan lengkapi sesuai jadwal,  tidak peduli
berapa pun interval keterlambatan dari pemberian sebelumnya.

e. Campak
Imunisasi campak adalah imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya
penyakit campak pada anak karena penyakit ini sangat menular.Sebenarnya, bayi
sudah mendapat kekebalan campak dari 32 ibunya. Namun, seiring bertambahnya
usia, antibodi dari ibunya semakin menurun sehingga butuh antibodi tambahan lewat
pemberian vaksin campak. Apalahgi penyakit campak mudah menular dan anak yang
daya tahan tubuhnya lemah gampang sekali terserang penyakit yang disebabkan oleh
virus morbili ini.Namun, untungnya penyakit campak hanya diderita sekali seumur
hidup. Jadi, sekali terkena campak, setelah itu biasanya tidak akan terkena lagi
(Maryunani.A, 2010). Imunisasi campak diberikan pada usia 9 bulan dan dosis
ulangan (second opportunity pada crash programcampak) pada usia 6-59 bulan serta
saat SD kelas 1-6. Terkadang, terdapat program PIN (Pekan Imunisasi Nasional)
campak yang bertujuan sebagai penguatan (strengthening).Program ini bertujuan
untuk mencakup sekitar 5 persen individu yang diperkirakan tidak memberikan
respon imunitas yang baik saat diimunisasi dahulu. Bagi anak yang terlambat/belum
mendapat imunisasi campak: bila saat itu anak berusia 9-12 bulan, berikan kapan pun
saat bertemu. Bila anak berusia >1 tahun, berikan MMR. pemberian dan dosis
imunisasi campak dnegan dosis: 0,5 ml disunt)ikkan secara subkutan pada lengan kiri
atas atau anterolateral paha, pada usia 9–11 bulan.
Jadwal imunisasi

Tabel jadwal pemberian imunisasi menurut (Dirjen PP dan PL Depkes RI, 2013)

Jenis imunisasi Usia pemberian Jumlah pemberian Interval minimal


Hepatitis B 0-7 hari 1
BCG 1 Bulan 1
Polio 1,2,3,4 bulan 4 4 minggu
DPT 2,3,4 bulan 3 4 minggu
Campak 9 bulan 1

9. DD dari scenario
RETARDASI MENTAL

Menurut WHO adalah kemampuan mental yang tidak mencukupi . sedangkan menurut
carther CH retardasi mental adalah kondisi yang ditandai oleh intelegensia yang rendah yang
menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan
masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal. Sedangkan menurut American
association of mental retardation (AAMR) adalah fungsi intelektual umum secara makna
dibawah normal disertai adanya keterbatasan antara dua fungsi adaptif atau lebih yaitu
komunikasi, menolong diri sendiri, keterampilan social, mengarahkan diri, keterampilan
akademik, bekerja, menggunakan waktu luang, kesehatan dan atau keamanan. Keterbatasan
ini timbul sebelum umur 18 tahun.

Etiologi : adanya disfungsi otak merupakan dasar dari retardasi mental. Untuk mengetahui
adanya retardasi mental perlu anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik dan laboratorium.
Penyebabnya sangat kompleks dan multifocal. Diketahui ada beberapa faktor yang berperan
dalam terjadinya retardasi mental yaitu:

I. Faktor non-organik
- Kemiskinan dan keluarga yang tidak harmonis
- Faktor sosiokultural
- Interaksi anak dan pengasuh yang tidak baik
- Penelantaran anak
II. Faktor organic
- Faktor prakonsepsi seperti kelainan kromosom dan sindrom polygenic familial
- Faktor prenatal seperti gangguan pertumbuhan otak trimester 1 dan pada
trimester 2 dan 3
- Faktor perinatal seperti sangat premature, asfiksia neonatorum, meningitis dan
trauma lahir
- Faktor pascanatal seperti trauma berat dan neurotoksin

Manifestasi klinik: gejala klinis retardasi mental terutama yang berat adalah kelainan fisik
yang merupakan stigmata congenital dan kadang-kadang merupakan gambaran stigmata yang
mengarah ke suatu sindrom penyakit tertentu , dibawah ini beberapa kelainan fisik dan gejala
yang sering disertai retardasi mental Seperti katarak pada mata,kejang umum tonik klonik,
kelainan kulit, kelainan rambut dan kepala.

Penanganan : untuk setap anak sebaiknya dibuat rancangan strategi suatu pendekatan bagi
anak secara individual untuk mengembangkan potensi anak terseut seoptimal mungkin.
Untuk itu, perlu melibatkan psikolog untuk menilai perkembangan mental anak terutama
kemampuan kongnitifnya dan dokter spesialis anak untuk memeriksa fisik anak, menganalisa
penyebab dan mengobati penyakit atau komorbid yang mungkin ada. Pada orang tua perlu
diberi penerangan yang jelas mengenai keadaan anaknya dan apa yang dapat diharapkan dari
terapi yang diberikan. Selain itu perlu kerja sama antara guru dan orang tuanya agar tidak
terjadi kesimpangsiuran dalam penanganan anak disekolah. Mereka juga harus mendapatkan
pendidikan khusus sesuai dengan taraf IQ-nya.

Prognosisi : seorang anak yang mengalami retardasi mental yang berat prognosis
kedepannya ditentukan oleh keadaan anak tersebut pada masa awal anak-anaknya. Retardasi
mental yang ringan bisa jadi terjadi hanya sementara. Efek jangka panjang dari setiap anak
berbeda-beda bergantung pada derajat deficit kongnitif dan adaptif, gangguan perkembangan
pada masa embrionik, dan dukungan keluarga serta lingkungan.

SINDROM DOWN

Definisi : down syndrome adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan
mental pada anak yang disebabkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom menurut
cuncha dalam Mark L. Batshaw, M.D. anak cacat mental pada umumnya mempunyai
kelainan yang lebih dibandingkan cacat yang lainnya, terutama intelegensianya.
Etiologi :

- Genetic: pada translokasi 25% bersifat familial. Bukti yang mendukung teori ini
didasarkan hasil penelitian epidemiologi yang menyatakan bahwa ada peningkatan
resiko berulang bila dalam keluarga terdapat anak dengan sindrom down.
- Umur ibu : setelah umur lebih dari 30 tahun resiko sindrom down mulai meningkat
dari 1:800 menjadi 1:32 pada umur 45 tahun terutama pada tipe nondisjanction.
- Radiasi
- Infeksi : virus diduga menjadi salah satu penyebab terjadinya sindrom down tetapi
sampai saat ini belum dapat dibuktikan
- Autoimun: terutama autoimun tiroid atau penyakit yang dikaitkan dengan tiroid.

Menifestasi klinik: mulai dari yang tidak tampak sama sekali, tampak minimal sampai
muncul tanda yang khas. Penderita dengan tanda khas berupa microsefali dengan bagian
anteroposterior mendatar, pada wajah tampak sela hidung yang datar, mulut yang mengecil
dan lidah yang menonjol keluar (makroglossia), sering kali mata menjadi sipit dengan sudut
tengah membentuk lipatan, tangan yang pendek termasuk ruas jari-jarinya serta jarak jari
pertama dan kedua baik pada tangan dan kaki melebar dan lapisan kulit tampak keriput.

Terapi :

Jenis-Jenis Terapi Pada Anak Down Syndrome

1) Terapi Fisik (Physio Theraphy)

Terapi ini biasanya diperlukan pertama kali bagi anak down syndrome. Dikarenakan mereka
mempunyai otot tubuh yang lemas, terapi ini diberikan agar anak dapat berjalan dengan cara
yang benar.

2) Terapi Wicara

Terapi ini perlukan untuk anak down syndrome yang mengalami keterlambatan bicara dan
pemahaman kosakata.

3) Terapi Okupasi

Terapi ini diberikan untuk melatih anak dalam hal kemandirian, kognitif/ pemahaman,
kemampuan sensorik dan motoriknya. Kemandirian diberikan kerena pada dasarnya anak
down syndrome tergantung pada orang lain atau bahkan terlalu acuh sehingga beraktifitas
tanpa ada komunikasi dan tidak memperdulikan orang lain. Terapi ini membantu anak
mengembangkan kekuatan dan koordinasi dengan atau tanpa menggunakan alat.

4) Terapi Remedial

Terapi ini diberikan bagi anak yang mengalami gangguan kemampuan akademis dan yang
dijadikan acuan terapi ini adalah bahan-bahan pelajaran dari sekolah biasa.

5)Terapi Sensori Integrasi

Sensori Integrasi adalah ketidakmampuan mengolah rangsangan/sensori yang diterima.


Terapi ini diberikan bagi anak down syndrome yang mengalami gangguan integrasi sensori
misalnya pengendalian sikap tubuh, motorik kasar, motorik halus dll. Dengan terapi ini anak
diajarkan melakukan aktivitas dengan terarah sehingga kemampuan otak akan meningkat.

6) Terapi Tingkah Laku (Behaviour Theraphy)

Mengajarkan anak down syndrome yang sudah berusia lebih besar agar memahami tingkah
laku yang sesuai dan yang tidak sesuai dengan norma-norma dan aturan yang berlaku di
masyarakat.

7) Terapi Akupuntur

Terapi ini dilakukan dengan cara menusuk titik persarafan pada bagian tubuh tertentu dengan
jarum. Titik syaraf yang ditusuk disesuaikan dengan kondisi sang anak.

8) Terapi Musik

Terapi musik adalah anak dikenalkan nada, bunyi-bunyian, dll. Anak-anak sangat senang
dengan musik maka kegiatan ini akan sangat menyenangkan bagi mereka dengan begitu
stimulasi dan daya konsentrasi anak akan meningkat dan mengakibatkan fungsi tubuhnya
yang lain juga membaik

Prognosis : 40% kasus dengan sindrom down hidup sampai umur 60 tahun. 14 % sampai
umur 68 tahun, berbagai faktor berpengaruh terhadap harapan hidup penderita sindrom down
yang terpenting adalah tingginya angka kejadiaan penyakit jantung bawaan yang
menyebabkan 80% kematian terutama pada 1 tahun pertama kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Pemantauan Perkembangan Anak Balita. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 2010. Vol 4,


No. 2. Unand
2. Buku ajar imunisasi kemenkes RI
3. Adinda Karina, Bambang Edi warsito. Pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar
balita.Fakultas kedokteran Universitas diponegoro; 2012
4. Kusnandi rusmil Ikatan dokter anak Indonesia
5. Dr natharnia Yolanda. Ikatan dokter anak Indonesia
6. "The human osmoregulatory Na+/myo-inositol cotransporter gene (SLC5A3):
molecular cloning and localization to chromosome 21". Department of Pediatrics,
University of Pennsylvania School of Medicine; Berry GT, Mallee JJ, Kwon HM, Rim
JS, Mulla WR, Muenke M, Spinner NB. Diakses tanggal 2010-05-03.
7. "Tumorigenesis and neurodegeneration: two sides of the same coin?". Department of
Pathology, Massachusetts General Hospital; Staropoli JF. Diakses tanggal 2010-06-28.
8. "Penanganan Syndrom Down" Karya Prof.dr.Josseph Gerald Fernando
Marpaung.,Amd.Kep 2015

Anda mungkin juga menyukai