Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang


manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa balita menjadi penentu
keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak di periode selanjutnya. Sistem
imunitas pada anak balita masih lemah dan belum sempurna sehingga
menyebabkan balita sangat rentan terkena penyakit ISPA 1.

ISPA memerlukan perawatan dan penanganan intensif karna merupakan


pembunuh utama balita di seluru dunia. Unicef mengestimasikan bahwa kematian
bakita akibat ISPA labih banyak dibandingkan gabungan dari penyakit Aqiured
Immunodeficiency syndrom (AIDS), malaria, dan campak. Setiap tahun
diperkirakan lebih dari 2 juta balita maninggal akibat infeksi saluran pernapasan
akut atau 1 balita meninggal setiap 20 detik di seluruh dunia 2.

Menurut WHO (World Health Organization), bahwa ± 13 juta anak balita di


dunia meninggal setiap tahun dan sebagian besar kematian tersebut terdapat di
Negara berkembang seperti di Asia dan Afrika : India (48%), Indonesia (38%),
Ethiopia (4,4%), Pakistan (4,3%), China (3,5%), Sudan (1,5%), dan Nepal (0,3%).
Dimana ISPA merupakan salah satu penyebab utama kematian dengan membunuh
± 4 juta dari _ 13 juta anak balita setiap tahun. Di Indonesia kasus ISPA selalu
menempati urutan pertama penyebab kematian bayi. Pada tahun 2017 berdasarkan
data dari Laporan Rutin Subdit ISPA Tahun 2017, didapatkan insiden (per 1000
balita) di Indonesia sebesar 20,54%.(Kemenkes RI, 2017) Pada tahun 2018
Berdasarkan data laporan ruin Subdit ISPA Tahun 2018, didapatkan insiden (per
1000 balita) di Indonesia sebesar 20,06% hampir sama dengan data tahun
sebelumnya 20,56% 3.
Berdasarkan data Riskesda Provinsi Maluku Utara tahun 2018 kasus ISPA
pada balita sebanyak 1.614 kasus dan data dari Dinas Kesehatan Kesehatan Kota
Ternate tahun 2018 sebanyak 1.192 kasus4.

Menurt Ijana (2017) menyatakan bahwa 73,3% dari kejadian ISPA di


karenakan balita tidak di berikan ASI eksklusif,sehingga balita dengan tidak di
berikan ASI eksklusif memiliki resiko terkena ISPA 3 kali lebih besar di
bandingkan degan balita yang diberi ASI eksklusif. ISPA menjadi salah satu
penyebab kematian bayi yang di karenakan system kekebalan tubuh bayi yang
tidak adekuat. Faktor ketahan tubuh itu sangat berpengaruh pada kekebalan tubuh
bayi yang di transfer dari plasenta dan air susu ibu(ASI) (Palmer, 2011) inisiasi
menyusu dini dan ASI eksklusif dapat mengurangi resiko penyakit infeksi
sehingga mencengah kematian bayi yang lebih besar, hal ini karena ASI
megandung kolostrum yaitu cairan kaya zat anti-infeksi 10-17 kali lebih banyak
dari pada ASI matur dan banyak protein.Kolostrum berfungsi sebagai perlindugan
aktif maupun pasif bagi bayi terhadap serangan barbagai jenis patongen.
Kolostrum di produksi sekitar minggu pertama kelahiran. ASI eksklusif dapat
mencegah kerusakan dari barrier imunologi yang disebabkan zat penyebab alergi
maupun kontaminasi pada makanan maupun susu formula 5

Menurut data pematauan status gizi di Indonesia pada tahun 2017 meunjukan
cakupan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama oleh ibu kepada
bayinya masi sanggat renda yakni 35,7%. Artinya ada 65% bayi yang tidak di
berikan ASI eksklusif selama 6 bulan saat lahir. Angka ini sagat sungguh jauh dari
target cakupan ASI eksklusif pada 2019 yang di tetapkan oleh WHO ataupun
Kementrian Kesehatan yaitu 80%.(Kemenkes RI,2017) Dukungan pemberian
ASI eksklusif dari berbagai negara di dunia sangatlah besar. Hal ini dikarenakan
masih rendahnya cakupan pemberian ASI tersebut. Menurut data United Nations
International Children’s Emergency Fund (UNICEF) tahun 2012 cakupan rata-
rata ASI eksklusif di dunia hanya sebesar 38%, sedangkan untuk negara
berkembang termasuk Indonesia memiliki rata-rata cakupan ASI hanya sebesar
47%-57% saja. Secara nasional, cakupan bayi mendapat ASI eksklusif tahun 2018
yaitu sebesar 68,74%. Angka tersebut sudah melampaui target Renstra tahun 2018
yaitu 47%. Persentase tertinggi cakupan pemberian ASI eksklusif terdapat pada
Provinsi Jawa Barat (90,79%), sedangkan persentase terendah terdapat di Provinsi
Gorontalo (30,71%). Sebanyak enam provinsi belum mencapai target Renstra
tahun 2018. Cakupan presentase ASI di Maluku Utara pada tahun 2018 adalah
58,09%. Menurut data presentase pemberian ASI eksklusif Dinas Kesehatan kota
Ternate yang diambil dari 11 puskesmas pada 3 tahun terakhir (2017-2019)
didapatkan presentasi >60% 2.

berdasarkann data dari Puskesmas Gambesi sebanyak 558 di temukan pada


penderita infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) pada balita di tahun 2020 pada
wilayah kerja Puskesmas.Pada januari sebanyak 88 kasus, februari sebanyak 72
kasus,maret sebanyak 74 kasus,april sebanyak 26 kasus,mei sebanyak 20
kasus,juni sebanyak 38 kasus,juli sebenyak 20 kasus,agustus sebanyak 61
kasus,September sebanyak 33 kasus,oktober sebanyak 36 kasus,novenber
sebanyak 57 kasus,desember sebanyak 34 kasus.sedangkan jumlah kasus
terbanyak terdapad di bulan januari sebanyak 88 kasusdan jumlah kasus terendah
terdapat di bulan mei dan juli sebanyak 20 kasus

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk


melakukan penelitian ini dengan judul “ Hubungan Riwat Pemberian ASI
Eksklusif Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Pada Balita
Di Puskesmas Gambesi”

B. Rumusan Masalah

Adahkah hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian


infeksi saluran pernapasan akut pada balita di Puskesmas Gambesi?
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk menganalisis hubungan pemberian ASI eksklusif dengan


kejadian infeksi saluran pernapasan akut pada balita di Puskesmas
Gambesi

2. Tujuan Khusus

a. Untuk menganalisis hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan


kejadian infeksi saluran pernapasa akut pada balita di Puskesmas
Gambesi Tahun 2020

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Institusi


a) Sebagai masukan di Puskesmas Gambesi agar dapat meningkatkan
program pelayanan kesehatan dalam langka pencengahan dan
perawatan mengenai hubungan riwayat pemberian ASI eksklusif
dengan kejadian infeksi salura pernapasan akut (ISPA) pada balita
b) Sebagai rekam data penelitian di fakultas kedokteran universitas
khairun

2. Manfaat Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat sebagai sumber


infomasi bagi masyarakat tentang hubungan riwayat pemberian ASI
Eksklusf dengan kejadian infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) pada
balita

3. Manfaat Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini di harapkan dapat menberikan manfaat bagi


peneliti dalam meningkatkan pengetahuan dan wawasan peneliti mengenai
hubungan riwayat pemberian ASI Ekslusif dengan kejadian infeksi saluran
pernapasan akut (ISPA) pada balita dan menanbah bahan referensi bagi
peneliti selanjutnya di universitas khairun

Anda mungkin juga menyukai