Anda di halaman 1dari 45

MANUAL CSL

“SISTEM MUSKULOSKELETAL”

Tahun Akademik 2021 - 2022

Diberikan pada Mahasiswa Semester III

Tim Penyusun:

dr. Fera The, M.Kes

dr. Marwah Widuri Anwar

BLOK SISTEM MUSKULOSKELETAL

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

UNIVERSITAS KHAIRUN

2021
TATA TERTIB UMUM

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter FK Unkhair harus mematuhi tata tertib
seperti di bawah ini :

1. Berpakaian, berpenampilan dan bertingkah laku yang baik dan sopan layaknya seorang
dokter. Tidak diperkenankan memakai pakaian ketat, berbahan jeans, baju kaos
(dengan/tanpa kerah), dan sandal sepatu atau sandal.
2. Mahasiswa laki-laki wajib berambut pendek dan rapih.
3. Mahasiswi perempuan wajib berpakaian sopan dan bagi yang tidak menggunakan jilbab,
rambutnya ikat dengan rapi serta menggunakan rok panjang sampai mata kaki dan
kemeja.
4. Tidak diperkenankan merokok di lingkungan kampus FK Unkhair.
5. Menjaga ketertiban dan kebersihan di lingkungan FK Unkhair.
6. Memakai papan nama di setiap kegiatan akademik. Jika tidak memakai papan nama
maka tidak diperkenankan mengikuti kegiatan akademik.
7. Mahasiswa yang tidak hadir di kegiatan akademik karena sakit wajib memberitahu
bagian pendidikan saat itu dan selanjutnya membawa lampiran keterangan bukti
diagnosis dari dokter (diterima paling lambat 1 hari setelah tanggal sakit)

2
TATA-TERTIB KEGIATAN KETERAMPILAN KLINIK / CLINICAL SKILL
LABORATORY (CSL)

Sebelum pelatihan

1. Membaca Penuntun Belajar (manual) Keterampilan Klinik Sistem yang bersangkutan dan
bahan bacaan rujukan tentang keterampilan yang akan dilakukan.
Pada saat pelatihan

1. Datang 10 menit sebelum CSL dimulai.


2. Wajib mengikuti seluruh kegiatan CSL sesuai dengan jadwal rotasi yang telah ditentukan.
3. Tidak diperkenankan memanjangkan kuku lebih dari 1 mm.
4. Mengenakan jas laboratorium yang bersih dan dikancing rapih pada setiap kegiatan CSL.
Bagi mahasiswi yang berjilbab, jilbabnya harus dimasukkan ke bagian dalam jas
laboratorium.
5. Buanglah sampah kering yang tidak terkontaminasi (kertas, batang korek api, dan
sebagainya) pada tempat sampah non medis. Sampah yang telah tercemar (sampah
medis), misalnya kapas lidi yang telah dipakai, harus dimasukkan ke tempat sampah
medis yang mengandung bahan desinfektan untuk didekontaminasi, dan sampah tajam
dimasukan pada tempat sampah tajam.
6. Berpartisipasi aktif pada semua kegiatan latihan.
7. Memperlakukan model seperti memperlakukan manusia atau bagian tubuh manusia.
8. Bekerja dengan hati-hati.
9. Tidak diperkenankan menghilangkan, mengambil atau meminjam tanpa ijin setiap alat
dan bahan yang ada pada ruang CSL.
10. Setiap selesai kegiatan CSL mahasiswa harus merapihkan kembali alat dan bahan yang
telah digunakan.
11. Pengulangan CSL dapat dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut :

3
a. Membuat surat permohonan pengulangan CSL ke bagian pendidikan tembusan ke
bagian CSL dengan melampirkan materi yang akan diulang dan jumlah peserta
yang akan ikut paling lambat 3 hari sebelum hari pelaksanaan.
b. Pengulangan CSL dilaksanakan pada saat tidak ada jadwal perkuliahan dengan atau
tanpa pendamping dari instruktur.
c. Pengulangan CSL dilaksanakan sampai maksimal pukul 17.00 WIB.

SANKSI PELANGGARAN TATA TERTIB UMUM

1. Bagi mahasiswa yang tidak mematuhi tata tertib umum tidak dapat mengikuti setiap
kegiatan akademik.
2. Bagi mahasiswa yang terlambat melakukan registrasi tidak berhak memperoleh pelayanan
akademik.
3. Bagi mahasiswa yang tidak mengajukan/merencanakan program studinya (mengisi KRS)
pada waktu yang telah ditentukan sesuai kalender akademik tidak boleh mengikuti segala
aktifitas perkuliahan.
4. Bagi mahasiswa yang terlambat hadir, tidak dapat mengikuti setiap kegiatan.

SANKSI PELANGGARAN TATA TERTIB CSL & PRAKTIKUM

1. Bagi mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan CSL pada materi tertentu, maka
mahasiswa tersebut tidak diperkenankan mengikuti kegiatan CSL pada jadwal berikutnya
untuk materi tertentu tersebut.
2. Bagi mahasiswa yang mengikuti kegiatan CSL dan praktikum tidak sesuai dengan jadwal
rotasinya dianggap tidak hadir.
3. Bagi mahasiswa yang persentasi kehadiran CSLnya < 100 % dari seluruh jumlah tatap
muka CSL, maka mahasiswa tidak dapat mengikuti ujian CSL.
4. Kerusakan alat dan bahan yang ada pada ruang CSL dan praktikum yang terjadi karena
ulah mahasiswa, resikonya ditanggung oleh mahasiswa yang bersangkutan.

4
5. Bagi mahasiswa yang menghilangkan, mengambil atau meminjam tanpa ijin setiap alat
dan bahan yang ada pada ruang CSL dan praktikum akan mendapatkan sanksi tegas
sesuai dengan peraturan yang berlaku
6. Bagi mahasiswa yang persentase kehadiran praktikumnya < 100 % dari seluruh
jumlah tatap muka praktikum tidak dapat mengikuti ujian praktikum.
7. Nilai ujian CSL menjadi prasyarat ikut ujian blok. Jika tidak lulus CSL maka tidak
diperkenankan ikut ujian blok muskuloskeletal.

PENGANTAR

Panduan clinical skill lab (CSL) Sistem Muskuloskeletal ini terdiri atas 4 (empat) keterampilan
utama, yaitu :

1. Anamnesis keluhan utama yang berhubungan dengan Sistem Muskuloskeletal dimana


penggalian riwayat penyakit sudah lebih spesifik mengarah ke Sistem Muskuloskeletal
2. Keterampilan pemeriksaan fisik. Diharapkan mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan
fisik pada daerah yang dicurigai terdapat fraktur dimulai dari riwayat penyakit, termasuk
penyebab cedera, adanya cedera lain, cedera sebelumnya di regio yang terkena, riwayat
penyakit dahulu, dan alergi. Pemeriksaan awal termasuk menilai status neurovaskuler,
mengamati adanya robekan kulit, dan menilai adanya cedera jaringan lunak. Palpasi pada
daerah dengan lembut memungkinkan pemeriksa menunjuk tempat fraktur dan
menggunakan radiografi dengan lebih baik.
3. Interpretasi data/kemampuan prosedural pemeriksaan penunjang. Diharapkan mahasiswa
mampu memahami prosedur pembacaan hasil rontgen pada fraktur
4. Mahasiswa diharapkan mampu melakukan tindakan terapeutik pada kasus fraktur
Buku panduan ini disusun sebagai panduan langkah-langkah mahasiswa melakukan
dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, interpretasi hasil rontgen dan tindakan terapeutik
pada kasus fraktur disertai daftar tilik sebagai lembar penilaian instruktur pada
mahasiswa sebagai penilaian akhir dalam menilai kemajuan ketrampilan yang dilatih.

5
Ternate, September 2021

Tim Penyusun

6
7
SISTEM MUSKULOSKELETAL

CSL 1 TEKNIK ANAMNESA

Tujuan pembelajaran Tujuan Umum :

Setelah kegiatan ini mahasiswa mampu melakukan anamnesis lengkap, pemeriksaan


fisik, pemeriksaan penunjang meliputi interpretasi hasil rontgen dan tindakan terapeutik pada
kasus fraktur

Tujuan Khusus :

Setelah kegiatan ini mahasiswa mampu :

1. Melakukan komunikasi/anamnesis dengan pasien secara lengkap


1.1. Dapat menanyakan identitas pasien
1.2. Dapat menanyakan riwayat penyakit sekarang
1.3. Dapat menanyakan riwayat penyakit sebelumnya
1.4. Dapat menanyakan riwayat pengobatan
1.5. Dapat menanyakan riwayat keluarga
1.6. Dapat menanyakan latar belakang social dan pekerjaan
2. Melakukan pemeriksaan inspeksi, palpasi dan menilai movement pada kasus trauma /
fraktur
3. Melakukan interpretasi terhadap hasil rontgen
4. Melakukan ketrampilan klinik terapeutik

Metode pembelajaran :

1. Demonstrasi sesuai dengan daftar panduan belajar


2. Diskusi Partisipasi aktif dalam skill lab (simulasi)
3. Evaluasi melalui check list / daftar tilik dengan sistem skor

8
Media dan alat bantu pembelajaran :

- Daftar panduan belajar anamnesis, pemeriksaan fisik, intrepretasi foto, dan terapeutik
musculoskeletal, Jas laboratorium
- Jas laboratorium

Penilaian :

0 = Sama sekali tidak melakukan

1 = Perlu perbaikan : langkah-langkah dilakukan tapi tidak lengkap

2 = Mampu : langkah-langkah dilakukan dengan benar dan lengkap

CSL 1 (ANAMNESIS)

DESKRIPSI KEGIATAN

Kegiatan Waktu Deskripsi

1. Pengantar 10 menit Pengantar

2. Bermain peran Tanya 30 menit 1. Mengatur posisi duduk mahasiswa


dan jawab 2. Seorang dosen (instruktur) memberikan contoh
bagaimana cara melakukan anamnesis secara
umum. Dosen (instruktur) sebagai dokter dan
seorang mahasiswa lagi sebagai pasien.
Mahasiswa lain wajib menyimak dan
mengamati.
3. Memberikan kesempatan mahasiswa bertanya
kepada instruktur dan instruktur menjawab dan
memberikan penjelasan tentap aspek penting

9
dalam anamnesis.

3. Praktek bermain peran 120 menit 1. Mahasiswa dikelompokkan secara berpasangan.


dan umpan balik Satu orang berperan sebagai dokter/pemeriksa
dan satu orang berperan sebagai pasien secara
serentak. Instruktur mengamati setiap pasangan.
2. Instruktur memberikan tema khusus atau
keluhan utama kepada pasien dan selanjutkan
ditanyakan oleh pemeriksa.
3. Instruktur berkeliling untuk menilai dengan
daftar tilik setiap mahasiswa yang berlatih.
4. Mahasiswa bertukar peran secara serentak dan
kemudian instruktur menilai performa
mahasiswa tersebut.
4. Curah 40 menit 1. Mahasiswa bertanya tentang apa yang belum
pendapat/diskusi dipahaminya serta instruktur menjawab dan
menjelaskannya serta instruktur bertanya apakah
ada bagian yang sulit dari proses tersebut.
Total waktu 200 menit

10
DAFTAR TILIK CSL 1

TEKNIK ANAMNESIS

No LANGKAH/KEGIATAN
A. ANAMNESIS 0 1 2
Memberikan salam lalu pemeriksa berdiri dan menjabat
1 tangan pasien serta memperkenalkan diri pemeriksa
2 Mempersilahkan pasien duduk bersebrangan dengan
3 Tanyakan identitas pasien meliputi:
a. Nama
b. Umur
c. Status pernikahan
d. Pekerjaan
e. Pendidikan
f. Alamat rumah
4 Melakukan informed consent terhadap pasien
5 Keluhan Utama (nyeri, deformitas dan disfungsi)
6 Menanyakan riwayat sekarang yang meliputi
a. perdalam riwayat penyakit yang dapat membantu
menegakkan diagnosa :
 Lokasi nyeri : tepatnya nyeri terletak disebelah mana?
Satu sisi atau dua sisi?
 Onset durasi nyeri; sudah berapa lama, apakah nyeri
terus menerus atau hilang timbul, nyeri timbul
terutama pada pagi/siang/sore/malem atau timbul pada
kondisi apa?
Sifat nyeri : menjalar atau menetap?, nyeri hebat atau tidak?
b. Tanyakan gejala lain yang menyertainya rasa nyeri tersebut
:
 Rasa kram/kesemutan pada jari-jari
 Rasa tebal/baal (hilangnya sensibilitas/rasa pada
kulit/telapak tangan/kaki/jari-jari)
Kelemahan/kelumpuhan pada beberapa otot/ekstremitas
c. Tanyakan adakah gangguan pada fungsi/aktifitas sehari-
11
hari? Seperti :
 Gangguan pada saat membuka pakaian
 Gengguan pada saat mandi
 Gangguan pada saat naik turun tangga
 Gangguan pada saat sholat?
d. Tanyakan gejala yang timbul pada sistem lain yang timbul
selama menderita penyakit ini :
 gangguan pada sistem indra : mata, telinga, hidung
mulut, gigi
 apakah disertai nyeri/pusing pada kepala?
 Gangguan tenggorokan : batuk, pilek, sesak nafas?
 Gangguan pada jantung: berdebar-debar, nyeri dada
 Gangguan pada sistem pencernaan : mual, muntah,
BAB lancar/konstipasi?
 Gangguan pada sistem urinarius : BAK lancar? Atau
ada gangguan? Nyeri pinggang?
Tanyakan Penyakit dahulu yang dapat menunjang diagnosa
dan pengobatan dari pasien :
 Apakah pasien pernah menderita penyakit dengan
gejala seperti ini sebelumnya?
 Apakah pasien pernah atau sedang mengalami suatu
penyakit yang sekiranya berhubungan dengan penyakit
6
sekarang seperti
o DM, Asam urat, Artritis , miksidema, riwayat
kehamilan, trauma, neoplasma, osteoartritis dan
penyakit-penyakit sistemik lainnya?
 Apakah pasien pernah atau sedang mengalami
penyakit seperti : Hipertensi, Asma,TBC, mag. dll.
Tanyakan riwayat pengobatan :
 Apakah selama menderita penyakit ini pasien sudah
minum obat/kedokter ? Kalau sudah obat apa yang
7
diminum? Apa kata dokter yang merawatnya?
Bagaimana efek dari obat yang sudah diminumnya?
 Apakah saat ini pasien sedang minum obat tertentu?
8 Tanyakan riwayat penyakit keluarga meliputi:
a. Tanyakan kesehatan anggota keluarga
b. Cari tahu penyakit yang diderita anggota keluarga, apakah
12
ada keluarga yang menderita penyakit yang sama?
Tanyakan riwayat kebiasaan dan sosial ekonomi pasien
9
meliputi:
a. Tanyakan pasien memiliki riwayat merokok atau meminum
alcohol
b. Tanyakan lingkungan tempat tinggal pasien
c. Tanyakan lingkungan kerja pasien
10 Memastikan semua informasi telah didapatkan dari pasien
11 Mengucapkan terima kasih pada pasien
12 Melakukan cek silang

13
CSL 2
PEMERIKSAAN FISIK MUSKULOSKELETAL

TUJUAN KHUSUS PEMERIKSAAN FISIK

1. Melakukan pemeriksaan Gait


2. Melakukan Pemeriksaan Articulatio Humeri
3. Melakukan Pemeriksaan Articulatio Cubiti
4. Melakukan Pemeriksaan Articulatio Coxae
5. Melakukan Pemeriksaan Articulatio Genu

Media dan alat bantu pembelajaran :

- Daftar panduan belajar pemeriksaan fisik


- Jas laboratorium, handscoen, Goniometri

CSL 2 (PEMERIKSAAN FISIK)

Kegiatan Waktu Deskripsi

1. Pengantar 10 menit Pengantar

2. Bermain peran 30 menit 1. Mengatur posisi duduk mahasiswa


pemeriksaan fisik 2. Dosen sebagai instruktur memberikan contoh
bagaimana cara melakukan pemeriksaan fisik secara
umum. Instruktur sebagai dokter dan seorang lagi
sebagai pasien. Mahasiswa wajib menyimak dan
mengamati.
3. Memberikan kesempatan mahasiswa bertanya
kepada instruktur dan instruktur menjawab dan
memberikan penjelasan tentap aspek penting dalam

14
pemeriksaan fisik.

3. Praktek bermain peran 120 menit 1. Mahasiswa dikelompokkan secara berpasangan.


dan umpan balik Satu orang berperan sebagai dokter/pemeriksa
dan satu orang berperan sebagai pasien secara
serentak. Instruktur mengamati setiap pasangan.
2. Instruktur berkeliling untuk menilai dengan
daftar tilik setiap mahasiswa yang berlatih
pemeriksaan fisik.
4. Mahasiswa bertukar peran secara serentak dan
kemudian instruktur menilai performa
mahasiswa tersebut.
5. Curah 40 menit 1. Mahasiswa bertanya tentang apa yang belum
pendapat/diskusi dipahaminya serta instruktur menjawab dan
menjelaskannya serta instruktur bertanya apakah
ada bagian yang sulit dari proses tersebut.
Total waktu 200 menit

15
DAFTAR TILIK
CSL 2 (PEMERIKSAAN FISIK)

A. PEMERIKSAAN FISIK GAIT


Meminta persetujuan untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut
guna memastikan diagnosis
a. Minta pasien untuk berjalan
b. Amati cara berjalan pasien dari samping,depan,dan
belakang
1 c. Nilai panjang langkah pasien dan cara berdiri
menggunakan masing masing kaki
d. Siklus Gait (Interaksi yang kompleks dari berbagi otot dan
sendi pada kedua ekstremitas inferior untuk menghasilkan
gerakan mendorong pada tubuh
Perhatikan fase normal
a. Stance (62 %):kaki bersentuhan dengan tanah
b. Swing (38 %) : kaki di udara ke depan
c. Heel strike : mengangkat tumit
d. Toe Off : ujung jari bertumpu
Satu siklus gait diukur mulai dari tahap heel-strike awal
hingga heel-strike berikutnya, yang terdiri dari stance phase
(periode dimana kaki menapak pada permukaan tanah) dan
swing phase (periode dimana kaki melayang dan bergerak
maju).
Pada tahap heel strike, tumit menyentuh lantai dengan kaki
dalam posisi supinasi. Pada saat tungkai memasuki bagian
2 pertama dari stance phase, tungkai akan mengalami rotasi
internal, tumit eversi, dan kaki pronasi. Selama tahap toe-off,
tungkai berotasi eksternal, tumit inversi, arkus longitudinal
terangkat, serta kaki supinasi. Secara keseluruhan, panjang
dan waktu yang diperlukan dalam stance phase harus sama
untuk kedua tungkai.

Evaluasi gerakan abnormal


3 a. Antalgic gait : berjalan pincang,pasien bergerak lebih cepat
pada sisi yang sakit, dengan berkurangnya fase stance.
Merupakan bentuk adaptasi intuitif terhadap nyeri yang
16
timbul pada saat stance phase. Semua nyeri yang diinduksi
akibat weightbearing pada titik manapun di ekstremitas
bawah. Stance phase berlangsung lebih singkat pada
tungkai yang bermasalah, diertai pergerakan tungkai sehat
dengan lebih cepat, sehingga menurunkan waktu fase
swing.
b. Trendelenburg Gait : condong ke arah lateral pada sisi
dimana tubuh bertumpu kelemahan otot gluteus medius
c. Spastic Gait : kelainan cara berjalan dimana tungkai bawah
bergerak dengan kaku, jari jari kaki saat berjalan diseret
d. Wadling Gait : kelainan cara berjalan dimana langkah tubuh
dengan gerakan selang seling yang berlebihan disertai
peninggian hip joint, berjalan seperti bebek.

17
B. PEMERIKSAAN FISIK PADA ARTICULATIO HUMERI
Meminta persetujuan untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut guna memastikan
diagnosis
INSPEKSI
a. Bandingkan bahu kanan dan kiri. (Arti klinis : Dislokasi bahu, atrofi otot,
robekan articulatio acromioclavicularis.
1 b. Kulit : perubahan warna, laserasi, ekimosis.
c. Deformitas dan bengkak (arti klinis: Fraktur, cedera articulatio
acromioclavicularis kompresi pada saraf
d. Pengecilan pada otot
PALPASI
a. Nyeri menyeluruh (Infeksi atau pengapuran tendon m. supraspinatus)
b. Nyeri local (Robekan pada Shoulder cuff dan frozen shoulder)
c. Palpasi pada lateral clavicula untuk mengetahui articulation acromioclavicularis
(Nyeri merupakan adanya indikasi ketidakstabilan dari distal articulatio
acromioclavicular yang terpisah)
d. Palpasi acromion untuk menegetahui tendon supraspinatus (Nyeri merupakan
indikasi adanya bursitis dan atau adanya robekan tendon m. supraspinatus)
e. Raba tonjolan pada lateral caput humeri untuk meraba tuberositas major humeri
(Nyeri merupakan indikasi adanya tendinitis pada rotator cuff atau adanya
robekan pada rotator cuff)
2

3 RANGE OF MOTION
a. Fleksi : 0 – 160/180°

18
b. Ekstensi : 0 - 60°

c. Abduksi: 0 – 160/180°

19
d. Adduksi : 0 - 45°

e. Rotasi internal : 0 -90°

f. Rotasi eksternal :0 – 30/45 °

TES KHUSUS
4
a. Tanda Impingement : fleksi > 90 °

20
Nyeri menandakan syndrome impingement.
Shoulder impingement syndrome adalah sindrom yang ditandai gejala utama nyeri bahu
disebabkan oleh menyempitnya celah subakromion, sehingga menyebabkan inflamasi
struktur setempat, seperti bursa subacromion, tendon biceps, dan kelompok otot rotator cuff
(paling sering mengenai tendon supraspinatus)

b. Tes Apprehension : abduksi kemudian rotasi eksternal


Nyeri menandakan ketidakstabilan anterior

c. Tes Jerk: posisi supinasi, flexi 90°, dorong ke belakang.


Nyeri menandakan ketidakstabilan posterior

21
C. PEMERIKSAAN FISIK PADA ARTICULATIO CUBITI 0 1 2
Meminta persetujuan untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut
guna memastikan diagnosis
INSPEKSI
a. Bandingkan siku kiri dan kanan (Dislokasi, fraktur ,
bursitis)
b. Kulit : perubahan warna, laserasi, ekimosis
c. Bengkak dan deformitas
d. Carrying angel : 5°-15° (Cubitus varus and cubitus
valgus)

e. Atrofi otot (Penjepitan pada saraf ( cubital tunnel


syndrome )

PALPASI
a. Palpasi epicondylus dan olecranon yang membentuk
segitiga sama sisi (Subluksasi siku)
2 b. Palpasi epicondylus medialis dan garis supracondiler
(Nyeri : epicondylitis medialis (golfer elbow), fraktur)
c. Palpasi epicondylus lateralis dan garis supracondyler
(Nyeri : epicondylitis lateralis (tenis elbow), fraktur)

3 RANGE OF MOTION
a. Fleksi dan ekstensi : ekstensi 0° ,fleksi 140-150 °

22
b. Pronasi dan supinasi: supinasi 80°- 85°,pronasi 75°-80°

c.
TES KHUSUS
Tennis elbow : membuat kepalan, pronasi, kemudian ekstensi
sendi pergelangan tangan dan jari melawan tahanan. Nyeri
pada epicondiyus lateralis menandakan adanya epicondylitis
lateralis
a.

b. Golfer’s elbow :supinasi brachium, ekstensi articulatio


cubiti dan articulatio radiocarpalis. Nyeri pada
epicondiyus medialis menandakan adanya epicondylitis
medialis

23
D. PEMERIKSAAN FISIK PADA ARTICULATIO COXAE 0
Meminta persetujuan untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut guna
memastikan diagnosis
INSPEKSI

1 Inspeksi pasien dari depan,belakang, dan dari


samping

Depan :

• Apakah pasien berdiri dengan lurus? Apakah


ada pelvic tilting?
• Apakah ada tanda dari atropi otot paha?
• Apakah ada tanda flexion contracture dari
hip atau knee ?
• Apakah pasien menggunakan alat bantu jalan
atau tidak?
Belakang :

• Apakah lumbar spine dari pasien lurus atau


scoliotic?
• Periksa adakah atropi,bekas luka atau sinus
dari otot gluteal?
Samping :

Jika didapatkan adanya flexion contracture


yang fixed dari hip joint,biasanya disertai
peningkatan lumbar lordosis
24
2. Amati area hip

• Apakah terdapat bekas luka dari operasi


sebelumnya atau penyakit sebelumnya?
• Akan sangat berguna bila kita bertanya
dimana tepatnya pasien merasakan sakit?
3. Kulit

- Perubahan warna, luka Trauma


- deformitas  fraktur,dislokasi
- Laserasi,bruising,ecchymosis,edema,Nod
ules,Scar/sinuses
4. Posisi

- Shortening,External rotationfemoral
neck fracture,intertrochanter fracture

-
- Adducted,Internal rotation Hip
Posterior dislocation
- Abducted,External RotationAnterior
Dislocaion

- Flexed Hip flexion contracture

25
-
PALPASI

1. -Selalu amati wajah pasien

-dimana letak nyerinya ?

-Selalu bandingkan satu sisi dengan sisi lainnya

2 Soft tissue

-nervus ischiadicus (flexi hip)  p : herniasi diskus,


piriformis spasm

-Muscle group setiap grup dari otot tersebut harus


simetris bilateral

a. flexor group (anterior quadrant):


- M. iliopsoas: primary flexor hip,
abnormal contracture flexion deformity
of the hip
- M. Sartorius
- M. Rectus femoris
b. Adductor group (medial quadrant) :
- Gracilis,pectineous, adductor
longus,adductor brevis,adductor magnus
muscles
c. Abductor group (lateral quadrant) :

26
- M. Gluteus medius
d. Extensor Group (posterior quadrant) :
- M. Gluteus maximus and Hamstring
muscles
3. Kontur Tulang

-Aspek Anterior :SIAS, crista iliaca, trochanter


major, tuberculum pubicum

-Aspek Posterior : PSIS, trochanter major ,ischial


tuberosity,sacral -prominence, sacroiliac joint

-(Greater trochanter nyeri / bursa yang teraba :


infeksi/bursitis,gluteus medius tendinitis)

RANGE OF MOTION

1. Flexion (120-135°)

Supine (lutut ke dada)

2. Extension (20-30°)

Prone : tungkai bawah diangkat dari meja

3. Abduction (40-50°)

Supine (tungkai bawah ke lateral)

4. Adduction (20-30°)

Supine (tungkai bawah ke medial)

5. Internal rotation (30)

Seated (kaki ke medial)

Prone (flexi lutut tungkai bawah ke dalam)

27
6. External rotation (50)

Seated (kaki ke lateral)

Prone (flexi lutut tungkai bawah ke luar)

PEMERIKSAAN KHUSUS (SPECIAL TEST)

1. Thomas Sign

Supine,salah satu lutut kearah dadajika paha yang


satunya terangkat (positif)

2. Leg length Discrepancy

True leg length :SIAS ke malleolus medialis

Apparent leg length : umbilicus ke maleollus


medialis

> 1 cm (positif)

28
3. Tredelenburg test

Pasien berdiri,angkat satu lutut, jika pelvis dari yang terangkat naik normal, jika
kontralateral dari naiknya pelvis  positif

Inadekuat nya kekuatan gerakan dari hip abductors

E. PEMERIKSAAN FISIK PADA ARTICULATIO GENU 0


Meminta persetujuan untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut
guna memastikan diagnosis
INSPEKSI

1 Inspeksi pasien dari depan dan belakang ketika posisi berdiri,


berjalan dan tidur terlentang (massa, scars, lesi, tanda-tanda
trauma /operasi sebelumnya, pembengkakan, eritema)

a. Baker’s cyst
b. genu recurvatum (Hiperekstensi lutut, juga dikenal
sebagai "genu recurvatum" adalah suatu kondisi yang
terjadi ketika sendi lutut ekstensi (gerakan meluruskan
lutut) secara berlebihan, sehingga memberikan
tekanan pada struktur lutut dan bagian belakang sendi
lutut.)

29
c.
d. Valgus deformity
e. Varus deformity
f. Gait
g. Atrofi otot
h. Dislokasi patella

PALPASI

1. Pemeriksaan lutut yang sedang inflamasi adalah mengamati


gejala dan tanda radang seperti tumor (pembengkakan),
rubor (kemerahan), kalor (panas), dolor (sakit).

a. Perubahan suhu
b. joint line tenderness
c. Effusions , test for Efusi , menguji
 Patellar tap
 Ballottement

30
2. Pemeriksaan ligament

a. Anterior drawer sign

b.
c. Posterior drawer sign

d. Lachman test (ACL) Lachman uji (ACL)

e.

f. Medial collateral ligament ligamen medial

g.

31
h. Lateral collateral ligamen ligamen lateral

3. Lachman test

Grade Manual Maneuver

a.Normal laxity is 0
b.Grade 1: Less than 0.5 cm of translation
c.Grade 2: 0.5-1.0 cm of translation
d.Grade 3: 1.0-1.5 cm of translation
4. Meniskus test

Nyeri tekan pada meniscus sekitar sendi lutut pada posisi


fleksi lutut 90 derajat

McMurray test

32
Apley grind test

33
Gambar 2: Cara jalan abnormal

3a 3b 3c

Gambar: 3a pemeriksaan articulatio coxae Thomas sign, 3b pemeriksaan Leg length Discrepancy
dan 3c pemeriksaan trendelenburg

4a 4b 4c

Gambar pemeriksaan khusus articulation humeri 4a: Tanda Impingement, 4b : Tes


Apprehension, 4c: Tes Jerk

5a 5b

34
Gambar pemeriksaan khusus cubiti 5a: tennis elbow, 5b: goiters elbow

Gambar 6: pemeriksaan khusus genu

35
CSL 3

TEKNIK INTERPRETASI FOTO RADIOLOGI TULANG & SENDI

Pengantar :

Foto radiologi merupakan salah satu modalitas yang menunjang untuk melakukan diagnosis serta
tindakan yang tepat. Mampu membaca foto radiologi merupakan area kompetensi 4 menurut
standar kompetensi dokter Indonesia. Foto radiologi dapat diinterpretasi melalui beberapa
langkah atau tahapan.

Pengertian : Untuk membantu dalam menegakkan diagnosis dan melakukan tindakan yang
tepat.

Tujuan :

Setelah pembelajaran mahasiswa diharapkan mampu :

1. Melakukan langkah-langkah membaca foto radiologi dengan benar

2. Menginterprerasi foto radiologi pada gangguan muskuloskeletal

Media dan alat pembelajaran :

1. Baju laboratorium
2. Buku panduan
3. Viewer Foto
Metode pembelajaran :

Skenario oleh instruktur dan demonstrasi oleh mahasiswa.

36
DESKRIPSI KEGIATAN

Kegiatan Waktu Deskripsi

1. Pengantar 10 menit Pengantar

2. Bermain peran 30 menit 1. Mengatur posisi duduk mahasiswa


peran interpretasi 2. Dosen sebagai instruktur memberikan
radiologi contoh bagaimana cara melakukan
interpretasi radiologi secara umum.
Instruktur sebagai dokter dan seorang lagi
sebagai pasien. Mahasiswa wajib menyimak
dan mengamati.
3. Memberikan kesempatan mahasiswa
bertanya kepada instruktur dan instruktur
menjawab dan memberikan penjelasan
tentap aspek penting dalam pemeriksaan
fisik.
3. Praktek bermain peran 120 menit 1. Mahasiswa dikelompokkan secara
dan umpan balik berpasangan. Satu orang berperan sebagai
dokter/pemeriksa dan satu orang berperan
sebagai pasien secara serentak. Instruktur
mengamati setiap pasangan.
2. Instruktur berkeliling untuk menilai dengan
daftar tilik setiap mahasiswa yang berlatih
pemeriksaan fisik.
3. Mahasiswa bertukar peran secara serentak
dan kemudian instruktur menilai performa
mahasiswa tersebut.
4. Curah 40 menit 1. Mahasiswa bertanya tentang apa yang belum
pendapat/diskusi dipahaminya serta instruktur menjawab dan
menjelaskannya serta instruktur bertanya

37
apakah ada bagian yang sulit dari proses
tersebut.
Total waktu 200 menit

38
DAFTAR TILIK INTERPRETASI FOTO RADIOLOGI

No Aspek yang dinilai Nilai

0 1 2

1. Melakukan persiapan alat

2. Melakukan konfirmasi identitas (nama dan umur)

MEMASANG DAN INTERPRETASI FOTO RADIOLOGI

3. Dapat melakukan persiapan foto radiologi yang akan dinilai

dengan benar

4. Memeriksa ada tidaknya marker pada foto radiologi yang dinilai

5. Memasang foto pada light box/viewer

6. Menentukan jenis dan posisi foto

7. Menilai alignment (kedudukan tulang-tulang apakah ada


pergeseran/lengkungan)

8. Menilai tulang (memperhatikan tepi tulang,cortex dan medullanya)

9. Menilai cartílago (memperhatikan celah sendi, apakah ada penyempitan


atau tidak, simetris atau tidak)

10. Menilai jaringan lunak (apakah ada pembengkakan/kalsifikasi)

11. Membuat kesimpulan dari gambaran radiologi

39
CSL 4

PEMASANGAN BIDAI

(IMMOBILISASI EKSTREMITAS) MUSKULOSKELETAL

Pengantar :

Pembidaian atau spinting adalah salah satu cara pertolongan pertama pada cedera/ trauma pada
sistem mukuloskeletal. Pembidaian bertujuan untuk mengimmobilisasi ekstremitas yang
mengelami cidera, mengurangi rasa nyeri, dan mencegah kerusakan jaringan lebih lanjut.
Pengetahuan tentang tata cara pemasangan bidai sangat penting diketahui oleh dokter untuk
dapat memberikan tindakan pertama pada cedera muskuloskeletal sambil menunggu tindakan
yang definitif

Pengertian : Untuk melakukan pertolongan pertama pada penderita trauma muskuloskeletal.

Tujuan

Terdapat lima tujuan pembidaian pada cedera muskuloskeletal :

1. Untuk mencegah derakan fragmen patah tulanga tau sendi yang mengalami dislokasi.

2. Untuk mencegah kerusakan jaringan lunak sekitar tulang yang patah.

3. Untuk mengurangi perdarahan dan bengkak.

4. Untuk mencegah terjadinya syok

5. Untuk mengurangi nyeri:

Setelah pembelajaran mahasiswa diharapkan mampu :

1. Melakukan pemeriksaan cepat pada penderita trauma muskuloskeletal.


2. Melakukan tindakan pembidaian pada trauma muskuloskeletal

40
Media dan alat pembelajaran :

1. Baju laboratorium
2. Buku panduan
3. Model hidup/ manekin
4. Bidai berbagai ukuran
5. Elastis verban 4 inchi dan 6 inchi
6. Kapas
7. Kassa roll
8. Sarung tangan

Metode pembelajaran :

Skenario oleh instruktur dan demonstrasi oleh mahasiswa.

DESKRIPSI KEGIATAN

Kegiatan Waktu Deskripsi

1. Pengantar 10 menit Pengantar

2. Bermain peran 30 menit 1.Mengatur posisi duduk mahasiswa


peran pemasangan 2.Dosen sebagai instruktur memberikan contoh
bidai bagaimana cara melakukan interpretasi
radiologi secara umum. Instruktur sebagai
dokter dan seorang lagi sebagai pasien.
Mahasiswa wajib menyimak dan mengamati.
3.Memberikan kesempatan mahasiswa bertanya
kepada instruktur dan instruktur menjawab dan
memberikan penjelasan tentap aspek penting
dalam pemeriksaan fisik.

41
3. Praktek bermain peran 120 menit 1.Mahasiswa dikelompokkan secara
dan umpan balik berpasangan. Satu orang berperan sebagai
dokter/pemeriksa dan satu orang berperan
sebagai pasien secara serentak. Instruktur
mengamati setiap pasangan.
2.Instruktur berkeliling untuk menilai dengan
daftar tilik setiap mahasiswa yang berlatih
pemeriksaan fisik.
3.Mahasiswa bertukar peran secara serentak dan
kemudian instruktur menilai performa
mahasiswa tersebut.
4. Curah 40 menit 1.Mahasiswa bertanya tentang apa yang belum
pendapat/diskusi dipahaminya serta instruktur menjawab dan
menjelaskannya serta instruktur bertanya apakah
ada bagian yang sulit dari proses tersebut.
Total waktu 200 menit

LANGKAH-LANGKAH PEMASANGAN BIDAI

No Aspek yang dinilai Nilai

0 1 2

1. Melakukan Inform consent

2. Mencuci tangan

3. Melakukan persiapan alat dan bahan

4. Melakukan proteksi diri sebelum melakukan pembidaian

IMOBILISASI EKSTREMITAS (PEMASANGAN BIDAI)

42
4. Memeriksa ABCDE dan terapi keadaan yang mengancam nyawa terlebih
dahulu

5. Membuka semua pakaian seluruhnya termasuk ekstremitas.

6. Melepaskan jam, cincin, kalung, dan semua yang dapat menjepit.

7. Memeriksa keadaan neurovaskular sebelum memasang bidai. Periksa


pulsasi perdarahan eksternal yang harus dihentikan, dan periksa sensorik
dan motorik dari ekstremitas

8. Bila ada luka, ditutup dengan balutan steril

9. Memilih jenis dan ukuran bidai yang sesuai dengan ekstremitas yang
trauma.

10. memasang bidai harus mencakup sendi di atas dan di bawah ekstremitas
yang trauma (mencakup 2 sendi)

11. Memasang bantalan di atas tonjolan tulang

12. Bidai ekstremitas pada posisi yang ditemukan jika pulsasi distal ada. Jika
pulsasi distal tidak ada, coba luruskan ekstremitas. Traksi secara hati-hati
dan pertahankan sampai bidai terpasang

13. Bidai dipasang pada ekstremitas yang telah lurus, jika belum lurus coba
luruskan

43
44
DAFTAR TILIK PEMBIDAIAN

PERSIAPAN PASIEN UNTUK PEMBIDAIAN


1 Memberikan salam dan mengucapkan identitas pemeriksa
2 Menjelaskan prosedur dan resiko yang mungkin terjadi
3 Meyakinkan pasien bahwa tindakan ini akan dilakukan sebaik
mungkin dan mengurangi resiko yang ada
4 Memberikan inform consent dan meminta persetujuan pasien
5 Meminta pasien untuk membebaskan pakaian serta aksesoris
yang digunakan dan pasien diminta berbaring.
IMOBILISASI EKSTREMITAS (PEMASANGAN BIDAI)

6 Melakukan cuci tangan 6 langkah


7 Peserta memakai alat pelindung diri (handscoen)
8. Memeriksa keadaan neurovaskular sebelum memasang bidai.
Periksa pulsasi perdarahan eksternal yang harus dihentikan, dan
periksa sensorik dan motorik dari ekstremitas
9. Bila ada luka, ditutup dengan balutan steril
10. Memilih jenis dan ukuran bidai yang sesuai dengan ekstremitas
yang trauma.
11 Memasang bidai harus mencakup sendi di atas dan di bawah
ekstremitas yang trauma (mencakup 2 sendi)
12 Pasang elastic verban melingkari bidai dari bagian distal ke
proksimal
13 Evaluasi kembali pulsasi arteri
14 Berikan edukasi kepada pasien untuk mendapat penanganan
lebih lanjut di rumah sakit

15 Ucapkan terima kasih kepada pasien


Total

45

Anda mungkin juga menyukai