Anda di halaman 1dari 66

PEGANGAN MAHASISWA

Keterampilan Klinis (Clinical Skill Lab)

BLOK KEGAWATDARURATAN DAN


TRAUMATOLOGI

Diberikan kepada Mahasiswa Semester VI

Penyusun:
dr. Wahyunita Do Toka

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
2019
DAFTAR ISI

Daftar Isi
Tata Tertib
CSL 1. Anestesi Lokal
CSL 2. Teknik Menjahit
CSL 3. Resusitasi pada Bayi dan Anak
CSL 4. Pengelolaan Jalan Napas
CSL 5. Krikotiroidotomi
CSL 6. Pemberian Napas Bantu
CSL 7. Needle Thoracocenthesis
CSL 8. Resusitasi Jantung Paru
CSL 9. Resusitasi Cairan
CSL 10. Stabilisasi dan Transportasi
CSL 11. Penatalaksanaan Dislokasi Ekstremitas Atas
CSL 12. Penatalaksanaan Dislokasi Ekstremitas Bawah
TATA TERTIB

I. TATA TERTIB UMUM


Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter FK UK harus mematuhi tata tertib seperti di
bawah ini :
1. Berpakaian, berpenampilan dan bertingkah laku yang baik dan sopan layaknya seorang
dokter. Tidak diperkenankan memakai pakaian ketat, berbahan jeans, baju kaos
(dengan/tanpa kerah), dan sandal.
2. Mahasiswa laki-laki wajib berambut pendek dan rapi.
3. Tidak diperkenankan merokok di lingkungan FK UK.
4. Menjaga ketertiban dan kebersihan di lingkungan FKUK.
5. Melaksanakan registrasi administrasi dan akademik semester yang akan berjalan.
6. Bila mahasiswa sakit :
a. Memberikan surat keterangan sakit ke bagian pendidikan, atau surat keterangan
dirawat bila dirawat.
b. Mencantumkan diagnosis klinis/ diagnosis kerja.
c. Di tanda tangani dokter yang memiliki SIP (Surat Ijin Praktek).
d. Alamat klinik/ rumah sakit/ Puskesmas jelas.
e. Diterima selambat-lambatnya 3 hari kemudian.
f. Bila tidak memenuhi ketentuan tersebut diatas, dianggap alpa (absen).

II. TATA-TERTIB KEGIATAN KETERAMPILAN KLINIK / CLINICAL SKILL LAB


(CSL)

Sebelum pelatihan
1. Membaca Penuntun Belajar (manual) Keterampilan Klinik Sistem yang bersangkutan dan
bahan bacaan rujukan tentang keterampilan yang akan dilakukan.

Pada saat pelatihan


1. Datang 10 menit sebelum CSL dimulai.
2. Wajib mengikuti seluruh kegiatan CSL sesuai dengan jadwal rotasi yang telah
ditentukan.
3. Tidak diperkenankan memanjangkan kuku lebih dari 1 mm.
4. Mengenakan jas laboratorium yang bersih dan dikancing rapi pada setiap kegiatan
CSL. Bagi mahasiswi yang berjilbab, jilbabnya harus dimasukkan ke bagian dalam jas
laboratorium.
5. Buanglah sampah kering yang tidak terkontaminasi (kertas, batang korek api, dan
sebagainya) pada tempat sampah non medis. Sampah yang telah tercemar (sampah
medis), misalnya kapas lidi yang telah dipakai, harus dimasukkan ke tempat sampah
medis yang mengandung bahan desinfektan untuk didekontaminasi, dan sampah tajam
dimasukan pada tempat sampah tajam.
6. Berpartisipasi aktif pada semua kegiatan latihan.
7. Memperlakukan model seperti memperlakukan manusia atau bagian tubuh manusia.
8. Bekerja dengan hati-hati.
9. Tidak diperkenankan menghilangkan, mengambil atau meminjam tanpa ijin setiap alat
dan bahan yang ada pada ruang CSL.
10. Setiap selesai kegiatan CSL mahasiswa harus merapikan kembali alat dan bahan yang
telah digunakan.

SANKSI PELANGGARAN TATA TERTIB CSL & PRAKTIKUM


1. Bagi mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan CSL pada materi tertentu, maka
mahasiswa tersebuttidak diperkenankan mengikuti kegiatan CSL pada jadwal
berikutnya untuk materi tertentu tersebut.
2. Bagi mahasiswa yang mengikuti kegiatan CSL tidak sesuai dengan jadwal rotasinya
dianggap tidak hadir.
3. Bagi mahasiswa yang persentasi kehadiran CSLnya < 100 % dari seluruh jumlah tatap
muka CSL, maka mahasiswa tidak dapat mengikuti ujian CSL.
4. Kerusakan alat dan bahan yang ada pada ruang CSL yang terjadi karena ulah
mahasiswa, resikonya ditanggung oleh mahasiswa yang bersangkutan.
5. Bagi mahasiswa yang menghilangkan, mengambil atau meminjam tanpa ijin setiap alat
dan bahan yang ada pada ruang CSLakan mendapatkan sanksi tegas sesuai dengan
peraturan yang berlaku
6. Nilai ujian CSL menjadi prasyarat ikut ujian blok. Jika tidak lulus CSL maka tidak
diperkenankan ikut ujian blokGastroenterologi.
PEGANGAN MAHASISWA

Keterampilan Klinis (Clinical Skill Lab)

ANESTESI LOKAL INFILTRASI

Diberikan kepada Mahasiswa Semester VI

Penyusun:
dr. Wahyunita Do Toka

KEGAWATDARURATAN DAN TRAUMATOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2019
ANESTESI LOKAL INFILTRASI

I. TUJUAN PEMBELAJARAN
a. Tujuan instruksional umum
Mahasiswa mampu memahami prosedur teknik anestesi lokal infiltrasi dengan baik dan
benar.
b. Tujuan instruksional khusus
 Mahasiswa mampu melakukan tenknik anestesi lokal infiltrasi.
 Mahasiswa mampu menghitung dosis anestesi lokal infiltrasi sesuai kebutuhan.

III. MEDIA DAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN


 Manikin
 Handscoen
 Spoit 3 cc, 5 cc, 10 cc
 Betadine
 Kasa steril
 Aquades atau NaCl 0,9%
 Obat anestesi
 Meja dan kursi periksa
 Daftar panduan belajar
 Evaluasi melalui check list/daftar tilik dengan sistem skor

IV. INDIKASI TINDAKAN


Dilakukan pada penderita yang akan menjalani prosedur pembedahan minor.

V. METODE PEMBELAJARAN
 Demonstrasi sesuai dengan daftar panduan belajar
 Diskusi Partisipasi aktif dalam skill lab (simulasi)
 Evaluasi melalui check list / daftar tilik dengan sistem skor

VI. PENILAIAN
0 = Sama sekali tidak melakukan
1 = Perlu perbaikan : langkah-langkah dilakukan tapi tidak lengkap
2 = Mampu : langkah-langkah dilakukan dengan benar dan lengkap
VII. DESKRIPSI KEGIATAN ANESTESI LOKAL INFILTRASI

Kegiatan Waktu Deskripsi


1. Pengantar 5 menit Pengantar
2. Demonstrasi oleh 30 menit 1. Mengatur posisi duduk mahasiswa.
instruktur Instruktur memberikan contoh
bagaimana teknik anestesi lokal infiltrasi.
2. Mahasiswa menyimak dan mengamati.
3. Memberikan kesempatan kepada
mahasiswa untuk bertanya dan instruktur
memberikan penjelasan tentang aspek-
aspek yang penting.
4. Mahasiswa dapat menanyakan hal- hal
yang belum dimengerti dan instruktur
menanggapinya
3. Praktek bermain peran 150 menit 1. Mahasiswa berpraktek melakukan teknik
dengan umpan balik anestesi lokal infiltrasi
2. Instruktur berkeliling di antara
mahasiswa dan melakukan supervisi
menggunakan daftar tilik.
3. Setiap mahasiswa paling sedikit berlatih
1 kali
4. Curah pendapat/ 15 menit 1. Curah pendapat/diskusi : apa yang
diskusi dirasakan mudah atau sulit ?
2. Instruktur menyimpulkan dengan
menjawab pertanyaan dan memperjelas
hal-hal yang masih belum dimengerti

TOTAL WAKTU 200 MENIT


PENUNTUN BELAJAR
KETERAMPILAN ANESTESI LOKAL

SKOR/NILAI
NO LANGKAH/KEGIATAN
0 1 2
Persiapan Awal
1 Informed consent
Persiapkan alat-alat
 Handscoen
 Spoit 3 cc, 5 cc, 10 cc
2  Betadine
 Kasa steril
 Aquades atau NaCl 0,9%
 Obat anestesi
Mengatur posisi pasien dalam keadaan duduk atau berbaring
3
terlentang
4 Cuci tangan WHO
5 Gunakan Handscoen
Teknik Anestesi Lokal
Desinfeksi daerah yang akan dilakukan tindakan dengan
6
betadine dan alkohol
Mengisi spoit dengan obat anestetik lokal sesuai dosis pasien
7
secara steril
Obat anestesi lokal dapat diencerkan dengan menggunakan
8 aquades atau NaCl 0,9% sesuai dengan dosis pasien ( bila
menggunakan lidokain 2% dapat diencerkan menjadi 1%)
9 Bersihkan tempat penyuntikkan dengan haas kering
Lakukan penyuntikkan dengan arah 45-60° pada daerah yang
10 akan dilakukan tindakan sedalam 0,5-3cm, lakukan aspirasi
sesaat sebelum menyuntikkan anastetik lokal
Dorong selang ke dalam faring mengarah ke posterior, minta
11
pasien untuk menelan (apabila memungkinkan).
Tarik jarum suntik perlahan tetapi tidak mengeluarkan jarum
dari kulit dan arahkan ke area-area yang ingin disuntikkan,
12
perhatikan aspirasi setiap sebelum melakukan penyuntikan
obat.
Setelah melakukan penyuntikkan tekan daerah yang telah
13 disuntik dengan has secara lembut, tunggu sekitar 3-5 menit
sebelum melakukan tindakan
 Perhitungan dosis Anestesi lokal : Lidokain 4 mg/kg BB
14 tanpa epinefrin dan 7mg/kg BB jika dengan epinefrin
 Pengenceran Lidokain: 1 ampul lidokain 2% = 40
mg/2cc=20mg/cc Untuk menjadikan konsentrasi 1%=
10mg/cc maka tambahkan 1cc aquades/NaCl 0,9% setiap
1cc lidokain 2%
 Perhitungan dosis maksimal Lidokain ; jika berat badan 50
kg
 Maka dosis maksimal 50 X 4 mg = 200mg/40 mg= 5
ampul lidokain 2%
 Jika membutuhkan volume yang lebih banyak maka dapat
diencerkan menjadi Lidokain 1% ; 5 ampul Lidokain 2% =
10 cc menjadi 20 cc lidokain 1%
17 Merapikan alat
Menyampaikan bahwa tindakan anestesi lokal telah selesai dan
18
akan dilanjutkan pada tindakan selanjutnya.
PEGANGAN MAHASISWA

Keterampilan Klinis (Clinical Skill Lab)

TEKNIK MENJAHIT LUKA

Diberikan kepada Mahasiswa Semester VI

Penyusun:
dr. Wahyunita Do Toka

KEGAWATDARURATAN DAN TRAUMATOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2019
TEKNIK MENJAHIT LUKA

I. TUJUAN PEMBELAJARAN
a. Tujuan instruksional umum
Mahasiswa mengetahui dan memahami teknik menjahit luka dengan baik dan benar.
b. Tujuan instruksional khusus
 Mampu melakukan asepsis dan anti sepsis
 Mampu melakukan anestesi lokal pada luka yang akan dijahit
 Mampu melakukan teknik pengambilan benang dan penggunaan alat menjahit
luka dengan benar
 Mampu melakukan teknik menjahit yang baik dan benar

III. MEDIA DAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN


 Manikin
 Meja dan kursi periksa
 Daftar panduan belajar
 Video dan slide Cara menjahit luka
 Handscoen
 Benang jahit
 Jarum jahit
 Surgical Instrumen (area untuk menjahit)
 Betadine/ Alkohol
 Evaluasi melalui check list/daftar tilik dengan sistem skor

IV. INDIKASI TINDAKAN


Dilakukan pada penderita yang akan mengalami luka akibat trauma benda tajam maupun
tumpul.

V. METODE PEMBELAJARAN
 Demonstrasi sesuai dengan daftar panduan belajar
 Diskusi Partisipasi aktif dalam skill lab (simulasi)
 Evaluasi melalui check list / daftar tilik dengan sistem skor

VI. PENILAIAN
0 = Sama sekali tidak melakukan
1 = Perlu perbaikan : langkah-langkah dilakukan tapi tidak lengkap
2 = Mampu : langkah-langkah dilakukan dengan benar dan lengkap
VII. DESKRIPSI KEGIATAN TEKNIK MENJAHIT LUKA

Kegiatan Waktu Deskripsi


1. Pengantar 5 menit Pengantar
2. Demonstrasi oleh 30 menit 1. Mengatur posisi duduk mahasiswa.
instruktur Instruktur memberikan contoh
bagaimana teknik menjahit luka yang
baik dan benar.
2. Mahasiswa menyimak dan mengamati.
3. Memberikan kesempatan kepada
mahasiswa untuk bertanya dan instruktur
memberikan penjelasan tentang aspek-
aspek yang penting.
4. Mahasiswa dapat menanyakan hal- hal
yang belum dimengerti dan instruktur
menanggapinya
3. Praktek bermain peran 150 menit 1. Mahasiswa berpraktek melakukan
dengan umpan balik teknik menajhit luka
2. Instruktur berkeliling di antara
mahasiswa dan melakukan supervisi
menggunakan daftar tilik.
3. Setiap mahasiswa paling sedikit berlatih
1 kali
4. Curah pendapat/ 15 menit 1. Curah pendapat/diskusi : apa yang
diskusi dirasakan mudah atau sulit ?
2. Instruktur menyimpulkan dengan
menjawab pertanyaan dan memperjelas
hal-hal yang masih belum dimengerti

TOTAL WAKTU 200 MENIT


PENUNTUN BELAJAR
KETERAMPILAN TEKNIK MENJAHIT LUKA

SKOR/NILAI
NO LANGKAH/KEGIATAN
0 1 2
Persiapan Awal
1 Informed consent tindakan pembersihan dan penjahitan luka
Debridement
2 Menyiapkan set bedah minor steril, kasa steril, surgical kasa steril
Mengatur posisi pasien dalam keadaan duduk atau berbaring
3
terlentang
4 Cuci tangan WHO
5 Gunakan Handscoen
Desinfeksi daerah yang akan dilakukan tindakan dengan
6 betadine dan alcohol. Disinfeksi dilakukan dari daerah dalam
ke luar, tidak boleh bolak-balik.
Melakukan anestesi lokal pada tepid an dasar luka dengan
7
menggunakan lidocain 2%
Melakukan pencucian luka dengan menggunakan kasa steril
8
dan NaCl 0,9%
Memastikan tidak ada pasir, kotoran, dan benda asing pada
9
luka
Teknik Penjahitan Luka
Drapping: menutup bagian sekitar luka dengan doek atau kasa
10
steril
Handling instrument : needle holder dipegang oleh jari 1 dan jari 4,
di ruas jari pertama, surgical needle dijepit diujung needle holder

11

Pasang benang pada surgical needle (bila menggunakan eyed


12
neddle)
 Jahitan Interuptus

13
 Jahitan Continuous

14

 Jahitan Matras Vertikal

15

16  Jahitan Matras Horizontal


 Jahitan subkutikuler

17

18 Bersihkan area yang telah dijahit dengan NaCl 0,9%


19 Tutup luka dengan kasa steril, kemudian plester luka
20 Merapikan alat
21 Menyampaikan bahwa tindakan penjahitan luka telah selesai
PEGANGAN MAHASISWA

Keterampilan Klinis (Clinical Skill Lab)

RESUSITASI PADA BAYI DAN ANAK

Diberikan kepada Mahasiswa Semester VI

Penyusun:
dr. Wahyunita Do Toka

KEGAWATDARURATAN DAN TRAUMATOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2019
RESUSITASI PADA BAYI DAN ANAK

I. TUJUAN PEMBELAJARAN
a. Tujuan instruksional umum
Mahasiswa diharapkan mampu melakukan resusitasi pada bayi dan anak akibat gawat
napas dan sirkulasi.
b. Tujuan instruksional khusus
 Mahasiswa mampu melakukan resusitasi bayi dan anak yang mengalami gangguan
pernapasan yang mengancam jiwa.
 Mahasiswa mampu membebaskan dan membersihkan jalan napas pada bayi dan anak.
 Mahasiswa mampu memberikan napas bantu pada bayi dan anak yang tidak bisa
bernapas.
 Mahasiswa mampu melakukan pijatan jantung luar pada bayi dan anak yang
mengalami henti jantung.

III. MEDIA DAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN


 Manikin bayi dan anak
 Meja dan kursi periksa
 Pipa orofaring ukuran bayi dan anak
 Handscoen
 Suction
 Masker resusitasi
 Balon resusitasi
 Pipa lambung
 Pipa endotrakeal no 3.0-7.0
 Daftar panduan belajar
 Evaluasi melalui check list/daftar tilik dengan sistem skor

IV. INDIKASI TINDAKAN


 Dilakukan pada bayi dan anak yang tidak bernapas.
 Dilakukan pada bayi dan anak yang mengalami sumbatan jalan napas.
 Dilakukan pada bayi dan anak yang mengalami henti jantung.

V. METODE PEMBELAJARAN
 Demonstrasi sesuai dengan daftar panduan belajar
 Diskusi Partisipasi aktif dalam skill lab (simulasi)
 Evaluasi melalui check list / daftar tilik dengan sistem skor

VI. PENILAIAN
0 = Sama sekali tidak melakukan
1 = Perlu perbaikan : langkah-langkah dilakukan tapi tidak lengkap
2 = Mampu : langkah-langkah dilakukan dengan benar dan lengkap
VII. DESKRIPSI KEGIATAN RESUSITASI BAYI DAN ANAK

Kegiatan Waktu Deskripsi


1. Pengantar 5 menit Pengantar
2. Demonstrasi oleh 30 menit 1. Mengatur posisi duduk mahasiswa.
instruktur Instruktur memberikan contoh
bagaimana teknik resusitasi bayi dan
anak.
2. Mahasiswa menyimak dan mengamati.
3. Memberikan kesempatan kepada
mahasiswa untuk bertanya dan instruktur
memberikan penjelasan tentang aspek-
aspek yang penting.
4. Mahasiswa dapat menanyakan hal- hal
yang belum dimengerti dan instruktur
menanggapinya
3. Praktek bermain peran 150 menit 1. Mahasiswa berpraktek melakukan
dengan umpan balik teknik resusitasi bayi dan anak.
2. Instruktur berkeliling di antara
mahasiswa dan melakukan supervisi
menggunakan daftar tilik.
3. Setiap mahasiswa paling sedikit berlatih
1 kali
4. Curah pendapat/ 15 menit 1. Curah pendapat/diskusi : apa yang
diskusi dirasakan mudah atau sulit ?
2. Instruktur menyimpulkan dengan
menjawab pertanyaan dan memperjelas
hal-hal yang masih belum dimengerti

TOTAL WAKTU 200 MENIT


PENUNTUN BELAJAR
KETERAMPILAN RESUSITASI BAYI DAN ANAK

SKOR/NILAI
NO LANGKAH/KEGIATAN
0 1 2
Persiapan Awal
1 Periksa kelengkapan alat
2 Proteksi diri dengan handscoen
Cara melakukan resusitasi
3 Tentukan tingkat kesadaran (AVPU)
4 Meminta pertolongan dan jauhkan dari bahaya
Evaluasi ABCD.
 Airway : Ada tidaknya obstruksi
 Breathing : Bernapas, megap-megap, apneu
 Circulation : Teraba tidaknya frek nadi, CRT <3 detik
 Disability : GCS
Nilai selama <30 detik, bila terdapat tanda kegawatdaruratan,
5 maka lakukan tindakan resusitasi
Airway
Letakkan bayi atau anak dengan posisi terlentang di atas
6
tempat yang rata
Buka jalan napas
Bila tidak ada tanda cedera kepala, lakukan Head-tilt atau
Chin-lift:
 Letakkan satu telapak tangan di dahi pasien dan tekan
ke bawah, sehingga kepala menjadi tengadah sehingga
7
penyangga lidah terangkat ke depan (hindari hiperekstensi
karena dapat menyumbat jalan napas)
 Gunakan jari tengah dan jari telunjuk untuk memegang
tulang dagu pasien, kemudian angkat dan dorong tulangnya
ke depan
8 Lakukan Look, listen, and feel
9 Bila ada gawat napas, berikan bantuan pernapasan
Breathing
Pasang sungkup dengan ukuran sesuai umur sehingga menutup
10
mulut dan hidung, lalu rapatkan
Lakukan tiupan nafas buatan dengan mulut atau balon (bag)
11
resusitasi sambil mempertahankan posisi kepala (jalan nafas)
Bila tetap tidak mengembang kemungkinan obstruksi jalan
12
nafas
13 Frekuensi nafas buatan yg dilakukan: 20 kali permenit
14 Nilailah sirkulasi setelah 2 – 5 kali pemberian bantuan napas
Circulation
Tempat penilaian:
15 Bayi : arteri brachialis
Anak : arteri carotis
Lakukanlah pijat jantung bila denyut jantung < 60x/menit atau
tidak teraba (henti jantung)
16
 Lokasi pemijatan : 1/2 bagian bawah tulang dada (sternum)
dengan kedalaman pijatan 1/3 tebal dada
Cara pemijatan:
Bayi: pijatan dilakukan dengan teknik ibu jari atau dua jari
(telunjuk dan jari tengah)
1. Kedua ibu jari menekan tulang dada
2. Kedua tangan melingkari dada dan jari-jari tangan
menopang bagian belakang bayi
Atau:
17 1. Ujung jari tengah dan jari telunjuk atau jari manis dari satu
tangan digunakan untuk menekan tulang dada
2. Tangan yang lain digunakan untuk menopang bagian
belakang bayi

Anak <8 tahun: dengan pangkal telapak tangan


Anak >8 tahun: pangkal telapak tangan terbuka dan dibantu
dengan tangan yang satu diatasnya
Frekuensi pemijatan 100x per menit, dengan koordinasi antara
18
pijat jantung dan napas buatan adalah 30:2
Sumbatan jalan napas
Pembersihan jalan napas karena sumbatan benda asing
19 dilakukan bila kejadiannya disaksikan sendiri atau sangat
dicurigai, refleks batuk tidak adekuat
Teknik pukulan dan hentakan
1. Letakkan bayi dengan posisi tertelungkup kepala lebih
rendah. Diatas lengan bawah, topang dagu dan leher
dengan lengan bawah dan lutut penolong
2. Tangan lainnya melakukan pukulan punggung diantara
20 kedua tulang belikat secara hati-hati dan cepat sebanyak 5
kali pukulan
3. Balikkan dan lakukan hentakan pada dada sebagaimana
melakukan pijat jantung luar sebanyak 5 kali
4. Pada neonatus tidak boleh melakukan cara diatas, hanya
dilakukan dengan alat penghisap (suction)
PEGANGAN MAHASISWA

Keterampilan Klinis (Clinical Skill Lab)

PENGELOLAAN JALAN NAPAS

Diberikan kepada Mahasiswa Semester VI

Penyusun:
dr. Wahyunita Do Toka

KEGAWATDARURATAN DAN TRAUMATOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2019
PENGELOLAAN JALAN NAPAS

I. TUJUAN PEMBELAJARAN
a. Tujuan instruksional umum
Mahasiswa diharapkan mampu memahami prosedur pengelolaan jalan napas.
b. Tujuan instruksional khusus
 Mahasiswa mampu mengenal tanda adanya gangguan jalan napas.
 Mahasiswa mampu membebaskan atau membuka jalan napas dangan atau tanpa
menggunakan alat.
 Mahasiswa mampu mengatasi sumbatan jalan napas baik yang parsial maupun yang
total.

III. MEDIA DAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN


 Manikin dewasa
 Meja dan kursi periksa
 Pipa orofaring berbagai ukuran
 Pipa nasofaring berbagai ukuran
 Handscoen
 Suction
 Pipa suction kaku dan kering
 Daftar panduan belajar
 Evaluasi melalui check list/daftar tilik dengan sistem skor

IV. INDIKASI TINDAKAN


 Dilakukan pada penderita yang tidak sadar dengan penyebab apapun.
 Dilakukan pada penderita yang mengalami sumbatan jalan napas baik total maupun
parsial.

V. METODE PEMBELAJARAN
 Demonstrasi sesuai dengan daftar panduan belajar
 Diskusi Partisipasi aktif dalam skill lab (simulasi)
 Evaluasi melalui check list / daftar tilik dengan sistem skor

VI. PENILAIAN
0 = Sama sekali tidak melakukan
1 = Perlu perbaikan : langkah-langkah dilakukan tapi tidak lengkap
2 = Mampu : langkah-langkah dilakukan dengan benar dan lengkap
VII. DESKRIPSI KEGIATAN PENGELOLAAN JALAN NAPAS

Kegiatan Waktu Deskripsi


1. Pengantar 5 menit Pengantar
2. Demonstrasi oleh 30 menit 1. Mengatur posisi duduk mahasiswa.
instruktur Instruktur memberikan contoh
bagaimana teknik pengelolaan jalan
napas.
2. Mahasiswa menyimak dan mengamati.
3. Memberikan kesempatan kepada
mahasiswa untuk bertanya dan instruktur
memberikan penjelasan tentang aspek-
aspek yang penting.
4. Mahasiswa dapat menanyakan hal- hal
yang belum dimengerti dan instruktur
menanggapinya
3. Praktek bermain peran 150 menit 1. Mahasiswa berpraktek melakukan
dengan umpan balik pengelolaan jalan napas.
2. Instruktur berkeliling di antara
mahasiswa dan melakukan supervisi
menggunakan daftar tilik.
3. Setiap mahasiswa paling sedikit berlatih
1 kali
4. Curah pendapat/ 15 menit 1. Curah pendapat/diskusi : apa yang
diskusi dirasakan mudah atau sulit ?
2. Instruktur menyimpulkan dengan
menjawab pertanyaan dan memperjelas
hal-hal yang masih belum dimengerti

TOTAL WAKTU 200 MENIT


PENUNTUN BELAJAR
KETERAMPILAN PENGELOLAAN JALAN NAPAS

SKOR/NILAI
NO LANGKAH/KEGIATAN
0 1 2
Persiapan Awal
1 Periksa kelengkapan alat
2 Proteksi diri dengan handscoen
Diagnosis adanya gangguan jalan napas
Look (melihat)
3
Melihat pengembangan dada, perhatikan adanya retraksi costa
Listen (mendengar)
4
Mendengar suara aliran udara pernapasan dari jalan napas
Feel (merasakan)
5
Mrasakan suara aliran udara pernapasan dari jalan napas
Membuka jalan napas tanpa menggunakan alat
Head-tilt (mendorong kepala kebelakang)
Letakkan satu telapak tangan di dahi pasien dan tekan ke
6
bawah, sehingga kepala menjadi tengadah sehingga penyangga
lidah terangkat ke depan
Chin-lift
7 Gunakan jari tengah dan jari telunjuk untuk memegang tulang
dagu pasien, kemudian angkat dan dorong tulangnya ke depan
Jaw-thrust
8 Dorong sudut rahang kiri dan kanan ke arah depan
sehingga barisan gigi bawah berada di depan barisan gigi atas
Membersihkan jalan napas
 Sapuan jari (fingers swab)
Buka jalan napas, kemudian gunakan jari telunjuk dan jari
9 tengah untuk membersihkan dan mengorek semua benda
asing yang ada di mulut
 Suction
Pengelolaan jalan napas dengan menggunakan alat
Pipa Orofaring
1. Buka jalan napas
2. Siapkan pipa orofaring dengan ukuran yang sesuai
3. Bersihkan dan basahi pipa orofaring agar mudah
10 dimasukkan
4. Masukkan pipa orofaring kemulut dengan arah lengkungan
menghadap ke langit-langit
5. Setelah masuk separuh, putar lengkungan mengarah ke
bawah lidah
6. Dorong pelan sampai ke posisi yang tepat
7. Pastikan lidah sudah tertopang dengan pipa orofaring
dengan melihat pola napas
8. Fiksasi dengan plester
Pipa Nasofaring
1. Sesuaikan besar lubang hidung dengan besar pipa
nasofaring yang akan dimasukkan
2. Nilai kelainan cavum nasi, kemudian olesi pipa dengan gel
11 3. Pegang pipa nasofaring dengan bagian ujungnya
menghadap ke telinga
4. Dorong pelan hingga seluruh pipa masuk sambil menilai
aliran udara didalam pipa
5. Fiksasi dengan plester
Pengelolaan jalan napas akibat sumbatan benda asing (tersedak/choking)
Back-blow/Back-slaps (korban dewasa yang sadar)
1. Rangkul korban dari belakang bila korban sempoyongan
2. Satu dengan menahan tubuh, yang lainnya melakukan
back-blow atau back-slaps. Korban dipegang jangan
12 sampai tersungkur
3. Berikan hentakan 5 kali dengan genggaman tangan pada
titik silang garis imaginer tulang belakang dengan garis
interscapula
4. Bila belum berhasil, lakukan haemlich manuver
Haemlich Manuver (korban berdiri atau dewasa yang
sadar)
1. Rangkul korban dengan kedua tangan dari belakang
2. Lakukan hentakan sebanyak 5 kali dengan menarik kedua
13 lengan penolong dengan tumpuan kepalan tangan berada
pada pertengahan antara umbilicus dan titik epigastrium
korban
3. Bila belum berhasil, baringkan korban pada posisi
terlentang dan lakukan abdominal thrust
Abdominal thrust (korban terbaring atau dewasa yang
tidak sadar)
1. Segera baringkan korban jika tidak sadar
14 2. Posisikan tubuh penolong dengan berada diatas tubuh
korban sebatas pinggul
3. Lakukan hentakan mendorong 5 kali dengan tumpuan
kepalan tangan berada di titik epigastrium korban
Setelah melakukan tindakan, pastikan benda asing sudah
keluar atau bergeser dengan cara :
15
 Lihat kedalam mulut, bila terlihat benda asing, segera
ambil
 Bila tidak terlihat, tiupkan napas dari mulut ke mulut
sambil memperhatikan pengembangan dada. Bila dada
mengembang, artinya jalan napas telah tebuka
 Bila dada tidak mengembang, segera lakukan abdominal
thrust kembali
 Bila masih belim berhasil, siapkan tindakan
krikotiroidotomi
PEGANGAN MAHASISWA

Keterampilan Klinis (Clinical Skill Lab)

KRIKOTIROIDOTOMI

Diberikan kepada Mahasiswa Semester VI

Penyusun:
dr. Wahyunita Do Toka

KEGAWATDARURATAN DAN TRAUMATOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2019
KRIKOTIROIDOTOMI

I. DEFINISI
Merupakan tindakan penusukan pada membrana krikotiroid dengan jarum sebagai salah satu
cara untuk melakukan oksigenasi dan ventilasi pada penderita gagal napas akibat terjadinya
sumbatan jalan napas.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


a. Tujuan instruksional umum
Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui cara melakukan tindakan krikotiroidotomi.
b. Tujuan instruksional khusus
 Mahasiswa mampu melakukan tindakan penusukan pada membrana krikotiroid.
 Mahasiswa mampu melakukan tindakan penanganan jalan napas darurat pasca
penusukan membrana krikotiroid.

III. MEDIA DAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN


 Manikin dewasa
 Meja instrumen
 Larutan disinfektan (alcohol, povidon iodine) dan kapas
 Dyspo 10cc 2 buah
 Lidokain HCl 2%
 Perlengkapan Jet insuflasi : Pipa berbentuk Y
 Kateter IV ukuran 12 atau 14, 2 buah
 Pembalut steril
 Salep antibiotik
 Plester
 Handscoen
 Daftar panduan belajar
 Evaluasi melalui check list/daftar tilik dengan sistem skor

IV. INDIKASI TINDAKAN


 Dilakukan pada penderita yang mengalami sumbatan jalan napas.
 Dilakukan bila usaha memberikan napas bantu (ventilasi) dengan bag-valve-mask
gagal dilakukan.

V. METODE PEMBELAJARAN
 Demonstrasi sesuai dengan daftar panduan belajar
 Diskusi Partisipasi aktif dalam skill lab (simulasi)
 Evaluasi melalui check list / daftar tilik dengan sistem skor
VI. PENILAIAN
0 = Sama sekali tidak melakukan
1 = Perlu perbaikan : langkah-langkah dilakukan tapi tidak lengkap
2 = Mampu : langkah-langkah dilakukan dengan benar dan lengkap

VII. DESKRIPSI KEGIATAN PENGELOLAAN JALAN NAPAS

Kegiatan Waktu Deskripsi


1. Pengantar 5 menit Pengantar
2. Demonstrasi oleh 30 menit 1. Mengatur posisi duduk mahasiswa.
instruktur Instruktur memberikan contoh
bagaimana teknik krikotiroidotomi.
2. Mahasiswa menyimak dan mengamati.
3. Memberikan kesempatan kepada
mahasiswa untuk bertanya dan instruktur
memberikan penjelasan tentang aspek-
aspek yang penting.
4. Mahasiswa dapat menanyakan hal- hal
yang belum dimengerti dan instruktur
menanggapinya
3. Praktek bermain peran 150 menit 1. Mahasiswa berpraktek melakukan
dengan umpan balik tindakan krikotiroidotomi.
2. Instruktur berkeliling di antara
mahasiswa dan melakukan supervisi
menggunakan daftar tilik.
3. Setiap mahasiswa paling sedikit berlatih
1 kali
4. Curah pendapat/ 15 menit 1. Curah pendapat/diskusi : apa yang
diskusi dirasakan mudah atau sulit ?
2. Instruktur menyimpulkan dengan
menjawab pertanyaan dan memperjelas
hal-hal yang masih belum dimengerti

TOTAL WAKTU 200 MENIT


PENUNTUN BELAJAR
KETERAMPILAN KRIKOTIROIDOTOMI

SKOR/NILAI
NO LANGKAH/KEGIATAN
0 1 2
Persiapan Awal
Periksa kelengkapan alat
Hubungkan selang oksigen dengan salah satu lubang pipa Y
1 dan pastikan oksigen mengalir lancar
2 Proteksi diri dengan handscoen
3 Pasang kateter IV ukuran 14 pada dyspo 10 cc
Tindakan krikotiroidotomi
4 Desinfeksi daerah leher dengan antiseptik
Palpasi membrana krikoidea, sebelah anterior antara kertilago
tiroid dan krikoid. Pegang trakea dengan ibu jari dan telunjuk
5
dengan tangan kiri agar trakea tidak bergerak ke lateral pada
waktu prosedur
Dengan tangan yang lain (kanan) tusuk kulit pada garis tengah
(midline) di atas membran krikoidea dengan jarum. Untuk
6
memudahkan masuknya jarum maka dapat dilakukan incisi
kecil di tempat yang akan ditusuk dengan pisau
Arahkan jarum dengan sudut 45° ke arah kaudal, kemudian
dengan hati-hati tusukkan jarum sambil mengisap dyspo. Bila
7 teraspirasi udara atau tampak gelembung udara pada dyspo yang
terisi aquades menunjukkan masuknya jarum ke dalam lumen
trakea
Lepas dyspo dengan kateter IV, kemudian tarik mandrin
8
sambil dengan lembut mendorong kateter ke arah bawah
Sambungkan ujung kateter dengan salah satu ujung slang
9
oksigen berbentuk Y
Ventilasi berkala dapat dilakukan dengan menutup salah satu
lubang slang oksigen berbentuk Y yang terbuka dengan ibu
10
jari selama 1 detik dan membukanya selama 4 detik. Tindakan
seperti ini dapat bertahan selama 30-60 detik
PEGANGAN MAHASISWA

Keterampilan Klinis (Clinical Skill Lab)

PEMBERIAN NAPAS BANTU

Diberikan kepada Mahasiswa Semester VI

Penyusun:
dr. Wahyunita Do Toka

KEGAWATDARURATAN DAN TRAUMATOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2019
PEMBERIAN NAPAS BANTU

I. TUJUAN PEMBELAJARAN
a. Tujuan instruksional umum
Mahasiswa diharapkan mampu memahami prosedur pemberian napas bantu pada
gangguan jalan napas.
b. Tujuan instruksional khusus
 Mahasiswa mampu menyiapkan alat-alat yang diperlukan untuk memberikan napas
bantu.
 Mahasiswa mampu memberikan napas bantu pada penderita gagal napas dangan atau
tanpa menggunakan alat.

III. MEDIA DAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN


 Manikin dewasa
 Meja dan kursi periksa
 Pipa orofaring berbagai ukuran
 Pipa orotrakea berbagai ukuran
 Pipa nasotrakea berbagai ukuran
 Bag-valve-mask
 Selang oksigen dan tangki oksigen
 Laringoskop
 Plester
 Stetoskop
 Gel
 Semirigid cervical collar
 Handscoen
 Suction
 Pipa suction kaku dan kering
 Daftar panduan belajar
 Evaluasi melalui check list/daftar tilik dengan sistem skor

IV. INDIKASI TINDAKAN


 Dilakukan pada penderita gagal napas.

V. METODE PEMBELAJARAN
 Demonstrasi sesuai dengan daftar panduan belajar
 Diskusi Partisipasi aktif dalam skill lab (simulasi)
 Evaluasi melalui check list / daftar tilik dengan sistem skor

VI. PENILAIAN
0 = Sama sekali tidak melakukan
1 = Perlu perbaikan : langkah-langkah dilakukan tapi tidak lengkap
2 = Mampu : langkah-langkah dilakukan dengan benar dan lengkap

VII. DESKRIPSI KEGIATAN PENGELOLAAN JALAN NAPAS

Kegiatan Waktu Deskripsi


1. Pengantar 5 menit Pengantar
2. Demonstrasi oleh 30 menit 1. Mengatur posisi duduk mahasiswa.
instruktur Instruktur memberikan contoh
bagaimana teknik pemberian napas
bantu.
2. Mahasiswa menyimak dan mengamati.
3. Memberikan kesempatan kepada
mahasiswa untuk bertanya dan instruktur
memberikan penjelasan tentang aspek-
aspek yang penting.
4. Mahasiswa dapat menanyakan hal- hal
yang belum dimengerti dan instruktur
menanggapinya
3. Praktek bermain peran 150 menit 1. Mahasiswa berpraktek melakukan
dengan umpan balik teknik pemberian napas bantu.
2. Instruktur berkeliling di antara
mahasiswa dan melakukan supervisi
menggunakan daftar tilik.
3. Setiap mahasiswa paling sedikit berlatih
1 kali
4. Curah pendapat/ 15 menit 1. Curah pendapat/diskusi : apa yang
diskusi dirasakan mudah atau sulit ?
2. Instruktur menyimpulkan dengan
menjawab pertanyaan dan memperjelas
hal-hal yang masih belum dimengerti

TOTAL WAKTU 200 MENIT


PENUNTUN BELAJAR
KETERAMPILAN PEMBERIAN NAPAS BANTU

SKOR/NILAI
NO LANGKAH/KEGIATAN
0 1 2
Persiapan Awal
1 Periksa kelengkapan alat
2 Cuci tangan dan proteksi diri dengan handscoen
Ventilasi Bag-valve-mask
3 Pilih ukuran masker yang cocok dengan wajah penderita
Hubungkan selang oksigen dengan alat bag-valve-mask dan
4
atur aliran oksigen sampai 12 L/menit
5 Pastikan jalan napas penderita bebas
6 Pasang pipa orofaring
Tangan kiri memegang masker sedemikian rupa sehingga
masker rapat ke wajah penderita dan pastikan tidak ada udara
7 yang keluar dari sisi masker pada saat bag dipompa. Tangan
kanan memegang bag dan memompa sampai dada penderita
terlihat mengembang
Bila dilakukan oleh dua orang : satu orang memegang masker
8 dengan kedua tangan dan satu orang lagi memegang bag
(kantong) dan memompa dengan kedua tangan
Kecukupan ventilasi dinilai dengan melihat gerakan dada
9
penderita
10 Ventilasi diberikan tiap 5 detik
Intubasi endotrakeal
Pastikan bahwa jalan napas tetap bebas dan oksigenasi tetap
11
berjalan
Bila penderita sementara diberikan napas bantu dengan bag-
12 valve-mask, berikan preoksigenasi yang cukup sebelum
dilakukan intubasi
Kembangkan pipa endotrakea untuk memastikan bahwa
13
balon tidak bocor. Bila tidak bocor dikempiskan kembali
Sambungkan daun laringoskop pada pemegangnya
14
kemudian periksa terangnya lampu
15 Pegang laringoskop dengan tangan kiri
Masukkan laringoskop pada bagian kanan mulut penderita
16 dan menggeser lidah ke sebelah kiri. Bila terpasang pipa
orofaring, lepaskan terlebih dahulu
17 Secara visual identifikasi epiglottis kemudian pita suara
Dengan hati-hati masukkan pipa endotrakea ke dalam
18
trakea tanpa menekan gigi atau jaringan di mulut
Kembangkan balon dengan udara dari spoit secukupnya
19 sampai tidak terdengar udara dari sela pipa endotrakea dan
trakea
Sambungkan pipa endotrakea dengan bag-valve kemudian
20
pompa sambil melihat pengembangan dada
Auskultasi dada kiri-kanan apakah bunyi pernapasan sama.
21 Auskultasi abdomen untuk memastikan pipa terpasang dengan
benar
Pasang pipa orotrakea kemudian pipa endotrakea difiksasi
22
dengan plaster ke mulut
PEGANGAN MAHASISWA

Keterampilan Klinis (Clinical Skill Lab)

THORACHOSTOMY DENGAN JARUM


(Needle Thoracocenthesis)

Diberikan kepada Mahasiswa Semester VI

Penyusun:
dr. Wahyunita Do Toka

KEGAWATDARURATAN DAN TRAUMATOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2019
NEEDLE THORACOCENTHESIS

I. DEFINISI
Merupakan tindakan penusukan pada dinding dada di intercostal dua dengan maksud
mengeluarkan udara di pleura pada kasus tension pneumotoraks.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


a. Tujuan instruksional umum
Mahasiswa diharapkan mampu memahami prosedur tindakan needle thoracocenthesis.
b. Tujuan instruksional khusus
 Mahasiswa mampu melakukan penusukan jarum pada intercostal dua.
 Mahasiswa mampu menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan untuk tindakan needle
thoracocenthesis.

III. MEDIA DAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN


 Manikin dewasa
 Meja instrumen
 Larutan disinfektan (alcohol, povidon iodine) dan kapas
 Spoit 12 cc cc 2 buah
 Lidokain 2 %
 Kateter IV polyurethane protective ukuran 12 sampai 14 2 buah
 Gause steril atau pembalut steril
 Cairan nacl 0,9 % steril
 Handscoen
 Daftar panduan belajar
 Evaluasi melalui check list/daftar tilik dengan sistem skor

IV. INDIKASI TINDAKAN


 Dilakukan pada penderita tension pneumotoraks.

V. METODE PEMBELAJARAN
 Demonstrasi sesuai dengan daftar panduan belajar
 Diskusi Partisipasi aktif dalam skill lab (simulasi)
 Evaluasi melalui check list / daftar tilik dengan sistem skor

VI. PENILAIAN
0 = Sama sekali tidak melakukan
1 = Perlu perbaikan : langkah-langkah dilakukan tapi tidak lengkap
2 = Mampu : langkah-langkah dilakukan dengan benar dan lengkap
VII. DESKRIPSI KEGIATAN NEEDLE THORACOCENTHESIS

Kegiatan Waktu Deskripsi


1. Pengantar 5 menit Pengantar
2. Demonstrasi oleh 30 menit 1. Mengatur posisi duduk mahasiswa.
instruktur Instruktur memberikan contoh
bagaimana prosedur tindakan needle
thoracocenthesis.
2. Mahasiswa menyimak dan mengamati.
3. Memberikan kesempatan kepada
mahasiswa untuk bertanya dan instruktur
memberikan penjelasan tentang aspek-
aspek yang penting.
4. Mahasiswa dapat menanyakan hal- hal
yang belum dimengerti dan instruktur
menanggapinya
3. Praktek bermain peran 150 menit 1. Mahasiswa berpraktek melakukan
dengan umpan balik tindakan needle thoracocenthesis.
2. Instruktur berkeliling di antara
mahasiswa dan melakukan supervisi
menggunakan daftar tilik.
3. Setiap mahasiswa paling sedikit berlatih
1 kali
4. Curah pendapat/ 15 menit 1. Curah pendapat/diskusi : apa yang
diskusi dirasakan mudah atau sulit ?
2. Instruktur menyimpulkan dengan
menjawab pertanyaan dan memperjelas
hal-hal yang masih belum dimengerti

TOTAL WAKTU 200 MENIT


PENUNTUN BELAJAR
KETERAMPILAN NEEDLE THORACOCENTHESIS

SKOR/NILAI
NO LANGKAH/KEGIATAN
0 1 2
Persiapan Awal
1 Periksa kelengkapan alat
2 Proteksi diri dengan handscoen
Pasang kateter IV ukuran 14 pada spoit 12 cc yang telah diisi
3 air kira-kira 5 ml
Tindakan penusukan jarum
4 Desinfeksi daerah dada yang akan ditusuk dengan antiseptik
Identifikasi daerah sela iga dua di daerah pertengahan
5
clavicula.. Bila pasien sadar bisa disuntikkan anestesi lokal
Tusukkan jarum yang telah dihubungkan dengan spoit di
6 bagian atas dari kosta tiga hingga keluar udara ditandai dengan
adanya gelembung pada air di spoit
Evaluasi ulang pernapasan pasien, apakah ada perbaikan atau
7
Tidak
PEGANGAN MAHASISWA

Keterampilan Klinis (Clinical Skill Lab)

RESUSITASI JANTUNG PARU

Diberikan kepada Mahasiswa Semester VI

Penyusun:
dr. Wahyunita Do Toka

KEGAWATDARURATAN DAN TRAUMATOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2019
RESUSITASI JANTUNG PARU

I. DEFINISI
Merupakan tindakan pemijatan jantung luar untuk mengatasi henti napas dan henti jantung.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


a. Tujuan instruksional umum
Mahasiswa diharapkan mampu melakukan tindakan resusitasi jantung paru.
b. Tujuan instruksional khusus
 Mahasiswa mampu melakukan resusitasi pada penderita henti napas.
 Mahasiswa mampu melakukan pijatan jantung luar pada penderita henti jantung.

III. MEDIA DAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN


 Manikin dewasa
 Handscoen
 Daftar panduan belajar
 Evaluasi melalui check list/daftar tilik dengan sistem skor

IV. INDIKASI TINDAKAN


 Dilakukan pada penderita yang mengalami sumbatan jalan napas.
 Dilakukan bila usaha memberikan napas bantu (ventilasi) dengan bag-valve-mask
gagal dilakukan.

V. METODE PEMBELAJARAN
 Demonstrasi sesuai dengan daftar panduan belajar
 Diskusi Partisipasi aktif dalam skill lab (simulasi)
 Evaluasi melalui check list / daftar tilik dengan sistem skor

VI. PENILAIAN
0 = Sama sekali tidak melakukan
1 = Perlu perbaikan : langkah-langkah dilakukan tapi tidak lengkap
2 = Mampu : langkah-langkah dilakukan dengan benar dan lengkap

VII. DESKRIPSI KEGIATAN RESUSITASI JANTUNG PARU

Kegiatan Waktu Deskripsi


1. Pengantar 5 menit Pengantar
2. Demonstrasi oleh 30 menit 1. Mengatur posisi duduk mahasiswa.
instruktur Instruktur memberikan contoh
bagaimana tindakan resusitasi jantung
paru.
2. Mahasiswa menyimak dan mengamati.
3. Memberikan kesempatan kepada
mahasiswa untuk bertanya dan instruktur
memberikan penjelasan tentang aspek-
aspek yang penting.
4. Mahasiswa dapat menanyakan hal- hal
yang belum dimengerti dan instruktur
menanggapinya
3. Praktek bermain peran 150 menit 1. Mahasiswa berpraktek melakukan
dengan umpan balik tindakan resusitasi jantung paru.
2. Instruktur berkeliling di antara
mahasiswa dan melakukan supervisi
menggunakan daftar tilik.
3. Setiap mahasiswa paling sedikit berlatih
1 kali
4. Curah pendapat/ 15 menit 1. Curah pendapat/diskusi : apa yang
diskusi dirasakan mudah atau sulit ?
2. Instruktur menyimpulkan dengan
menjawab pertanyaan dan memperjelas
hal-hal yang masih belum dimengerti

TOTAL WAKTU 200 MENIT


PENUNTUN BELAJAR
KETERAMPILAN KRIKOTIROIDOTOMI

SKOR/NILAI
NO LANGKAH/KEGIATAN
0 1 2
Persiapan Awal
1 Periksa kelengkapan alat
2 Proteksi diri dengan handscoen
Tindakan oleh satu orang penolong
3 Atur posisi pasien dan letakkan pada dasar yang keras
Pada korban tidak sadar pastikan penderita tidak sadar dengan
4 cara memanggil, menepuk punggung, menggoyang atau
mencubit
Periksa apakah pasien bernapas atau tidak. Bila tidak, buka
5
dan bebaskan jalan napas
Periksa kembali apakah pasien bernapas setelah pembebasan
jalan napas. Bila tidak bernapas atau napas tersengal-sengal,
6
berikan napas buatan dua kali, pelan dan penuh sambil melihat
pengembangan dada
7 Raba denyut karotis
Bila tidak teraba lakukan pijatan jantung luar 30 kali pada titik
8 tumpu yaitu 2 jari diatas processus xyphoideus. Kemudian
dilanjutkan dengan napas buatan sebanyak 2 kali tiupan
Letakkan satu tangan pada titik tekan, tangan lain di atas
9
punggung tangan pertama
Kedua lengan lurus dan tegak lurus pada sternum. Kedua lutut
10
penolong merapat, lutut menempel bahu korban
Tekan ke bawah 4-5 cm pada orang dewasa, dengan cara
11
menjatuhkan berat badan ke sternum korban
Kompresi secara ritmik & teratur 100 kali/menit atau 5 siklus
12 dalam 2 menit Lakukan evaluasi tiap akhir siklus kelima
terhadap napas, denyut jantug, kesadaran dan reaksi pupil
Bila napas dan denyut belum teraba lanjutkan RJP hingga
13
korban membaik
Tindakan oleh dua orang penolong
14 Langkah 3-13 tetap dilakukan oleh penolong pertama
Saat penolong pertama melakukan evaluasi,
15 Penolong kedua mengambil posisi untuk menggantikan pijat
jantung
Bila denyut nadi belum teraba, penolong pertama memberikan
16
napas buatan 2 kali secara perlahan sampai dada terlihat
pengembang, disusul penolong kedua memberikan pijat
jantung sebanyak 30 kali
PEGANGAN MAHASISWA

Keterampilan Klinis (Clinical Skill Lab)

RESUSITASI CAIRAN

Diberikan kepada Mahasiswa Semester VI

Penyusun:
dr. Wahyunita Do Toka

KEGAWATDARURATAN DAN TRAUMATOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2019
RESUSITASI CAIRAN

I. TUJUAN PEMBELAJARAN
a. Tujuan instruksional umum
Mahasiswa diharapkan mampu memahami prosedur pemberian terapi cairan pada
penderita syok hipovolemik.
b. Tujuan instruksional khusus
 Mahasiswa mampu menentukan jenis syok hipovolemik.
 Mahasiswa mampu menentukan derajat syok hipovolemik.
 Mahasiswa mampu melakukan resusitasi sesuai dengan kebutuhan pasien.

III. MEDIA DAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN


 Manikin dewasa
 Handscoen
 Transfusi dan infus set
 Kateter IV no 16 dan 18
 Cairan kristaloid atau koloid
 Daftar panduan belajar
 Evaluasi melalui check list/daftar tilik dengan sistem skor

IV. INDIKASI TINDAKAN


 Dilakukan pada pasien yang mengalami syok hipovolemik.

V. METODE PEMBELAJARAN
 Demonstrasi sesuai dengan daftar panduan belajar
 Diskusi Partisipasi aktif dalam skill lab (simulasi)
 Evaluasi melalui check list / daftar tilik dengan sistem skor

VI. PENILAIAN
0 = Sama sekali tidak melakukan
1 = Perlu perbaikan : langkah-langkah dilakukan tapi tidak lengkap
2 = Mampu : langkah-langkah dilakukan dengan benar dan lengkap
VII. DESKRIPSI KEGIATAN RESUSITASI CAIRAN

Kegiatan Waktu Deskripsi


1. Pengantar 5 menit Pengantar
2. Demonstrasi oleh 30 menit 1. Mengatur posisi duduk mahasiswa.
instruktur Instruktur memberikan contoh
bagaimana teknik resusitasi cairan.
2. Mahasiswa menyimak dan mengamati.
3. Memberikan kesempatan kepada
mahasiswa untuk bertanya dan instruktur
memberikan penjelasan tentang aspek-
aspek yang penting.
4. Mahasiswa dapat menanyakan hal- hal
yang belum dimengerti dan instruktur
menanggapinya
3. Praktek bermain peran 150 menit 1. Mahasiswa berpraktek melakukan
dengan umpan balik teknik resusitasi cairan.
2. Instruktur berkeliling di antara mahasiswa
dan melakukan supervisi menggunakan
daftar tilik.
3. Setiap mahasiswa paling sedikit berlatih
1 kali
4. Curah pendapat/ 15 menit 1. Curah pendapat/diskusi : apa yang
diskusi dirasakan mudah atau sulit ?
2. Instruktur menyimpulkan dengan
menjawab pertanyaan dan memperjelas
hal-hal yang masih belum dimengerti

TOTAL WAKTU 200 MENIT


PENUNTUN BELAJAR
KETERAMPILAN RESUSITASI CAIRAN

SKOR/NILAI
NO LANGKAH/KEGIATAN
0 1 2
Persiapan Awal
1 Periksa kelengkapan alat
2 Cuci tangan dan proteksi diri dengan handscoen
3 Diagnosis syok dengan evaluasi ABC
Menentukan jenis syok hipovolemik
Dehidrasi
4 Kehilangan cairan ekstravaskuler akibat muntah atau gangguan
defekasi
Perdarahan
5 Kehilangan darah akibat trauma atau kelainan lain yang
menyebabkan perdarahan organ
Menentukan derajat syok hipovolemik
Dehidrasi

Perdarahan
7
Tindakan resusitasi cairan
Dehidrasi
 Ringan : Ganti cairan defisit dengan pemberian oral
 Sedang : Ganti cairan defisit dengan pemberian oral
dibantu dengan pemberian cairan infus dengan kristaloid
sesuai dengan defisit ditambah dengan cairan pemeliharaan
 Berat : Lakukan resusitasi cairan dengan cara menetukan
defisit kehilangan cairan dan cairan pemeliharaan selama
24 jam

50% defisit diberikan pada 8 jam ditambah dengan cairan


8 pemeliharaan selama 8 jam, 50% defisit selanjutnya diberikan
pada 16 jam selanjutnya ditambah dengan cairan pemeliharaan
selama 16 jam

Dilakukan resusitasi cepat 10-20cc/kg selama 10-15 menit


dalam 1 jam pada 8 jam pertama sampai hemodinamik stabil,
dapat diulang beberapa kali sampai kondisi syok teratasi

Sisa dari defisit 50%+cairan pemeliharaan pada 8 jam pertama


dikurangi dengan jumlah cairan yang digunakan pada
resusitasi cepat dijadikan cairan pemeliharaan dalam 7 jam
selanjutnya.
Perdarahan
 Berikan oksigen
9  Pasang infus 2 jalur, bila perlu dengan kateter IV ukuran
besar
 Menentukan kelas perdarahan sesuai gejala klinis
 Menentukan estimasi jumlah kehilangan darah
 Mengganti cairan dengan kristaloid atau koloid (volume
cairan diganti sebanyak 3 kali dari estimasi kehilangan
darah jika menggunakan kristaloid
PEGANGAN MAHASISWA

Keterampilan Klinis (Clinical Skill Lab)

STABILISASI DAN TRANSPORTASI

Diberikan kepada Mahasiswa Semester VI

Penyusun:
dr. Wahyunita Do Toka

KEGAWATDARURATAN DAN TRAUMATOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2019
STABILISASI DAN TRANSPORTASI

I. TUJUAN PEMBELAJARAN
a. Tujuan instruksional umum
Mahasiswa diharapkan mampu melakukan pertolongan pertama dan secondary survey
pada penderita trauma medulla spinalis dan mampu melakukan pemindahan pasien
dengan cara yang aman.
b. Tujuan instruksional khusus
 Mahasiswa mampu melakukan penilaian untuk memeriksa penderita dengan cedera
medula spinalis.
 Mahasiswa mampu memahami prinsip melakukan imobilisasi pada penderita cedera
cervical atau medula spinalis dan indikasi untuk melepas alat proteksi.
 Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan neurologis dan menentukan level cedera
medulla spinalis.
 Mahasiswa mampu menyiapkan penderita cedera cervical atau medula spinalis untuk
transportasi yang aman.

III. MEDIA DAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN


 Manikin dewasa
 Neck collar semirigid
 Meja, tandu, atau brankar
 Handuk yang dibulatkan untuk menyanggah
 Selimut atau alas
 Plester
 Tandu sekop
 Long spine board
 KED (Kendrick Extrication Device)
 Daftar panduan belajar
 Evaluasi melalui check list/daftar tilik dengan sistem skor

IV. INDIKASI TINDAKAN


 Dilakukan pada penderita gagal napas.

V. METODE PEMBELAJARAN
 Demonstrasi sesuai dengan daftar panduan belajar
 Diskusi Partisipasi aktif dalam skill lab (simulasi)
 Evaluasi melalui check list / daftar tilik dengan sistem skor

VI. PENILAIAN
0 = Sama sekali tidak melakukan
1 = Perlu perbaikan : langkah-langkah dilakukan tapi tidak lengkap
2 = Mampu : langkah-langkah dilakukan dengan benar dan lengkap
VII. DESKRIPSI KEGIATAN STABILISASI DAN TRANSPORTASI

Kegiatan Waktu Deskripsi


1. Pengantar 5 menit Pengantar
2. Demonstrasi oleh 30 menit 1. Mengatur posisi duduk mahasiswa.
instruktur Instruktur memberikan contoh.
2. Mahasiswa menyimak dan mengamati.
3. Memberikan kesempatan kepada
mahasiswa untuk bertanya dan instruktur
memberikan penjelasan tentang aspek-
aspek yang penting.
4. Mahasiswa dapat menanyakan hal- hal
yang belum dimengerti dan instruktur
menanggapinya
3. Praktek bermain peran 150 menit 1. Mahasiswa berpraktek melakukan
dengan umpan balik secara mandiri.
2. Instruktur berkeliling di antara
mahasiswa dan melakukan supervisi
menggunakan daftar tilik.
3. Setiap mahasiswa paling sedikit berlatih
1 kali
4. Curah pendapat/ 15 menit 1. Curah pendapat/diskusi : apa yang
diskusi dirasakan mudah atau sulit ?
2. Instruktur menyimpulkan dengan
menjawab pertanyaan dan memperjelas
hal-hal yang masih belum dimengerti

TOTAL WAKTU 200 MENIT


PENUNTUN BELAJAR
KETERAMPILAN STABILISASI DAN TRANSPORTASI

SKOR/NILAI
NO LANGKAH/KEGIATAN
0 1 2
Persiapan Awal
1 Periksa kelengkapan alat
2 Cuci tangan dan proteksi diri dengan handscoen
Primary survey
Airway
Nilai jalan napas sewaktu mempertahankan posisi tulang leher
3
Buka dan bersihkan jalan napas, lakukan jaw thrust, pasang
pipa oropharing, bila perlu lakukan tindakan intubasi
Breathing
4 Menilai dan memberikan oksigenasi yang adekuat dan bila
perlu berikan bantuan ventilasi
Circulation
 Nilai sirkulasi dengan memeriksa nadi, tekanan darah dan
perfusi perifer. Bila terdapat hipotensi, harus dibedakan
5
antara syok hipovolemik (penurunan tekanan darah,
peningkatan denyut jantung, ekstreminitas hangat)
 Penggantian cairan untuk menanggulangi hipovolemik
Disability
 Tentukan tingkat kesadaran dan nilai reflex pupil
6
 Tentukan dengan skala AVPU atau dengan GCS
 Kenali paralisisi atau paresis
Secondary survey – Penilaian neurologis
Anamnesis dan mekanisme trauma. Tanyakan riwayat medis
7
penderita
Identifikasi dan mencatat obat yang diberikan kepada penderita
sewaktu datang dan selama pemeriksaan dan penatalaksanaan
8  Penilaian ulang Tingkat Kesadaran dan Pupil
 Penilaian ulang Skor GCS
 Penilaian Tulang Belakang
Penilaian Tulang Belakang
1. Palpasi
Rabalah seluruh bagian posterior tulang belakang dengan
melakukan log roll penderita secara hati—hati. Yang dinilai
9 adalah :
 Deformitas dan atau bengkak
 Nyeri saat dipalpasi
 Krepitasi
 Laserasi atau luka tusuk
2. Nyeri, paralisis, parastesia
Ada atau tidak, lokasi, dan level neurologisnya
3. Sensasi
Tes pinprick untuk mengetahui sensasi dilakukan pada
seluruh dermatom dan dicatat bagian paling kaudal
dermatom yang memberikan rasa
4. Fungsi motorik
Prinsip imobilisasi tulang belakang dan log roll
A. Log roll
Satu orang di daerah kepala memegeng kepala dan leher untuk
10
mempertahankan imobilisasi segaris kepala dan leher penderita
Satu orang di daerah samping tubuh untuk memegang badan
11
(termasuk pelvis dan panggul)
12 Satu orang lagi untuk pelvis dan tungkai
Dengan komando dari yang di daerah kepala, penderita
13
dimiringkan secara bersamaan dengan perlahan
Orang keempat memeriksa tulang belakang atau memasang
14
long spine board
B. Imobilisasi penderita pada Long Spine Board
Pertahankan kesegarisan kepala dan leher penderita sewaktu
orang kedua memegang penderita pada daerah bahu dan
pergelangan tangan. Orang ketiga memasukkan tangan dan
15
memegang panggul penderita dengan satu tangan dengan
tangan lain memegang plester yang mengikat ke dua
pergelangan kaki
Dengan komando dari penolong yang mempertahankan kepala
dan leher, dilakukan log roll sebagai satu unit ke arah kedua
penolong yang berada pada sisi penderita, hanya diperlukan
pemutaran minimal untuk meletakkan spine board di bawah
16
penderita

Kesegarisan badan penderita harus dipertahankan sewaktu


menjalankan prosedur ini
Spine board terletak di bawah penderita, dan dilakukan log roll
17
ke arah spine board
Long spine board dengan tali pengikat ini dipasang pada
bagian toraks, diatas krista iliaka, paha, dan diatas pergelangan
18
kaki. Tali pengikat atau plester dipergunakan untuk memfiksir
kepala dan leher penderita ke long spine board
Dilakukan in line imobilisasi kepala dan leher secara manual,
19
kemudian dipasang kolar servikal semirigid
20 Luruskan dan letakkan lengan penderita di samping badan
21 Luruskan tungkai penderita secara hati- hati dengan diletakkan
dalam posisi kesegarisan netral sesuai dengan tulang belakang.
Kedua pergelangan kaki diikat satu sama lain dengan plester
Letakkan bantalan di bawah leher penderita untuk mencegah
22
terjadinya hiperekstensi leher dan kenyamanan pasien
Bantalan, selimut yang dibulatkan atau alat penyangga lain
23 ditempatkan di kiri dan kanan kepala dan leher penderita, dan
kepala penderita diikat ke long board
Pasang plester diatas kolar servikal untuk menjamin tidak
24
adanya gerakan pada kepala dan leher
C. Tandu sekop (Scoop Stretcher)
25 Siapkan tandu sekop
26 Buka kunci agar skop terpisah dua
Atur sedemikian rupa akar panjang tandu skop sesuai dengan
27 tinggi penderita. Panjang skop dapat dipanjangkan atau
dipendekkan sesuai kebutuhan
28 Masukkan Scoop stretcher secara perlahan dibawah penderita
29 Scoop stretcher bukanlah alat untuk imobilisasi penderita
Scoop stretcher bukanlah alat transport, dan jangan
mengangkat scoop stretcher hanya pada ujung-ujungnya saja,
30
karena akan melekuk di bagian tengah dengan akibat
kehilangan kesegarisan dari tulang belakang
PEGANGAN MAHASISWA

Keterampilan Klinis (Clinical Skill Lab)

PENATALAKSANAAN DISLOKASI
EKSTREMITAS ATAS

Diberikan kepada Mahasiswa Semester VI

Penyusun:
dr. Wahyunita Do Toka

KEGAWATDARURATAN DAN TRAUMATOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2019
PENATALAKSANAAN DISLOKASI
EKSTREMITAS ATAS

I. TUJUAN PEMBELAJARAN
a. Tujuan instruksional umum
Mahasiswa mampu memahami dan melakukan penatalaksanaan dislokasi pada
ekstremitas atas dengan baik dan benar.
b. Tujuan instruksional khusus
 Mahasiswa mampu melakukan penatalaksanaan dislokasi pada ekstremitas atas.

III. MEDIA DAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN


 Manikin dewasa
 Mitella
 Perban elastis
 Meja dan kursi periksa
 Daftar panduan belajar
 Evaluasi melalui check list/daftar tilik dengan sistem skor

IV. INDIKASI TINDAKAN


Dilakukan pada penderita yang mengalami dislokasi sendi pada ekstremitas atas.

Prinsip Penatalaksanaan : Harus ada konfirmasi hasil pemeriksaan radiologi bahwa tidak
terdapat fraktur sebelum melakukan tindakan reposisi.

V. METODE PEMBELAJARAN
 Demonstrasi sesuai dengan daftar panduan belajar
 Diskusi Partisipasi aktif dalam skill lab (simulasi)
 Evaluasi melalui check list / daftar tilik dengan sistem skor

VI. PENILAIAN
0 = Sama sekali tidak melakukan
1 = Perlu perbaikan : langkah-langkah dilakukan tapi tidak lengkap
2 = Mampu : langkah-langkah dilakukan dengan benar dan lengkap
VII. DESKRIPSI KEGIATAN

Kegiatan Waktu Deskripsi


1. Pengantar 5 menit Pengantar
2. Demonstrasi oleh 30 menit 1. Mengatur posisi duduk mahasiswa.
instruktur Instruktur memberikan contoh
bagaimana penatalaksanaan dislokasi
ektremitas atas..
2. Mahasiswa menyimak dan mengamati.
3. Memberikan kesempatan kepada
mahasiswa untuk bertanya dan instruktur
memberikan penjelasan tentang aspek-
aspek yang penting.
4. Mahasiswa dapat menanyakan hal- hal
yang belum dimengerti dan instruktur
menanggapinya
3. Praktek bermain peran 150 menit 1. Mahasiswa berpraktek melakukan
dengan umpan balik rangkaian penatalaksanaan dislokasi
pada ekstremitas atas.
2. Instruktur berkeliling di antara
mahasiswa dan melakukan supervisi
menggunakan daftar tilik.
3. Setiap mahasiswa paling sedikit berlatih
1 kali
4. Curah pendapat/ 15 menit 1. Curah pendapat/diskusi : apa yang
diskusi dirasakan mudah atau sulit ?
2. Instruktur menyimpulkan dengan
menjawab pertanyaan dan memperjelas
hal-hal yang masih belum dimengerti

TOTAL WAKTU 200 MENIT


PENUNTUN BELAJAR
PENATALAKSANAAN DISLOKASI EKSTREMITAS ATAS

SKOR/NILAI
NO LANGKAH/KEGIATAN
0 1 2
Persiapan Awal
1 Informed consent
2 Persiapkan alat-alat yang akan digunakan
3 Mengatur posisi pasien dalam keadaan yang nyaman
4 Cuci tangan WHO
5 Gunakan Handscoen
Reposisi dislokasi anterior shoulder
Kocher’s maneuver : caput humerus ditarik hingga anterior
6
glenoid untuk memberikan efek reduksi
Milch’s Technique : pasien dalam posisi supine, kemudian
ekstremitas atas di posisikan abduksi dan rotasi eksternal,
7
kemudian caput humerus di tekan ke tempatnya semula dengan
bantuan ibu jari
Stimson’s Technique : pasien dalam posisi prone dengan
bantalan di area clavicula di atas tempat tidur diberikan beban
8
2,5-4 kg yang diikat pada wrist joint. Persendian akan
tereduksi secara spontan dalam waktu 15-20 menit
Hippocratic Technique : Efektif hanya dengan satu orang
untuk melakukan reduksi dengan satu kaki ditempatkan
9
diantara dinding axilla dan dinding dada dengan rotasi internal
dan external secara hati-hati, disertai traksi axial
Traction – Counter Traction: merupakan modifikasi dari
10 Hippocratic Technique dengan menggunakan sabuk sekitar
daerah dada untuk memberikan gaya countertraction
Reposisi dislokasi posterior shoulder
11 Pasien dalam posisi supine
Traksi dilakukan dengan adduksi dari lengan yang segaris
12 dengan deformitas, dengan cara mengembalikan secara hati-
hati caput humerus kedalam fossa glenoid
Post-reposisi dislokasi shoulder
Immobilisasi selama 2-5 minggu dengan pemasalngan Velpeau
13 sling. Lakukan pemeriksaan radiologi shoulder AP untuk
menilai hasil reduksi
Reposisi dislokasi posterior elbow
Parvin’s method : pasien dalam posisi prone diatas tempat
14 tidur, kemudian melakukan traksi wrist ke arah bawah dalam
beberapa menit. Ketika olecranon bergeser ke arah distal,
angkat lengan atas
In Meyn and Quigley’s method : lengan bawah tergantung
15 disamping tempat tidur, lakukan traksi ke arah bawah pada
wrist, reduksi olecranon dengan menggunakan tangan lainnya
Post-reposisi dislokasi elbow
Immobilisasi selama 2-3 minggu dengan pemasalngan crepe
14 bandage dan sling. Lakukan pemeriksaan radiologi elbow AP
dan lateral untuk menilai hasil reduksi
Penutup
15 Merapikan alat
16 Mencuci tangan
17 Menyampaikan bahwa tindakan telah selesai
PEGANGAN MAHASISWA

Keterampilan Klinis (Clinical Skill Lab)

PENATALAKSANAAN DISLOKASI
EKSTREMITAS BAWAH

Diberikan kepada Mahasiswa Semester VI

Penyusun:
dr. Wahyunita Do Toka

KEGAWATDARURATAN DAN TRAUMATOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2019
PENATALAKSANAAN DISLOKASI
EKSTREMITAS ATAS

I. TUJUAN PEMBELAJARAN
a. Tujuan instruksional umum
Mahasiswa mampu memahami dan melakukan penatalaksanaan dislokasi pada
ekstremitas bawah dengan baik dan benar.
b. Tujuan instruksional khusus
 Mahasiswa mampu melakukan penatalaksanaan dislokasi pada ekstremitas bawah.

III. MEDIA DAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN


 Manikin dewasa
 Mitella
 Perban elastis
 Meja dan kursi periksa
 Daftar panduan belajar
 Evaluasi melalui check list/daftar tilik dengan sistem skor

IV. INDIKASI TINDAKAN


Dilakukan pada penderita yang mengalami dislokasi sendi pada ekstremitas bawah.

Prinsip Penatalaksanaan : Harus ada konfirmasi hasil pemeriksaan radiologi bahwa tidak
terdapat fraktur sebelum melakukan tindakan reposisi.

V. METODE PEMBELAJARAN
 Demonstrasi sesuai dengan daftar panduan belajar
 Diskusi Partisipasi aktif dalam skill lab (simulasi)
 Evaluasi melalui check list / daftar tilik dengan sistem skor

VI. PENILAIAN
0 = Sama sekali tidak melakukan
1 = Perlu perbaikan : langkah-langkah dilakukan tapi tidak lengkap
2 = Mampu : langkah-langkah dilakukan dengan benar dan lengkap
VII. DESKRIPSI KEGIATAN

Kegiatan Waktu Deskripsi


1. Pengantar 5 menit Pengantar
2. Demonstrasi oleh 30 menit 1. Mengatur posisi duduk mahasiswa.
instruktur Instruktur memberikan contoh
bagaimana penatalaksanaan dislokasi
ektremitas bawah.
2. Mahasiswa menyimak dan mengamati.
3. Memberikan kesempatan kepada
mahasiswa untuk bertanya dan instruktur
memberikan penjelasan tentang aspek-
aspek yang penting.
4. Mahasiswa dapat menanyakan hal- hal
yang belum dimengerti dan instruktur
menanggapinya
3. Praktek bermain peran 150 menit 1. Mahasiswa berpraktek melakukan
dengan umpan balik rangkaian penatalaksanaan dislokasi
pada ekstremitas bawah.
2. Instruktur berkeliling di antara
mahasiswa dan melakukan supervisi
menggunakan daftar tilik.
3. Setiap mahasiswa paling sedikit berlatih
1 kali
4. Curah pendapat/ 15 menit 1. Curah pendapat/diskusi : apa yang
diskusi dirasakan mudah atau sulit ?
2. Instruktur menyimpulkan dengan
menjawab pertanyaan dan memperjelas
hal-hal yang masih belum dimengerti

TOTAL WAKTU 200 MENIT


PENUNTUN BELAJAR
PENATALAKSANAAN DISLOKASI EKSTREMITAS BAWAH
SKOR/NILAI
NO LANGKAH/KEGIATAN
0 1 2
Persiapan Awal
1 Informed consent
2 Persiapkan alat-alat yang akan digunakan
3 Mengatur posisi pasien dalam keadaan yang nyaman
4 Cuci tangan WHO
5 Gunakan Handscoen
Reposisi dislokasi hip
Allis method : pasien dalam posisi supine, pemeriksa berada
diatas pasien kemudian melakukan in-line traction, sementra
assisten melakukan counter traction sambil menstabilkan
pelvis pasien. Ketika traksi di tingkatkan, operator
o
6 mengurangi fleksi sekitar 70 , kemudian lakukan gerakan
rotasi dari hip seperti melakukan adduksi, hal ini akan
membantu caput femur terbebas dari lip of acetabulum.
Penekanan dari lateral ke arah proksimal femur akan
membantu reduksi. Bunyi “clunk” merupakan tanda
berhasilnya reduksi tertutup
Stimson gravity technique : pasien di posisikan prone, dengan
kaki yang cedera tergantung di samping tempat tidur akan
membuat hip fleksi dan knee fleksi masing-masing 90o, dalam
7
posisi ini assisten mengimobilisasi pelvis sementara operator
melakukan dorongan secara langsung pada proksimal betis,
rotasi dari tungkai bawah akan membantu reduksi
Bigelow and reverse bigelow manuvers : Pasien dalam posisi
supine, sementara operator melakukan traksi longitudinal pada
tungkai, Femur yang dalam posisi adduksi dan rotasi internal
kemudian difleksikan 90 o, caput femur bergeser ke
8 acetabulum dengan melakukan abduksi, rotasi eksternal, dan
ekstensi dari hip. Pada reverse bigelow manuver dilakukan
pada dislokasi anterior dari hip, traksi dilakukan in-line
dengan deformitas , kemudian hip di adduksikan secara tajam
kemudian di ekstensikan
Post-reposisi dislokasi hip
Bedrest dengan weight bearing protected selama 4-6 minggu.
9 Lakukan pemeriksaan radiologi shoulder AP untuk menilai
hasil reduksi
10 Jika reduksi gagal, maka akan dilakukan reduksi terbuka
Penutup
11 Merapikan alat dan mencuci tangan
12 Menyampaikan bahwa tindakan telah selesai

Anda mungkin juga menyukai