Anda di halaman 1dari 15

MANUAL CSL 3

SISTEM NEUROPSIKIATRI
PENILAIAN SISTEM MOTORIK, SENSORIK DAN
KOORDINASI

Tahun Akademik 2018 - 2019

Diberikan pada Mahasiswa Semester IV

BLOK SISTEM NEUROPSIKIATRI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

UNIVERSITAS KHAIRUN

2019
TATA TERTIB

I. Tata Tertib Umum


Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter FK UK harus mematuhi tata tertib seperti di
bawah ini :

1. Berpakaian, berpenampilan dan bertingkah laku yang baik dan sopan layaknya seorang
dokter. Tidak diperkenankan memakai pakaian ketat, berbahan jeans, baju kaos
(dengan/tanpa kerah), dan sandal.
2. Mahasiswa laki-laki wajib berambut pendek dan rapi.
3. Tidak diperkenankan merokok di lingkungan FK UK.
4. Menjaga ketertiban dan kebersihan di lingkungan FKUK.
5. Melaksanakan registrasi administrasi dan akademik semester yang akan berjalan.
6. Bila mahasiswa sakit :
a. Memberikan surat keterangan sakit ke bagian pendidikan, atau surat keterangan dirawat
bila dirawat.
b. Mencantumkan diagnosis klinis/ diagnosis kerja.
c. Di tanda tangani dokter yang memiliki SIP (Surat Ijin Praktek).
d. Alamat klinik/ rumah sakit/ Puskesmas jelas.
e. Diterima selambat-lambatnya 3 hari kemudian.
f. Bila tidak memenuhi ketentuan tersebut diatas, dianggap alpa (absen).
TATA-TERTIB KEGIATAN KETERAMPILAN KLINIK / CLINICAL SKILL LAB
(CSL)

Sebelum pelatihan

1. Membaca Penuntun Belajar (manual) Keterampilan Klinik Sistem yang bersangkutan dan
bahan bacaan rujukan tentang keterampilan yang akan dilakukan.

Pada saat pelatihan

1. Datang 10 menit sebelum CSL dimulai.


2. Wajib mengikuti seluruh kegiatan CSL sesuai dengan jadwal rotasi yang telah ditentukan.
3. Tidak diperkenankan memanjangkan kuku lebih dari 1 mm.
4. Mengenakan jas laboratorium yang bersih dan dikancing rapi pada setiap kegiatan CSL.
Bagi mahasiswi yang berjilbab, jilbabnya harus dimasukkan ke bagian dalam jas
laboratorium.
5. Buanglah sampah kering yang tidak terkontaminasi (kertas, batang korek api, dan
sebagainya) pada tempat sampah non medis. Sampah yang telah tercemar (sampah
medis), misalnya kapas lidi yang telah dipakai, harus dimasukkan ke tempat sampah
medis yang mengandung bahan desinfektan untuk didekontaminasi, dan sampah tajam
dimasukan pada tempat sampah tajam.
6. Berpartisipasi aktif pada semua kegiatan latihan.
7. Memperlakukan model seperti memperlakukan manusia atau bagian tubuh manusia.
8. Bekerja dengan hati-hati.
9. Tidak diperkenankan menghilangkan, mengambil atau meminjam tanpa ijin setiap alat
dan bahan yang ada pada ruang CSL.
10. Setiap selesai kegiatan CSL mahasiswa harus merapikan kembali alat dan bahan yang
telah digunakan.

SANKSI PELANGGARAN TATA TERTIB CSL & PRAKTIKUM

1. Bagi mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan CSL pada materi tertentu, maka
mahasiswa tersebuttidak diperkenankan mengikuti kegiatan CSL pada jadwal berikutnya
untuk materi tertentu tersebut.
2. Bagi mahasiswa yang mengikuti kegiatan CSL tidak sesuai dengan jadwal rotasinya
dianggap tidak hadir.
3. Bagi mahasiswa yang persentasi kehadiran CSLnya < 100 % dari seluruh jumlah tatap
muka CSL, maka mahasiswa tidak dapat mengikuti ujian CSL.
4. Kerusakan alat dan bahan yang ada pada ruang CSL yang terjadi karena ulah mahasiswa,
resikonya ditanggung oleh mahasiswa yang bersangkutan.
5. Bagi mahasiswa yang menghilangkan, mengambil atau meminjam tanpa ijin setiap alat
dan bahan yang ada pada ruang CSL akan mendapatkan sanksi tegas sesuai dengan
peraturan yang berlaku
6. Nilai ujian CSL menjadi prasyarat ikut ujian blok. Jika tidak lulus CSL maka tidak
diperkenankan ikut ujian blok Neuropsikiatri.
PENGANTAR

Panduan clinical skill lab (CSL) Sistem Neuropsikiatri berisi 7 CSL, 6 CSL adalah bagian dari
bagian neurologi yang terdiri atas keterampilan utama yaitu:

1. Anamnesis keluhan utama yang berhubungan dengan sistem neuropsikiatri dimana


penggalian riwayat penyakit sudah lebih spesifik mengarah ke sistem neuropsikiatri.
Penilaian kesadaran juga dinilai dengan menggnakan Glasgow Coma Scale (GCS) dan
pemeriksaan tanda rangsang meningeal
2. Penilaian fungsi saraf cranial
3. Penilaian Sistem Motorik, koordinasi dan sensorik
4. Pemeriksaan refleks fisiologis, patologis, primitif dan fungsi luhur
5. Pemeriksaan tulang belakang
6. Foto X-ray skull dan lumbo sakral
Panduan ini selain memuat panduan langkah-langkah melakukan anamnesis, pemeriksaan
terkait neurologi dan berisi daftar tilik dalam bentuk lembar penilaian dari instruktur terhadap
mahasiswa sebagai penilaian akhir serta membantu dalam menilai kemajuan tingkat
keterampilan yang telah dilatih

Ternate, Januari 2018

dr. Fera The, M.Kes


SISTEM NEUROPSIKIATRI

PENILAIAN SISTEM MOTORIK, SENSORIK DAN KOORDINASI

Tujuan Umum :

Setelah kegiatan ini mahasiswa mampu melakukan penilaian motorik, sensorik dan
koordinasi secara tepat dan jelas.

Tujuan Khusus :

Setelah kegiatan ini mahasiswa mampu :

1. Melakukan penilaian dan pemeriksaan motorik


2. Melakukan penilaian dan pemeriksaan sensorik
3. Melakukan pemeriksaan koordinasi

Metode pembelajaran :

1. Demonstrasi sesuai dengan daftar panduan belajar


2. Diskusi Partisipasi aktif dalam skill lab (simulasi)
3. Evaluasi melalui check list / daftar tilik dengan sistem skor

Penilaian :

0 = Sama sekali tidak melakukan

1 = Perlu perbaikan : langkah-langkah dilakukan tapi tidak lengkap

2 = Mampu : langkah-langkah dilakukan dengan benar dan lengkap

DESKRIPSI KEGIATAN

Kegiatan Waktu Deskripsi

1. Pengantar 10 menit Pengantar

2. Bermain peran Tanya 30 menit 1. Mengatur posisi duduk mahasiswa


dan jawab 2. Seorang dosen (instruktur) memberikan contoh
bagaimana cara melakukan pemeriksaan motorik,
sensorik dan koordinasi. Dosen (instruktur) sebagai
dokter dan seorang mahasiswa lagi sebagai pasien.
Mahasiswa lain wajib menyimak dan mengamati.
3. Memberikan kesempatan mahasiswa bertanya
kepada instruktur dan instruktur menjawab dan
memberikan penjelasan tentap aspek penting dalam
pemeriksaan tersebut.

3. Praktek bermain peran 120 menit 1. Mahasiswa dikelompokkan secara berpasangan.


dan umpan balik Satu orang berperan sebagai dokter/pemeriksa
dan satu orang berperan sebagai pasien secara
serentak. Instruktur mengamati setiap pasangan.
2. Instruktur memberikan kesempatan untuk
melakukan pemeriksaan tersebut
3. Mahasiswa juga melakukan penilaian tingkat
kesadaran dan saling bertukar peran sebagai
dokter pasien
4. Instruktur berkeliling untuk menilai dengan
daftar tilik setiap mahasiswa yang berlatih.
5. Mahasiswa bertukar peran secara serentak dan
kemudian instruktur menilai performa
mahasiswa tersebut.
4. Curah 40 menit 1. Mahasiswa bertanya tentang apa yang belum
pendapat/diskusi dipahaminya serta instruktur menjawab dan
menjelaskannya serta instruktur bertanya apakah
ada bagian yang sulit dari proses tersebut.
Total waktu 200 menit
DASAR TEORI
Sistem Motorik
Pemeriksaan sistem motorik harus dimahiri. Sebagian besar manifestasi objektif kelainan
saraf bermanifestasi dalam gangguan gerak otak.
Sindrom low motor neuron (LMN) mempunyai gejala: lumpuh, atonia, atrofi dan
arefleksi. Sindrom LMN didapatkan pada kerusakan di neuron motorik, neuraksis neuron
motorik (misalnya saraf spinal, pleksus dan saraf perifer) alat penghubung neuraksis dan otot.
Sindrom Upper Motor Neuron dijumpai pada sistem pyramidal, mempunyaigejala : lumpuh,
hipertoni, hiperefleksi dan klonus, serta reflex patologis.
Pada gangguan sistem ekstrapiramidalis didapatkan gangguan pada tonus otot, gerakan
otot abnormal yang tidak dapat dikendalikan, gangguan pada kelancaran gerakan otot volunteer
dan gangguan gerak-otot asosiatif.
Gangguan pada serebelum mengakibatkan gangguan gerak berupa gangguan sikap dan
tonus. Selain itu, juga terjadi ataksia, dismetria dan tremor intense.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada sistem motorik meliputi inspeksi, palpasi,
pemeriksaan gerakan pasif, pemeriksaan gerakan aktif dan koordinasi gerak

Sistem Sensorik
Sistem sensorik menempatkan manusia berhubungan dengan sekitarnya. Sensibilitas
dapat dibagi 4 jenis yaitu : superficial, dalam, visceral dan khusus. Sensasi superficial disebut
juga sebagai perasaan eksteroseptif atau protektif, mengurus rasa-raba, rasa-nyeri, rasa-suhu.
Sensasi dalam yang disebut juga sebagai sensasi proprioseptif mencakup rasa gerak (kinetic),
rasa sikap (statognesia) dari otot dan persendian, rasa getar (pallesthesia), rasa tekan-dalam, rasa
nyeri-dalam otot. Sensasi visceral (interoseptif) dihantar oleh serabut otot aferen dan mencakup
rasa lapar, enek dan rasa nyeri pada visera.

Sistem koordinasi
Koordinasi gerak terutama diatur oleh serebelum. Secara sederhana dapat bahwa
gangguan utama dari lesi di serebelum ialah adanya dissinergia yaitu kurangnya koordinasi.
Artinya bila dilakukan gerakan yang membutuhkan kerjasama antar otot, maka otot-otot ini tidak
bekerja sama dengan baik, walaupun tidak didapatkan kelumpuhan
PENUNTUN BELAJAR PEMERIKSAAN MOTORIK

Berikan nilai pada setiap langkah pemeriksaan dengan criteria sebagai berikut:
0 : sama sekali tidak melakukan
1 : langkah-langkah dilakukan tapi tidak tepat (perlu perbaikan)
2 : langkah-langkah dilakukan dengan benar dan tepat (mampu)

Penilaian
SISTEM MOTORIK 0 1 2
PERSIAPAN
Menjelaskan tujuan pemeriksaan kepada pasien dan meminta
1 informed consent
2 Mencuci tangan 6 langkah
A. UKURAN OTOT
Mintalah pasien berbaring dengan santai
1
Lakukanlah observasi pada semua otot
2 Periksalah perubahan bentuk otot (eutrofi, hipertrofi, hipotrofi)
Carilah ada atau tidaknya tremor, khores, atetose, distonia,
3
balismus, spasme, tik, fasikulasi dan miokloni otot
B. TONUS OTOT
1 Mintalah pasien berbaring dengan santai
2 Alihkanlah perhatian pasien dengan mengajaknya berbicara
Gunakan kedua tangan untuk menggerakkan lengan bawah klien
3 di sendi siku secara pasif, lakukan berulang kali secara perlahan
dan kemudian secara cepat
4 Nilai tahanan yang dirasakan sewaktu menekukan dan
meluruskan tangan
Cara pemeriksaan lain:
Lakukan fleksi dan ekstensi pada sendi siku, lutut, pergelangan
tangan dan kaki.
C. KEKUATAN OTOT
Meminta pasien berbaring, kemudian pemeriksa berdiri di samping kanan
tempat tidur klien. Suruhlah klien mengangkat kedua lengan ke
1 atas sampai melewati kepala. Nilailah kekuatan lengan dengan
membandingkan kiri dan kanan. Kelemahan dapat dilihat bila
lengan yang satu lebih berat atau lebih lembat bergerak
dibandingkan lengan lainnya
Berikan tahanan ringan sampai berat pada lengan klien dan
2
nilailah besar kekuatan yang dimilki oleh klien.
3 Interpretasi : Kekuatan otot dinilai dalam derajat
5: Kekuatan normal. Seluruh gerakan dapat dilakukan
berulang-ulang tanpa terlihat adanya kelelahan
4 : Seluruh gerakan otot dapat dilakukan dengan benar dan dapat
melawan tahan ringan dan sedang dari pemeriksa
3 : Dapat mengadakan gerakan melawan gaya berat
2 : Di dapatkan gerakan tetapi gerakan ini tidak
mampu melawan gaya berat (gravitasi)
1 : Kontraksi minimal dapat terasa atau teraba pada otot yang
bersangkutan tanpa mengakibatkan gerakan
0 : Tidak ada kontraksi sama sekali. Paralisis total.
PENUTUP
1 Cuci tangan 6 langkah
Mengucapkan terima kasih pada pasien bahwa pemeriksaan telah
2
selesai
PENUNTUN BELAJAR PEMERIKSAAN SENSORIK

Berikan nilai pada setiap langkah pemeriksaan dengan criteria sebagai berikut:
0 : sama sekali tidak melakukan
1 : langkah-langkah dilakukan tapi tidak tepat (perlu perbaikan)
2 : langkah-langkah dilakukan dengan benar dan tepat (mampu)

Penilaian
SISTEM SENSORIK 0 1 2
PERSIAPAN
Menjelaskan tujuan pemeriksaan kepada pasien dan meminta
1 informed consent
2 Mencuci tangan 6 langkah
A. PEMERIKSAAN SENSASI TAKTIL/RABA HALUS
Memberikan rangsangan secara ringan tanpa memberi tekanan
1 jaringan subkutan (menggunakan kapas,kertas atau kain dan
ujungnya diusahakan sekecil mungkin)
2 Meminta penderita untuk menyatakan “YA” atau
“TIDAK” pada setiap perangsangan
Meminta penderita untuk menyebutkan daerah yang
3
Dirangsang
Meminta penderita untuk membedakan dua titik yang
4
Dirangsang
B. PEMERIKSAAN SENSASI NYERI SUPERFISIAL
1 Mata Pasien tertutup
2 Pemeriksa terlebih dahulu mencoba jarum tadi
terhadap dirinya sendiri.
3 Tekanan terhadap kulit klien seminimal mungkin,
jangan sampai menimbulkan perlukaan
4 Klien jangan ditanya: apakah Anda merasakan ini atauapakah ini
runcing?
Rangsangan terhadap kulit dikerjakan dengan ujung jarum dan
kepala jarum secara bergantian, sementara itu penderita diminta
5
untuk menyatakan sensasinya
sesuai dengan pendapatnya
6 pasien juga diminta untuk menyatakan apakah terdapat perbedaan
intensitas ketajaman rangsangan di daerahyang berlainan
Apabila dicurigai ada daerah yang sensasinya menurun maka
7 rangsangan dimulai dari daerah tadi menuju ke arah yang
normal
C. PEMERIKSAAN SENSASI NYERI DALAM ATAU NYERI TEKAN
Massa otot, tendo atau saraf yang dekat permukaan ditekan
dengan ujung jari atau dengan (menekan di antara jari telunjuk
1 dan ibu jari). Penderita diminta untuk menyatakan apakah ada
perasaan nyeri atau tidak; pernyataan ini dicocokkan dengan
intensitas tekanan
D. PEMERIKSAAN SENSASI TEKAN
1 Penderita dalam posisi terbaring dan mata tertutup
Ujung jari atau benda tumpul ditekankan atau
2
disentuhkan lebih kuat terhadap kulit.
Di samping itu, dapat diperiksa dengan menekankan struktur
3
subkutan, misalnya massa otot, tendon, dan saraf itu sendiri,
baik dengan benda tumpul atau
dengan ’’cubitan’’ dengan skala yang lebih besar
Penderita diminta untuk menyatakan apakah ada
4 tekanan dan sekaligus diminta untuk mengatakan daerah mana
yang ditekan tadi.
E. PENILAIAN SENSASI SUHU
1 Penderita lebih baik dalam posisi berbaring
2 Mata penderita tertutup
Tabung dingin/panas terlebih dahulu dicoba terhadap diri
pemeriksa.
3 Tabung ditempelkan pada kulit penderita, dan penderita
diminta untuk menyatakan apakah terasa
dingin atau panas.

4 Sebagai variasi, penderita dapat diminta untuk menyatakan


adanya rasa hangat
Pada orang normal, adanya perbedaan suhu 2-5 oC
5 sudah mampu untuk mengenalinya
F. PEMERIKSAAN SENSASI GERAK DAN POSISI
Mata penderita tertutup
1 Penderita dapat duduk atau berbaring.

Jari-jari penderita harus benar-benar dalam keadaan relaksasi dan


digerakkan secara pasif oleh pemeriksa, dengan sentuhan
2
seringan mungkin sehingga dihindari tekanan terhadap jari-jari
tadi.
Jari yang diperiksa harus ’’dipisahkan’’ dari jari –jari di sebelah
kiri/ kanannya sehingga tidak bersentuhan, sementara itu jari
3
yang diperiksa tidak boleh melakukan gerakan aktif seringan
apapun
Penderita diminta untuk menyatakan apakah ada perubahan
4
posisi jari ataupun apakah ada gerakan pada jarinya.
Apabila diperoleh kesan adanya gangguan sensasi gerak dan
5 posisi, maka dianjurkan untuk memeriksa bagian tubuh lain
yang ukurannya lebih besar, misalnya tungkai bawah atau
lengan bawah.
Cara lain lain dengan menempatkan jari-jari salah satupenderita pada
posisi tertentu, sementara itu, mata penderita tetap tertutup;
6 kemudian penderita diminta untuk menjelaskan posisi jari-jari
tadi ataupun
menirukan posisi tadi pada tangan yang satunya lagi
F. PEMERIKSAAN SENSASI GETAR / VIBRASI
Getarkan garpu tala terlebih dahulu, dengan jalan ujung
1 garpu tala dipukulkan pada benda padat/keras yang lain.

Kemudian pangkal garpu tala segera ditempelkan pada


2 bagian tubuh tertentu
3 Yang dicatat ialah tentang intensitas dan lamanya vibrasi.
Kedua hal tersebut bergantung pada kekuatan penggetaran
garpu tala dan interval antara penggetaran garpu tala tadi
4
dengan saat peletakan garpu tala pada bagian tubuh yang
diperiksa.
PENUTUP
1 Cuci tangan 6 langkah
2 Mengucapkan terima kasih pada pasien bahwa pemeriksaan telah
selesai
PENUNTUN BELAJAR PEMERIKSAAN KOORDINASI

Berikan nilai pada setiap langkah pemeriksaan dengan criteria sebagai berikut:
0 : sama sekali tidak melakukan
1 : langkah-langkah dilakukan tapi tidak tepat (perlu perbaikan)
2 : langkah-langkah dilakukan dengan benar dan tepat (mampu)

Penilaian
SISTEM KOORDINASI 0 1 2
PERSIAPAN
Menjelaskan tujuan pemeriksaan kepada pasien dan meminta
1 informed consent
2 Mencuci tangan 6 langkah
I. TES-TES EQUILIBRIUM
1. TES ROMBERG
1 Klien diminta berdiri dengan kedua kaki saling merapat pertama
kali dengan mata terbuk , kemudian dengan mata tertutup
Tes ini untuk membedakan lesi propriseptif (sensori ataxia) atau
lesi cerebellum. Pada gangguan propsrioseptif jelas sekali
terlihat perbedaan antara membuka dan menutup mata. Pada
waktu membuka mata klien masih sanggup berdiri tegak, tetapi
2
begitu menutup mata klien langsung kesulitan mempertahankan
diri dan jatuh. Pada lesi cerebellum waktu membuka dan menutup
mata klien kesulitan berdiri tegak dan cenderung berdiri dengan
kedua kaki yang lebar (wide base)
2. TANDEM WALKING
Klien diminta berjalan pada satu garis lurus di atas
1
Lantai
Tempatkan tumit yang satu didepan jari-jari kaki berlawanan,
2
baik dengan mata terbuka tertutup
II. TES-TES NON EQUILIBRIUM
1. Finger to Nose test
1 Dengan posisi duduk/berbaring meminta klien
mengekstensikan lengannya
Mintalah klien menyentuh ujung hidungnya dengan jari
2 telunjuknya dengan gerakan perlahan kemudian dengan gerakan
yang cepat
2. Disdiadokinesia
Klien diminta menggerakkan kedua tangannya bergantian,
1
pronasi dan supinasi dengan posisi siku diam
2 Mintalah klien melakukan gerakan tersebut secepat mungkin,
baik dengan mata terbuka maupun dengan mata tertutup
Gangguan diadokinesia disebut disdiadokinesia
PENUTUP
1 Cuci tangan 6 langkah
Mengucapkan terima kasih pada pasien bahwa pemeriksaan telah
2
selesai
DAFTAR PUSTAKA

1. Burton, N. Keterampilan Klinis OSCE Edisi ke 4. Karisma Publishing Group


2. Rianawati, S dan Badrur, M. Buku Ajar Neurologi. Sagung Seto. 2016
3. O’Neill, P dkk. OSCE Klinis Macleod edisi Indonesia Pertama. Singapore : Elsevier:
2017

Anda mungkin juga menyukai