Anda di halaman 1dari 28

SISTEM UROGENITALIA

PENUNTUN PEMBELAJARAN

MANUAL CSL 3
TEHNIK MEMASANG KATETER

Diberikan pada Mahasiswa Semester IV


Fakultas Kedokteran Unhas

SISTEM UROGENITAL
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2014
SISTEM UROGENITALIA

TEHNIK MEMASANG KATETER


(TEKNIK KATETERISASI PERURETHTRA)
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)
Mahasiswa mampu melakukan pemasangan kateter secara baik dan benar

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)


Setelah melakukan latihan keterampilan ini, mahasiswa :
1. Dapat melakukan persiapan penderita dengan benar
2. Dapat melakukan persiapan alat/bahan dengan benar
3. Dapat melakukan cuci tangan asepsis dengan benar
4. Dapat memasang dan melepas sarung tangan steril dengan benar
5. Dapat berdiri pada posisi pemasang kateter yang tepat
6. Dapat memegang kateter secara tepat
7. Dapat memegang alat kelamin dengan tepat
8. Dapat memegang pinset atau klem (jika dibutuhkan) dengan benar
9. Dapat melakukan teknik dorongan kateter dengan benar
10. Dapat mengecek apakah kateter telah sampai ke kandung kencing atau tempat
yang sesuai
11. Dapat menentukan secara tepat, kapan balon kateter dikembangkan
12. Dapat melakukan fiksasi kateter dengan benar

INDIKASI
1. Retensi urine
2. Obstruksi urethra akibat perubahan anatomis : Hipertrophy prostat, Kanker
prostat, atau penyempitan urethra
3. Kondisi untuk memonitor urine pada pasien-pasien trauma/kritis
4. Pengumpulan urine untuk tujuan diagnostik
5. Nerve-related bladder dysfunction misalnya trauma spinalis
6. Kepentingan Imaging pada traktus UG bagian bawah
7. Setelah suatu operasi

ACUAN
Persiapan :
Bersihkan daerah genital sebelum pemasangan kateter. Tutup daerah genitalia dengan
duk sterile setelah dilakukan desinfeksi pada daerah OUE dan sekitarnya.
Pemasangan :
Dilakukan pemberian xylocain jelly pada OUE atau lubrikasi dengan jelly pada kateter.
Kemudian dilakukan insersi kateter pada penderita dalam posisi berbaring terlentang
(pada wanita lithotomi). Apabila telah sampai ke vesica urinaria (biasanya ditandai
dengan mengalirnya urine ke luar), balon kateter dikembangkan dengan spoit berisi air

27
SISTEM UROGENITALIA

steril 10-20 ml, untuk menahan kateter agar tidak keluar, kemudian urine bag dipasang
lalu dilakukan fiksasi kateter pada pangkal paha.
Pencabutan :
Dilakukan dengan mengempiskan balon kateter dengan cara mengisap air/udara pada
spoit 10-20 ml. Setelah balok kateter mengempis, kateter ditarik keluar.
Perhatian :
Hati-hati megembangkan balon kateter sebelum mengetahui dengan tepat posisi kateter,
apakah sudah di dalam vesica urinaria atau belum. Pengembangan balon kateter di
urethra dapat menyebabkan nyeri (ketika balon dikembangkan) dan ruptur pada urethra
(perdarahan)

REFERENCES
1. Aghababian R, May HL, Fleisher GR. Emergency Medicine, 2nd. Lippincott-
Raven; 1992
2. Rosen P, Barkin R, danzi DF et al, Emergency Medicine : Concepts and Clinical
Practise, 4th edition, Mosby-Year Book; 1997

ALAT DAN BAHAN YANG DIPERLUKAN


- sabun cair - Satu spoit 20 cc untuk
- larutaaan antiseptik menyemprotkan jelly ke dalam
- air mengalir urethra dan mengisi balon kateter
- lap bersih atau tissue - Kasa steril
- tempat sampah medis - Larutan NaCl steril untuk mengisi
- tempat sampah non-medis balon
- bak instrumen berisi klorin 0,5% - Larutan savlon encer
- Kateter logam steril yang sesuai - Sarung tangan steril
dengan kaliber urethra - Doek lobang steril
- Kateter non-logam steril yang - Zalf antibiotika
sesuai dengan kaliber urethra - Plester
- Jelly atau kalau mungkin xylocaine - Kain kasa steril
jelly 2% - Obat analgetik/sedativa
- Pinset atau arteri klem yang steril - Ember berisi air
- Pinset steril untuk pembersihan - Handuk kecil

28
SISTEM UROGENITALIA

DESKRIPSI KEGIATAN

Kegiatan Waktu Deskripsi


# 1. Pengantar 2 menit Pengantar
# 2. Bermain Peran Tanya 30 menit 1. Mengatur posisi duduk mahasiswa
& Jawab 2. Dua orang dosen memberikan contoh
bagaimana cara memasang kateter.
Mahasiswa menyimak / mengamati
peragaan dengan menggunakan
Penuntun Belajar.
3. Memberikan kesempatan kepada
mahasiswa untuk bertanya dan dosen
memberikan penjelasan tentang
aspek-aspek yang penting
# 3. Praktek bermain peran 100 menit 1. Mahasiswa dibagi menjadi pasangan-
dengan Umpan Balik pasangan. Diperlukan seorang
Instruktur untuk mengamati setiap
langkah yang dilakukan oleh setiap
pasangan.
2. Setiap pasangan berpraktek melaku-
kan langkah-langkah pemasangan
kateter secara serentak
3. Instruktur berkeliling diantara maha-
siswa dan melakukan supervisi
menggunakan ceklis
4. Instruktur memberikan pertanyaan
dan umpan balik kepada setiap
pasangan
# 4. Curah Pendapat/ 15 menit 13. Curah Pendapat/Diskusi : Apa
Diskusi yang dirasakan mudah? Apa yang
sulit? Menanyakan bagaimana
perasaan mahasiswa yang pada saat
memasukkan kateter. Apa yang dapat
dilakukan oleh dokter agar pasien
merasa lebih nyaman?
14. Instruktur membuat kesimpulan
dengan menjawab pertanyaan terakhir
dan memperjelas hal-hal yang masih
belum dimengerti
Total waktu 150 menit

29
SISTEM UROGENITALIA

PENUNTUN PEMBELAJARAN
TEHNIK MEMASANG KATETER NON-LOGAM PADA PRIA
(digunakan oleh Peserta)

Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:
1. Perlu perbaikan: langkah-langkah tidak dilakukan dengan benar dan atau tidak
sesuai urutannya, atau ada langkah yang tidak dilakukan.

2. Mampu: Langkah-langkah dilakukan dengan benar dan sesuai dengan urutannya,


tetapi tidak efisisen

3. Mahir: Langkah-langkah dilakukan dengan benar, sesuai dengan urutan daan


efisien.

TS Tidak Sesuai: Langkah tidak perlu dilakukan karena tidak sesuai dengan keadaan.

PENUNTUN PEMBELAJARAN
KETERAMPILAN KATETER NON-LOGAM PADA PRIA
NO. LANGKAH / KEGIATAN KASUS
MENJALIN SAMBUNG RASA 1 2 3
1. Sapalah klien atau keluarganya dengan ramah dan perkenalkan
diri anda, serta tanyakan keadaannya.
2. Berikan informasi umum pada klien atau keluarganya tentang
pemasangan kateter, dan tujuan dan manfaat pemasangan
kateter untuk keadaan klien.
3. Berikan penjelasan dengan bahasa awam pada klien atau
keluarganya tentang:
- jenis kateter yang akan dipakai,
- dimana kateter akan dipasang
- bagaimana cara memasang kateter
- jelaskan kemungkinan risiko pemasangan kateter, tetapi
beri jaminan bahwa bahaya itu kemungkinannya sangat
kecil, karena anda sudah mahir melakukan dan anda
memakai alat yang tepat dan steril.
4. Berikan jaminan pada klien atau keluarganya tentang
kerahasiaan yang diperlukan klien
5. Jelaskan tentang hak-hak klien pada klien atau keluarganya,
misalnya tentang hak untuk menolak tindakan pemasangan
kateter.
6. Mintalah kesediaan klien untuk pemasangan kateter
MELAKUKAN PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN 1 2 3

30
SISTEM UROGENITALIA

7. Periksa dan letakkanlah semua alat dan bahan pada tempatnya


MELAKUKAN PERSIAPAN DIRI 1 2 3
8. Lakukanlah cuci tangan asepsis
9. Pasanglah sarung tangan steril pada kedua tangan
10. Pemeriksa berdiri di samping kanan pasien
MENYIAPKAN PENDERITA 1 2 3
11. Mintalah penderita untuk berbaring tertelentang dengan kedua
tungkai lurus dan terpisah satu sama lain dengan sudut yang
menyenangkan.
12. Dengan bantuan pasangannya bersihkanlah dan lakukanlah
desinfeksi daerah genitalia eksterna dengan betadine. (Oleskan
betadine pada seluruh bagian penis, OUE dan sekitar mons
pubis).
13. Tutuplah daerah sekitar genitalia eksterna dengan doek steril
sehingga daerah yang terbuka hanyalah yang dibutuhkan untuk
pemasangan kateter
MELAKUKAN PEMASANGAN KATETER 1 2 3
14. Oleskanlah xylocaine jelly pada kateter, kemudian isilah spoit
dengan xylocaine jelly dan semprotkan sebanyak 20 cc ke
dalam urethra.
15. Tunggulah kira-kira 5 menit, agar penderita tidak merasa
sakit ketika pemasangan kateter
16. Peganglah penis dengan tangan kiri dimana ibu jari di satu
pihak dan telunjuk dan jari tengah di pihak lain. (Bila penis
licin dapat dipegang dengan memakai kasa steril)
17. Bukalah orificium urethra externa (OUE) dengan ibu jari dan
jari telunjuk dan tariklah penis lurus ke atas agar urethra
meregang.
18. Ujung kateter dijepit dengan klem atau pinset yang dipegang
dengan tangan kanan, sedang pangkal kateter dijepit antara jari
keempat dan kelima dari punggung tangan kanan (lihat
gambar).
19. Doronglah kateter perlahan-lahan kedalam urethra dengan
tekanan sekecil mungkin sampai urine keluar
20. Bila menggunakan kateter ‘non self retaining’, setelah urine
keluar, kateter ditarik pelan-pelan sampai urine berhenti
mengalir, kemudian didorong pelan-pelan masuk sampai urine
mengalir kembali, kemudian kateter difiksasi pada penis
dengan plester.
21. Bila menggunakan kateter ‘self retaining’, setelah urine
keluar, kateter didorong masuk sampai dekat percabangan
kateter. Urine yang mengalir ditampung pada wadah yang telah
disiapkan. Balon kateter diisi/disuntikkan dengan air
steril/larutan NaCl 0,9%, sebanyak 5-20 cc tergantung
kapasitas balon, kemudian kateter ditarik keluar sampai
tertahan pada balonnya. Hal ini penting untuk mencegah

31
SISTEM UROGENITALIA

pengisian balon sementara ujung kateter masih di dalam


urethra yang dapat menyebabkan ruptura urethra.
22. Bukalah doek yang terpasang
23 Hubungkanlah kateter yang telah terpasang ini dengan
penampung urine baik berupa botol yang sebelumnya telah
dimasukkan 50 cc larutan antiseptik (formaldehida) atau urine
bag.
24. Fiksasilah kateter ke kranial pada pangkal paha sampai ke
pinggang
25. Berilah zalf antibiotik pada Orificium urethra eksterna
kemudian ditutup dengan kasa steril untuk mencegah infeksi,
dan kasa diganti setiap 12 jam.
SETELAH PEMASANGAN SELESAI 1 2 3
26. Lakukanlah dekontaminasi sarung yangan dengan
memasukkan tangan yang masih bersarung tangan ke dalam
baskom berisi larutan khlorin 0,5%, go-sokkan kedua tangan
untuk membersihkan bercak-bercak cairan/duh tubuh yang
menempel pada sarung tangan.
27. Lepaskanlah sarung tangan dan masukkan ke dalam tempats
ampah medis
28. Lakukan cuci tangan asepsis
29. Lakukanlah perpisahan dengan pasien

32
SISTEM UROGENITALIA

PENUNTUN PEMBELAJARAN
TEHNIK MEMASANG KATETER NON-LOGAM PADA WANITA
(digunakan oleh Peserta)

Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:
4. Perlu perbaikan: langkah-langkah tidak dilakukan dengan benar dan atau tidak
sesuai urutannya, atau ada langkah yang tidak dilakukan.

5. Mampu: Langkah-langkah dilakukan dengan benar dan sesuai dengan urutannya,


tetapi tidak efisisen

6. Mahir: Langkah-langkah dilakukan dengan benar, sesuai dengan urutan daan


efisien.

TS Tidak Sesuai: Langkah tidak perlu dilakukan karena tidak sesuai dengan keadaan.

PENUNTUN PEMBELAJARAN
KETERAMPILAN KATETER NON-LOGAM PADA WANITA
NO. LANGKAH / KEGIATAN KASUS
MEDICAL CONSENT 1 2 3
1. Sapalah klien atau keluarganya dengan ramah dan
perkenalkan diri anda, serta tanyakan keadaannya.
2. Berikan informasi umum pada klien atau keluarganya
tentang pemasangan kateter, dan tujuan dan manfaat
pemasangan kateter untuk keadaan klien.
3. Berikan penjelasan pada klien dengan bahasa yang
dimengerti olehnya atau keluarganya tentang:
- tujuan pemeriksaan
- jenis kateter yang akan dipakai,
- dimana kateter akan dipasang
- cara memasang kateter
- jelaskan kemungkinan risiko pemasangan kateter, tetapi
beri jaminan bahwa bahaya itu kemungkinannya sangat
kecil, karena anda sudah mahir melakukan dan anda
memakai alat yang tepat dan steril.
4. Berikan jaminan pada klien atau keluarganya tentang
kerahasiaan yang diperlukan klien
5. Jelaskan tentang hak-hak klien pada klien atau keluarganya,
misalnya tentang hak untuk menolak tindakan pemasangan

33
SISTEM UROGENITALIA

kateter.
6. Mintalah kesediaan klien untuk pemasangan kateter
PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN 1 2 3
7. Periksa dan aturlah alat dan bahan yang diperlukan
PERSIAPAN PEMASANG KATETER 1 2 3
8. Lakukanlah cuci tangan asepsis
9. Pasanglah sarung tangan steril pada kedua tangan
10. Pemeriksa berdiri di samping kanan pasien
PERSIAPAN PENDERITA 1 2 3
11. Genitalia eksterna dan sekitarnya disterilkan dengan betadine
. Oleskan betadine pada daerah sekitar OUE , vulva dan
mons veneris
12. Penderita berbaring terlentang dengan kedua tungkai
difleksikan pada lutut dan kedua paha dalam keadaan
abduksi selebar-lebarnya (Lithothomi).
13. Sekitar genitalia eksterna ditutup dengan doek steril sehingga
daerah yang terbuka hanyalah yang dibutuhkan untuk
pemasangan kateter
PEMASANGAN KATETER 1 2 3
14. Pemasang kateter berdiri di sebelah kanan penderita,
sebaiknya didampingi perawat wanita kalau pemasangnya
adalah pria
15. Peganglah kateter diantara ibu jari dengan telunjuk dan
masukkan ke dalam orificium urethra eksterna (OUE)
16. Kateter didorong masuk sampai urine keluar
17. Bila menggunakan kateter ‘non self retaining’, setelah urine
keluar (dengan menempatkan lobang ujung kateter di atas
leher kandung kemih) kateter difiksasi dengan dua plester,
masing-masing pada paha dan bokong.
18. Bila menggunakan kateter ‘self retaining’, setelah urine
keluar, kateter didorong masuk sampai dekat percabangan
kateter. Urine yang mengalir ditampung pada wadah yang
telah disiapkan. Balon kateter diisi/disuntikkan dengan air
steril/larutan NaCl 0,9%, sebanyak 5-20 cc tergantung
kapasitas balon, kemudian kateter ditarik keluar sampai
tertahan pada balonnya. Hal ini penting untuk mencegah
pengisian balon sementara ujung kateter masih di dalam
urethra yang dapat menyebabkan ruptura urethra.
19. Bukalah doek yang terpasang
20. Kateter yang telah terpasang ini dihubungkan dengan
penampung urine baik berupa botol yang sebelumnya telah
dimasukkan 50 cc larutan antiseptik (formaldehida) maupun
urine bag.
21. Kateter difiksasi ke kranial pada pangkal paha sampai ke
pinggang
SETELAH PEMASANGAN SELESAI 1 2 3

34
SISTEM UROGENITALIA

22. Masukkan tangan yang masih bersarung tangan ke dalam


baskom berisi larutan khlorin 0,5%, go-sokkan kedua tangan
untuk membersihkan bercak-bercak cairan/duh tubuh yang
menempel pada sarung tangan.
23. Pegang salah satu sarung tangan pada lipatannya lalu tarik
kearah ujung jari-jari tangan sehingga bagian dalam dari
sarung tangan pertama terletak di sisi luar.
24. Jangan dibuka sampai terlepas sama sekali, biar-kan
sebagian masih berada pada tangan sebelum melepas sarung
tangan yang kedua.
25. Biarkan sarung tangan yang pertama sampai di sekitar jari-
jari, lalu pegang sarung tangan yang kedua pada lipatannya
lalu tarik ke arah ujung jari hingga bagian dalam sarung
tangan terletak di sisi luar. Demikian dilakukan secara
bergantian.
26. Setelah hampir di ujung jari, maka secara bersa-maan dan
dengan sangat berhati-hati kedua sarung tangan dilepas.
27. Kedua sarung tangan dilepas ke dalam tempat sampah
medik.
28. Lakukan cuci tangan asepsis
29. Keringkan dengan lap tangan
30. Lakukan perpisahan dengan pasien

35
SISTEM UROGENITALIA

PENUNTUN PEMBELAJARAN

MANUAL CSL 3
TEKNIK TINDAKAN SIRKUMSISI

Diberikan pada Mahasiswa Semester IV


Fakultas Kedokteran Unhas

SISTEM UROGENITAL
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2014

36
SISTEM UROGENITALIA

TEKNIK TINDAKAN SIRKUMSISI

TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Umum :
Mahasiswa mampu melakukan tindakan sirkumsisi dengan baik, legeartis dan efisien.

Tujuan Khusus :
Setelah kegiatan ini mahasiswa mampu:
1. Melakukan persiapan penderita dengan benar
2. Melakukan persiapan alat/bahan dengan benar
3. Memberikan penjelasan pada penderita atau keluarganya tentang apa yang akan
dilakukan, alat yang dipakai, bagaimana melakukan, apa manfaatnya, dan apa risiko
yang mungkin terjadi.
4. Melakukan cuci tangan biasa dan asepsis dengan benar
5. Memasang sarung tangan steril dengan benar, dan melepaskannya setelah pekerjaan
selesai
6. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat
7. Melakukan tindakan sirkumsisi dengan tepat.

Persiapan alat dan bahan


1. Minor surgery set yang steril
2. Cat gut chronic 3/0 dengan jarumnya
3. Betadine + korentang
4. Procain / Xylocain 1 – 2 %
5. Spoit 5 cc steril
6. Dock lubang kecil steril
7. Kain kasa steril
8. Sarung tangan steril
9. Plester
10. Adrenalin dan deladryl injeksi / cortizon
11. Sofratule

Persiapan Penderita
Sebaiknya mencuci genitalia eksterna dengan sabun
Posisi penderita baring telentang (supine position)

Catatan
Anak balita biasanya dibius di kamar bedah
Anak usia di atas 5 tahun anestesi lokal

37
SISTEM UROGENITALIA

PENUNTUN PEMBELAJARAN
TEKNIK TINDAKAN SIRKUMSISI
(Digunakan oleh Peserta)
Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:
1. Perlu perbaikan : Langkah – langkah tidak dilakukan dengan benar dan atau tidak
sesuai urutannya, atau ada langkah yang tidak dilakukan.
2. Mampu : Langkah – langkah dilakukan dengan benar dan sesuai dengan urutannya,
tetapi tidak efisien.
3. Mahir : Langkah – langkah dilakukan dengan benar, sesuai dengan urutan dan efisien.
KASUS
No. LANGKAH / KEGIATAN
1 2 3
1. Medical Consent
Sapalah klien atau keluarganya dengan ramah dan perkenalkan
diri anda, serta tanyakan keadaannya.
Berikan informasi umum pada klien atau keluarganya tentang
tindakan sirkumsisi, terutama tujuan dan manfaat untuk klien
serta risiko yang dapat terjadi.
Mintalah kesediaan klien untuk tindakan sirkumsisi.
2. Cuci tangan asepsis
3. Memasang sarung tangan steril
4. Desinfeksi dengan betadine genitalia eksterna dan sekitarnya
5. Tutup dengan dock lubang kecuali genitalia
6. Anestesi lokal pada pangkal penis dan mukosa sulkus coronarius
keliling ± 4 cc Xylocain 2 %.
7. Operator berdiri dan duduk di sisi kanan penderita
8. MACAM – MACAM
TEKNIK SIRKUMSISI
A. DORSAL SLIT CIRCUMCISION
A.1 Mula – mula dorsumsisi sampai ± 1 cm dari sulkus coronarius.
A.2 Smegma dibersihkan, mukosa yang lengket diglans penis
dibebaskan.
A.3 Kulit dan mukosa di ujung dorsumsisi dijahit
A.4 Kulit dan mukosa dipotong melingkar ke ventral sampai frenulum
penis dan mukosa tersisa ± 1 cm di sulkus coronarius.
A.5 Kontrol perdarahan. Kulit dan mukosa dijahit satu – satu atau
jelujur dengan cat gut 3/0.
A.6 Perhatikan simetri penis jangan terputar
A.7 Sofratule verban
B SLEEVE TYPE CIRCUMCISION
B.1 Penis diletakkan pada posisi normal
B.2 Insisi kulit mengikuti corona glandis penis melingkar sampai
frenulum.
B.3 Preputium ditarik kearah pangkal penis sampai mukosa sulkus
coronarius terlihat
B.4 Insisi mukosa di corona glandis ± 1 – 2 cm keliling

38
SISTEM UROGENITALIA

B.5 Preputium dieksisi dari jaringan subkutan


B.6 Kontrol perdarahan
B.7 Kulit dan mukosa dijahit satu – satu atau jelujur dengan cat gut 3/0
B.8 Sofratule verban

C GUILLOTINE TYPE CIRCUMCISION


C.1 Preputium bagian ventral dan dorsal di titik tengah di klemp dan
ditarik.
C.2 Preputium dijepit dengan klemp lurus dari dorsal ke ventral di
ujung glans penis dengan miring ke proksimal di bagian dorsal.
C.3 Preputium di bawah klemp dipotong dengan scalpel (pisau). Glans
bisa dilindungi dengan cara jari kita menekan glans.
C.4 Kontrol perdarahan
C.5 Mukosa dibuang sampai ± 1 cm di corona glandis.
C.6 Kulit dan mukosa dijahit satu – satu atau jelujur dengan cat gut 3/0
C.7 Sofratule verban
9. Melepas sarung tangan
10. Cuci tangan asepsis

TEORI SIRKUMSISI

A. PENDAHULUAN
1. Batasan
Sirkumsisi (khitan, sunat) adalah tindakan pembuangan dari sebagian atau
seluruh kulup (prepusium) penis dengan tujuan tertentu.

2. Indikasi
a. Agama
b. Sosial
c. Medis :
Fimosis adalah keadaan dimana prepusium tidak dapat ditarik kebelakang
(proksimal)/ membuka. Kadang-kadang lubang pada ujung prepusium
hanya sebesar ujung jarum, sehingga urin sulit keluar. Keadaan yang dapat
menimbulkan fimosis adalah : bawaan (congenital), peradangan
(balanopostitis).
Parafimosis adalah keadaan dimana preputium tak dapat ditarik ke depan
(distal)/ menutup. Keadaan ini biasanya menyebabkan glans penis tertekan
akibat terjepit oleh prepusium yang membengkak akibat peradangan.
Pencegahan tumor, dimana smegma adalag zat karsinogenik
Kondiloma akuminata
Kelainan-kelainan lain yang terbatas pada prepusium.
3. Kontraindikasi
a. K.I. Mutlak :
Hipospadia adalah keadaan dimana muara uretra (meatus urethrae
externus) terletak pada tempat yang tidak semestinya. Tempat abnormal

39
SISTEM UROGENITALIA

ini dapat berada di sepanjang vebntral penis hingga perineum. Menurut


lokasinya terdiri dari :
1. Glanduler, pada glans penis
2. Frenal, pada frenulum
3. Penil, pada batang penis
4. Penoskrotal, antara penis dan skrotum
5. Skrotal, pada skrotum
6. Perineal, pada perineum
Hemofilia
Kelainan darah (diskrasia darah)
b. K.I. Relatif :
Infeksi lokal pada penis dan sekitarnya
Infeksi umum
Diabetes melitus

4. Anatomi Penis
a. Dua buah korpus kavernosum, yang terletak di bagian dorsal penis
b. Satu korpus spongiosa, terletak di bagian ventral
c. Uretra pars spongiosa, berjalan di dalam korpus spongiosum
d. Tunika albuginea yang membungkus kedua korpus kavernosum
e. Arteri, vena dan nervus dorsalis penis, tyerletak di dawah fasia Buck
f. Fasia Buck, membungkus korpus kavernosum dan korpus spongiosum serta
struktur di dalamnya.

B. PERSIAPAN

a. Persiapan Operator

40
SISTEM UROGENITALIA

Operator memakai pakaian yang bersih, jika mungkin baju kamar bedah
Mengenakan topi dan masker
Mencuci tangan dengan antiseptic, seperti Savlon, Hibiscrub dan
sebagainya.
Mengenakan sarung tangan steril
Posisi operator berada pada sebelah kanan pasien

b. Persiapan Pasien
Rambut di sekitar penis(pubes) dicukur
Penis dan sekitarnya dibersihkan dengan air sabun
Pada pasien anak-anak, sebelum tindakan, perlu diadakan pendekatan agar
anak tidak cemas dan gelisah
Periksa apakah pasien mempunyai riwayat alergi terhadap obat, penyakit
terdahulu dan hal-hal lain yang dianggap perlu

Setelah semuanya beres, lakukan tindakan asepsis/antisepsis berturut-turut


dengan :
1. Eter, untuk menghilangkan lemak kulit
2. Antiseptik tidak merangsang, misalnya Betadine, Asam pikrat 1-2 % dan
sebagainya. Jangan menggunakan Yodium karena kulit penis sangat peka.
3. Etanol 70 %. Kadang-kadang pada pencucian dengan etanol, pasien
merasakan panas pada penis dan skrotum.

C. PERLENGKAPAN
1. Peralatan Sirkumsisi
Needle holder (pemegang Pinset jaringan
jarum) Gunting mayo lurus atau gunting Busch
Klem Mosquito lengkung Gunting mayo lengkung
Klem Pean lurus Gunting benang
Klem Halstead lengkung Mata pisau no. 10
Klem Kocher lurus Gagang pisau no. 3
Pinset anatomis Jarum jahit untuk kulit

2. Anestetik Lokal
Prokain
o Lama kerjanya 15-30 o Dosis maksimal 1000 mg
menit o Untuk infiltrasi 0,25-0,5 %
o Konsentrasi efektif o Untuk blok saraf 1-2 %
0,5-2 %
Lidokain

41
SISTEM UROGENITALIA

o Lama kerja 30-60 menit


o Konsentrasi efektif 0,5-5 %

o Dosis maksimal 500 mg


o Untuk infiltrasi 0,5 %
o Untuk blok saraf 1-2 %

3. Perlengkapan Tambahan
Kain steril yang berlubang pada bagian tengah (untuk tempat penis) 1
buah
Sarung tangan karet steril untuk operator dan asisten 2 pasang
Kasa steril secukupnya
Cairan antiseptic secukupnya
Plain cat gut (cat gut polos) no. 2-0 (00) atau 3-0 (000) disediakan
menurut kebutuhan

D. ANESTESI

1. Anestesi Umum dilakukan pada :


Anak-anak yang tidak kooperatif
Penderita yang alergi terhadap anestetik local
Penderita yang sangat cemas

2. Lokal, penderita dalam keadaan sadar :


Spinal, epidural dan modifikasinya
Kombinasi blok saraf dorsalis penis dan infiltrasi

Dari semua cara anestesi yang disebutkan, maka cara kombinasi blok saraf
dan infiltrasi tampaknya paling disukai, karena :
1. Relatif mudah dilakukan
2. Komplikasi anestesi umum (mual,muntah dan sebagainya) tidak
dijumpai
3. Secara ekonomis lebih murah
4. alat yang diperlukan murah

Pada cara ini dapat dilakukan kombinasi anatar :


1. Blok Saraf Dorsalis Penis( Blok Nervus Dorsalis Penis) tekniknya suntikan
dilakukan pada pangkal penis, tegak lurus pada batang penis, hingga terasa
menembus fasia Buck (sensasi seperti menembus kertas) kemudian jarum
dimiringkan kearah lateral dilakukan aspirasi darah bila tidak masuk ke
pembuluh darah suntikkan 1-3 ml zat anestesi.
2. Infiltrasi Frenulum Penis tekniknya penis dibalik penyuntikan dilakukan pada
bagian medioventral agak distal dari frenulum menuju ke penis proksimal.
Tusukkan jarum hingga pangkalnya tidak terlihat kemudian sambil
mengeluarkan jarum, dilakukan penyuntikan zat anestesi 0,5-2 ml. Biasanya
tidak diperlukan aspirasi.

42
SISTEM UROGENITALIA

3. Infiltrasi pada batang penis atau blok melingkar (ring block) pada batang
penis tekniknya jarum disuntikkan dari bagian distal ke proksimal secara
subkutan miring kearah dorsal dan ventral. Sambil mengeluarkan jarum, zat
anestesi disuntikkan, suntikan dilakukan di bagian kiri dan kanan. Anestesi ini
dilakukan biasanya kalau pasien masih merasakan sakit.

E. PELEPASAN PERLEKATAN PREPUSIUM

Untuk melepaskan prepusium dapat dilakukan dengan :


1. Melepaskan perlekatan prepusium dengan klem . Dalam melepaskan
prepusium dengan klem harus dilakukan secara hati-hati karena dapat melukai
glans penis pasien, setelah dilakukan pelepasan maka diolesi dengan antiseptic
(Lysol, betadine dan sebagainya). Seringkali setelah perlekatan dilepaskan
dijumpai smegma. Klem yang dapat digunakan klem mosquito.

2. Melepaskan perlekatan prepusium dengan kasa. Cara ini lebih aman karena
kemungkinan melukai glans penis lebih kecil dibandingkan dengan menggunakan
klem. Akan tetapi terkadang cara ini terasa lebih sulit bagi mereka yang belum
berpengalaman bila dengan mengguanakan klem.

F. TEKNIK OPERASI SIRKUMSISI

Dalam melakukan sirkumisi biasanya dilakukan dengan 2 teknik yaitu :


1. Teknik Dorsumsisi
a. Batasan
Teknik ini dilakukan dengan memotong prepusium pada jam 12, sejajar
dengan sumbu panjang penis kea rah proksimal (dorsal slit) kemudian
dilakukan potongan melingkar ke kiri dan ke kanan sepanjang sulkus
koronarius glandis.
b. Keuntungan
Kelebihan mukosa-kulit dapat diatur
Tidak terdapat insisi mukosa yang berlebihan seperti pada cara
guillotine
Kemungkinan melukai glans penis dan merusak frenulum prepusium
lebih kecil
Perdarahan mudah diatasi, karena insisi dilakukan bertahap
c. Kerugian
Tekniknya lebih rumit dibandingkan cara guillotine
Bila tidak terbiasa, insisi tidak rata
Memerlukan waktu relative lebih lama dibandingkan cara guillotine

2. Teknik Klasik (Guillotine)


a. Batasan
Teknik ini dilakukan dengan cara menjepit prepusium secara melintang
pada sumbu panjang penis, kemudian memotongnya. Insisi dapat
dilakukan di bagian proksimal atau distal dari klem tersebut.

43
SISTEM UROGENITALIA

b. Keuntungan
Tekniknya relative lebih sederhana
Hasil insisi lebih rata
Waktu pelaksanaan lebih cepat
c. Kerugian
Pada operator yang tidak terbiasa, mukosa dapat berlebihan, sehingga
memerlukan insisi ulang
Ukuran mukosa-kulit tidak dapat dipastikan
Kemungkinan melukai glans penis dan insisi frenulum yang berlebihan
lebih besar dibandingkan dengan teknik dorsumsisi
Perdarahan biasanya lebih banyak

G. PERAWATAN

1. Medikamentosa
a. Antibiotika yang diberikan yang berspektrum luas seperti tetrasiklin,
ampisilin, amoksisilin dan sebagainya.
b. Analgetika diberikan analgesic non narkotik, misalnya antalgin, asam
mefenamat (Ponstan) asam asetilsalisilat (Aspirin) dan sebagainya.
c. Anti inflamasi, seperti serapeptase (Danzen), pankreatin + proktase
(Proctase), tripsin + kimotripsin (Chymomed) dan sebagainya.
d. Roboransia, dapat diberikan vitamin seperti vitamin B kompleks ditambah
vitamin C dosis tinggi untuk membantu penyembuhan.
e. Anti tetanus yang biasanya dipakai Purified Tetanus Toksoid dengan dosis
diberikan sebanyak 0,5-1 cc/ injeksi IM

2. Komplikasi yang mungkin terjadi dan penanggulannya


a. Nyeri
Sebelum dilakukan tindakan sirkumsisi pasien dapat diberikan analgetika agar
diharapkan obat dapat mulai bekerja. Kalau pasien merasa sakit sekali dapat
diberikan analgetika per injeksi seperti xylomidon
b. Edema
Hal ini biasa terjadi pada hari kedua dan seterusnya. Bila balutan terlalu ketat
dapat dilonggarkan. Dan yakinkan pada penderita/keluarga pasien kalau
edema biasa terjadi dan tidak membahayakan, karena penderita/keluarganya
merasa cemas.
c. Perdarahan
Bila hanya meliputi balutan tidak apa-apa tapi kalau balutan basah harus
diganti karena merupakan media bagi kuman untuk tumbuh. Dan kalau
perdarahan sampai banyak dan menetes keluar maka sumber perdarahan harus
dicari, bila perlu penjahitan dibuka kembali. Bila perlu dapat diberikan obat
hemostatik seperti karbazokrom (Adona) atau asam traneksamat (Transamine)
dan sebagainya.
d. Hematoma kecil
Tidak apa-apa karena akan diserap kembali oleh tubuh.

44
SISTEM UROGENITALIA

e. Hematoma besar
Bila terjadi saat melakukan sirkumsisi, sebaiknya hematoma tersebut
dikeluarkan, karena dapat memperlambat penyembuhan.
f. Infeksi
Tanda-tandanya :
1. Penis merah, bengkak
2. Nyeri dan terdapat nanah
3. Pada keadaan berat, penderita mengalami demam
Pengobatan dapat diberikan antibiotika dan pengobatan simptomatis lainnya
serta dapat ditambahkan kompres pada penis dengan Betadine atau rivanol.
Kalau keadaan tenang dapat diberikan salep yang sesuai.
g. Penyakit Peyronie
Merupakan komplikasi lambat dari infeksi. Terjadi karena adanya jaringan
fibrosis (parut) pada salah satu korpus kavernosum. Bila ereksi maka penis
akan miring kea rah yang sakit dan terasa sangat nyeri. Pengobatannya sukar
antara lain dapat di coba pengobatan radiasi, pemberian vitamin E dosis
tinggi, operasi menghilangkan jaringan parut, tetapi hasilnya tidak
memuaskan.

3. Pembalut
Bila tidak ada penyulit maka pembalut diganti setiap tiga hari. Penggantian
pembalut harus dikerjakan secara steril. Bila pembalut basah misalnya oleh
perdarahan maka harus segera diganti. Balutan tidak boleh terlalu ketat atau
terlalu longgar.

4. Lain-lain
a. Makanan
Tidak ada pantangan makanan tapi sebaiknya nasehat kepada penderita makan
makanan yang kaya protein untuk mempercepat penyembuhan.
b. Hal lain
Penderita dapat mengenakan celana yang longgar dan tidak terlalu menekan
penis. Dan sebaiknya hari pertama penderita beristirahat untuk mencegah
terjadi perdarahan atau kemungkinan terkena trauma (senggolan dan
sebagainya). Penis tidak boleh dibasahi hingga luka kering dan balutan
dilepaskan.

45
SISTEM UROGENITALIA

PENUNTUN PEMBELAJARAN

MANUAL CSL 3
ASPIRASI SUPRAPUBIK

Diberikan pada Mahasiswa Semester IV


Fakultas Kedokteran Unhas

SISTEM UROGENITAL
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2014

46
SISTEM UROGENITALIA

TEHNIK ASPIRASI SUPRAPUBIK

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)


Mahasiswa mampu melakukan aspirasi suprapubik secara baik dan benar

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)


Setelah melakukan latihan keterampilan ini, mahasiswa :
1. Dapat melakukan persiapan penderita dengan benar
2. Dapat melakukan persiapan alat/bahan dengan benar
3. Dapat memberikan penjelasan pada penderita atau keluarganya tentang apa yang
akan dilakukan, alat yang dipakai, bagaimana melakukan, apa manfaatnya, serta
jaminan atas aspek keamananan dan kerahasiaan data penderita.
4. Dapat menjelaskan kepada penderita atau keluarganya tentang hak-hak penderita,
misalnya tentang hak penderita untuk menolak tindakan yang akan dilakukan
tanpa kehilangan hak untuk mendapat pelayanan.
5. Dapat melakukan cuci tangan biasa dan asepsis dengan benar
6. Dapat memasang sarung tangan steril dengan benar, dan melepaskannya setelah
pekerjaan selesai.
7. Dapat melakukan teknik aspirasi supra pubik yang benar
Pengertian
Aspirasi supra pubik adalah tehnik pengambilan sampel urin melalui aspirasi kulit
abdomen pada daerah suprapubik. Cara ini dilakukan bila pengambilan sampel urin untuk
pemeriksaan biakan tidak dapat dilakukan secara langsung ataupun melalui kateterisasi.
Indikasi
8. Untuk diagnosis ISK pada anak jika spesimen urin dari kateter steril tidak dapat
dilakukan atau sampel urin dari kateter tidak dapat digunakan karena kontaminasi.
9. Pada pasien dengan trauma uretra luas yang merupakan kontra indikasi
pemasangan kateter via uretra
10. Untuk pemeriksaan urin/unrinalisis dan biakan urin pada neonatus dan anak yang
tidak mampu menampung urin secara pancar tengah.
11. Sumbatan uretra
12. Fimosis
13. Uretritis dan parauretritis
Kontra Indikasi
1. Kandung kencing yang kecil atau yang tidak teraba
2. Sikatriks karena operasi lower abdomen sebelumnya
3. Tumor kandung kencing yang belum diketahui

47
SISTEM UROGENITALIA

ACUAN

Persiapan :
Bersihkan daerah tempat penusukan sekitar suprapubis. Tutup daerah suprapubis dengan
duk sterile setelah dilakukan desinfeksi pada daerah tersebut dan sekitarnya.
Prosedur :
Tentukan tempat punksi pd 0,5 – 1 cm diatas simpisis pubis bayi atau anak yang baring
terlentang. Pastikan kandung kemih berisi penuh. Lakukan tindakan asepsis pada daerah
supra pubis dan lakukan anastesi lokal pada tempat yg telah steril. Lakukan aspirasi
sedalam 3 cm dengan jarum 23 G dengan posisi jarum membentuk sudut 10-200.
Perlahan jarum dimasukkan sambil melakukan aspirasi. Jika urin sudah keluar, tusukan
dihentikan. Bila jumlah urin cukup, jarum dicabut dan tekan tempat tusukan dengan kasa
steril.
Masukkan urin dalam botol steril.
Perhatian :
Pada saat tindakan tersebut dilakukan, terpasang urine bag collector untuk mengantisipasi
terjadi miksi spontan

48
SISTEM UROGENITALIA

ALAT DAN BAHAN YANG DIPERLUKAN

- Sarung tangan steril


- Duk bolong steril
- Jarum 22-23 G dengan panjang 1 inchi untuk anak-anak
- Jarum suntik steril 10 cc
- Anastesi lokal dengan lidokain 1%
- Botol steril penampung urin
- Baju operasi steril

DESKRIPSI KEGIATAN

Kegiatan Waktu Deskripsi


# 1. Pengantar 2 menit Pengantar
# 2. Bermain Peran Tanya 30 menit 4. Mengatur posisi duduk mahasiswa
& Jawab 5. Dua orang dosen memberikan contoh bagaimana
cara melakukan aspirasi supra pubis. Mahasiswa
menyimak / mengamati peragaan dengan
menggunakan Penuntun Belajar.
6. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk
bertanya dan dosen memberikan penjelasan tentang
aspek-aspek yang penting
# 3. Praktek bermain peran 100 menit 5. Mahasiswa dibagi menjadi pasangan-pasangan.
dengan Umpan Balik Diperlukan seorang Instruktur untuk mengamati
setiap langkah yang dilakukan oleh setiap
pasangan.
6. Setiap pasangan berpraktek melaku-kan langkah-
langkah melakukan aspirasi supra pubis secara
serentak
7. Instruktur berkeliling diantara maha-siswa dan
melakukan supervisi menggunakan ceklis
8. Instruktur memberikan pertanyaan dan umpan
balik kepada setiap pasangan
# 4. Curah Pendapat/ 15 menit 1. Curah Pendapat/Diskusi : Apa yang dirasakan
Diskusi mudah? Apa yang sulit? Menanyakan bagaimana
perasaan mahasiswa yang pada saat melakukan
tindakan aspirasi suprapubis. Apa yang dapat
dilakukan oleh dokter agar pasien merasa lebih
nyaman?
2. Instruktur membuat kesimpulan dengan menjawab
pertanyaan terakhir dan memperjelas hal-hal yang
masih belum dimengerti
Total waktu 150 menit

49
SISTEM UROGENITALIA

PENUNTUN PEMBELAJARAN
TEHNIK ASPIRASI SUPRAPUBIK
(digunakan oleh Peserta)

Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:
1. Perlu perbaikan: langkah-langkah tidak dilakukan dengan benar dan atau
tidak sesuai urutannya, atau ada langkah yang tidak dilakukan.

2. Mampu: Langkah-langkah dilakukan dengan benar dan sesuai dengan


urutannya, tetapi tidak efisisen

3. Mahir: Langkah-langkah dilakukan dengan benar, sesuai dengan urutan daan


efisien.

TS Tidak Sesuai: Langkah tidak perlu dilakukan karena tidak sesuai dengan keadaan.

PENUNTUN PEMBELAJARAN
KETERAMPILAN TEHNIK ASPIRASI SUPRAPUBIS
NO. LANGKAH / KEGIATAN KASUS
MENJALIN SAMBUNG RASA 1 2 3
1. Sapalah klien atau keluarganya dengan ramah dan perkenalkan
diri anda, serta tanyakan keadaannya.
2. Berikan informasi umum pada klien atau keluarganya tentang
tindakan aspirasi supra pubis, tujuan dan manfaat aspirasi
suprapubis untuk keadaan klien.
3. Berikan penjelasan dengan bahasa awam pada klien atau
keluarganya tentang:
- jenis alat yang akan dipakai,
- dimana tempat akan dilakukan aspirasi
- bagaimana cara aspirasi suprapubis
- jelaskan kemungkinan risiko dalam tindakan, tetapi beri
jaminan bahwa bahaya itu kemungkinannya sangat kecil,
karena anda sudah mahir melakukan dan anda memakai
alat yang tepat dan steril.
4. Berikan jaminan pada klien atau keluarganya tentang
kerahasiaan yang diperlukan klien
5. Jelaskan tentang hak-hak klien pada klien atau keluarganya,
misalnya tentang hak untuk menolak tindakan aspirasi
suprapubis
6. Mintalah kesediaan klien untuk dilakukan tindakan aspirasi

50
SISTEM UROGENITALIA

suprapubis
MELAKUKAN PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN 1 2 3
7. Periksa dan letakkanlah semua alat dan bahan pada tempatnya
MENYIAPKAN PENDERITA 1 2 3
8. Sebelum tindakan dilakukan, sebaiknya melihat terlebih dahulu
darah rutin (trombosit, PT, PTT, waktu perdarahan)
9. Sebelum tindakan mintalah pasien untuk minum air yang
banyak
10. Pasien berbaring dengan posisi terlentang,
11. Pastikan kandung kemih berisi penuh dengan cara melakukan
perkusi di daerah supra pubis atau dengan bantuan USG bila
tersedia.
12. Pasanglah urine bag collector untuk mengantisipasi miksi
spontan
MELAKUKAN PERSIAPAN DIRI 1 2 3
13. Lakukanlah cuci tangan asepsis
14. Pasanglah sarung tangan steril pada kedua tangan
15. Pemeriksa berdiri di samping kanan pasien
MELAKUKAN ASPIRASI SUPRAPUBIS 1 2 3
16. Bersihkan dan lakukanlah desinfeksi daerah supra pubis
dengan betadine.
17. Tutuplah daerah sekitar suprapubis dengan doek steril sehingga
daerah yang terbuka hanyalah yang dibutuhkan untuk
melakukan tindakan aspirasi suprapubis.
18. Tentukan titik tempat melakukan punksi yaitu pada garis
tengah 0,5 – 1 cm cm diatas simpisis pubis
19. Bila perlu dilakukan anastesi lokal di daerah tindakan dengan
krim anastesi topikal. Tunggulah kira-kira 5 menit, agar
penderita tidak merasa sakit ketika tindakan aspirasi.
20. Dengan menggunakan jarum no 23 G dilakukan aspirasi
sedalam 3 cm dengan posisi jarum membentuk sudut 10 – 200
dari garis tegak lurus.
21. Sewaktu jarum suntik mencapai jaringan subkutan, plunger
spoit ditarik untuk membuat tekanan negatif
22. Perlahan-lahan masukkan jarum lebih dalam sambil melakukan
aspirasi (jarum masuk ke dalam kandung kemih ditandai
dengan keluarnya urin ke dalam spuit). Bila urin sudah keluar,
tusukan dihentikan.
23. Setelah jumlah urin cukup, jarum dicabut sambil menekan
tempat tusukan dengan kasa steril.
24. Bukalah doek yang terpasang
25. Urin yang diperoleh kemudian dimasukkan ke dalam botol
steril untuk pemeriksaan urin.
SETELAH PEMASANGAN SELESAI 1 2 3
26. Lakukanlah dekontaminasi sarung yangan dengan

51
SISTEM UROGENITALIA

memasukkan tangan yang masih bersarung tangan ke dalam


baskom berisi larutan khlorin 0,5%, gosokkan kedua tangan
untuk membersihkan bercak-bercak cairan/duh tubuh yang
menempel pada sarung tangan.
27. Lepaskanlah sarung tangan dan masukkan ke dalam tempat
sampah medis
28. Lakukan cuci tangan asepsis
29. Lakukanlah perpisahan dengan pasien

52
SISTEM UROGENITALIA

Gambar 1. Titik tempat melakukan aspirasi

100-200

Gambar 2. Letak anatomis titik tempat melakukan aspirasi

53

Anda mungkin juga menyukai