SISTEM INDERA
PEMERIKSAAN FUNDUSKOPI, PERESEPAN KACA
MATA, PEMBERIAN OBAT TOPIKAL MATA
UNIVERSITAS KHAIRUN
PENGANTAR
Panduan clinical skill lab (CSL) Sistem Indera berisi 6 CSL yaitu:
1. Anamnesis, pemeriksaan penglihatan bayi dan anak, penilaian refraksi subjektif
2. Pemeriksaan eksternal mata, lapang pandang dan tekanan intraokular
3. Pemeriksaan funduskopi, peresepan kacamata, pemberian obat tetes dan aplikasi salep
mata
4. Anamnesis dan pemeriksaan fisik THT
5. Pemeriksaan keseimbangan, pengambilan serumen,peengambilan benda asing di telinga
dan hidung, tindakan untuk epistaksis
6. Pemeriksaan fisik integument
7. Terapeutik sistem integumen
Mahasiswa juga diharapkan mencapai Tujuan Instruksional Umum (TIU) dan Tujuan
Instruksional Khusus (TIK) dengan waktu yang disediakan adalah 200 menit pada setiap
kemampuan. Beberapa langkah kegiatan, teori singkat dan contoh skenario juga ditampilkan di
dalamnya
Panduan atau manual ini masih jauh dari kesempurnaan,untuk itu saran yang membangun
diperlukan.
2
TATA-TERTIB KEGIATAN KETERAMPILAN KLINIK / CLINICAL SKILL
LABORATORY (CSL)
Sebelum kegiatan
1. Membaca Penuntun Belajar (manual) Keterampilan Klinik Sistem yang
bersangkutan dan bahan bacaan rujukan tentang keterampilan yang akan dilakukan.
3
1. Bagi mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan CSL pada materi tertentu, maka
mahasiswa tersebuttidak diperkenankan mengikuti kegiatan CSL pada jadwal berikutnya
untuk materi tertentu tersebut.
2. Bagi mahasiswa yang mengikuti kegiatan CSL dan praktikum tidak sesuai dengan jadwal
rotasinya dianggap tidak hadir.
3. Bagi mahasiswa yang persentasi kehadiran CSLnya < 90 % dari seluruh jumlah tatap
muka CSL, maka mahasiswa tidak dapat mengikuti ujian CSL.
4. Kerusakan alat dan bahan yang ada pada ruang CSL dan praktikum yang terjadi karena
ulah mahasiswa, resikonya ditanggung oleh mahasiswa yang bersangkutan.
5. Bagi mahasiswa yang menghilangkan, mengambil atau meminjam tanpa ijin setiap alat
dan bahan yang ada pada ruang CSL dan praktikum akan mendapatkan sanksi tegas
sesuai dengan peraturan yang berlaku
6. Bagi mahasiswa yang persentase kehadiran praktikumnya < 90 % dari seluruh
jumlah tatap muka praktikum tidak dapat mengikuti ujian praktikum.
7. Nilai ujian CSL menjadi prasyarat ikut ujian blok. Jika tidak lulus CSL maka tidak
diperkenankan ikut ujian blok Kedokteran Tropis
4
SISTEM INDERA
Tujuan Umum :
Setelah kegiatan ini mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan funduskopi, peresepan kaca
mata, pemberian obat tetes mata dan aplikasi salep mata
Tujuan Khusus :
1. Pemeriksaan funduskopi
2. Peresepan kacamata
3. Pemberian obat tetes
4. Aplikasi salep mata
Metode pembelajaran :
5
Penilaian :
DESKRIPSI KEGIATAN
2. Bermain peran Tanya 30 menit 1. Mengatur posisi duduk mahasiswa. Seorang dosen
dan jawab (instruktur) memberikan contoh bagaimana cara
melakukan pemeriksaan funduskopi, peresepan
kaca mata, pemberian obat tetes mata dan
aplikasi salep mata secara tepat.
2. Dosen (instruktur) sebagai dokter dan seorang
mahasiswa lagi sebagai pasien. Mahasiswa lain
wajib menyimak dan mengamati.
3. Memberikan kesempatan mahasiswa bertanya
kepada instruktur dan instruktur menjawab dan
memberikan penjelasan tentang aspek penting dalam
pemeriksaan funduskopi, peresepan kaca mata,
pemberian obat tetes mata dan aplikasi salep
mata
3. Praktek bermain peran 120 menit 1. Mahasiswa dikelompokkan secara berpasangan.
dan umpan balik Satu orang berperan sebagai dokter/pemeriksa
dan satu orang berperan sebagai pasien secara
serentak. Instruktur mengamati setiap pasangan.
2. Instruktur memberikan tema khusus atau
6
keluhan utama kepada pasien dan selanjutkan
ditanyakan oleh pemeriksa.
3. Mahasiswa juga melakukan pemeriksaan
funduskopi, peresepan kaca mata, pemberian
obat tetes mata dan aplikasi salep mata
4. secara tepat dan saling bertukar peran sebagai
dokter pasien
5. Instruktur berkeliling untuk menilai dengan
daftar tilik setiap mahasiswa yang berlatih.
6. Mahasiswa bertukar peran secara serentak dan
kemudian instruktur menilai performa
mahasiswa tersebut.
4. Curah 40 menit 1. Mahasiswa bertanya tentang apa yang belum
pendapat/diskusi dipahaminya serta instruktur menjawab dan
menjelaskannya serta instruktur bertanya apakah
ada bagian yang sulit dari proses tersebut.
Total waktu 200 menit
7
DASAR TEORI
1. Pemeriksaan Funduskopi /oftalmoskopi
Oftalmoskopi merupakan alat untuk melihat bagian dalam mata atau fundus okuli.
Pemeriksaan dengan oftalmoskop dinamakan dengan oftalmoskopi / funduskopi
Oftalmoskopi dibedakan atas 2 langsung dan tidak langsung. Pemeriksaan dengan kedua
jenis oftalmoskop bertujuan menyinari bagian fundus okuli kemudian bagian yang terang
di dalam fundus okuli dilihat dengan satu mata melalui celah alat pada oftalmoskop
langsung dan dengan kedua mata dengan oftalmoskopi tidak langsung. Oftalmoskopi
langsung memberikan gambaran normal atau tidak terbalik pada fundus okuli.
Pemeriksaan dilakukan di kamar gelap dengan pasien duduk dan dokter berdiri di sebelah
mata yang diperiksa. Mata kanan diperiksa dengan mata kanan begitu pula sebaliknya.
Jarak pemeriksaan antara kedua mata pemeriksa dan pasien adalah 15 cm. setelah terlihat
refleks merah pada pupil maka oftalmoskop didekatkan hingga 2-3 cm dari mata pasien.
bila kelopak memperlihatkan tanda menutup maka kelopak tersebut ditahan dengan
ttangan yang tidak memegang alat.
8
a. Hipermetropi
adalah sinar sejajar tanpa akomodasi akan difokuskan di belakang bola mata, shingga
terbentuk bayangan kabur. Beberapa sebab hipermetrop adalah axis anteroposterior
terlalu pendek, kelainan posisi lensa dimana lensa bergeser ke belakang, curvature kornea
terlalu datar dan indeks bias mata kurang dari normal. Penanganan hipermetrop adalah
dengan pemberian lensa sferis positif( konveks/cembung).
b. Miopia
adalah kelainan refraksi yang ditandai dengan terfokusnya sinar yang sejajr yang masuk
mata didepan retina, sehingga terbentuk di retina bayangan yang tampak kabur. Beberpa
penyebab dari miopi adalah axis mata terlalu pendek, lensa mata terlalu kedepan, indeks
bias terlalu besar dan kurvatura kornea terlalu cembung. Pada miopia tidak bida
dilakukan kompensasi sebab kalau terjadi akomodasi maka akan menjadi semakin miop,
kelainan ini dikoreksi dengan lensa spheris (-).
c. Presbiopia
Presbiopi(mata tua) adalah gangguan melihat dekat karena lumouhnya akomodasi akibat
umur tua. Leihan ini akan dialami oleh orang yang emetrop lebih-lebih orang
hipermetrop, untuk miop lebih lambat terjadinya tergantung besarnya miop, makin besar
miopinya makin lambat keluhan presbiopinya. Bagi orang indonesia yang emetrop
biasanya umur 40 tahun sudah perlu tambahan kacamata baca sebesar 1 dioptri (+)
Umur 40 tahun addisi S+1D
Umur 45 tahun addisi S+1,5D
Umur 50 tahun addisi S+2D
Umur 60 tahun atau lebih addisi S+3D ( karena mulai umur 60 tahun akomodasi
sudah lupuh total)
Penulisan Resep
OD dan OS atau R dan L. OD merupakan singkatan dari Oculus Dextra yang merupakan istilah
Latin untuk mata kanan. Ini sama artinya dengan R, yang merupakan singkatan dari Right (kanan
dalam bahasa Inggris). Sedangkan OS merupakan singkatan dari Oculus Sinistra, yaitu istilah
Latin untuk mata kiri.
SPH
Merupakan singkatan dari “sphere”. Ini menunjukkan jumlah kekuatan lensa yang dibutuhkan
oleh mata Anda, bisa lensa plus atau lensa minus. Jika angka yang dituliskan dalam kolom
tersebut memiliki tanda minus (-), artinya Anda rabun jauh. Jika angka yang dituliskan dalam
kolom diikuti dengan tanda plus (+), artinya Anda rabun dekat. Semakin besar angka yang
dituliskan (terlepas dari tanda minus atau plus), maka semakin tebal juga lensa yang dibutuhkan
mata Anda.
CYL
Merupakan singkatan dari “cylinder”. Ini menunjukkan apakah Anda mempunyai mata silinder
atau tidak, beserta dengan jumlah kekuatan lensa untuk silinder. Jika tidak ada angka dituliskan
dalam kolom ini, artinya Anda tidak mempunyai mata silinder atau silinder Anda sangat sedikit
sehingga Anda tidak perlu menggunakan kacamata dengan lensa silinder. Jika dalam kolom ini
9
dituliskan angka yang diikuti dengan tanda minus (-), artinya kekuatan lensa untuk silinder rabun
jauh. Dan, jika angka diikuti dengan tanda plus (+) artinya untuk silinder rabun dekat.
AXIS
Merupakan orientasi dari silinder, yang ditunjukkan dari angka 0 sampai 180 derajat. Jika mata
Anda silinder, nilai axis juga harus dituliskan dengan mengikuti kekuatan silinder. Biasanya nilai
axis dituliskan dengan didahului oleh “x”. Contoh: x120, artinya sudut kemiringan lensa silinder
adalah 120 derajat untuk mengoreksi mata silinder.
ADD
Merupakan kekuatan pembesar yang ditambahkan di bagian bawah lensa multifokal untuk
mengoreksi presbiopia (rabun tua) atau untuk kebutuhan baca. Angka yang dituliskan dalam
kolom ini selalu dalam kekuatan plus (walaupun mungkin tidak dituliskan tanda plus).
Umumnya berkisar antara +0,75 sampai +3. Dan, biasanya kekuatannya sama pada setiap mata.
PRISM
Ini menunjukkan jumlah koreksi yang mungkin diperlukan pada beberapa orang untuk
menyelaraskan mata sehingga penglihatan terlihat lurus. Bila ada, jumlah prism akan dituliskan
dalam pecahan atau desimal dan diikuti dengan arah prism. Terdapat empat singkatan arah
prism, yaitu BU (base up= atas), BD (base down= bawah), BI (base in= ke arah hidung
pemakai), dan BO (base out= ke arah telinga pemakai).
10
PENUNTUN BELAJAR PEMERIKSAAN FUNDUSKOPI / OFTALMOSKOPI
Berikan nilai pada setiap langkah pemeriksaan dengan criteria sebagai berikut:
0 : sama sekali tidak melakukan
1 : langkah-langkah dilakukan tapi tidak tepat (perlu perbaikan)
2 : langkah-langkah dilakukan dengan benar dan tepat (mampu)
Penilaian
PEMERIKSAAN FUNDUSKOPI 0 1 2
A. PERSIAPAN PASIEN
Menjelaskan mengenai tujuan dan manfaat pemeriksaan kepada
1 orang tua pasien
2 Melakukan informed consent kepada orang tua pasien
B. PEMERIKSAAN FUNDUSKOPI
3 Pasien duduk dengan pandangan lurus ke depan
4 Mata penderita ditetesi midriatikum, kemudian ditunggu ± 20 menit.
Pemeriksa berdiri di depan samping kanan atau kiri pasien.
5
6 Putar lensa oftalmoskop sesuai dengan refraksi mata pemeriksa
Misalnya pemeriksa adalah miop 2D dan penderita emetrop, pakailah
7 lensa -2 (warna merah). Bila pemeriksa dan penderita adalah emetrop,
pakailah 0.
Bila yang diperiksa mata kanan, oftalmoskop dipegang dengan tangan
8 kanan, gunakan mata yang kanan juga, jari telunjuk berada pada panel
pengatur ukuran lensa dan sebaliknya.
Pandangan penderita diminta memfiksasi suatu titik jauh tak terhingga
9 atau ± 6m.
Peganglah oftalmoskop dengan cara menggenggam bagian
pegangannya, sedangkan jari telunjuk berada pada panel pengatur
10
ukuran lensa, siap untuk menyesuaikan ukuran lensa sehingga dapat
diperoleh bayangan yang paling tajam.
Pada jarak 30 cm , di depan temporal (±450) mata penderita, sinar
11
oftalmoskop diarahkan pada pupil mata penderita .
12 Amati secara sistematis struktur retina dimulai dari papil N.
optik, arteri dan vena retina sentral, area makula, dan retina
11
perifer.
D. PENUTUP
13 Memberitahukan pasien jika pemeriksaan telah selesai
14 Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada pasien
15 Mengucapkan terima kasih kepada pasien
Berikan nilai pada setiap langkah pemeriksaan dengan criteria sebagai berikut:
0 : sama sekali tidak melakukan 12
BIASA
DOUBLE FOCUS
Resep
SPH CYL AXIS ADD PD
R -0,75 - - - 64
L -0,75 - - -
BIAS
Nama Pasien : Ng A.M A
Umur :17 tahun 13 Dokter memeriksa
(………………………….)
PENUNTUN BELAJAR PEMBERIAN OBAT TOPIKAL
Berikan nilai pada setiap langkah pemeriksaan dengan criteria sebagai berikut:
0 : sama sekali tidak melakukan
1 : langkah-langkah dilakukan tapi tidak
14 tepat (perlu perbaikan)
2 : langkah-langkah dilakukan dengan benar dan tepat (mampu)
Penilaian
PEMBERIAN OBAT TOPIKAL 0 1 2
A. PERSIAPAN PASIEN
Menjelaskan mengenai tujuan dan manfaat pemeriksaan kepada
1 orang tua pasien
2 Melakukan informed consent kepada orang tua pasien
B. OBAT TETES MATA
Penderita dibaringkan dengan posisi telentang atau penderita
3 duduk
4 Instruksikan penderita untuk membuka kedua mata
Lebarkan fissura palpebra dengan jari telunjuk dan ibu jari pada
5 mata
Teteskan obat pada daerah sclera pasien, instruksikan pasien
6 untuk
Instruksikan pasien untuk menutup mata beberapa saat
7 kemudian
C.SALEP MATA
Penderita dibaringkan dengan posisi telentang atau penderita
9 duduk
DAFTAR PUSTAKA
15
1. Indrakila, S dkk.Pemeriksaan Mata. Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret. Surakarta
2. Manual Keterampilan Klinik Sistem Indera Khusus. 2016. Fakultas Kedokteran Unhas.
Makassar
16