Anda di halaman 1dari 3

1.

Hiatus hernia
Hernia hiatus adalah suatu kelainan anatomi dimana terdapat bagian dari lambung
menonjol melalui diafragma masuk ke rongga thoraks. Pada keadaan normal, esofagus
atau tabung makanan lewat turun melalui dada, dan memasuki rongga abdomen melalui
lubang di diafragma disebut hiatus esophagus.Tepat di bawah diafragma, esofagus
bergabung dengan lambung. Pada individu dengan hernia hiatus, pembukaan hiatus
esofagus (hiatal opening) lebih besar dari biasanya, dan sebagian lambung bagian atas
masuk melalui hiatus ke rongga thoraks. Diperkirakan penyebab dari hiatus hernia adalah
karena hiatus esofagus yang lebih besar dari normal, sebagai akibat dari pembukaan besar
tersebut, bagian dari lambung masuk ke rongga thoraks. Faktor yang
berpotensi menyebabkan terjadinya hernia hiatus adalah:

a. Suatu pemendekan permanen pada esofagus (yang mungkin disebabkan karena


inflamasi atau jaringan parut akibat refluks atau regurgitasi asam lambung) yang
menyebabkan lambung tertarik keatas.

b. Perlekatan yang abnormal (longgar) dari esofagus ke diafragma sehingga esofagus dan
lambung naik keatas.
2. Akhalasia
Merupakan suatu keadaan dimana tidak adanya relaksasi esophagus terminal. Spasme
esophagus dapat menimbulkan sumbatan partial pada daerah perbatasan gaster-esophagus,
dimana dengan Ba kontras, tampak adanya konstriksi esophagus bagian terminal dan
bagian atasnya melebar. Keadaan ini sering ditemukan pada anak lebih besar , jarang pada
bayi. Pengobatannya dengan melebarkan bagian yang mengalami konstriksi dan perlu
tindakan berulang.
3. Stenosis pylorus hipertrofi kongenital
Pada penderita dengan stenosis pylorus terdapat muntah yang projektil terjadi pada umur
lebih dari 1 minggu. Pada permulaan gejala muntah tidak mencolok tetapi pada usia lebih
dari 1 minggu, muntah lebih sering dan lebih jelas. Gejalanya makin berat, berat badan
tidak naik. Penyebabnya tidak jelas, diduga ada tendensi familier karena 1% dari penderita
ternyata orang tuanya juga menderita kelainan yang sama. Beberapa peneliti menduga
adanya hipertrofi otot pilorus akibat adanya spasme otot. Pendapat sarjana lain adalah
respon terhadap rangsangan atau iritasi terhadap n. vagus.
4. Obstruksi / atresia duodenum
Atresia duodenum adalah suatu keadaan kegagalan kanalisasi pada masa embrional
disertai atresia di bagian usus lainnya. Gejala klinis yang sering terjadi adalah muntah-
muntah yang mengandung empedu. Bila atresia di bawah ampula vateri, muntahnya
berupa gumpalan susu atau muntahnya keruh. Gejala lainnya yaitu mekonium tidak keluar
dalam waktu lebih dari 24 jam. Pada penderita atresia duodenum, distensi abdomen terjadi
pada bagian atas. Bila penderita habis minum, tampak gerakan peristaltik melintasi garis
tengah, dari kiri ke kanan. Dengan foto abdomen polos, tampak adanya gambaran “Double
buble yaitu tidak adanya gambaran udara di usus halus. Pengobatan definitif adalah
operasi.
5. Mekonium ileus
Sering terjadi pada bayi dengan penyakit kista fibrosis yang dasar penyakitnya adalah
perubahan pada jaringan pankreas, asini atropi dan inaktif, sehingga produksi enzim
pankreas sangat berkurang. Juga disertai perubahan pada kelenjer yang memproduksi
lendir dari saluran pencernaan dan saluran pernafasan. Penyumbatan usus oleh mekonium
memberikan gejala mekonium tidak keluar lebih dari 24 jam, perut gembung dan muntah-
muntah yang makin lama makin sering dan makin kental sehingga bayi akan mengalami
dehidrasi. Pada pemeriksaan dengan Ba kontras menunjukkan gambaran kolon dibawah
sumbatan mengecil. Pengobatan yang dikerjakan pada dasarnya simptomatik dengan
pemberian enzim pankreas dan mengatasi masalah metabolik yang terjadi. Dapat
dilakukan irigasi usus dengan gastroprafin untuk melunakkan mekoneum yang kental. Bila
pengobatan tersebut gagal, maka dilakukan operasi.

Anda mungkin juga menyukai