Anda di halaman 1dari 2

7.

Penatalaksanaan inkontinensia Alvi

Penanganan yang baik terhadap sembelit akan mencegah timbulnya skibala dan dapat
menghindari kejadian inkontinensia alvi.

Langkah utama dalam penanganan sembelit pada pasien geriatri adalah dengan
mengidentifikasi faktor – faktor yang menyebabkan timbulnya sembelit.
Beberapa hal yang bisa dilakukan dalam penanganan inkontinensia alvi adalah dengan
mengatur waktu ke toilet, meningkatkan mobilisasi, dan pengaturan posisi tubuh ketika
sedang melakukan buang air besardi toilet.

Pada inkontinensia alvi yang disebabkan oleh gangguan saraf, terapi latihan otot dasar
panggul terkadang dapat dilakukan, meskipun sebagian besar pasien geriatri dengan
dimensia tidak dapat menjalani terapi tersebut.

Penatalaksanaan inkontinence tergantung pada jenis inkontinensia yang telah diuraikan


di atas:
1. Pada overflow inkontinence yang disebabkan konstipasi, perlu diberikan obat
pencahar, dan perlu pula dibantu dengan pemberian makanan yang
mengandung banyak serat (buah-buahan dan sayur-sayuran, tahu, tempe dan
lain-lain), minum yang cukup serta perlu gerakan tubuh yang cukup
2. Pada inkontinensia simtomatik, perlu diketahui terlebih dahulu penyakit yang
menyebabkannya dan memberikan pengobatan.
3. Pada neurogenic inkontinence, pengobatannya sulit. Hal yang paling penting
adalah melatih penderita untuk memasuki kamar kecil (WC) setiap kali setelah
makan dan berjalan di pagi hari ataupun setelah minum air panas. Latihan ini
saja dapat memadai pada sebagian penderita. Jika perlu, dapat diberikan obat
pencahar setelah makan dan dua puluh menit kemudian, penderita harus telah
berada di kamra kecil. Jika tidak menolong dapat dilakukan dengan memompa
kotoran tadi dengan alat dan melatih pola buang air besar yang teratur.
4. Pada anorektal inkontinence perlu dilatih kekuatan otot-otot pada dasar panggul.

Perawatan Inkontinensia Alvi Pada Lansia:


1. Melatih kebiasaan defekasi (buang air besar) yang teratur, yang akan menghasilkan
bentuk feses yang normal
2. Pada waktu tertentu setiap 2 sampai 3 jam letakkan pispot dibawah pasien
3. Kalau inkontenensia berat diperlukan pakaian dalam yang tahan lembab.
4. Pakailah laken yang dapat dibuang dan dapat meningkatkan kenyamanan pasien
5. Mengurangi rasa malu perlu dilakukan dukungan semangat dalam perawatan.
6. Mengubah pola makan, berupa penambahan jumlah serat
7. Jika hal-hal tersebut tidak membantu, diberikan obat yang memperlambat kontraksi
usus, misalnya loperamid
8. Melatih otot-otot anus (sfingter) akan meningkatkan ketegangan dan kekuatannya
dan membantu mencegah kekambuhan
9. Dengan biofeedback, penderita kembali melatih sfingternya dan meningkatkan
kepekaan rektum terhadap keberadaan tinja
10. Jika keadaan ini menetap, pembedahan dapat membantu proses penyembuhan.
Misalnya jika penyebabnya adalah cedera pada anus atau kelainan anatomi di anus.
11. Pilihan terakhir adalah kolostomi, yaitu pembuatan lubang di dinding perut yang
dihubungkan dengan usus besar. Anus ditutup (dijahit) dan penderita membuang
fesesnya ke dalam kantong plastik yang ditempelkan pada lubang tersebut.

Anda mungkin juga menyukai