Anda di halaman 1dari 18

MANUAL KETERAMPILAN MAHASISWA

SISTEM INDERA
ANAMNESIS, PEMERIKSAAN PENGLIHATAN BAYI
DAN ANAK, PENILAIAN REFRAKSI SUBJEKTIF

Tahun Akademik 2018 - 2019

Diberikan pada Mahasiswa Semester VI

BLOK SISTEM INDERA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

UNIVERSITAS KHAIRUN
PENGANTAR

Panduan clinical skill lab (CSL) Sistem Indera berisi 6 CSL yaitu:
1. Anamnesis, pemeriksaan penglihatan bayi dan anak, penilaian refraksi subjektif
2. Pemeriksaan eksternal mata, lapang pandang dan tekanan intraokular
3. Pemeriksaan funduskopi, peresepan kacamata, pemberian obat tetes dan aplikasi salep
mata
4. Anamnesis dan pemeriksaan fisik THT
5. Pemeriksaan keseimbangan, pengambilan serumen,peengambilan benda asing di telinga
dan hidung, tindakan untuk epistaksis
6. Pemeriksaan fisik integument
7. Terapeutik sistem integumen
Mahasiswa juga diharapkan mencapai Tujuan Instruksional Umum (TIU) dan Tujuan
Instruksional Khusus (TIK) dengan waktu yang disediakan adalah 200 menit pada setiap
kemampuan. Beberapa langkah kegiatan, teori singkat dan contoh skenario juga ditampilkan di
dalamnya
Panduan atau manual ini masih jauh dari kesempurnaan,untuk itu saran yang membangun
diperlukan.

Ternate, Januari 2019

dr. Fera The, M.Kes

2
TATA-TERTIB KEGIATAN KETERAMPILAN KLINIK / CLINICAL SKILL
LABORATORY (CSL)
Sebelum kegiatan
1. Membaca Penuntun Belajar (manual) Keterampilan Klinik Sistem yang
bersangkutan dan bahan bacaan rujukan tentang keterampilan yang akan dilakukan.

Pada saat pelatihan


1. Datang 10 menit sebelum CSL dimulai.
2. Wajib mengikuti seluruh kegiatan CSL sesuai dengan jadwal rotasi yang telah
ditentukan.
3. Tidak diperkenankan memanjangkan kuku lebih dari 1 mm.
4. Mengenakan jas laboratorium yang bersih dan dikancing rapi pada setiap kegiatan
CSL. Bagi mahasiswi yang berjilbab, jilbabnya harus dimasukkan ke bagian dalam jas
laboratorium.
5. Buanglah sampah kering yang tidak terkontaminasi (kertas, batang korek api, dan
sebagainya) pada tempat sampah non medis. Sampah yang telah tercemar (sampah
medis), misalnya kapas lidi yang telah dipakai, harus dimasukkan ke tempat sampah
medis yang mengandung bahan desinfektan untuk didekontaminasi, dan sampah tajam
dimasukan pada tempat sampah tajam.
6. Berpartisipasi aktif pada semua kegiatan latihan.
7. Memperlakukan model seperti memperlakukan manusia atau bagian tubuh
manusia.
8. Bekerja dengan hati-hati.
9. Tidak diperkenankan menghilangkan, mengambil atau meminjam tanpa ijin setiap
alat dan bahan yang ada pada ruang CSL.
10. Setiap selesai kegiatan CSL mahasiswa harus merapikan kembali alat dan bahan
yang telah digunakan.

SANKSI PELANGGARAN TATA TERTIB CSL & PRAKTIKUM

3
1. Bagi mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan CSL pada materi tertentu, maka
mahasiswa tersebuttidak diperkenankan mengikuti kegiatan CSL pada jadwal berikutnya
untuk materi tertentu tersebut.
2. Bagi mahasiswa yang mengikuti kegiatan CSL dan praktikum tidak sesuai dengan jadwal
rotasinya dianggap tidak hadir.
3. Bagi mahasiswa yang persentasi kehadiran CSLnya < 90 % dari seluruh jumlah tatap
muka CSL, maka mahasiswa tidak dapat mengikuti ujian CSL.
4. Kerusakan alat dan bahan yang ada pada ruang CSL dan praktikum yang terjadi karena
ulah mahasiswa, resikonya ditanggung oleh mahasiswa yang bersangkutan.
5. Bagi mahasiswa yang menghilangkan, mengambil atau meminjam tanpa ijin setiap alat
dan bahan yang ada pada ruang CSL dan praktikum akan mendapatkan sanksi tegas
sesuai dengan peraturan yang berlaku
6. Bagi mahasiswa yang persentase kehadiran praktikumnya < 90 % dari seluruh
jumlah tatap muka praktikum tidak dapat mengikuti ujian praktikum.
7. Nilai ujian CSL menjadi prasyarat ikut ujian blok. Jika tidak lulus CSL maka tidak
diperkenankan ikut ujian blok Kedokteran Tropis

4
SISTEM INDERA

ANAMNESIS, PEMERIKSAAN PENGLIHATAN BAYI DANANAK, PENILAIAN


REFRAKSI SUBJEKTIF

Tujuan Umum :

Setelah kegiatan Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan penglihatan pada anak dan bayi
serta penilaian refraksi subjektif

Tujuan Khusus :

Setelah kegiatan ini mahasiswa mampu :

1. Melakukan anamnesis keluhan utama yang berhubungan dengan mata


2. Melakukan pemeriksaan penglihatan bayi dan anak
3. Melakukan penilaian refraksi subjektif

Metode pembelajaran :

1. Demonstrasi sesuai dengan daftar panduan belajar


2. Diskusi Partisipasi aktif dalam skill lab (simulasi)
3. Evaluasi melalui check list / daftar tilik dengan sistem skor
4. Optotip snellen, set lensa coba, pulpen, jaeger chart

5
Penilaian :

0 = Sama sekali tidak melakukan

1 = Perlu perbaikan : langkah-langkah dilakukan tapi tidak lengkap

2 = Mampu : langkah-langkah dilakukan dengan benar dan lengkap

DESKRIPSI KEGIATAN

Kegiatan Waktu Deskripsi


1. Pengantar 10 menit Pengantar

2. Bermain peran Tanya 30 menit 1. Mengatur posisi duduk mahasiswa


dan jawab 2. Seorang dosen (instruktur) memberikan contoh
bagaimana cara melakukan anamnesis, pemeriksaan
penglihatan bayi dan anak, penilaian refraksi
subjektif secara tepat. Dosen (instruktur) sebagai
dokter dan seorang mahasiswa lagi sebagai pasien.
Mahasiswa lain wajib menyimak dan mengamati.
3. Memberikan kesempatan mahasiswa bertanya
kepada instruktur dan instruktur menjawab dan
memberikan penjelasan tentang aspek penting dalam
anamnesis, pemeriksaan penglihatan bayi dan anak,
penilaian refraksi subjektif
3. Praktek bermain peran 120 menit 1. Mahasiswa dikelompokkan secara berpasangan.
dan umpan balik Satu orang berperan sebagai dokter/pemeriksa
dan satu orang berperan sebagai pasien secara
serentak. Instruktur mengamati setiap pasangan.
2. Instruktur memberikan tema khusus atau
keluhan utama kepada pasien dan selanjutkan
ditanyakan oleh pemeriksa.

6
3. Mahasiswa juga melakukan pemeriksaan
penglihatan bayi dan anak, penilaian refraksi
subjektif secara tepat dan saling bertukar peran
sebagai dokter pasien
4. Instruktur berkeliling untuk menilai dengan
daftar tilik setiap mahasiswa yang berlatih.
5. Mahasiswa bertukar peran secara serentak dan
kemudian instruktur menilai performa
mahasiswa tersebut.
4. Curah 40 menit 1. Mahasiswa bertanya tentang apa yang belum
pendapat/diskusi dipahaminya serta instruktur menjawab dan
menjelaskannya serta instruktur bertanya apakah
ada bagian yang sulit dari proses tersebut.
Total waktu 200 menit

7
DASAR TEORI
1. Anamnesis
Anamnesa / Anamnesis adalah suatu kegiatan wawancara antara pasien/keluarga pasien
dan  dokter atau tenaga kesehatan lainnya yang berwenang untuk memperoleh
keterangan-keterangan tentang keluhan dan penyakit yang diderita pasien
Anamnesa dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:

1. Auto-anamnesa yaitu kegiatan wawancara langsung kepada pasien karena pasien


dianggap mampu tanya jawab
2. Allo-anamnesa yaitu kegiatan wawancara secara  tidak langsung atau dilakukan
wawancara/tanya jawab pada keluarga pasien atau yang mengetahui tentang pasien.

Anamnesis pada mata dapat berupa keluhan mata merah, penglihatan kabur dan
penglihatan ganda.

Penyakit dengan keluhan tersebut antara lain

1. Konjungtivitis : mata merah, mata berair, gatal, kadang nyeri, penurunan visus tidak ada
2. Glaukoma : mata merah , nyeri, penglihatan kabur, mata bengkak
3. Keratitis : mata merah , mata berair, nyeri, penglihatan silau, penglihatan kabur
4. Episkleritis : nyeri sekitar mata, mata merah
5. Ulkus kornea : penglihatan kabur, I mata merah, merasa benda asing di mata, nyeri dan
silau
6. Skleritis : mata merah, penglihatan menurun, floaters, fotofobia dan nyeri

2. Pemeriksaan penglihatan anak dan bayi

Pemeriksaan penglihatan pada anak merupakan bagian penting dalam pemeriksaan mata
secara komprensif. Pemeriksaan tajam penglihatan pada anak sulit dilakukan, karena mereka
sering merasa takut dan sulit untuk berkonsentrasi. Oleh karena itu, dalam melakukan
pemeriksaan harus dengan cepat dan akurat dan sangat dibutuhkan kondisi dimana si anak
tertarik pada pemeriksaan kita. Kondisi ini harus kita ciptakan dengan berbagai cara,
misalnya dengan menyapa dan mengajak salaman, dengan memuji atau memberikan
perhatian kepada sesuatu yang dipakainya seperti baju, sepatu dan rambutnya atau
memberikan mainan yang berwarna menarik. Pemeriksaan tajam penglihatan harus di
sesuaikan dengan umur, kooperatif, kondisi neurologik, dan kemampuan membaca pasien
Pemeriksaan tajam penglihatan pada anak dapat dibedakan berdasarkan usia yaitu
preverbal dan verbal. Pemeriksaan tajam penglihatan anak pada usia preverbal yaitu usia
kurang dari 2,5 tahun dan verbal pada usia lebih dari 2,5 tahun. Pemeriksaan tajam
penglihatan anak pada usia preverbal yaitu dapat dilakukan dengan observasi, fiksasi,
oftalmoskopi, refleks pupil, optokinetic nystagmus test (OKN), the prefential looking test,
dan visual evoked potential (VEP).
a. Observasi

8
Pada metode ini kita dapat mengamati apakah anak tampak melihat atau peduli terhadap
lingkungan sekitarnya? Apakah anak respon terhadap lingkungan sosial seperti
mengenali wajah pemeriksa atau anggota keluarganya.? Apakah anak melihat jari tangan
dan kakinya sendiri? Adanya pengenalan dan perhatian anak menunjukkan tajam
penglihatannya baik. Metode ini sulit dinilai pada anak yang keterbelakangan mental,
karena mungkin anak tersebut melihat, tetapi tidak respon terhadap sekitar
b. Fiksasi dan mengikuti benda
Pada teknik ini kita lihat apakah anak tetap terfiksasi pada objek yang menarik.
Apakah anak mengikuti objek yang menarik tersebut. Respon anak mengikuti objek
ini biasanya didapatkan pada 1 atau 2 bulan kehidupan dan ini membuktikan bahwa
visus anak baik.
Untuk melihat fiksasi pada mata anak juga dapat digunakan metode CSM. Metode ini
dapat digunakan pada anak yang belum dapat berbicara.
C : Sentral. Lokasi reflek kornea pada saat pasien berfiksasai dengan cahaya senter
dengan 1 mata ditutup (monokuler). Normal reflek kornea ada pada sentral kornea.
Jika eksentrik disebut dengan uncentral (UC).
S : Steadines. Artinya tetap. Fiksasi pada senter saat digerakan dan diam (monokuler).
Jika tidak tetap disebut unsteady (US).
M : Maintain Aligment. Kemampuan pasien untuk mempertahankan kelurusan mata
dengan cara satu mata ditutup kemudian dibuka. Jika tidak mampu mempertahankan
disebut Unmaintain (UM).
c. Oftalmoskopi
Oftalmoskopi langsung atau pun tidak langsung dipakai untuk mengetahui keadaan media
mata dan mempelajari karakteristik fisik dari retina dan nervus optikus. Terdapatnya
media yang jernih dan retina yang utuh dengan nervus optikus yang yang normal dapat
menunjukan bahwa tajam penglihatan baik.
d. Reflek Pupil
Adanya reflek langsung dan tidak langsung pupil terhadap cahaya menunjukkan bahwa
jalur aferen dan eferen reflek pupil baik. Cara sederhana yang dipakai untuk memeriksa
reflek ini dapat digunakan untuk menilai keadaan saraf penglihatan bagian depan. Tapi
respon normal dari pemeriksaan ini belum mengindikasikan bahwa pasien dapat melihat,
hanya menunjukan penyampaian sinyal ke korteks. Jika cahaya senter pada satu mata
menyebabkan konstriksi pada kedua pupil berarti retina, nervus optikus, traktus optikus
berfungsi baik.
e. Optokinetic Nystagmus Test (OKN)
Optokinetic Nystagmus Test merupakan sebuah silinder yang dapat berputar pada
sumbunya dan pada dindingnya terdapat garis-garis tegak yang mempunyai ketebalan
tertentu, Tes ini sangat berguna untuk mengetahui fungsi penglihatan pada anak. Dengan
memutar alat ini di depan mata anak akan terlihat nistagmus pada mata anak tersebut
yang gerakannya berlawanan dengan arah perputaran slinder. Semakin halus garis yang
terdapat pada tabung slinder yang memberikan respon nistagmus maka semakin baik pula
visus bayi yang diperiksa

9
Gambar 1. Kartu Snellen, atas tengah : untuk pasien dewasa; kiri & kanan atas dan bawah :
untuk pasien anak & buta huruf)

3. Penilaian refraksi subjektif


Pemeriksaan refraksi dibagi menjadi dua kategori yaitu pemeriksaan objektif dan
subjektif. Metode objektif dilakukan hanya menggunakan alat untuk menentukan status
refraksi pasien. Keuntungan pemeriksaan ini adalah tidak adanya ketergantungan kepada
pasien untuk memberikan jawaban dan hasil dapat diperoleh dalam waktu singkat.
Pemberian terapi hanya dengan mengandalkan pemeriksaan objektif seringkali tidak
cukup dalam meningkatkan kondisi penglihatan dan berakibat pada ketidakpuasan pasien.
Metode pemeriksaan refraksi subjektif memberikan hasil yang lebih baik dan akurat
untuk dijadikan dasar pengambilan keputusan terapi, tetapi bergantung pada kerjasama
pasien dalam menilai perbaikan refraksi selama pemeriksaan. Ketajaman penglihatan
maksimal sangat bergantung pada respon dan pendapat pasien dan hasil pemeriksaan
refraksi secara subjektif tidak selalu mewakili kondisi refraksi murni mata yang diperiksa
sehingga pemeriksaan refraksi subjektif masih menjadi baku emas dalam menentukan
status refraksi pasien.

Gambar 2 : Trial Lens / set lensa coba

10
Gambar 3. Kartu Jaeger untuk pemeriksaan visus sentralis dekat

11
PENUNTUN BELAJAR PEMERIKSAAN ANAMNESIS

Berikan nilai pada setiap langkah pemeriksaan dengan criteria sebagai berikut:
0 : sama sekali tidak melakukan
1 : langkah-langkah dilakukan tapi tidak tepat (perlu perbaikan)
2 : langkah-langkah dilakukan dengan benar dan tepat (mampu)

Penilaian
ANAMNESIS 0 1 2
A. MENJALIN HUBUNGAN /SAMBUNG RASA DAN MENGGUMPULKAN DATA
PRIBADI
Memberikan salam lalu pemeriksa berdiri dan menjabat tangan
1 pasien serta memperkenalkan diri pemeriksa      
2 Mempersilahkan pasien duduk berseberangan dengan pemeriksa      
Berbicara dengan lafal yang jelas dengan menggunakan bahasa
3
yang mudah dimengerti oleh pasien (bukan bahasa medis)      
Memastikan kerahasiaan pasien dan mendapatkan persetujuan
4
dari pasien untuk melakukan wawancara
Menanyakan identitas pasien meliputi:
5 Nama,umur, jenis kelamin, status pernikahan, pekerjaan,
pendidikan, alamat rumah      
6 Menyebut nama pasien saat mengajukan pertanyaan      
 B. MENANYAKAN KELUHAN UTAMA DAN RIWAYAT
PENYAKIT SEKARANG      
Menanyakan Keluhan utama pasien (mata merah, penglihatan
 1
kabur dan penglihatan ganda      
 2 Menanyakan Riwayat Penyakit sekarang      
 Keluhan penglihatan kabur : satu/kedua mata, apakah
sangat/sedikit kabur, penglihatan buram/tertutup,

12
penglihatan sentral atau perifer yang kabur ( apakah
semua lapangan penglihatan atau sebagian saja), disertai
rasa silau/tidak,
 Keluhan mata merah : satu/kedua mata, didahului
trauma/tidak, didahului/disertai penglihatan kabur
 Keluhan penglihatan ganda : apakah pada satu mata atau
pada saat melihat dengan dua mata, apakah disertai
pusing
 lamanya, onset (tiba-tiba/ perlahan), perlangsungannya
(konstan/ memberat), aktivitas saat keluhan timbul,
kondisi yang memperberat/meringankan keluhan, apakah
ada upaya pengobatan sebelumnya, atau apakah keluhan
ini pertama kali timbul atau sudah berulang.
 Tanyakan kelainan mata yang lainnya: mata merah, air
mata berlebih, kotoran mata berlebih, silau, penglihatan
menurun, nyeri, rasa mengganjal, rasa berpasir, serta
gejala penyerta bila ada.
C. MENANYAKAN RIWAYAT PENYAKIT YANG LAIN
Menanyakan Riwayat Penyakit Dahulu
 Apakah pernah mengalami penyakit sistemik (diabetes,
 1 hipertensi?
 Apakah terdapat riawayat operasi atau pengobatan
lainnya?      
Menanyakan Riwayat Penyakit Keluarga
2 Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit/keluhan
yang sama?      
Menanyakan kebiasaan sosial
 Apakah ada d lingkungan sekitar/ tetangga
3
mengalami sakit yang sama?
 Lingkungan yang berdebu
Melakukan cek silang secara singkat dan atau menjelaskan
4
pemeriksaan tahap berikutnya yang perlu dilakukan      
5 Menegakkan differential diagnosis (diagnosis banding) kepada      
13
pasien dan menanyakan jika ada pertanyaan dari pasien
Mengucapkan terima kasih pada pasien bahwa pemeriksaan telah
 6 selesai dan akan dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik jika
diperlukan      

PENUNTUN BELAJAR PEMERIKSAAN PENGLIHATAN BAYI DAN ANAK

Berikan nilai pada setiap langkah pemeriksaan dengan criteria sebagai berikut:
0 : sama sekali tidak melakukan
1 : langkah-langkah dilakukan tapi tidak
14
tepat (perlu perbaikan)
2 : langkah-langkah dilakukan dengan benar dan tepat (mampu)
Penilaian
PEMERIKSAAN PENGLIHATAN BAYI DAN ANAK 0 1 2
A. PERSIAPAN PASIEN
Menjelaskan mengenai tujuan dan manfaat pemeriksaan kepada
1 orang tua pasien      
2 Melakukan informed consent kepada orang tua pasien      
 B. PEMERIKSAAN      
Mintalah anggota keluarga untuk memangku bayi/anak
 3 agar anak merasa nyaman
     
Ambillah mainan kecil atau objek lain (pulpen warna)
yang menarik perhatian, yang hanya menstimulasi
penglihatan; jangan menggunakan objek yang bersuara.
4
Pegang objek sekitar 1-2 kaki didepan muka anak dan
gerakkan secara horizontal kesisi lainnya.

Amati kemampuan anak untuk memfiksasi dan mengikuti objek


5
Tutup satu mata dan ulangi tes tersebut. Tutup mata yang
satu dan ulangi lagi. Amati perbedaan yang terjadi
diantara ke-2 mata pada kualitas fiksasi dan “smooth
pursuit” atau reaksi penolakan terhadap oklusi. Jika Anda
6
mencurigai adanya perbedaan, tapi tidak yakin, ulangi tes,
menggunakan mainan yang lain untuk mempertahankan
minat anak.

Pada saat menguji penglihatan monokuler, bayi yang


lebih muda akan merespon pergerakan objek secara lebih
baik jika objek digerakkan dari arah temporal ke arah
7
nasal, kecenderungan ini akan menurun setelah bayi
berusia sekitar 6 bulan.

C. PENUTUP
8 Memberitahukan keluarga pasien jika pemeriksaan telah selesai
 9 Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada pasien
 1
Mengucapkan terima kasih kepada pasien
0      

15
PENUNTUN BELAJAR PENILAIAN REFRAKSI SUBJEKTIF

Berikan nilai pada setiap langkah pemeriksaan dengan criteria sebagai berikut:
0 : sama sekali tidak melakukan
1 : langkah-langkah dilakukan tapi tidak tepat (perlu perbaikan)
2 : langkah-langkah dilakukan dengan benar dan tepat (mampu)

Penilaian
PEMERIKSAAN PENILAIAN REFRAKSI SUBJEKTIF 0 1 2
A. PERSIAPAN PASIEN

16
Menjelaskan mengenai tujuan dan manfaat pemeriksaan kepada
1 pasien      
 B. PEMERIKSAAN PENGLIHATAN JAUH DENGAN
OPTOTIOPE SNELLEN      
Mintalah penderita duduk pada jarak 5 atau 6 m dari optotipe
 2
Snellen      
Periksa apakah terdapat kondisi mata merah
(infeksi/inflamasi pada mata), apabila ditemukan tanda
3 mata merah, maka pemeriksaan sebaiknya ditunda. Minta
penderita untuk memakai trial frame

Minta penderita untuk melihat ke depan dengan rileks


tanpa melirik atau mengerutkan kelopak mata. Apabila
pasien menggunakan trial frame maka untuk memeriksa
4
visus mata kanan pasien, tutup mata kiri penderita dengan
occluder yang dimasukkan dalam trial frame

Minta penderita untuk melihat ke depan dengan rileks


5 tanpa melirik atau mengerutkan kelopak mata

Minta penderita untuk menyebut huruf, angka atau simbol


yang ditunjuk dimulai dari baris yang terakhir bisa dilihat
6
dengan jelas oleh pasien saat awal pemeriksaan visus

Tunjuk huruf, angka atau simbol pada optotip Snellen


7
berurutan dari baris atas ke bawah
Pasangkan lensa coba (-)/negatif 0.5 D bergantian, minta
penderita menyebutkan lensa mana yang memberikan
bayangan yang lebih jelas. Penderita tidak hasus
8
menyebutkan semua huruf/angka optotip dengan benar,
cukup jelas/tidak dahulu.

Apabila penderita sudah menentukan lensa yang


memberikan bayangan lebih jelas, mulailah dengan
9
memberikan lensa dengan ukuran terkecil, dan kemudian
minta penderita membaca kembali optotip.
Lensa coba diganti hingga penderita dapat membaca
optotip maksimal. Pilih lensa concave (-) terlemah yang
10
memberikan penglihatan terbaik.

C.PEMERIKSAAN TAJAM PENGLIHATAN MATA DENGAN JAEGER CHART

17
Pasien diminta untuk membaca tulisan pada Jaeger Chart
11
pada jarak 30-40 cm
Cek mata kanan terlebih dahulu setelah itu mata kiri dan
12 kedua mata. Catat sampai angka berapa pasien dapat
membaca dengan jelas dan benar
Apabila pasien tidak bisa membaca tulisan yang paling
13 kecil maka diberikan koreksi lensa + hingga pasien dapat
melihat dengan jelas seluruh tulisan
D. PENUTUP
14 Memberitahukan pasien jika pemeriksaan telah selesai
 1
Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada pasien
5
 1
Mengucapkan terima kasih kepada pasien
6      

DAFTAR PUSTAKA
1. Julita. Pemeriksaan tajam penglihatan pada anak dan refraksi. Jurnal FK Unand
2. Manual Keterampilan Klinik Sistem Indera Khusus. 2016. Fakultas Kedokteran Unhas.
Makassar

18

Anda mungkin juga menyukai