Anda di halaman 1dari 19

1

REFERAT
STASE ILMU KESEHATAN MATA
TRAUMA KIMIA PADA MATA

Dosen Pembimbing
dr. Teguh Anamani, Sp.M

Disusun Oleh:
Onika Adi Wijaya G4A015206

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM PROFESI DOKTER

2016
2

LEMBAR PENGESAHAN
REFERAT
TRAUMA KIMIA PADA MATA

Diajukan untuk memenuhi syarat mengikuti Kepaniteraan Klinik

Di bagian SMF Ilmu Kesehatan Mata

RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo

Disusun Oleh:

Onika Adi Wijaya G4A015206

Telah disetujui,

Pada tanggal: Oktober 2016

Pembimbing,

dr. Teguh Anamani, Sp.M


3

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Trauma mata merupakan tindakan sengaja maupun tidak yang

menimbulkan perlukaan mata atau cedera yang terjadi pada mata yang

dapat mengakibatkan kerusakan pada bola mata, kelopak mata, saraf

mata dan rongga orbita, kerusakan ini akan memberikan penyulit

sehingga mengganggu fungsi mata sebagai indera penglihatan. Trauma

pada mata dibedakan berdasarkan penyebabnya yaitu trauma mekanik

dan trauma non-mekanik. Trauma mekanik terdiri atas trauma benda

tumpul dan benda tajam. Sedangkan trauma non-mekanik dibagi menjadi

trauma kimia dan trauma fisis (Ilyas, 2015).

Berdasarkan data CDC tahun 2000 sekitar 1 juta orang di Amerika

Serikat mengalami gangguan penglihatan akibat trauma. 75% dari

kelompok tersebut buta pada satu mata, dan sekitar 50.000 menderita

cedera serius yang mengancam penglihatan setiap tahunnya. Setiap hari

lebih dari 2000 pekerja di amerika Serikat menerima pengobatan medis

karena trauma mata pada saat bekerja. Lebih dari 800.000 kasus trauma

mata yang berhubungan dengan pekerjaan terjadi setiap tahunnya (CDC,

2000).

Sebagian besar (84%) merupakan trauma kimia. Rasio frekuensi

bervariasi trauma asam:basa antara 1:1 sampai 1:4. Secara international,

80% dari trauma kimiawi dikarenakan oleh pajanan karena pekerjaan.

Menurut United States Eye Injury Registry (USEIR), frekuensi di


4

Amerika Serikat mencapai 16 % dan meningkat di lokasi kerja

dibandingkan dengan di rumah. Lebih banyak pada laki-laki (93 %)

dengan umur rata-rata 31 tahun (Vaughan, 2010).

Trauma kimia pada mata merupakan salah satu keadaan kedaruratan

oftalmologi karena dapat menyebabkan cedera pada mata, baik ringan,

berat bahkan sampai kehilangan penglihatan. Maka dari itu, perlu dibahas

tentang trauma kimia pada mata agar tenaga medis sampai orang awam

dapat memberikan pertolongan pada kasus tersebut.

B. Tujuan

1. Mengetahui definisi trauma kimia mata

2. Mengetahui epidemiologi trauma kimia mata

3. Mengetahui etiologi dan faktor risiko trauma kimia mata

4. Mengetahui pathogenesis dan patofisiologi trauma kimia mata

5. Mengetahui penegakkan diagnosis trauma kimia mata

6. Mengetahui klasifikasi trauma kimia mata

7. Mengetahui diagnosis banding trauma kimia mata

8. Mengetahui tatalaksana trauma kimia mata

9. Mengetahui prognosis trauma kimia mata

10. Mengetahui komplikasi trauma kimia mata


5

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Trauma Kimia Mata

Trauma kimia pada mata merupakan trauma yang mengenai bola

mata akibat terpaparnya bahan kimia baik yang bersifat asam atau basa

yang dapat merusak struktur bola mata tersebut (Ilyas, 2015).

B. Epidemiologi Trauma Kimia Mata

Berdasarkan data CDC tahun 2000 sekitar 1 juta orang di Amerika

Serikat mengalami gangguan penglihatan akibat trauma. 75% dari

kelompok tersebut buta pada satu mata, dan sekitar 50.000 menderita

cedera serius yang mengancam penglihatan setiap tahunnya. Setiap hari

lebih dari 2000 pekerja di amerika Serikat menerima pengobatan medis

karena trauma mata pada saat bekerja. Lebih dari 800.000 kasus trauma

mata yang berhubungan dengan pekerjaan terjadi setiap tahunnya (CDC,

2000).

Dibandingkan dengan wanita, laki-laki memiliki rasio terkena trauma

mata 4 kali lebih besar. Dari data WHO tahun 1998 trauma okular

berakibat kebutaan unilateral sebanyak 19 juta orang, 2,3 juta mengalami

penurunan visus bilateral, dan 1,6 juta mengalami kebutaan bilateral

akibat cedera mata. Sebagian besar (84%) merupakan trauma kimia.

Rasio frekuensi bervariasi trauma asam:basa antara 1:1 sampai 1:4.

Secara international, 80% dari trauma kimiawi dikarenakan oleh pajanan

karena pekerjaan. Menurut United States Eye Injury Registry (USEIR),

frekuensi di Amerika Serikat mencapai 16 % dan meningkat di lokasi


6

kerja dibandingkan dengan di rumah. Lebih banyak pada laki-laki (93 %)

dengan umur rata-rata 31 tahun (Vaughan, 2010).

C. Etiologi

Trauma pada mata yang disebabkan oleh bahan kimia disebabkan

oleh 2 macam bahan yaitu bahan kimia yang bersifat asam dan bahan

kimia yang bersifat basa. Bahan kimia dikatakan bersifat asam bila

mempunyai pH < 7 dan dikatakan bersifat basa bila mempunyai pH > 7

(Ilyas, 2005). Berikut merupakan bahan kimia tersering yang

mengakibatkan trauma pada mata (Kosoko, 2009):

Tabel 2.1. Bahan kimia dan sumbernya (Kosoko, 2009)

Bahan Kimia Golongan pH Sumber


Sodium hydroxide 14.0 Sabun alkali, airbag
Calcium hydroxide 12.4
Mortar, plester, semen
(Ca(OH)2)
Ammonium hydroxide 11.6
Pupuk, pendingin
(NH3) Basa
11.0 Pemutih, pembersih saluran
Sodium hypochlorite
pembuangan
Magnesium hydroxide 10.0 Kembang api, pembersih

(Mg(OH)2) saluran pembuangan


Acetic acid Asam 2.9 Cuka dengan konsentrasi

(CH3COOH) tinggi
Hydrofluoric acid 2.1 Penghilang karat, kaca,

(HF) bensin, industri silicon


Sulfurous acid 1.5
Pemutih
(H2SO3)
Sulfuric acid 1.2 Industri pembersih, asam

(H2SO4) baterai
Hydrochloric acid 1.1 Alat pembersih rumah
7

(HCl) tangga, pembersih kolam

D. Faktor Risiko Trauma Kimia Mata

Trauma kimia dapat terjadi pada kecelakaan yang terjadi didalam

laboratorium, industri, pekerjaan yang menggunakan bahan kimia,

pertanian, dan peperangan yang menggunakan bahan kimia diabad

modern (Ilyas, 2015)

E. Patogenesis Trauma Kimia Mata

1. Trauma Asam

Asam dipisahkan dalam dua mekanisme, yaitu ion hidrogen dan

anion dalam kornea. Molekul hidrogen merusak permukaan okular

dengan mengubah pH, sementara anion merusak dengan cara

denaturasi protein, presipitasi dan koagulasi. Koagulasi protein

umumnya mencegah penetrasi yang lebih lanjut dari zat asam, dan

menyebabkan tampilan ground glass dari stroma korneal yang

mengikuti trauma akibat asam. Sehingga trauma pada mata yang

disebabkan oleh zat kimia asam cenderung lebih ringan daripada

trauma yang diakibatkan oleh zat kimia basa (Randleman, 2009).

Asam hidroflorida adalah satu pengecualian. Asam lemah ini

secara cepat melewati membran sel, seperti alkali. Ion fluoride

dilepaskan ke dalam sel, dan memungkinkan menghambat enzim

glikolitik dan bergabung dengan kalsium dan magnesium

membentuk insoluble complexes. Nyeri local yang ekstrim bisa

terjadi sebagai hasil dari immobilisasi ion kalsium, yang berujung

pada stimulasi saraf dengan pemindahan ion potassium. Fluorinosis


8

akut bisa terjadi ketika ion fluoride memasuki sistem sirkulasi, dan

memberikan gambaran gejala pada jantung, pernafasan,

gastrointestinal, dan neurologik (Randleman, 2009).

Bahan kimia asam yang mengenai jaringan akan mengadakan

denaturasi dan presipitasi dengan jaringan protein disekitarnya,

karena adanya daya buffer dari jaringan terhadap bahan asam serta

adanya presipitasi protein maka kerusakannya cenderung terlokalisir.

Bahan asam yang mengenai kornea juga mengadakan presipitasi

sehingga terjadi koagulasi, kadang-kadang seluruh epitel kornea

terlepas. Bahan asam tidak menyebabkan hilangnya bahan

proteoglikan di kornea. Bila trauma diakibatkan asam keras maka

reaksinya mirip dengan trauma basa (Randleman, 2009).

Bila bahan asam mengenai mata maka akan segera terjadi

koagulasi protein epitel kornea yang mengakibatkan kekeruhan pada

kornea, sehingga bila konsentrasi tidak tinggi maka tidak akan

bersifat destruktif seperti trauma alkali. Biasanya kerusakan hanya

pada bagian superfisial saja. Koagulasi protein ini terbatas pada

daerah kontak bahan asam dengan jaringan. Koagulasi protein ini

dapat mengenai jaringan yang lebih dalam (Randleman, 2009).

2. Trauma Basa

Trauma basa biasanya lebih berat daripada trauma asam, karena

bahan-bahan basa memiliki dua sifat yaitu hidrofilik dan lipolifik

dimana dapat secara cepat untuk penetrasi sel membran dan masuk

ke bilik mata depan, bahkan sampai retina. Trauma basa akan


9

memberikan iritasi ringan pada mata apabila dilihat dari luar.

Namun, apabila dilihat pada bagian dalam mata, trauma basa ini

mengakibatkan suatu kegawatdaruratan. Basa akan menembus

kornea, kamera okuli anterior sampai retina dengan cepat, sehingga

berakhir dengan kebutaan. Pada trauma basa akan terjadi

penghancuran jaringan kolagen kornea. Bahan kimia basa bersifat

koagulasi sel dan terjadi proses safonifikasi, disertai dengan

dehidrasi (Randleman, 2009).

Gambar 2. 1. Trauma basa

polimorfonuklear ke dalam stroma kornea. Serbukan sel ini

cenderung disertai dengan pembentukan pembuluh darah baru atau

neovaskularisasi. Akibat membran sel basal epitel kornea rusak akan

memudahkan sel epitel diatasnya lepas. Sel epitel yang baru

terbentuk akan berhubungan langsung dengan stroma dibawahnya

melalui plasminogen aktivator. Bersamaan dengan dilepaskan

plasminogen aktivator dilepas juga kolagenase yang akan merusak

kolagen kornea. Akibatnya akan terjadi gangguan penyembuhan


10

epitel yang berkelanjutan dengan ulkus kornea dan dapat terjadi

perforasi kornea. Kolagenase ini mulai dibentuk 9 jam sesudah

trauma dan puncaknya terdapat pada hari ke 12-21. Biasanya ulkus

pada kornea mulai terbentuk 2 minggu setelah trauma kimia.

Pembentukan ulkus berhenti hanya bila terjadi epitelisasi lengkap

atau vaskularisasi telah menutup dataran depan kornea. Bila alkali

sudah masuk ke dalam bilik mata depan maka akan terjadi gangguan

fungsi badan siliar. Cairan mata susunannya akan berubah, yaitu

terdapat kadar glukosa dan askorbat yang berkurang. Kedua unsur

ini memegang peranan penting dalam pembentukan jaringan kornea

(Randleman, 2009).

F. Penegakan Diagnosis Trauma Kimia Mata

1. Anamnesis (The Eye Center, 2005)

a. Pandangan kabur

b. Epifora (Nrocos)

c. Mata terasa seperti terbakar

d. Mata memerah

2. Pemeriksaan Fisik

Trauma kimia pada mata merupakan salah satu keadaan

kedaruratan oftalmologi karena dapat menyebabkan cedera pada

mata, baik ringan, berat bahkan sampai kehilangan penglihatan. Maka

dari itu, sebaiknya pemeriksaan fisik mata secara seksama dilakukan

setelah diberikan penatalaksanaan gawat darurat yaitu irigasi pada

mata yang terkena bahan kimia (Edward, 2016).


11

Setelah diberikan penatalaksanaan gawat darurat, maka bisa

dilakukan pemeriksaan fisik pada mata. Secara umum pada kasus

trauma kimia mata akan ditemukan (The Eye Center, 2005) :

a. Penurunan visus

b. Udem kornea

c. Jaringan parut akibat terbakar oleh bahan kimia

d. Peningkatan tekanan intraokular

e. Sindroma mata kering

f. Pada kasus terburuk bisa kehilangan penglihatan.

3. Pemeriksaan Penunjang (Edward, 2016)

a. Pemeriksaan pH mata, Jika pH = 7 maka irigasi dihentikan dan

segera dilakukan pemeriksaan fisik. Jika pH < 7 atau >7 maka

dilakukan irigasi sampai pH mencapai netral.

G. Klasifikasi Trauma Kimia Mata

Trauma kimia pada mata dapat diklasifikasikan sesuai dengan derajat

keparahan yang ditimbulkan akibat bahan kimia penyebab trauma.

Klasifikasi ini juga bertujuan untuk penatalaksaan yang sesuai dengan

kerusakan yang muncul serta indikasi penentuan prognosis. Klasifikasi

ditetapkan berdasarkan tingkat kejernihan kornea dan keparahan iskemik

limbus (Kosoko, 2009).


12

Grade II akut Grade II setelah 1 minggu

Grade III dan IV


Gambar 2. 2. Klasifikasi Ropper Hall trauma kimia pada mata

Tabel 2. Klasifikasi Ropper Hall trauma kimia pada mata (Kosoko,

2009)

Grade Gambaran Klinis Prognosis


 Kornea jernih
I Sangat Baik
 Tidak ada iskemik limbus
 Kornea berkabut dengan gambaran iris
yang masih terlihat
II Baik
 Terdapat
kurang dari 1/3 iskemik limbus
 Epitel kornea hilang total, stroma berkabut
dengan gambaran iris tidak jelas
III Kurang
 Sudah terdapat 1/3 sampai 1/2 iskemik
limbus
 Kornea opak
IV Buruk
 Sudah terdapat iskemik lebih dari ½ limbus

H. Diagnosis Banding (Kosoko, 2009).

1. Konjungtivitis

2. Ulkus kornea
13

3. Corpal kornea

4. Katarak

I. Tatalaksana Trauma Kimia Mata

Trauma kimia pada mata merupakan salah satu keadaan kedaruratan

oftalmologi karena dapat menyebabkan cedera pada mata, baik ringan,

berat bahkan sampai kehilangan penglihatan. Maka dari itu, sebaiknya

pemeriksaan fisik mata secara seksama dilakukan setelah diberikan

penatalaksanaan gawat darurat yaitu irigasi pada mata yang terkena

bahan kimia (Edward, 2016).

1. Penatalaksanaan gawat darurat

Irigasi merupakan hal yang krusial untuk meminimalkan durasi

kontak mata dengan bahan kimia dan untuk menormalisasi pH pada

saccus konjungtiva yang harus dilakukan sesegera mungkin. Larutan

normal saline (atau yang setara) harus digunakan untuk mengirigasi

mata selama 15-30 menit sampai pH mata menjadi normal. Pada

trauma basa hendaknya dilakukan irigasi lebih lama, paling sedikit

2000 ml dalam 30 menit (Sehu, 2009).

2. Medikamentosa (Kosoko, 2009)

a) Kontrol nyeri

 Anestesi topikal (Propacaine HCl 0,5%, Tetracaine HCl

0,5%)

 Analgesik sistemik (NSAID)


14

 Agen sikloplegik (Scopolamine 0,25%, Atropin 1%)

b) Kontrol TIO

Golongan Karbonik Anhidrase Inhibitor (Acetazolamide

500mg)

c) Kontrol inflamasi

Kortikosteroid topikal (Prednisolon asetat 1%,

Fluorometholone asetat 0,1%)

d) Pencegahan infeksi

Doksisiklin 100 mg

e) Penyembuhan epitel oculi

 Air mata buatan

 Asam askorbat mengembalikan keadaan jaringan

scorbutik dan meningkatkan penyembuhan luka dengan

membantu pembentukan kolagen matur oleh fibroblas

kornea. Natrium askorbat 10% topikal diberikan setiap 2

jam. Untuk dosis sitemik dapat diberikan sampai dosis 2

gr.

3. Pembedahan (Kosoko, 2009)

Pembedahan Segera yang sifatnya segera dibutuhkan untuk

revaskularisasi limbus, mengembalikan populasi sel limbus dan

mengembalikan kedudukan forniks. Prosedur berikut dapat

digunakan untuk pembedahan :


15

a) Pengembangan kapsul Tenon dan penjahitan limbus bertujuan

untuk mengembalikan vaskularisasi limbus juga mencegah

perkembangan ulkus kornea.

b) Transplantasi stem sel limbus dari mata pasien yang lain

(autograft) atau dari donor (allograft) bertujuan untuk

mengembalikan epitel kornea menjadi normal.

c) Graft membran amnion untuk membantu epitelisasi dan

menekan fibrosis

Pembedahan Lanjut pada tahap lanjut dapat menggunakan

metode berikut:

a) Pemisahan bagian-bagian yang menyatu pada kasus

conjungtival bands dan simblefaron.

b) Pemasangan graft membran mukosa atau konjungtiva.

c) Koreksi apabila terdapat deformitas pada kelopak mata.

d) Keratoplasti dapat ditunda sampai 6 bulan. Makin lama makin

baik, hal ini untuk memaksimalkan resolusi dari proses

inflamasi.

e) Keratoprosthesis bisa dilakukan pada kerusakan mata yang

sangat berat dikarenakan hasil dari graft konvensional sangat

buruk.

J. Komplikasi (Kosoko, 2009)

1. Kebutaan

2. Glaukoma

3. Ulkus kornea
16

4. Skar kornea

5. Katarak traumatika

6. Simblefaron

7. Entropion

8. Phtisis bulbi

Gambar 2. 3. Simblefaron

Gambar 2. 4. Phtisis bulbi

K. Prognosis
17

Gambar 2. 5. Cooked fish eye

Prognosis trauma kimia pada mata sangat ditentukan oleh bahan

penyebab trauma tersebut. Derajat iskemik pada pembuluh darah limbus

dan konjungtiva merupakan salah satu indikator keparahan trauma dan

prognosis penyembuhan. Iskemik yang paling luas pada pembuluh darah

limbus dan konjungtiva memberikan prognosa yang buruk. Bentuk paling

berat pada trauma kimia ditunjukkan dengan gambaran “cooked fish eye”

dimana prognosisnya adalah yang paling buruk, dapat terjadi kebutaan

(Lang, 2006).
18

III. KESIMPULAN

1. Trauma kimia mata adalah trauma yang mengenai bola mata akibat

terpaparnya bahan kimia baik yang bersifat asam atau basa yang

dapat merusak struktur bola mata tersebut.

2. Trauma kimia mata memiliki persebaran epidemiologi yang luas dan

dampak yang buruk bagi masyarakat

3. Etiologi trauma kimia mata diantaranya adalah asam dan basa.

4. Trauma kimia mata yang disebabkan asam dan basa memiliki proses

patogenesis yang berbeda.

5. Trauma kimia mata memiliki tanda dan gejala yang khas

6. Penegakan diagnosis trauma kimia mata meliputi anamnesis,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang

7. Trauma kimia mata merupakan kasus kegawatdaruratan oftalmologi

sehingga harus di tatalaksana secara gawat darurat

8. Trauma kimia mata memiliki beberapa komplikasi

9. Prognosis trauma kimia mata tergantung ketepatan dan kecepatan

penanganan
19

DAFTAR PUSTAKA

Centers for Disease Control and Prevention. 2000. Work-related Eye


Injuries. Available at : http://www.cdc.gov/features/dsworkPlaceEye/
Edward W, Trudo, William Rimm. Chemical Injury of the Eye. Washington
DC : Walter Reed Army Medical Center.
Ilyas, S., & Yulianti, S.R. 2015. Ilmu Penyakit Mata Edisi Kelima. Jakarta:
Balai Penerbit FK UI.
Kosoko, Adeola, Qui Vu, Kosoko-Lasaki, Omofolasade. 2009. Chemical
Ocular Burns : A Case Report. American Journal of Medicine :Vol 6
Lang, Gerhard K. 2006. Ophthalmology A Pocket Textbook Atlas 2nd.
Stuttgart. New York.
Randleman, J.B. Bansal, A. S. 2009. Burns Chemical. eMedicine Journal.
Available at : http://emedicine.medscape.com/article/1215950-
overview#a6
Sehu, Weng. 2009. Eye Emergency Manua 2nd Edition.NSW Department of
Health.
The Eye Center. 2005. Chemichal Eye Injury. Available at :
http://www.theeyecenter.com/educational/pdfs/Chemical%20Eye
%20Injury.pdf
Vaughan, D. 2010. Oftalmologi Umum. Edisi 17. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai