Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN EVALUASI PROGRAM PUSKESMAS

PENINGKATAN CAPAIAN PROGRAM UPAYA BERHENTI MEROKOK


(UBM) DI SEKOLAH PADA WILAYAH PUSKESMAS KEMRANJEN II

Pembimbing Lapangan :
dr. Muhammad Amir Fuad

Disusun Oleh
Sarah Jeihan Zaky Arafat
G4A018074

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


JURUSAN KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO

2019
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN EVALUASI PROGRAM PUSKESMAS

PENINGKATAN PENCAPAIAN PROGRAM UPAYA BERHENTI


MEROKOK (UBM) PADA WILAYAH KERJA PUSKESMAS
KEMRANJEN II

Disusun untuk memenuhi syarat dari


Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran Fakultas Kedokteran
Universitas Jenderal Soedirman

Disusun oleh:
Sarah Jeihan Zaky Arafat G4A018074

Telah dipresentasikan dan disetujui


Tanggal April 2019

Pembimbing Lapangan

dr. Muhammad Amir Fuad


197010062007011007

2
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan……………………………………………………..... 2

Daftar Isi………………………………………………………………....... 3

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………..... 4
B. Tujuan Penulisan………………………………………………...... 5
C. Manfaat Penulisan……………………………………………........ 6
II. ANALISIS SITUASI
A. Deskripsi Situasi dan Kondisi ....................……………………..... 7
B. Cakupan Program Pelayanan Kesehatan Dasar.....……………...... 11
III. ANALISIS POTENSI DAN IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS
A. Analisis Potensi ....................……………………............................ 16
B. Identifikasi Isu Strategis....................................................................21
IV. PEMBAHASAN ISU STRATEGIS DAN ALTERNATIF PEMECAHAN
MASALAH
A. Pembahasan Isu ………………………………………………….. 24
B. Alternatif Pemecahan Masalah ........................................................
25
V. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 28

3
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Terdapat 1,25 miliar perokok usia 15 tahun ke atas di seluruh dunia dan
dari jumlah tersebut sebanyak 250 juta adalah perempuan. Perbandingan
perokok laki-laki dan perempuan adalah 5:1. Prevalensi perokok usia 15 tahun
ke atas di dunia sebesar 24%, perokok usia 13-15 tahun sebesar 9,5%. Sekitar
65% perokok di dunia berada di 10 negara dengan kontribusi terbesar adalah
Cina, India, Indonesia, Rusia, dan USA, sisanya dari 5 negara lain seperti
Jepang, Brazil, Bangladesh, Jerman, dan Turki (WHO, 2008).
Data dari WHO 2008, menunjukkan bahwa prevalensi perokok di
Indonesia menduduki peringkat ketiga (4,8%) setelah Cina (35%), dan India
(11,2%). Data dari Global Adult Tobacco Survey (GATS) 2011, menunjukkan
bahwa rata-rata jumlah rokok yang dikonsumsi adalah 10 batang per hari pada
laki-laki dan 6 batang per hari pada perempuan. Data RISKESDAS 2010
menunjukkan sebesar 59,9% penduduk dewasa tidak merokok, 5,4% mantan
perokok, 28,2% merokok setiap hari, dan 6,5% merokok tidak setiap hari.
Asap rokok orang lain (AROL) berbahaya bagi perokok pasif. AROL
merupakan campuran antara asap dan partikel. Data dari WHO tahun 2009
menunjukkan bahwa korban kematian akibat AROL terutama pada kelompok
rentan, anak-anak sebesar 31% dan perempuan sebesar 64%. Data dari
Riskesdas tahun 2010 menunjukkan bahwa 92 juta penduduk Indonesia
terpapar AROL, 43 juta di antaranya merupakan ank-anak. Terjadi peningkatan
perokok pasif sekitar satu juta orang dalam kurun waktu tiga tahun (2007-
2010). Terlihat kecenderungan peningkatan perokok yang bermakna dari tahun
ke tahun.
Konsumsi rokok dapat menyebabkan penyakit akibat rokok seperti
gangguan pernapasan (PPOK. Asma), gangguan kardiovaskuler (hipertensi,
stroke, dan penyakit jantung kororner), kanker, serta gangguan reproduksi dan
kehamilan ( McKee et al., 2015). Konsumsi rokok dapat merugikan kesehatan
perokok dan orang yang bukan perokok. Data dari WHO tahun 2010

4
menunjukkan kematian akibat penyakit tidak menular termasuk penyakit akibat
rokok, menempati proporsi sebesar 53%. Data WHO tahun 2011 menunjukkan
bahwa kematian akibat rokok lebih dari 5 juta per tahun. Secara umum,
perokok 10 tahun lebih dini meninggal dibanding bukan perokok.
Berhenti merokok bukan hal mudah, karena efek adiksi nikotin. Reseptor
opioid otak memegang peran penting dalam reward system untuk berhenti
merokok. Menurut Cary Lerman, Tobacco Use Research Center, Philadelphia
menyatakan bahwa kemampuan seseorang untuk berhenti merokok dipengaruhi
oleh faktor psikologis dan lingkungan sosial. Beberapa perokok dapat
melaluinya, sedangkan sebagian terpaksa kembali merokok karena tidak
menemukan pengganti kenikmatan lain. Berdasarkan data sekunder dari
Puskesmas Kemranjen II menunjukkan bahwa pelaksanaan Upaya Berhenti
Merokok (UBM) di sekolah hanya sebesar 21,5%, angka tersebut belum
mecapai target sebesar 40%.
Berdasarkan permasalahan yang ada di atas, peneliti merasa perlu
melakukan evaluasi mengenai faktor-faktor penyebab belum tercapainya target
program pelaksanaan UBM di sekolah pada wilayah kerja Puskesmas
Kemranjen II. Evaluasi ini berupa analisis dengan pendekatan sistem (input,
proses, output, impact, dan outcome) pada program pelaksanaan UBM di
sekolah.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui permasalahan dalam pelaksanaan program pokok di
Puskesmas Kemranjen II.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui faktor-faktor yang memiliki hubungan terhadap
permasalahan peningkatan pencapaian program UBM di sekolah pada
wilayah kerja Puskesmas Kemranjen II.
b. Melakukan analisis pemecahan permasalahan di Puskesmas
Kemranjen II dalam melakukan intervensi peningkatan pencapaian
program UBM di sekolah.

5
C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat bagi Mahasiswa
Menambah ilmu, wawasan dan pengetahuan tentang program UBM di
sekolah.
2. Manfaat bagi Fakultas
Menambah kepustakaan ten tang program UBM di sekolah khususnya
kepustakaan dalam bidang kesehatan masyarakat.
3. Manfaat bagi Puskesmas
a. Bahan pertimbangan bagi Puskesmas Kemranjen II dalam melakukan
evaluasi lebih lanjut terkait peningkatan pencapaian program UBM di
sekolah.
b. Bahan pertimbangan bagi Puskesmas Kemranjen II dalam melakukan
peningkatan mutu pelayanan program UBM di sekolah.

6
II. ANALISIS SITUASI

A. Deskripsi Situasi dan Kondisi


1. Keadaan Geografis
Kecamatan Kemranjen terletak di bagian selatan Kabupaten
Banyumas dan dibatasi oleh Kecamatan Banyum as dan Kecamatan
Somagede disebelah utara, Kabupaten Cilacap disebelah selatan,
Kecamatan Sumpiuh di sebelah timur dan Kecamatan Kebasen di sebelah
barat. Kecamatan Kemranjen memiliki 15 desa, yaitu Desa Alasmalang,
Desa Grujugan, Desa Karanggintung, Desa Karangjati, Desa Karangsalam,
Desa Kebarongan, Desa Kecila, Desa Kedungpring, Desa Nusamangir,
Desa Pageralang, Desa Petarangan, Desa Sibalung, Desa Sibrama, Desa
Sidamulya dan Desa Sirau.

Gambar 2.1. Peta Kecamatan Kemranjen

Terdapat dua Puskesmas di Kecamatan Kemranjen yaitu


Puskesmas Kemranjen I dan Puskesmas Kemranjen II. Puskesmas
Kemranjen II merupakan puskesmas yang berada di Jalan Raya Buntu,
Desa Sidamulya, Kecamatan Kemranjen, Kabupaten Banyumas.
Puskesmas Kemranjen II memiliki luas wilayah kerja sekitar 249.8 km2,

7
yang terdiri atas wilayah Desa Sirau (44.3 km2), Desa Kebarongan (47.3
km2), Desa Grujungan (25.6 km2), Desa Sidamulya (21.7 km2), Desa
Pageralang (59.2 km2), Desa Alasmalang (30.2 km2) dan Desa Nusamangir
(21.6 km2). Batas wilayah Puskesmas Kemranjen II sebelah utara adalah
Desa Karangrau, Kecamatan Banyumas; sebelah Selatan berbatasan
dengan Desa Mujur Lor, Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap; sebelah
Timur berbatasan dengan Desa Karangjati, Kecamatan Kemranjen;
sedangkan sebelah Barat berbatasan dengan Desa Adisana, Kecamatan
Kebasen.
2. Keadaan Demografi Kecamatan Kemranjen
a. Pertumbuhan penduduk
Data dari Puskesmas Kemranjen II menunjukkan pada akhir
tahun 2017 di bulan Desember, jumlah penduduk di wilayah
Puskesmas Kemranjen II adalah 41.176 jiwa dengan jumlah penduduk
laki-laki sebanyak 20.843 jiwa dan jumlah penduduk perempuan
sebanyak 20.333 jiwa. Jumlah penduduk tertinggi berada di Desa
Pageralang yaitu sebesar 10.829 jiwa, sedangkan jumlah penduduk
terendah berada di Desa Nusamangir yaitu sebesar 3.083 jiwa.
b. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur
Jumlah penduduk di wilayah Puskesmas Kemranjen II
berdasarkan jenis kelamin dan kelompok umur pada tahun 2017 dapat
dilihat pada tabel 2.1. berikut:

Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok


Umur di Wilayah Puskesmas Kemranjen II Tahun 2017
Jumlah penduduk
Kelompok
No Laki-laki +
umur (tahun) Laki-laki Perempuan
perempuan
1 0-4 1.550 1.186 2.736
2 5-14 3.141 3.016 6.157
3 15-24 3.170 3.038 6.208
4 25-34 3.176 3.178 6.354
5 35-44 3.383 3.298 6.681
6 45-59 2.728 2.776 4.901
7 60-85+ 2.514 2.707 5.221
Jumlah 20.843 20.333 41.176

8
Sumber : Data Sekunder Puskesmas Kemranjen II Tahun 2017
Jika dilihat dari jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur
pada tabel diatas, maka jumlah penduduk dalam kelompok umur 35 –
44 tahun adalah yang tertinggi, yaitu sebesar 6.681 jiwa.
c. Kepadatan penduduk
Penduduk diwilayah Puskesmas Kemranjen II adalah bervariasi
kepadatanya. Desa dengan jumlah penduduk terpadat berada di desa
Sidamulya dengan tingkat kepadatan sebesar 49.31 jiwa setiap
kilometer persegi, sedangkan wilayah dengan tingkat kepadatan yang
paling rendah berada di desa Sirau yaitu sebesar 29.71 jiwa setiap
kilometer persegi.
d. Tingkat Pendidikan
Data tingkat pendidikan penduduk yang berusia 10 tahun ke
atas di wilayah Puskesmas Kemranjen II menurut tingkat pendidikan
tertinggi yang ditamatkan tercatat pada tahun 2017 dapat diamati pada
tabel berikut :

Tabel 2.2 Tingkat Pendidikan Penduduk yang Berusia 10 Tahun Ke


Atas di Wilayah Puskesmas Kemranjen II pada Tahun 2017

Jumlah
Pendidikan Laki- Laki-laki + Persentase
Perempuan
laki perempuan
Tanpa ijazah 1.537 1.576 3.113 13.21
SD/ MI 6.272 6.576 13.004 55.19
SMP/ MTs 3.564 3.409 6.973 29.59
SMA/ MA 2.093 1.920 4.013 17,03
SMK 1.317 875 2.192 9.30
D1/ D2 194 183 377 1,60
D3 203 202 405 1,72
D4/ S1 332 304 636 2,70
S2/ S3 30 22 52 0,22
Jumlah 15.542 15.067 30.765
Sumber : Data Sekunder Puskesmas Kemranjen II Tahun 2017
e. Tingkat Pekerjaan Penduduk

9
Data tingkat pekerjaan penduduk di wilayah Puskesmas
Kemranjen II tercatat pada tahun 2017 dapat diamati pada tabel
berikut:

Tabel 2.3 Tingkat Pekerjaan Penduduk di Wilayah Puskesmas


Kemranjen II pada Tahun 2017

Jenis Pekerjaan Jumlah (jiwa) Persentase (%)


Petani 14.883 36.14
PNS 869 2.11
TNI 638 1.55
Pedagang 6749 16.40
Buruh 8.643 20.99
Sumber: BPS Kabupaten Banyumas, 2015

3. Sumber Pelayanan Kesehatan


a. Tempat Pelayanan Kesehatan
Puskesmas :1
Puskesmas Pembantu :1
PKD :7
BPM : 13
Posyandu Balita : 59
Posyandu Lansia : 33
RS Swasta :1
BP Swasta :1
Dokter Praktek Swasta :1

b. Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Kemranjen II


Berdasarkan data sekunder dari Puskesmas Kemranjen II tahun 2017
didapatkan jumlah tenaga kesehatan sebagai berikut :
Dokter umum PNS/Kontrak : 3 orang
Dokter Gigi : 1 orang
Bidan Puskesmas : 7 orang
Bidan Desa : 11 orang
Perawat PNS/Kontrak : 10 orang

10
Petugas Laboratorium : 1 orang
TU dan Staf Administrasi : 6 orang
Petugas Farmasi : 2 orang
Petugas Gizi : 2 orang
Petugas Imunisasi/Bidan : 1 orang
Petugas Kesling/Promkes : 2 orang
Epidemiolog : 1 orang
Petugas Cleaning Service/Supir/Penjaga Malam : 4 orang

B. Cakupan Program Pelayanan Kesehatan Dasar


1. Angka Kematian (Mortalitas)
Berikut ini akan diuraikan perkembangan tingkat kematian pada periode
tahun 2017 yaitu sebagai berikut :
a. Jumlah Lahir Hidup
Jumlah kelahiran di wilayah kerja Puskesmas Kemranjen II pada tahun
2017 sebanyak 559 jiwa, dengan 285 jiwa berjenis kelamin laki-laki
dan 274 jiwa berjenis kelamin perempuan. Jumlah kelahiran hidup
sebanyak 556 jiwa, dan jumlah kelahiran mati sebanyak 2 jiwa.
b. Angka Kematian Bayi
Data profil Puskesmas Kemranjen II menunjukkan angka kematian
bayi laki-laki dan perempuan sebesar 3.6 per 1000 kelahiran hidup,
yaitu berjumlah 9 kasus kematian.
c. Angka Kematian Ibu
Angka kematian ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas di Puskesmas
Kemranjen II adalah 0.

2. Angka Kesakitan
a. Acute Flaccid Paralysis (AFP) Rate (non polio) < 15 tahun

11
Acute Flaccid Paralysis non polia merupakan kasus kelumpuhan
ekstremitas bawah yang tidak disebabkan oleh penyakit polio. Jumlah
kasus AFP (non polio) pada tahun 2017 adalah 0 kasus.
b. TB Paru
Jumlah perkiraan TB Paru kasus baru di Puskesmas Kemranjen II pada
tahun 2017 adalah 23 kasus dengan jumlah kasus TB Paru yang
ditemukan sebanyak 9 kasus. Hal ini menunjukkan angka penemuan
kasus TB paru BTA positif mencapai 57.69%. Angka kesembuhan dan
pengobatan lengkap pada kasus TB Paru sebesar 100%. Jumlah kasus
TB Paru kasus lama sebanyak 14 kasus. Hal ini menunjukkan
penemuan kasus baru pasien TB paru di Puskesmas Kemranjen II
belum berjalan dengan baik.
c. Pneumonia pada Balita
Jumlah perkiraan balita penderita pneumonia pada tahun 2017
sebanyak 14 kasus. Kasus Pneumonia pada balita yang ditemukan dan
ditangani di wilayah kerja Puskesmas Kemranjen II adalah sebanyak
14 kasus atau sebesar 100% dengan 8 kasus pada laki-laki dan 6 kasus
pada perempuan. Hal ini menunjukkan pencapaian kasus pneumonia
pada balita masih rendah dari target 100% dan yang tercapai baru
4,14%.
d. Diare
Jumlah kasus diare yang ditemukan dan ditangani pada tahun 2017
sebanyak 489 kasus, dengan 227 kasus pada laki-laki dan 262 kasus
pada perempuan.
e. Demam Berdarah Dengue
Kasus penyakit Demam Berdarah Dengue pada tahun 2017. sebanyak
2 kasus ditemukan di Desa Sirau. Pasien DBD yang ditangani
sebanyak 2 kasus yang berarti pencapaian pengobatan pasien DBD
mencapai 100%.

f. Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi

12
Data di Puskesmas Kemranjen II menunjukkan jumlah kasus penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yang meliputi difteri,
pertusis, tetanus neonatorum, campak, polio dan hepatitis B sebanyak
0 kasus. Hal ini didukung pula dengan pencapaian standar pelayanan
minimal Puskesmas Kemranjen II terhadap imunisasi sudah berjalan
maksimal.
g. Hipertensi
Kasus penyakit hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kemranjen II
pada tahun 2017 sebanyak 507 kasus.
3. Upaya Kesehatan
Upaya pelayanan kesehatan yang dilakukan puskesmas sebagai
pelayanan kesehatan dasar harus dilakukan secara tepat dan cepat,
diharapkan sebagian besar masalah kesehatan masyarakat sudah dapat
diatasi. Kegiatan pokok Puskesmas biasa dikenal dengan istilah basic six
atau enam program pokok puskesmas yang meliputi: Promosi Kesehatan
(Promkes), Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Ibu dan Anak termasuk
KB, Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat, Pencegahan dan Pemberantasan
Penyakit Menular, dan Pengobatan.
a. Promosi kesehatan
Program-program yang dilakukan oleh Puskesmas Kemranjen II
khususnya dalam bidang Promosi Kesehatan adalah melalui kegiatan-
kegiatan berikut :
 Penyuluhan PHBS
Upaya penyuluhan PHBS yang dilakukan oleh Puskesmas
Kemranjen II pada tahun 2017 meliputi rumah tangga, Jumlah
rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat di wilayah kerja
Puskesmas Kemranjen II sebanyak 9.023 rumah namun yang
dipantau hanya sebanyak 338 rumah yaitu dari cakupan tatanan
rumah tangga ber PHBS 67,3% dengan target 67% Wilayah kerja
Puskesmas Kemranjen II mencakup 7 desa, yaitu desa Kebarongan,
desa Sirau, Desa Grujuran, desa Sidamulya, desa Pageralang, desa
Alasmalang dan Desa Nusamangir.

13
 Bayi mendapat ASI eksklusif
Salah satu promosi kesehatan yang gencar dilakukan di Puskesmas
Kemranjen II adalah nasehat untuk memberikan ASI ekslusif oleh
ibu kepada bayinya. Berdasarkan data Puskesmas Kemranjen II
tahun 2017, target bayi yang mendapat ASI ekslusif yaitu 67%
cakupan dengan pencapaian 35%. Hal ini menunjukkan program
sudah berjalan dengan baik.
 Mendorong terbentuknya upaya kesehatan bersumber masyarakat
Untuk mendorong terbentuknya upaya kesehatan yang bersumber
dari masyarakat, Puskesmas Kemranjen II mencanangkan strata
posyandu program pratama, madya, purnama, dan mandiri.
Keempat cakupan tersebut terlaksana pada tahun 2017 dengan
pencapaian 39 posyandu (63,93%) terdiri dari target cakupan, 0
pratama 0%, 22 madya (36,07%), 38 purnama (62,30%), dan 1
mandiri (1,64%). Posyandu aktif 39 dengan porsentasi 63,93%
yang menunjukan program belum berjalan dengan baik.
b. Kesehatan Lingkungan
Cakupan institusi sehat masih rendah (target 77%), tercapai 61,04%).
Cakupan rumah sehat sangat rendah (target 72%), tercapai 70%.
Cakupan rumah yang memiliki persediaan air bersih (target 72%,
tercapai 67,50%. Penduduk yang memanfaatkan jamban (target 72%),
tercapai 28,57%). Rumah yang memiliki aspal (target 55%), tercapai
30%. Higien dan sanitasi di TTU (target 74,4%), tercapai 51,11%.
c. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Cakupan kunjungan komplikasi (target 80%), tercapai 36,71%.
Cakupan kunjungan neonatus dengan komplikasi yang ditangani
(target 80%), tercapai 56,35%. Cakupan bayi berat lahir rendah
(BBLR) yang ditangani sudah memenuhi target, yaitu 100%, tetapi
angka BBLR mencapai 7,91% yang seharusnya tidak boleh melebihi
3% dari jumlah sasaran bayi. Cakupan pelayanan kesehatan remaja
masih rendah (target 45%), tercapai 30,36%. Cakupan ibu hamil
mendapat 90 tablet Fe dari target 92%, baru tercapai 89,71%.

14
d. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
Masih rendahnya tingkat partisipasi balita datang ditimbang ke
Posyandu (target 90%), tercapai 79,09%. Masih rendahnya tingkat
keberhasilan program gizi buruk (target 81%), tercapai 71%.
e. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
Kesembuhan penderita TBC BTA (+) masih di bawah target (target
100%), tercapai 57,69%. Penemuan kasus TBC BTA (+) masih rendah
(target 74%), tercapai 40,91%. Penemuan penderita pneumonia balita
masih rendah (target 100%), tercapai 3%. Penyakit hipertensi masih
termasuk dalam 10 besar penyakit. Belum ada kasus campak
terkonfirmasi laboratorium.

III. ANALISIS POTENSI DAN IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS

15
A. Analisis Potensi
1. Input
1) Man (Sumber Daya Manusia)
Berdasarkan data sekunder dari Puskesmas Kemranjen II
didapatkan jumlah tenaga kesehatan sebagai berikut:
1) Dokter umum
Dokter umum yang ada di Puskesmas Kemranjen II berjumlah 3
orang. Menurut standar Permenkes No. 75 tahun 2014 standar
minimal dokter yang berada di puskesmas rawat inap adalah 2
dokter, sehingga untuk Puskesmas Kemranjen II sudah memenuhi
standar tersebut.
2) Dokter gigi
Dokter gigi di Puskesmas Kemranjen II ada 1 orang. Menurut
standar Permenkes No. 75 tahun 2014 standar minimal dokter gigi
pada puskesmas rawat inap adalah 1 dokter, sehingga Puskesmas
Kemranjen II sudah memenuhi standar tersebut.
3) Perawat
Tenaga perawat kesehatan yang ada di Puskesmas Kemranjen II
sebanyak 10 perawat. Menurut standar Permenkes No. 75 tahun
2014 minimal tenaga perawat pada puskesmas rawat inap adalah 8
tenaga keperawatan, sehingga untuk Puskesmas Kemranjen II telah
memenuhi standar ketenagaan puskesmas.
4) Bidan
Tenaga Kebidanan yang ada di Puskesmas Kemranjen II berjumlah
7 orang bidan puskesmas dan 11 orang bidan desa. Menurut
standar Permenkes No. 75 tahun 2014 minimal tenaga perawat
pada puskesmas rawat inap adalah 8 tenaga kebidanan, sehingga
tenaga kebidanan di Puskesmas Kemranjen II belum memenuhi
standar.

5) Farmasi

16
Tenaga farmasi di Puskesmas Kemranjen II ada 2 orang. Menurut
standar Permenkes No. 75 tahun 2014 minimal tenaga farmasi pada
puskesmas rawat inap adalah 1 tenaga farmasi, sehingga untuk
Puskesmas Kemranjen II telah memenuhi standar ketenagaan
puskesmas.
6) Ahli gizi
Tenaga Gizi di Puskesmas Kemranjen II berjumlah 2 orang.
Menurut standar Permenkes No. 75 tahun 2014 minimal tenaga
Gizi pada puskesmas rawat inap adalah 2 tenaga Gizi, sehingga
Puskesmas Kemranjen II telah memenuhi standar.
7) Sanitasi
Tenaga sanitasi di Puskesmas Kemranjen II berjumlah 1 orang.
Menurut standar Permenkes No. 75 tahun 2014 minimal tenaga
sanitasi pada puskesmas rawat inap adalah 2 tenaga kerja, sehingga
Puskesmas Kemranjen II masih belum memenuhi standar.
8) Promosi Kesehatan
Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas Kemranjen II berjumlah
2 orang. Menurut standar Permenkes No. 75 tahun 2014 minimal
tenaga promosi kesehatan pada puskesmas rawat inap adalah 2
tenaga kerja, sehingga Puskesmas Kemranjen II telah memenuhi
standar.
2) Money
Sumber pembiayaan Puskesmas Kemranjen II yakni dari Bantuan
Operasional Kesehatan (BOK) dan Badan Layanan Umum Daerah
(BLUD) yang terdiri atas retribusi umum, klaim dan kapitasi Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), serta klaim Kartu Indonesia
Sehat (KIS). Pelaksanaan UBM di sekolah menggunakan dana dari
BOK. Dana untuk pelaksanaan UBM di sekolah ada dan cukup.

3) Material

17
Logistik seperti CO analyzer serta alat tulis kantor didapatkan dari
Puskesmas. Jumlah dan jenisnya disesuaikan dengan perencanaan yang
telah diajukan oleh pemegang program.
4) Method
Program UBM untuk pertama kali dilaksanakan pada tahun
2018 oleh Puskesmas Kemranjen II. Pelaksanaan UBM seharusnya
dilakukan di sekolah dan perkantoran, namun kegiatan tersebut hanya
terlaksana di tiga sekolah menengah pertama (SMP/sederajat) dan
sekolah menengah atas (SMA/sederajat) di wilayah kerja Puskesmas
Kemranjen II. Kegiatan UBM terdiri dari penyuluhan dan konseling
dengan pendekatan 3T (tanyakan, telaah, serta tolong dan nasihati).
Kegiatan diawali dengan penyuluhan mengenai dampak
merokok dalam kelas besar. Kegiatan dilanjutkan dengan wawancara
untuk menanyakan status merokok serta pemeriksaan kadar CO pada
siswa laki-laki. Pemeriksaan kadar CO seharusnya dilakukan pada
seluruh peserta yang mengikuti penyuluhan. Selain itu, belum
dilakukan wawancara lebih lengkap mengenai tingkat adiksi, serta
belum dilakukan telaah mengenai keluhan yang dirasakan, dampak
rokok bagi kesehatan, keinginan serta tingkat motivasi untuk berhenti
merokok. Tindak lanjut pelaksanaan UBM di sekolah adalah
monitoring melalui pertemuan berkala yang dilakukan dua minggu
sekali untuk menilai kemajuan, motivasi, serta kendala, namun belum
dapat terlaksana. Hal tersebut menyebabkan
5) Minute
Pelaksanaan UBM di sekolah dilakukan sekali setahun untuk setiap
sekolah.
6) Market
Sasaran pelaksanaan UBM di sekolah adalah siswa SMP/sederajat dan
SMA/sederajat di wilayah kerja Puskesmas Kemranjen II. Pelaksanaan
UBM di sekolah telah mencapai target apabila telah dilaksanakan
UMB di seluruh sekolah yang berada di wilayah kerja Puskesmas
Kemranjen II.

18
2. Proses
a. Perencanaan (P1)
Perencanaan program UBM di sekolah mengacu pada Petunjuk Teknis
Upaya Berhenti Merokok untuk menjalankan program di seluruh
sekolah menengah pertama (SMP/sederajat) dan sekolah menengah
atas (SMA/sederajat) yang berada di wilayah kerja Puskemas
Kemranjen II.
b. Pengorganisasian (P2)
Pengorganisasian diawali dengan melakukan kerjasama dalam
program pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular
(P2PTM). Selanjutnya menggalang kerjasama lintas sektoral antara
puskesmas khususnya yang menangani program P2PTM dengan
instansi sekolah yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kemranjen II.
c. Penggerakan dan pelaksanaan program
Tim Puskesmas Kemranjen II khususnya bagian pemegang program
P2PTM memberikan penyuluhan mengenai dampak merokok dan
pengukuran kadar CO pada siswa sekolah yang dituju.
d. Pengawasan dan penilaian (P3) untuk kelancaran kegiatan
Pengawasan dan penilaian dilakukan oleh Dinas Kesehatan Wilayah
Banyumas dan Puskesmas Kemranjen II khusunya dari bidang
P2PTM.
3. Output
Kegiatan UBM di sekolah hanya terlaksana di tiga sekolah selama tahun
2018. Angka capaian pelaksanaan UBM di sekolah sebesar 21,5% atau
belum mencapai target SPM Kabupaten Banyumas tahun 2018 dan SPM
Kemenkes RI tahun 2018 sebesar 40%.
4. Effect
Kegiatan penyuluhan dan konseling yang dilakukan diharapkan mampu
meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya merokok serta cara
untuk berhenti merokok sehingga dapat menghasilkan outcome yang
diharapkan.
5. Outcome

19
Dampak program yang diharapkan adalah menurunnya prevalensi perokok
di kalangan siswa SMP/SMA/sederajat di wilayah kerja Puskesmas
Kemranjen II.

B. Identifikasi Isu Strategis (Analisis Strength, Weakness, Opportunity,


Threat)
Analisis Strength, Weakness, Opportunity, Threat (SWOT) untuk
menilai permasalahan pada proses tercapainya pelaksanaan UBM di sekolah
pada wilayah kerja Puskesmas Kemranjen II, maka didapatkan informasi
sebagai berikut :
1. Strength
a. Input
1) Man
Program P2PTM dan dokter di Puskesmas Kemranjen II memiliki
tenaga kesehatan yang kompeten dan bertanggung jawab
dibidangnya.
2) Money
Sumber dana untuk pelaksanaan UBM di sekolah berasal dari dana
BOK yang sangat cukup untuk mendanai program tersebut.
3) Material
a) Pelaksanaan UBM dilaksanakan di aula sekolah yang dituju.
b) Peralatan yang diperlukan untuk pelaksaan program didukung
oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas dan Puskesmas
Kemranjen II.
4) Method
Kegiatan UBM diawali dengan penyuluhan mengenai bahaya
merokok oleh dokter Puskesmas. Selanjutnya dilakukan
pemeriksaan kadar CO oleh tenaga kesehatan program P2PTM.

b. Proses

20
1) Adanya rapat perencanaan program yang mengacu pada Standar
Pelayanan Minimal (SPM) sebagai dasar pelaksanaan UBM di
sekolah.
2) Kerjasama dan koordinasi yang baik antara pemegang program dan
dokter dalam pelaksanaan UBM di sekolah.
2. Weakness
a. Input
1) Man
Pelaksanaan program UBM di sekolah dilakukan hanya dengan 1
tenaga kesehatan di bidang P2PTM dan 1 dokter, di mana terdapat
total 9 SMP/SMA/sederajat di wilayah kerja Puskesmas
Kemranjen II. Setiap pelaksanaan UBM di sekolah dilakukan
penyuluhan, pengukuran kadar CO, dan konseling secara berkala
pada tahap awal 2 minggu sampai 3 bulan dan pemantauan
berhenti merokok selama satu tahun. Hal tersebut cukup
memberatkan apabila hanya dilakukan oleh satu orang tenaga
kesehatan di bidang P2PTM dan satu orang dokter Puskesmas.
b. Proses
1) Pengorganisasian (P2)
Tim dari Puskesmas Kemranjen II belum melibatkan guru-guru
yang bukan perokok untuk melakukan monitoring secara berkala
dan pendampingan dalam pelaksanaan UBM di sekolah.
3. Opportunity
a. Bantuan dana dan logistik sudah disiapkan pemerintah untuk
pelaksanaan UBM di sekolah.
b. Guru-guru di SMP/SMA/sederajat yang ada di wilayah kerja
Puskesmas Kemranjen II dapat dilibatkan dalam pelaksanaan UBM di
sekolah.
c. Terdapat Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) dan Organisasi Siswa
Intra Madrasah (OSIM) yang dapat dilibatkan dalam pelaksanaan UBM
di sekolah.

21
4. Threat
a. Jumlah
SMP/SMA/sederajat yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kemranjen
II cukup banyak.
b. Terdapat beberapa
guru yang menolak untuk dilibatkan dalam pelaksanaan UBM di
sekolah karena guru tersebut adalah perokok.

22
IV. PEMBAHASAN ISU STRATEGIS DAN ALTERNATIF
PEMECAHAN MASALAH

A. Pembahasan Isu Strategis


Program P2PTM yang dicanangkan oleh puskesmas yaitu
pelaksanaan UBM di sekolah masih kurang dari target yang telah
ditentukan. Berdasarkan pemantauan dan evaluasi yang dilakukan
oleh puskesmas melalui pemegang program, pencapaian program
masih 21,5% dari target 40% dari seluruh SMP/SMA/sederajat di
wilayah kerja Puskesmas Kemranjen II. Belum tercapainya target
pelaksanaan UBM di sekolah merupakan salah satu masalah yang
terdapat di Puskesmas Kemranjen II. Berdasarkan hasil analisis
SWOT terdapat beberapa permasalahan yang telah diidentifikasi pada
program pelaksanaan UBM di sekolah pada wilayah kerja Puskesmas
Kemranjen II.
Permasalahan yang ditemukan dalam pelaksanaan program
UBM di sekolah adalah kurangnya tenaga kesehatan di bidang
P2PTM. Jumlah tenaga kesehatan tidak sebanding dengan program
yang harus dilaksanakan bidang P2PTM. Hal tersebut menyebabkan
waktu serta sumber daya yang ada harus terbagi agar semua program
dapat teralksana secara optimal. Selain itu, terdapat beberapa guru
yang menolak untuk dilibatkan dalam kegiatan UBM di sekolah
dengan alasan guru-guru di sekolah tersebut juga perokok. Tim dari
Puskesmas Kemranjen II memiliki peluang untuk melibatkan guru lain
yang memiliki kesadaran akan bahaya merokok serta organisasi siswa
untuk aktif dalam pelaksanaan UBM di sekolah.

B. Alternatif Pemecahan Masalah


Strategi alternatif pemecahan masalah yang mungkin dapat dilakukan adalah
sebagai berikut:
1. Melakukan pendekatan pada
guru-guru yang memiliki kesadaran akan bahaya merokok untuk aktif

23
dalam pelaksanaan UBM di sekolah, khususnya konseling dan monitoring
secara berkala pada siswa yang merokok.
2. Melibatkan dan melatih siswa
pengurus OSIS/OSIM untuk aktif dalam pelaksanaan UBM di sekolah
dengan melakukan pendataan dan pemantauan sehingga pelaksanaan UBM
di sekolah dapat lebih optimal.

24
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Program kesehatan yang masih memiliki masalah dalam pelaksanaan dan
pencapaiannya di Puskesmas Kemranjen II adalah program pelaksanaan
UBM di sekolah yaitu hanya sebesar 21,5% dari target 40% yang
ditetapkan.
2. Kekuatan yang dimiliki program P2PTM Puskesmas Kemranjen II antara
lain tersedianya dana dan logistik yang mendukung pelaksanaan program
UBM di sekolah, serta tenaga kesehatan yang kompeten dan bertanggung
jawab di bidangnya.
3. Kelemahan yang dimiliki program P2PTM Puskesmas Kemranjen II
adalah jumlah tenaga kesehatan yang belum sebanding dengan jumlah
program yang harus terlaksana.
4. Ancaman yang ditemukan dalam pelaksanaan UBM di sekolah antara
lain jumlah SMP/SMA/sederajat yang ada di wilayah kerja Puskesmas
Kemranjen II cukup banyak, selain itu terdapat beberapa guru yang
menolak dilibatkan dalam pelaksanaan UBM dengan alasan guru-guru
tersebut juga perokok.

B. Saran
1. Melakukan pendekatan pada
guru-guru yang tidak merokok untuk aktif dalam pelaksanaan UBM di
sekolah.
2. Melatih siswa pengurus
OSIS/OSIM untuk melakukan pendataan dan pemantauan sehingga
pelaksanaan UBM di sekolah lebih optimal.

25
DAFTAR PUSTAKA

World Health Organization (WHO). 2008. WHO report on the global tobacco

epidemic. The MPOWER package. Geneva: WHO.

World Health Organization (WHO). 2011. WHO report on the global tobacco

epidemic. The MPOWER package. Geneva: WHO.

McKee, Sherry A. 2015. Perdceived Risk and Benefits of Smoking Cessation:

Gender Specific Predictors of Motivation and Treatment Outcome.

Addictive behavior. 30 : 423-435.

Peraturan Menteri Kesehatan RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan RI UU

No.75 tahun 2014 tentang Puskesmas. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

26

Anda mungkin juga menyukai