Anda di halaman 1dari 19

MATERI PENGAYAAN DOKTER MUDA

TEMPORAL LOBE SYNDROME

Oleh :
Erik Candra 105070100111035
Wiga Cynthia Devie 105070100111060

Pembimbing :
Dr. dr. Masruroh Rahayu, M. Kes

LABORATORIUM/SMF ILMU PENYAKIT SARAF


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG
2015

1
DAFTAR ISI

Judul …………………………………………………………………………….... 1
Daftar Isi ………………………………………………………………………….. 2

BAB 1 PENDAHULUAN 3
1.1 Latar Belakang …………………………………………………........ 3
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………........ 3
1.3 Tujuan ...............…………………………………………………..... 4
1.4 Manfaat ................…………………………………........................ 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5


2.1 Temporal Lobe Syndrome …………………………………….................... 5
2.1. Definisi………………………………………………...................... 5
2.2. Epidemiologi ………………………………………........................ 5
2.3. Etiologi……………………………………………......................... 6
2.4. Anatomi Fisiologi …………………………………………….......... 6
2.5. Gejala Klinik..........................……………………………............. 10
2.6. Diagnosis ………………………………………………………........ 13
2.7. Diagnosa Banding....................................................................... 15
2.8. Terapi........................................................................................ 16
2.9 Prognosis........................................................................................... 17

BAB 3 PENUTUP 18
3.1 Kesimpulan …………………………………………………………………. 18
3.2 Saran ……………………………………………………………………….. 18
DAFTAR PUSTAKA 19

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Lobus temporalis berperan memperkuat ingatan visual, memproses
input indera, memahami bahasa, menyimpan ingatan baru, emosi, dan
mengambil kesimpulan atau arti.10
Epilepsi merupakan gangguan serius pada otak yang paling sering
terjadi dan mengenai hampir lima puluh juta orang di seluruh dunia. Data
WHO juga menunjukkan bahwa epilepsi menyerang 1% penduduk dunia, nilai
yang sama dengan kanker payudara pada wanita dan kanker paru pada pria.
Angka kejadian epilepsi masih tinggi terutama di negara berkembang,
yang mencapai 114 per 100.000 penduduk pertahun. Bila jumlah penduduk
Indonesia berkisar 220 juta, maka diperkirakan jumlah penyandang epilepsi
baru di Indonesia adalah sekitar 250.000 pertahun. Sekitar 70-80% kasus
epilepsi parsial kompleks memiliki lokasi onset di lobus temporal, sedangkan
pada 20-30% bangkitan berkembang dari lobus frontal.
Insiden neoplasma primer dan metastasis pada sistem saraf pusat adalah
15/100.000 per tahun. Sekitar 85% dari semua neoplasma sistem saraf pusat
terjadi di intrakranial dan sisanya di intraspinal. Tumor lobus temporal
menyebabkan gejala psikiatrik pada 94% kasus.
Tatalakasana sindroma lobus temporal tergantung dari etiologi. Pilihan
terapi terbaru telah tersedia misalnya pada kasus epilepsi diberikan terapi
antikejang.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Temporal Lobe Syndrome?
2. Bagaimana penegakan diagnosis Temporal Lobe Syndrome?
3. Bagaimana penatalaksanaan Temporal Lobe Syndrome?
4. Bagaimana prognosis pasien dengan Temporal Lobe Syndrome?

3
1.3. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut
1. Mengetahui yang dimaksud dengan Temporal Lobe Syndrome.
2. Mengetahui penegakan diagnosis Temporal Lobe Syndrome.
3. Mengetahui penatalaksanaan Temporal Lobe Syndrome.
4. Mengetahui prognosis pasien dengan TemporalLobe Syndrome.

1.4 Manfaat
Penulisan laporan kasus ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman dokter muda mengenai Temporal Lobe Syndrome dalam hal
anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang, faktor predisposisi, penegakan
diagnosis, penatalaksanaan, prognosis, komplikasi serta deteksi dini pada pasien.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Sindrom lobus temporal adalah berbagai kelainan psikopatologik yang


diakibatkan oleh adanya gangguan atau kerusakan (lesi) pada bagian-bagian di
lobus temporal.1

2.2. Epidemiologi

1. Cerebrovasculer Event (CVE)

Adalah salah satu penyebab angka morbiditas dan kematian terbesar di


USA. Dari 100 pasien yang selamat, 10 yang tidak dapat kembali bekerja seperti
semula, 30 yang mengalami disabilitas residual yang ringan, 50 mengalami
disabilitas yang lebih berat dan memerlukan perawatan khusus di rumah, dan 10
membutuhkan perawatan institutional yang permanen.1

2. Epilepsi Lobus Temporal


Penyebab Epilepsi parsial sering berasal dari lobus temporal. Sekitar 50%
dari pasien dengan epilepsi parsial dikonfirmasi berasal dari lobus temporal.
Lifelong prevalence dari seluruh gangguan psikotik pada pasien epilepsi berkisar
antara 7-12%. Pada pengamatan 100 anak dengan kejang kompleks parsial dalam
periode lebih dari 30 tahun, dari 87 yang masih hidup dan sampai dewasa tidak
menderita retardasi mental, 9 orang (10%) mengalami gangguan psikotik.
Penelitian lobektomi temporal yaitu pengangkatan fokus epilepsinya, terjadi
psikosis pada 7-8% kasus, bahkan jauh setelah kejang-kejang berhenti. Hal ini
memperlihatkan bahwa resiko terjadinya psikotik pada pasien epilepsi dua kali
atau lebih dibandingkan populasi umum, khususnya pasien yang fokus epilepsinya
di media basal lobus temporalis.2,3

3. Tumor Otak

5
Gangguan psikiatrik pada tumor otak dapat berupa defisit kognitif, dan
perubahan kepribadian. Sebuah penelitian melaporkan bahwa prevalensi gejala-
gejala psikiatrik pada pasien dengan tumor lobus temporalis adalah 94%, lobus
frontalis 90% dan infratentorial 47%.2

2.3.Etiologi

Penyebab paling umum dari lesi lobus temporal adalah Cerebro Vascular
Event (CVE). Kemudian akibat tumor primer, jinak (seperti meningioma) atau
ganas yang mungkin merupakan tumor sekunder atau metastasis karsinoma,
paling sering dari kanker paru-paru atau kanker payudara. Trauma dari cedera
kepala mungkin terlibat atau kerusakan bedah ketika pengangkatan tumor dari
wilayah lobus temporal. Cedera kepala sering mencakup hematoma extradural dan
cedera contrecoup (cedera otak di sisi yang berlawanan dengan titik trauma).
pembedahan intra temporal pada kasus epilepsi lobus temporal banyak
menyebabkan gangguan fungsi lobus temporal. Patologi lain seperti multiple
sclerosis dapat mempengaruhi lobus temporal meskipun ini adalah manifestasi
yang jarang.4

2.4.Anatomi dan Fisiologi Lobus Temporal

Lobus temporal adalah salah satu regio dari kortex serebri yang terletak di
bawah sulcus lateralisdi kedua hemisfer otak manusia. Lobus temporal terlibat
dalam retensi memori visual, proses input sensorik, memahami bahasa,
penyimpanan memori baru, emosi dan memahami makna. Lobus temporal berisi
hippocampus dan memainkan peran kunci dalam pembentukan eksplisit memori
jangka panjang yang dimodulasi oleh amigdala.5

6
Parietal
Frontal Lobe
Lobe
Occipital
TEMPORAL
Lobe
LOBE

Gambar 1. Lobus temporal, satu dari empat lobus utama pada otak

Lobus temporalis merupakan satu dari empat lobus utama dari otak. Lobus
temporalis berada di bawah sulcus lateralisdan di anterior korteks oksipital dan
parietal. Brodmann mengidentifikasi 10 area temporal, tetapi penelitian anatomi
terbaru menunjukkan banyak area pada monyet, apalagi pada wanita.5

Lobus temporalis tidak hanya memiliki satu fungsi, karena dalam lobus
temporalis terdapat primary auditory cortex, the secondary auditory, visual cortex,
limbic cortex, dan amygdala.5

Tiga fungsi basis dari korteks temporal adalah memproses input auditori,
mengenali objek visual, dan penyimpanan memori jangka lama dari input
sensori, ditambah dengan fungsi amigdala, yaitu afeksi (emosi). Beberapa fungsi
lainnya adalah sebagai berikut:5

Tabel 1. Fungsi-fungsi lobus temporal

Fungsi Keterangan
Kemampuan Diatur pada bagian sebelah kiri temporal, terdapat zona
Berbicara bahasa atau berbicara bernama Wernicke. Area ini
mengontrol proses termasuk komprehensif dan memori
verbal.
Memori Mengatur eksplisit memori jangka panjang berupa fakta,
kejadian, orang, dan tempat. diproses di hippocampus
yang dimodulasi oleh amigdala.

7
Membaca Memproses suara dan kata-kata tertulis menjadi suatu
informasi sehingga menjadi ingatan.
Respon emosi Berasal dari amygdala didalam lobus temporalis
Respon auditori Primary auditory cortex(terletak pada Heschl’s gyri)
bertanggung jawab untuk merespon frekuensi suara yang
berbeda untuk lokalisasi suara. Bagian ini bertugas untuk
peka terhadap suara.
Pemrosesan Visual Memunculkan perasaan yakin dan insight.

Gambar 2. Daerah gyrus temporalis superior, mengatur proses pendengaran dan area wernick
sebagai zona bahasa dan berbicara

Di sekitar daerah superior, posterior dan lateral dari lobus temporal terlibat
dalam proses pendengaran. Lobus temporal terlibat sebagai penerima persepsi
auditori primer, yaitu proses mendengar karena terdapat kortex auditori primer
(gambar 2). Gyrus temporalis superior (termasuk sulcus lateralis) meliputi area
yang menerima sinyal dari koklea pertama kali begitu mencapai kortex cerebri.
Kemudian stimulus ini diproses oleh kortex auditori primer di lobus temporal
kiri.6

8
Daerah yang berkaitan dengan penglihatan pada lobus temporal
menginterpretasikan stimulus visual sehingga obyek penglihatan dapat dikenali.
Bagian yang mengatur proses ini terletak di bagian ventral dari lobus temporal.
Pada daerah tersebut terdapat gyrus fusiforme untuk proses mengenali wajah, dan
gyrus parahippocampal untuk mengenali serta membaca suasana atau kejadian
(gambar 3).Sementara bagian anterior dari daerah ini mengatur proses pengenalan
benda.6

Gambar 3. Gyrus Parahippocampal untuk mengenali suasana/kejadian serta Amigdala yang


mengatur afeksi (emosi)

Pada lobus temporal kiri terdapat kortex auditori primer yang memegang
peranan sebagai pengolah proses semantik berbicara dan penglihatan manusia.
Pelebaran regio antara lobus temporal dan parietal (tandem dengan area brocha di
lobus frontal) memegang peranan dalam pemahaman dalam berbicara.6

Proses bahasa ucapan:

Diterima alat dengar → Pusat otak primer dan sekunder → Pusat otak asosiatif:
area wernicke, kata yang didengar akan dipahami → Girus angularis, tempat pola
kata-kata dibayangkan lewat area Wernicke di fasikulus arkuatus area Broca:
gerakan motorik pembicaraan area motorik primer ; otot-otot lidah untuk ucapan
→ area motorik suplementer, agar ucapan/gerakan lidah menjadi jelas.5

9
Proses bahasa Visual:

Diterima alat visual → Pusat otak primer penglihatan → Pusat otak asosiasi
penglihatan: (di sini terjadi pengenalan informasi) → Girus angularis → area
Wernicke → area Broca (gerakan pembicaraan) → area motorik primer dan
suplementer, sehingga pada akhirnya tulisan dapat dimengerti.5

Lobus temporal medial diduga terlibat dalam pengkodean memori jangka


panjang deklaratif. lobus temporal medial termasuk hippocampi (Gambar 2),
penting untuk penyimpanan memori, sehingga kerusakan pada daerah ini dapat
mengakibatkan penurunan dalam pembentukan memori baru yang mengarah ke
amnesia antero grade permanen atau sementara.Lobus temporal medial terdiri dari
struktur yang penting untuk memori deklaratif atau jangka panjang. Memori
deklaratif (denotatif) maupun eksplisit adalah memori sadar dibagi ke dalam
memori semantik (fakta) dan memori episodik (peristiwa). Struktur lobus
temporal medial sangat penting untuk memori jangka panjang termasuk amigdala,
batang otak, dan hippocampus. Hippocampus terdiri dari daerah neokorteks
perirhinal, parahippocampal, dan entorhinal. Hippocampus penting untuk
pembentukan memori, dan korteks temporal medial di sekitarnya.6

2.5. Berbagai Gejala Klinik Akibat Kerusakan pada Lobus Temporal

Berikut manifestasi-manifestasi yang diasosiasikan dengan penyakit pada


lobus temporal, yaitu:3,4,5

1. Gangguan sensasi auditory dan persepsi --- kerusakan pada


auditoryperceptual terletak pada bagian kiri lobus temporal. Bagian kiri
lobus temporal penting untuk membedakan ucapan. Pada bagian ini juga
terdapat gangguan yang disebut dengan aphasia dimana seseorang sulit
untuk mengenali kata-kata ( terletak pada Wernicke’s area). Selain itu,
ketika terjadi kerusakan pada bagian kanan lobus temporal, maka

10
seseorang akan mengalami kemunduran dalam mempersepsi karakteristik
tertentu dari musik (loudness, quality dan pitch)
2. Gangguan selective attention input auditory dan visual --- kerusakan pada
bagian kanan lobus temporal akan mengakibatkan ketidakmampuan
seseorang dalam mengenali dan me-recall wajah maupun gambar-gambar.
3. Kelainan persepsi visual --- luka pada bagian kiri lobus temporal akan
mengakibatkan ketidakmampuan untuk fokus karena sistem syarafnya
terluka. Begitu juga dengan bagian kanan lobus temporal.
4. Kerusakan pengorganisasian dan pengkategorisasian materi verbal ---
kerusakan lobus temporal juga mengakibatkan seseorang tidak dapat
mengkategorisasikan sebuah kata, gambar, maupun objek yang familiar.
5. Gangguan pemahaman bahasa --- Seseorang dengan kerusakan ini
mengakibatkan ia selalu keluar dari konteks, apakah itu kalimat, gambar ,
maupun ekspresi wajah.
6. Kerusakan memori jangka panjang --- kerusakan pada lobus temporal
mengakibatkan seseorang mengalami amnesia. Kerusakan pada
inferotemporal cortex mengakibatkan ketidaksadaran dalam me-recall
informasi. Luka pada bagian kiri lobus temporal mengakibatkan seseorang
tidak dapat me-recall materi verbal, sebaliknya jika bagian kanan rusak,
akan mengakibatkan ketidakmampuan me-recall materi non-verbal.
7. Perubahan kepribadian dan perilaku afektif --- kerusakan lobus temporal
mengakibatkan gangguan pada emosi(karena amygdala terstimulasi).
8. Perubahan perilaku seksual.Lesilobus temporalis dapat mengakibatkan
hyperseksualitas,transvestime dan perilaku transeksual. Pada kasus
Cerebro vasculer event(CVE) biasanya mengurangi libido, tetapi lesi
padalobus temporal dapat meningkatkannya.5
9. Kluver-Bucy Syndrome --- Klüver-Bucy Syndrome adalah sindrom neuro-
behavioural yang berhubungan dengan lesi bilateral diujung lobus
temporal anterior atau amigdala.Lesi lobus temporal sedikitnya telah
dilaporkan dapat menimbulkan Klüver-Bucy syndrome.Gejala sindrom ini

11
antara lain : emosi yang menjadi tumpul dan tidak ekspresif,
hipermetamorfosis dan hiperseksualitas.3
10. Epilepsi lobus temporal. Epilepsi lobus temporal adalah jenis epilepsi
fokal yang paling sering ditemukan, serta potensial untuk resisten terhadap
pengobatan. Efek fungsi kognitif ditandai dengan sklerosis hipokampus,
kejang fokal dengan tanda kepribadian lobus temporal sebelah medial.
Hipokampus dan sekitarnya adalah komponen terbesar dalam sistem
frontotemporal. Epilepsi lobus temporal kiri berhubungan dengan defisit
memori dan verbal, khususnya dalam penggabungan kalimat yang panjang
dan pengungkapannya kembali. Pada epilepsi lobus temporal kanan
dengan sklerosis hipokampus, defisit memori dan visual yang akan
ditemukan. Selain itu juga bisa ditemukan defisit memori spasial yang
spesifik, identifikasi wajah orang terkenal, pengenalan wajah dalam waktu
lama, dan pengenalan ekspresi wajah. Karena mempunyai interaksi yang
kuat antara lobus temporal dan area prefrontal prefrontal pada fungsi
memori, pasien dengan epilepsi lobus temporal juga mempunyai
kerusakan fungsi lobus frontal. Khususnya yang mempunyai gejala kejang
tonik klonik umum. Epilepsi lobus temporal kiri umumnya berhubungan
dengan kerusakan dalam berbahasa, memori, khususnya ketidakmampuan
bersosialisasi. Pembedahan meski sukses, umumnya masih menyisakan
defisit verbal dan memori dalam berbagai derajat. 7

Dari manifestasi-manifestasi di atas didapatkan berbagai perubahan-


perubahan yang berkaitan dengan penyakit gangguan kejiwaan kausa organik
(dalam hal ini akibat kerusakan daerah-daerah di lobus temporal). Penyakit-
penyakit tersebut sebagai berikut :

1. Gangguan Kepribadian Organik(F07.0)

Sebagian besar kerusakan pada daerah lobus temporal mengakibatkan


terjadinya perubahan kepribadian seperti gangguan emosi dan perilaku seksual.
Terlebih lagi ditemukannya sindrom Kluver-Bucy (sindrom neuro-

12
behavioral).Sesuai dengan manifestasi klinik di atas yaitu poin ke-7, ke-8 dan ke-
9. 4,5,8

2. Gangguan Cemas (Anxietas) Organik (F06.4)

Gangguan cemas yang timbul sebagai akibat gangguan organik yang dapat
menyebabkan disfungsi otak dalam hal ini pada kasus epilepsi lobus temporal.8

3. Gangguan Disosiatif Organik (F06.5)

Berdasarkan manifestasi klinik di atas poin ke-6. Di mana telah terjadi


kerusakan memori jangka panjang akibat kerusakan inferotemporal cortex pada
lobus temporal.5,8

4. Gangguan Kognitif Ringan (F06.7)

Berdasarkan manifestasi klinik poin ke-4 dan ke-5. Dimana dikatakan


bahwa terjadi kerusakan di dalam pengorganisasian dan pengkategorisasian materi
verbal serta pemahaman bahasa.1,3

2.6.Diagnosis

1. Pemeriksaan penunjang seperti MRI dan CT-scan diperlukan untuk


menilai kasus kausa organik (lesi pada lobus temporal maupun untuk
menilai tumor pada lobus temporal).1
2. Untuk kasus epilepsi lobus temporal didiagnosis dengan menggunakan
EEG (electroencephalograph, rekaman aktivitas listrik otak).
3. Untuk membedakan kelainan psikis yang diakibatkan oleh kausa organik
atau non-organik, berdasarkan buku pedoman penggolongan diagnostik
gangguan jiwa (PPDGJ III) :8
o F07.0 Gangguan Kepribadian Organik :
 Riwayat yang jelas atau hasil pemeriksaan yang mantap
menunjukkan adanya penyakit, kerusakan, atau disfungsi
otak ;

13
 Disertai, dua atau lebih, gambaran berikut :
a. Penurunan yang konsisten dalam kemampuan untuk
mempertahankan aktivitas yang bertujuan (goal-
directed activities), terutama yang memakan waktu
lebih lama dan penundaan kepuasan;
b. Perubahan perilaku emosional, ditandai oleh
labilitas emosional, kegembiraan yang dangkal dan
tak beralasan (euforia, kejenakaan yang tak
sepadan), amarah berubah menjadi irritabilitas atau
cetusan amarah dan agresi yang sejenak; pada
beberapa keadaan, apati dapat merupakan gambaran
yang menonjol.
c. Pengungkapan kebutuhan dan keinginan tanpa
mempertimbangkan konsekuensi atau kelaziman
sosial (pasien mungkin terlibat dalam tindakan
dissosial, seperti mencuri, bertindak melapaui batas
kesopanan seksual, atau makan secara lahap atau
tidak sopan, kurang memperhatikan kebersihan
dirinya);
d. Gangguan proses pikir, dalam bentuk curiga atau
pikiran paranoid, dan atau preokupasi berlebihan
pada satu tema yang biasanya abstrak seperti soal
agama, “benar” dan “salah”.
e. Kecepatan dan arus pembicaraan berubah dengan
nyata, dengan gambaran seperti berputar-putar
(circumstantiality), bicara banyak (over-
inclusiveness), alot(viscosity), dan hipergravia;
f. Perilaku seksual yang berubah (hiposeksualitas atau
perubahan selera seksual).
o F06.4 Gangguan cemas (anxietas) organik

14
 Gangguan yang ditandai oleh gambaran utama dari
gangguan cemas menyeluruh (F41.1), gangguan
panik (F41.0), atau campuran dari keduanya, tetapi
timbul sebagai akibat gangguan organik yang dapat
menyebabkan disfungsi otak (seperti epilepsi lobus
temporalis, tirotoksikosis, atau feokromositoma)
o F06.5 Gangguan disosiatif organik
 Gangguan yang memenuhi persyaratan untuk salah
satu gangguan dalam gangguan disosiatif (F44,-)
dan memenuhi kriteria umum untuk penyebab
organik.
o F06.7 Gangguan kognitif ringan
 Gambaran utamanya adalah turunnya kemampuan
kognitif (termasuk hendaya daya ingat, daya
belajar, sulit berkonsentrasi tidak sampai memenuhi
kriteria demensia (F00-F03), sindrom amnestik
organik (F04) atau delirium (F05,-).
 Gangguan ini dapat mendahului, menyertai atau
mengikuti berbagai macam gangguan infeksi dan
gangguan fisik, baik serebral maupun sistemik.

2.7. Diagnosa Banding

 Kausa organik lainnya :4


o Alcoholism.
o Alzheimer's disease.
o myloid angiopathy.
o Aphasia.
o Apraxia and related syndromes.
o Arteriovenous malformations.
o Cardioembolic stroke.

15
o Cerebral aneurysms.
o Glioblastoma multiforme.
o Low-grade astrocytoma.
o Meningioma.
o Multiple sclerosis.
o Pick's disease.
o Primary central nervous system lymphoma.
o Secondary brain tumours.
o Substance abuse.
o Sindrom pasca ensefalitis (F07.1)
 Kausa Non-Organik :8
o Gangguan Disosiatif (Konversi) (F44)
o Perubahan kepribadian yang berlangsung lama setelah mengalami
katastrofa (F62.1)
o Gangguan kepribadian khas (F60.-)

2.8. Terapi

Berbagai kelainan kausa organik dapat ditangani dengan farmakoterapi,


kemoterapi, radioterapi hingga tindakan operatif untuk menghilangkan kausa
seperti tumor atau lesi-lesi pada lobus temporal.4

Pada kasus epilepsi lobus temporal, dengan mengobati penyebab tertentu


dapat menghentikan kejang termasuk tindakan operatif. Penyebab epilepsi lobus
temporal selain genetik juga dapat disebabkan oleh tumor dan lesi pada lobus
temporal.Kebanyakan pasien dengan epilepsi memiliki prognosis yang baik bila
kejang dapat dikontrol dengan antikonvulsan. Sebagian besar pasien tidak
mengalami gangguan psikiatrik hanya jika mengalami kejang-kejang yang tidak
terkontrol dalam jangka panjang/bertahun-tahun antikonvulsan atau operasi
mungkin dapat mengatasi gejala seperti agresi.2,9

16
2.9. Prognosis

Pada penderita yang masih muda, terutama anak-anak, memiliki


kemampuan untuk membiarkan salah satu bagian dari otak mengambil alih fungsi
dari bagian yang rusak (plastisitas) tapi ini hilang seiring dengan bertambahnya
usia. Oleh karena itu pasien muda dapat kembali beberapa fungsi yang hilang tapi
kemungkinan dapat terjadi penurunan seiring dengan bertambahnya usia. Dengan
kausa organik yang ringan hanya dengan menangani penyebab utamanya pasien
dapat disembuhkan secara total.2

17
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Frontal Lobe Syndrome atau Sindroma lobus frontalis adalah gejala
ketidakmampuan mengatur perilaku seperti impulsif, apati, disorganisasi, defisit
memori dan atensi, disfungsi eksekutif, dan mengatur mood.
2. Diagnosa klinis suatu sindroma lobus temporalis dapat menggunakan pemeriksaan
neurology standar serta pemeriksaan penunjangnya seperti CT Scan, MRI, EEG,
maupun pemeriksaan status mental serta tes neuropsikologi konvensional.
3. Berbagai kelainan kausa organik dapat ditangani dengan farmakoterapi,
kemoterapi, radioterapi hingga tindakan operatif untuk menghilangkan
kausa seperti tumor atau lesi-lesi pada lobus temporal.
4. Prognosis bervariasi tergantung kondisi yang mendasarinya.

3.2 Saran
1. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai epidemiologi dan prevalensi terbaru
Temporal Lobes Syndrome di Indonesia.
2. Diperlukan penelitian lebih lanjut terkait pencegahan terhadap terjadinya
Temporal Lobes Syndrome.
3. Perlunya sosialisasi terhadap masyarakat mengenai Temporal Lobes Syndrome
terkait dengan masih rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat mengenai
penyakit tersebut.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Linsday W Kenneth et al.Neurology and Neurosurgery Ilustrated. 5th Ed.


ChurchillLivingstone, New York, 2010;105 - 120.
2. Netter H Frank.The CIBA Collection of Medical llustrations. Vol I
Nervous System, 1986 :147
3. Bird P Thomas, memory loss and Dementia .In,Harissons's. Principles of
Internal Medicene .14th Ed, McGraw-Hill, New York,1998;142-149
4. Fundamentals of Human Neuropsychology (Kolb & Wishaw – K &
W).2006.:http://psych.colorado.edu/~campeaus/2022/K&WChap15.pdf
5. http://www.ruf.rice.edu/~lngbrain/cglidden/temporal.html
6. http://biology.about.com/gi/o.htm?zi=1/XJ&zTi=1&sdn=biology&cdn=ed
ucation&tm=420&f=00&tt=11&bt=0&bts=0&zu=http%3A//www.sci.uida
ho.edu/med532/temporal.html
7. http://biology.about.com/od/anatomy/p/temporal-lobes.htm
8. Maslim, Rusdi. (2004). Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III).
Jakarta : FK Jiwa Unika Atmajaya

19

Anda mungkin juga menyukai