Anda di halaman 1dari 17

1

REFERAT
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

“GANGGUAN CEMAS MENYELURUH”

Penguji :
dr. Tri Rini Budi Setyaningsih, Sp. KJ

Oleh :
Ghalia Yasmin
G4A018046

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA


RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO

2019
2

LEMBAR PENGESAHAN

REFERAT
STASE ILMU KEDOKTERAN JIWA

“GANGGUAN CEMAS MENYELURUH”

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat ujian


Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo

Oleh :
Ghalia Yasmin
G4A018046

Disetujui
Pada tanggal, 2019

Penguji,

dr. Tri Rini Budi Setyaningsih, Sp. KJ


NIP. 19570919 198312 2 001
3

I. PENDAHULUAN

Gangguan kecemasan adalah sekelompok kondisi yang memberi gambaran


penting tentang kecemasan yang berlebihan, disertai respons perilaku, emosional, dan
fisiologis. Individu yang mengalami gangguan kecemasan dapat memperlihatkan
perilaku yang tidak lazim seperti panik tanpa alasan, takut yang tidak beralasan
terhadap objek atau kondisi kehidupan, melakukan tindakan berulang-ulang tanpa
dapat dikendalikan, mengalami kembali peristiwa yang traumatik, atau rasa khawatir
yang tidak dapat dijelaskan atau berlebihan. Pada kesempatan yang jarang terjadi,
banyak orang memperlihatkan salah satu dari perilaku yang tidak lazim tersebut
sebagai respons normal terhadap kecemasan. Perbedaan antara respons kecemasan
yang tidak lazim ini dengan gangguan kecemasan ialah bahwa respons kecemasan
cukup berat sehingga bisa mengganggu kinerja individu, kehidupan. keluarga, dan
gangguan sosial (Amir, 2013).
Sensasi anxietas sering dialami oleh hampir semua manusia. Perasaan tersebut
ditandai oleh ketakutan yang difus, tidak menyenangkan, seringkali disertai oleh
gejala otonomik, seperti nyeri kepala, berkeringat, palpitasi, gelisah, dan sebagainya.
Anxietas merupakan gejala yang umum tetapi non-spesifik yang sering merupakan
satu fungsi emosi. Kumpulan gejala tertentu yang ditemui selama kecemasan
cenderung bervariasi, pada setiap orang tidak sama. Anxietas yang patologik biasanya
merupakan kondisi yang melampaui batas normal terhadap satu ancaman yang
sungguh-sungguh dan maladaptif (Kaplan & Sadock, 2010).
Anxietas sendiri dapat sebagai gejala saja yang terdapat pada gangguan
psikiatrik, dapat sebagai sindroma pada neurosis cemas dan dapat juga sebagai
kondisi normal. Anxietas normal sebenarnya suatu hal yang sehat, karena merupakan
tanda bahaya tentang keadaan jiwa dan tubuh manusia supaya dapat mempertahankan
diri dan anxietas juga dapat bersifat konstruktif, misalnya seorang pelajar yang akan
menghadapi ujian, merasa cemas, maka ia akan belajar secara giat supaya
kecemasannya dapat berkurang (Kaplan & Sadock, 2010).
4

Gangguan kecemasan adalah salah satu gangguan mental yang paling lazim
terjadi di masyarakat umum. Hampir 30 juta orang yang terkena gangguan ini di
Amerika Serikat, dengan angka kejadian pada wanita yang dapat terkena hampir dua
kali lebih sering dibanding pria. Gangguan kecemasan yang berhubungan dengan
kejadian morbiditas yang cukup signifikan, sering menjadi kronis dan cenderung
resisten terhadap pengobatan (American Psychiatric Association, 2013).
Pengalaman kecemasan memiliki dua komponen, kesadaran sensasi fisiologis
(misalnya, jantung berdebar dan berkeringat) dan kesadaran bahwa mereka gugup
atau ketakutan. Perasaan malu dapat meningkatkan kecemasannya dan akan
mengakui bahwa mereka sedang ketakutan. Selain efek motorik dan efek viseral,
kecemasan dapat mempengaruhi pemikiran, persepsi, dan belajar. Hal ini cenderung
menghasilkan kebingungan dan distorsi persepsi, tidak hanya waktu dan ruang tetapi
juga dari orang dan makna dari suatu peristiwa. Distorsi ini dapat mengganggu
belajar dengan menurunkan konsentrasi, mengurangi ingat, dan merusak kemampuan
untuk berhubungan dengan bagian lain untuk membuat asosiasi (Sadock, 2007).
Dalam referat ini, akan dibahas lebih mendetail mengenai gangguan cemas
menyeluruh, yakni mencakup definisi, epidemiologi, etiologi, gambaran klinis,
diagnosis, diagnosis banding, penatalaksanaan, serta prognosis.
5

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Kecemasan adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh
situasi. Ketika merasa cemas, individu merasa tidak nyaman atau takut atau
mungkin memiliki firasat akan ditimpa malapetaka padahal ia tidak mengerti
mengapa emosi yang mengancam tersebut terjadi (Amir, 2013).Gangguan cemas
menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder, GAD) merupakan kondisi gangguan
yang ditandai dengan kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan dan tidak
rasional bahkan terkadang tidak realistik terhadap berbagai peristiwa kehidupan
sehari-hari. Kondisi ini dialami hampir sepanjang hari, berlangsung sekurang-
kurangnya selama 6 bulan. Kecemasan yang dirasakan sulit untuk dikendalikan
dan berhubungan dengan gejala-gejala somatik seperti ketegangan otot,
iritabilitas, kesulitan tidur, dan kegelisahan sehingga menyebabkan penderitaan
yang jelas dan gangguan yang bermakna dalam fungsi sosial dan pekerjaan
(American Psychiatric Association, 2013).
GAD ditandai dengan kecemasan yang berlebihan dan khawatir yang
berlebihan tentang peristiwa-peristiwa kehidupan sehari-harinya tanpa alasan
yang jelas untuk khawatir. Kecemasan ini tidak dapat dikontrol sehingga dapat
menyebabkan timbulnya stres dan mengganggu aktivitas sehari-hari, pekerjaan
dan kehidupan sosial. Pasien dengan GAD biasanya mempunyai rasa risau dan
cemas yang berlanjut dengan ketegangan motorik, kegiatan autonomik yang
berlebihan, dan selalu dalam keadaan siaga. Beberapa pasien mengalami
serangan panik dan depresi (American Psychiatric Association, 2013).
B. Epidemiologi

Angka prevalensi untuk gangguan cemas menyeluruh 3-8% , dengan


prevalensi pada wanita > 40 tahun sekitar 10%. Rasio antara perempuan dan
laki-laki sekitar 2:1. Onset penyakit biasanya muncul pada usia pertengahan
hingga dewasa akhir, dengan insidens yang cukup tinggi pada usia 35-45
6

tahun. GAD merupakan gangguan kecemasan yang paling sering ditemukan


pada usia tua (Shear, 2007). Hanya sepertiga pasien yang menderita gangguan
kecemasan menyeluruh mencari pengobatan psikiatrik. Banyak pasien pergi
ke dokter umum, dokter penyakit dalam, dokter spesialis kardiologi, spesialis
paru-paru, atau dokter spesialis gastroenterologi untuk mencari pengobatan
(American Psychiatric Association, 2013).
C. Etiologi
1. Faktor biologis
Area otak yang diduga terlibat pada timbulnya gangguan cemas
menyeluruh adalah lobus oksipitalis yang mempunyai reseptor
benzodiazepine tertinggi di otak. Basal ganglia, system limbic dan korteks
frontal juga dihipotesiskan terlibat pada etiologi timbulnya gangguan
cemas menyeluruh. Pada pasien dengan gangguan cemas menyeluruh juga
ditemukan sistem serotonergik yang abnormal. Neurotransmitter yang
berkaitan dengan gangguan cemas menyeluruh adalah GABA, serotonin,
norepinefrin, glutamate, dan kolesistokinin. Pemeriksaan PET (Positron
Emision Tomography) pada pasien dengan gangguan cemas menyeluruh
ditemukan penurunan metabolisme di ganglia basal dan massa putih otak
(Kaplan & Sadock, 2010).
2. Faktor genetik
Pada sebuah studi didapatkan bahwa terdapat hubungan genetik pasien
dengan gangguan cemas menyeluruh dan gangguan depresi mayor pada
pasien wanita. Sekitar 25 % dari keluarga tingkat pertama penderita
gangguan cemas menyeluruh juga menderita gangguan yang sama.
Sedangkan penelitian pada pasangan kembar didapatkan angka 50 % pada
kembar monozigot dan 15 % pada kembar dizigotik (Kaplan & Sadock,
2010).
7

3. Teori psikoanalitik
Teori psikoanalitik menghipotesiskan bahwa cemas adalah gejala dari
konflik bawah sadar yang tidak terselesaikan. Pada tingkat yang paling
primitive cemas dihubungkan dengan perpisahan dengan objek cinta. Pada
tingkat yang lebih matang lagi cemas dihubungkan dengan kehilangan
cinta dari objek yang penting (Kaplan & Sadock, 2010).
4. Teori kognitif perilaku
Penderita gangguan cemas menyeluruh berespons secara salah dan
tidak tepat terhadap ancaman, disebabkan oleh perhatian yang selektif
terhadap hal-hal negative pada lingkungan, adanya distorsi pada
pemrosesan informasi dan pandangan yang sangat negative terhadap
kemampuan diri untuk menghadapi ancaman (Kaplan & Sadock, 2010).
D. Gambaran Klinis
Gambaran klinis bervariasi, diagnosis gangguan cemas menyeluruh
ditegakkan apabila dijumpai gejala-gejala antara lain keluhan cemas,
khawatir, was-was, ragu untuk bertindak, perasaan takut yang berlebihan,
gelisah pada hal-hal yang sepele dan tidak utama yang mana perasaan tersebut
mempengaruhi seluruh aspek kehidupannya, sehingga pertimbangan akal
sehat, perasaan dan perilaku terpengaruh. Selain itu spesifik untuk gangguan
kecemasan menyeluruh adalah kecemasannya terjadi kronis secara terus-
menerus mencakup situasi hidup (cemas akan terjadi kecelakaan, kesulitan
finansial), cemas akan terjadinya bahaya, cemas kehilangan kontrol, cemas
akan`mendapatkan serangan jantung. Sering penderita tidak sabar, mudah
marah, sulit tidur (Sadock, 2007). Untuk lebih jelasnya gejala-gejala umum
cemas dapat dilihat pada tabel di bawah:
Ketegangan Motorik 1. Kedutan otot/ rasa gemetar
2. Otot tegang/kaku/pegal
3. Tidak bisa diam
4. Mudah menjadi lelah
Hiperaktivitas Otonomik 5. Nafas pendek
6. Jantung berdebar-debar
8

7. Telapak tangan basah/dingin


8. Mulut kering
9. Kepala pusing/rasa melayang
10. Mual, mencret,perut tak enak
11. Muka panas/badan menggigil
12. Buang air kecil lebih sering
Kewaspadaan berlebihan dan 13. Perasaan jadi peka/mudah
penangkapan berkurang ngilu
14. Mudah terkejut/kaget
15. Sulit konsentrasi pikiran
16. Sukar tidur
17. Mudah tersinggung
Gangguan cemas menyeluruh juga memiliki pengaruh terhadap
tekanan darah. Ada dua faktor yang paling berpengaruh pada tekanan darah,
yaitu curah jantung (cardiac output) dan tahanan perifer (peripheral
resistance). Cemas akan merangsang respon hormonal dari hipotalamus yang
akan mengsekresi CRF ( Cortisocoprin- Releasing Factor) yang menyebabkan
sekresi hormon-hormon hipofise. Salah satu dari hormon tersebut adalah
ACTH (Adreno- Corticotropin Hormon). Hormon tersebut akan merangsang
korteks adrenal untuk mengsekresi kortisol kedalam sirkulasi darah.
Peningkatan kadar kortisol dalam darah akan mengakibatkan peningkatan
renin plasma, angiotensin II dan peningkatan kepekaan pembuluh darah
terhadap katekolamin, sehingga terjadi peningkatan tekanan darah dan sebagai
pusat dari system saraf otonom. Sistem ini terbagi atas sistem simpatis dan
sistem parasimpatis. Pada cemas terjadi sekresi adrenalin berlebihan yang
menyebabkan peningkatan tekanan darah, sedangkan pada cemas yang sangat
berat dapat terjadi reaksi yang dipengaruhi oleh komponen parasimpatis
sehingga akan mengakibatkan penurunan tekanan darah dan frekuensi denyut
jantung. Pada kecemasan yang kronis, kadar adrenalin terus meninggi,
sehingga kepekaan terhadap rangsangan yang lain berkurang dan akan terlihat
tekanan darah meninggi. Pada gangguan cemas menyeluruh yang terutama
berperan adalah neurotransmiter serotonin (Shear, 2007).
9

E. Diagnosis
Kriteria diagnosis untuk gangguan cemas menyeluruh menurut DSM V:
a) Kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan (gelisah), terjadi lebih
dari setidaknya 6 bulan, tentang sejumlah aktivitas atau kegiatan
(seperti pekerjaan atau sekolah).
b) Individu merasa sulit mengendalikan kekhawatiran.
c) Kecemasan dan kekhawatiran dikaitkan dengan tiga (atau lebih) dari
enam gejala berikut (dengan setidaknya beberapa gejala telah hadir
selama beberapa hari untuk 6 bulan terakhir);
Catatan: Hanya satu gejala yang diperlukan pada anak-anak.
1. Gelisah atau perasaan terkunci atau tegang.
2. Menjadi mudah lelah.
3. Kesulitan berkonsentrasi atau pikiran menjadi kosong.
4. Lekas marah.
5. Ketegangan otot.
6. Gangguan tidur (sulit tidur atau tertidur, atau gelisah, tidak
memuaskan tidur).
d) Kecemasan, kekhawatiran, atau gejala fisik menyebabkan tekanan
atau gangguan klinis yang signifikan dalam bidang sosial, pekerjaan,
atau fungsi penting lainnya.
e) Gangguan ini tidak disebabkan oleh efek fisiologis suatu zat (misal
obat-obatan) atau kondisi medis lainnya (misal hipertiroidisme).
f) Gangguan tersebut tidak dijelaskan dengan lebih baik oleh gangguan
mental lain (misalnya, kecemasan atau khawatir tentang mengalami
serangan panik pada gangguan panik, evaluasi negatif dalam
kecemasan sosial gangguan [fobia sosial], kontaminasi atau obsesi
lain dalam obsesif-kompulsif gangguan, pemisahan dari angka
lampiran dalam gangguan kecemasan pemisahan, pengingat peristiwa
traumatis pada gangguan stres pasca trauma, menambah berat badan
di anoreksia nervosa, keluhan fisik pada gangguan gejala somatik,
10

penampilan yang dipersepsikan kelemahan pada gangguan


dysmorphic tubuh, memiliki penyakit serius dalam kecemasan
penyakit gangguan, atau isi keyakinan delusi skizofrenia atau
gangguan delusi).

Kriteria diagnosis gangguan cemas menyeluruh berdasarkan PPDGJ-III


sebagai berikut (Maslim, 2003):

1. Pasien harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang


berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa
bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi
khusus tertentu saja (sifatnya “free floating” atau “mengambang”)

2. Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut :

a. Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung


tanduk, sulit konsentrasi, dan sebagainya);

b. Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat


santai); dan

c. Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung


berdebar-debar, sesak napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut
kering dan sebagainya).

3. Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk


ditenangkan (reassurance) serta keluhan-keluhan somatic berulang yang
menonjol.

4. Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa


hari), khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama Gangguan
cemas Menyeluruh, selama hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap
dari episode depresif (F32.-), gangguan anxietas fobik (F40.-), gangguan
panik (F41.0), atau gangguan obsesif-kompulsif (F42.-).
11

F. Diagnosis Banding

Gangguan cemas menyeluruh perlu dibedakan dari kecemasan akibat


kondisi medis umum maupun gangguan yang berhubungan dengan
penggunaan zat. Diperlukan pemeriksaan medis termasuk tes kimia darah,
elektrokardiografi, dan tes fungsi tiroid. Klinisi harus menyingkirkan adanya
intoksikasi kafein, penyalahgunaan stimulansia, kondisi putus zat atau obat
seperti alkohol, hipnotiksedatif dan anxiolitik (American Psychiatric
Association, 2013).

Kelainan neurologis, endokrin, metabolik dan efek samping


pengobatan pada gangguan panik harus dapat dibedakan dengan kelainan
yang terjadi pada gangguan anxietas menyeluruh. Selain itu, gangguan cemas
menyeluruh juga dapat didiagnosis banding dengan fobia, gangguan obsesif-
kompulsif, hipokondriasis, dan gangguan stres post-trauma (American
Psychiatric Association, 2013).

1. Fobia

Pada fobia, kecemasan terjadi terhadap objek/hal tertentu sehingga


pasien berusaha untuk menghindarinya, sedangkan pada GAD, tidak
terdapat objek tertentu yang menimbulkan kecemasan (American
Psychiatric Association, 2013).

2. Gangguan obsesif kompulsif

Pada gangguan obsesif kompulsif, pasien melakukan tindakan


berulang-ulang (kompulsi) untuk menghilangkan kecemasannya,
sedangkan pada GAD, pasien sulit untuk menghilangkan kecemasannya,
kecuali pada saat tidur (American Psychiatric Association, 2013).
12

3. Hipokondriasis

Pada hipokondriasis, pasien merasa cemas terhadap penyakit serius


ataupun gejala-gejala fisik yang menurut pasien dirasakannya dan berusaha
datang ke dokter untuk mengobatinya, sedangkan pada GAD, pasien
merasakan gejala-gejala hiperaktivitas otonomik sebagai akibat dari
kecemasan yang dirasakannya (American Psychiatric Association, 2013).

4. Gangguan stres pasca trauma

Pada gangguan stres pasca trauma, kecemasan berhubungan dengan sutau


peristiwa ataupun trauma yang sebelumnya dialami oleh pasien, sedangkan
pada GAD kecemasan berlebihan berhubungan dengan aktivitas sehari-hari
(American Psychiatric Association, 2013).

G. Penatalaksanaan

1. Farmakoterapi

a. Benzodiazepin

Merupakan pilihan obat pertama. Pemberian benzodiazepine


dimulai dengan dosis terendah dan ditingkatkan sampai mencapai
respons terapi. Pengguanaan sediaan dengan waktu paruh menengah dan
dosis terbagi dapat mencegah terjadinya efek yang tidak diinginkan.
Lama pengobatan rata-rata 2- 6 minggu, dilanjutkan dengan masa
tapering off selama 1-2 minggu. Spektrum klinis Benzodiazepin
meliputi efek anti-anxietas, antikonvulsan, antiinsomnia, dan
premedikasi tindakan operatif. Adapun obat-obat yang termasuk dalam
golongan Benzodiazepin antara lain (Maslim, 2007):

• Diazepam, dosis anjuran oral = 2-3 x 2-5 mg/hari; injeksi = 2-10 mg


9im/iv), broadspectrum.

• Chlordiazepoxide, dosis anjuran 2-3x 5-10 mg/hari, broadspectrum.


13

• Lorazepam, dosis anjuran 2-3x 1 mg/hari, dosis anti-anxietas dan


antiinsomnia berjauhan (dose-related), lebih efektif sebagai anti-
anxietas, untuk pasien-pasien dengan kelainan hati dan ginjal.

• Clobazam, dosis anjuran 2-3 x 10 mg/hari, dosis anti-anxietas dan


antiinsomnia berjauhan (dose-related), lebih efektif sebagai anti-
anxietas, psychomotor performance paling kurang terpengaruh, untuk
pasien dewasa dan usia lanjut yang masih ingin tetap aktif.

• Bromazepam, dosis anjuran 3x 1,5 mg/hari, , dosis anti-anxietas dan


antiinsomnia berjauhan (dose-related), lebih efektif sebagai anti-
anxietas.

• Alprazolam, dosis anjuran 3 x 0,25 – 0,5 mg/hari, efektif untuk


anxietas tipe antisipatorik, “onset of action” lebih cepat dan
mempunyai komponen efek anti-depresi.

b. Non-benzodoazepin (Buspiron)

Buspiron efektif pada 60-80% penderita GAD. Buspiron lebih efektif


dalam memperbaiki gejala kognitif dibanding gejala somatik. Tidak
menyebabkan withdrawal. Dosis anjuran 2-3x 10 mg/hari. Kekurangannya
adalah, efek klinisnya baru terasa setelah 2-3 minggu. Terdapat bukti
bahwa penderita GAD yang sudah menggunakan Benzodiazepin tidak akan
memberikan respon yang baik dengan Buspiron. Dapat dilakukan
penggunaan bersama antara Benzodiazepin dengan Buspiron kemudian
dilakukan tapering Benzodiazepin setelah 2-3 minggu, disaat efek terapi
Buspiron sudah mencapai maksimal (Maslim, 2007).

2. Psikoterapi

a. Terapi kognitif perilaku

Teori Cognitive Behavior pada dasarnya meyakini bahwa pola pemikiran


manusia terbentuk melalui proses rangkaian stimulus-kognisi-respon, dimana
14

proses kognisi akan menjadi faktor penentu dalam menjelaskan bagaimana


manusia berpikir, merasa dan bertindak. Terapi kognitif perilaku diarahkan
kepada modifikasi fungsi berpikir, merasa dan bertindak, dengan menekankan
peran otak dalam menganalisa, memutuskan, bertanya, berbuat dan
memutuskan kembali. Dengan mengubah arus pikiran dan perasaan, klien
diharapkan dapat mengubah tingkah lakunya, dari negatif menjadi
positif.Tujuan terapi kognitif perilaku ini adalah untuk mengajak pasien
menentang pikiran (dan emosi) yang salah dengan menampilkan bukti-bukti
yang bertentangan dengan keyakinan mereka tentang masalah yang dihadapi.
Pendekatan kognitif mengajak pasien secara kangsung mengenali distorsi
kognitif dan pendekatan perilaku, mengenali gejala somatik secara langsung.
Teknik utama yang digunakan pada pendekatan behavioral adalah relaksasi
dan biofeedback (Shear, 2007).

b. Terapi suportif

Pasien diberikan re-assurance dan kenyamanan, digali potensi-potensi


yang ada dan belum tampak, didukung egonya, agar lebih bisa beradaptasi
optimal dalam fungsi sosial dan pekerjaannya (Shear, 2007).

c. Psikoterapi Berorientasi Tilikan

Terapi ini mengajak pasien ini untuk mencapai penyingkapan konflik


bawah sadar, menilik egostrength, relasi objek, serta keutuhan self pasien.
Dari pemahaman akan komponen-komponen tersebut, kita sebagai terapis
dapat memperkirakan sejauh mana pasien dapat diubah untuk menjadi lebih
matur, bila tidak tercapai, minimal kita memfasilitasi agar pasien dapat
beradaptasi dalam fungsi sosial dan pekerjaannya (Shear, 2007).

H. Prognosis

Gangguan cemas menyeluruh merupakan suatu keadaan kronis yang


mungkin berlangsung seumur hidup. Prognosis dipengaruhi oleh usia, onset,
durasi gejala dan perkembangan komorbiditas gangguan cemas dan depresi.
15

Karena tingginya insidensi gangguan mental komorbid pada pasien dengan


gangguan kecemasan menyeluruh, perjalanan klinis dan prognosis gangguan
cemas menyeluruh sukar untuk ditentukan. Namun demikian, beberapa data
menyatakan bahwa peristiwa kehidupan berhubungan dengan onset gangguan
kecemasan umum. Terjadinya beberapa peristiwa kehidupan yang negatif
secara jelas meningkatkan kemungkinan akan terjadinya gangguan cemas
menyeluruh. Menurut definisinya, gangguan kecemasan umum adalah suatu
keadaan kronis yang mungkin seumur hidup. Sebanyak 25% penderita
akhirnya mengalami gangguan panik, juga dapat mengalami gangguan depresi
mayor (American Psychiatric Association, 2013).
16

III. KESIMPULAN

Gangguan cemas menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder, GAD)


merupakan kondisi gangguan yang ditandai dengan kecemasan dan kekhawatiran
yang berlebihan dan tidak rasional bahkan terkadang tidak realistik terhadap
berbagai peristiwa kehidupan sehari-hari.Kondisi ini dialami hampir sepanjang
hari, berlangsung sekurang-kurangnya selama 6 bulan.Kecemasan yang dirasakan
sulit untuk dikendalikan dan berhubungan dengan gejala-gejala somatik seperti
ketegangan otot, iritabilitas, kesulitan tidur, dan kegelisahan sehingga
menyebabkan penderitaan yang jelas dan gangguan yang bermakna dalam fungsi
sosial dan pekerjaan. Penyebab terjadinya GAD dapat dijelaskan melalui
beberapa teori, antara lain teori biologi, teori genetik, teori psikoanalitik dan teori
kognitif-perilaku. Gambaran klinis yang dapat muncul antara lain anxietas
berlebihan, ketegangan motorik bermanifestasi sebagai bergetar, kelelahan, dan
sakit kepala, hiperaktivitas otonom timbul dalam bentuk napas pendek,
berkeringat, palpitasi, dan disertai gejala pencernaan. Gangguan psikiatrik lain
yang merupakan diagnosis banding GAD adalah gangguan panik, fobia,
gangguan obsesif-kompulsif, hipokondriasis, gangguan penyesuaian dengan
kecemasan, dan gangguan kepribadian.

Penatalaksanaan GAD meliputi farmakoterapi, golongan Benzodiazepin


merupakan drug of choice sebab mempunyai efek anti-anxietas, spesifitas, potensi
dan keamanan yang paling baik. Selain itu, pasien juga diberikan psikoterapi,
berupa terapi kognitif-perilaku (CBT), terapi suportif dan psikoterapi berorientasi
tilikan. Gangguan cemas menyeluruh merupakan suatu keadaan kronis yang
mungkin berlangsung seumur hidup. Sebanyak 25% penderita akhirnya
mengalami gangguan panik, juga dapat mengalami gangguan depresi mayor.
17

DAFTAR PUSTAKA

American Psychiatric Association. 2013. Diagnostic and statistical manual of


mental disorders (DSM-5). American Psychiatric Pub.
Amir, N. 2013. Buku Ajar Psikiatri. Edisi ke-2. Jakarta: FKUI.
Kaplan, H. I., Sadock, B. J., dan Grebb, J. A. 2010. Kaplan dan Sadock: Sinopsis
Psikiatri Edisi Kedua. Philadelphia: Lippincott Wiliams And Wilkins.

Maslim, Rusdi. 2003. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas
PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. .
Hal. 74

Maslim, Rusdi. 2007. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Edisi
Ketiga. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. Hal.36-
41.

Saddock BJ, Saddock VA. 2007. Anxiety disorder. In : Kaplan Saddock’s Synopsis
of Psychiatry : Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. Tenth Edition.. New
York: Lippincott Williams & Wilkins. Pg 580-8.

Shear, Katherine. 2007. M. Anxiety Disorders “Generalized Anxiety Disorder” in :


Dale DC, Federman DD, editors. ACP Medicine. 3rd Edition. Washington:
WebMD Inc.

Anda mungkin juga menyukai