Anda di halaman 1dari 4

3

2.8

Patofisiologi
Disfungsi kelenjar meibom secara primer disebabkan oleh obstruksi duktus

terminal sebagai hasil dari penebalan dinding atau hiperkeratininasi sistem duktus
kelenjar meibom. Proses obstruktif ini dipengaruhi oleh faktor penyebab yang
sudah diketahui berperan dalam patogenesis DKM yaitu faktor endogen berupa
usia,

jenis kelamin, gangguan hormon dan faktor eksogen berupa faktor

lingkungan seperti penggunaan obat topical maupun sistemik ditambah adanya


perubahan kualitas atau kuantitas meibum yang saling berinteraksi menyebabkan
terjadinya hiperkeratinisasi sistem duktus kelenjar meibom, peningkatan
viskositas meibum, atrofi asinar kelenjar.1,2
Hiperkeratinisasi

dan

peningkatan

viskositas

meibum

merupakan

mekanisme inti dalam terbentuknya obstruksi orifisium kelenjar meibom yang


akan menyebabkan pengeluaran meibum ke tepi palpebra sangat rendah.
Obstruksi orifisium ini juga menyebabkan stasisnya meibum di sistem duktus
menyebabkan peningkatan tekanan, dilatasi sistem duktus dilanjutkan terjadinya
atrofi acinar yang akhirnya menyebabkan sekresi meibum rendah. Perubahan pada
kualitas dan kuantitas meibum mengakibatkan terjadinya penurunan viskositas
dan atau peningkatan volume sekresi meibum. Adanya perubahan viskositas,
volume sekresi dan stasisnya meibum oleh karena obstruksi menyebabkan bakteribakteri permukaan mata semakin berkembang. Bakteri komensal seperti
Staphylococcus

aureus

dan

Propionibacterium

acnes

dihubungkan

dan

berkontribusi terhadap patogenesis DKM. Bakteri yang tumbuh di permukaan


mata tersebut melepaskan enzim lipase yang memicu pelepaskan mediator-

mediator toksik seperti asam lemak dan menginisiasi reaksi peradangan subklinis
dengan dilepasakan sitokin peradangan. Mediator mediator toksik akhirnya akan
eicu terjadinya penyakit mata kering dan evaporative.1,2

Gambar 2.1 Patofisiologi disfungsi kelenjar meibom.


Dikutip dari: Investigative Ophthalmology and Visual Science (IOVS), 20111

2.9

Penatalakasanaan
Penatalaksanaa DKM disesuaikan dengan derajat keparahan DKM.

International

Workshop

on

Meibomian

Gland

Dysfuction

(IWMGD)

merekomendasikan algoritma penatalaksanaan DKM berdasarkan pendekatan


berbasis bukti (Tabel 2.1).
Tabel 2.1 Rekomendasi Penatalaksanaan Disfungsi Kelenjar Meibom Berdasarkan
Derajat Penyakit3
Derajat
Penatalaksanaan
Derajat 1
Informasi kepada pasien tentang
DKM, akibat potensial dari diet,

dan efek lingkungan rumah atau


tempat

kerja

terhadap

Pertimbangan
Derajat 2

air

higienitas

mata.

palpebra

termasuk penghangatan.
Saran pada meningkatkan kelembaban,
optimalisai

tempat

kerja

dan

peningkatan konsumsi asam lemak


omega-3. Higienitas palpebra dengan
penghangatan ( minimal 4 menit, 1 2
kali sehari) diikuti dengan pemijatan
dan pengeluaran sekresi kelenjar
Semua yang disebutkan diatas
dikombinasi :
- Air mata buatan
- Azitromicin topikal
- Spray liposomal
- Pertimbangkan derivat
Derajat 3

tetrasiklin oral
Terapi seperti yang disebutkan
Pada derajat 2 ditambah:
- Derivat tetrasiklin oral
- Salep lubrikasi saat tidur
-Berpotensi ditambah terapi steroid

Derajat 4

topikal
Terapi seperti yang disebutkan

pada derajat 3 ditambah:


- Terapi steroid topikal atau terapi anti
Plus disease

inflamasi lain
Terapi seperti yang disebutkan
pada derajat 4 ditambah terapi spesifik

untuk penyakit yang memperngaruhi


Suplementasi asam lemak omega-3 mendapatkan kenaikan popularitas
dalam beberapa tahun terakhir karena efek anti peradangan. Asam lemak omega3dan omega-6 menurunkan ekspresi tanda peradangan konjungtiva HLA-DR dan
mungkin membantu memperbaiki keluhan mata kering. Terdapat hubungan antara
komsumsi asam lemak omega-3 per oral dengan penurunan laju penguapan air
mata, perbaikan pada keluhan mata kering dan peningkatan sekresi air mata.3

Anda mungkin juga menyukai