MODUL CACING
SISTEM KEDOKTERAN TROPIS
Kelompok :2
ERVINA SURNIANINGSI JUFRI
RACHMA AROMATIKA HUSEN UMAR
FADILAH MEGALISA ZULHADJI
PUTRI RATU AMELIA
MOHAMMAD ZEID FIRLY
AZRIL
NUR’ANA VINA DHITA BAHANAN
M FAHRANDI ALMUNAWARA ALBAAR
RIZKI A GAFUR
UNIVERSITAS KHAIRUN
FAKULTAS KEDOKTERAN
TAHUN 2020
Skenario
Seorang laki-laki berusia 35 tahun datang ke klinik dokter
umum dengan keluhan demam sejak 2 hari yang lalu. Keluhan
disertai batuk dan ada keluar cacing 1 ekor. Pasien sudah
diberikan obat cacing dan keesokan harinya pasien BAB dengan
konsistensi cair, sedikit ampas dan mengeluarkan cacing
Kalimat Kunci
- Seorang laki-laki
- Berusia 35 tahun
- Demam 2 hari yang lalu
- Keluhan disertai batuk dan ada keluar cacing 1 ekor
- Pernah berobat lalu diberikan obat cacing
- BAB dengan konsistensi cair, sedikit ampas dan
mengeluarkan cacing
Pertanyaan
1. Jelaskan definisi, klasifikasi, dan etiologi demam!
2. Jelaskan patomekanisme demam dan gejala lain!
3. Sebutkan DD!
Etiologi
Epidemiologi
Manifestasi klinis
Patomekanisme
Langkah diagnosis
Penatalaksanaan
Komplikasi
Pencegahan
Prognosis
Jawaban
1. Definisi demam :
KLASIFIKASI DEMAM
Demam Septik
Pada demam ini suhu badan naik ke tingkat yang tinggi sekali pada
malam hari dan turun kembali ke tingkat diatas normal pada pagi hari
Demam Hektik
Pada demam ini suhu badan naik ke tingkat yang tinggi sekali pada
malam hari dan turun kembali ke tingkat yang normal pada pagi hari
Demam Remiten
Pada demam ini suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah
mencapai suhu normal
Demam kontinyu
Pada demam ini terdapat variasi suhu sepanjang hari yang tidak
berbeda lebih dari 1 derajat
Demam siklik
Pada demam ini kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang
diikuti oleh periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian
diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula
Demam intermiten
Pada demam ini suhu badan turun ke tingkat yang normal selama
beberapa jam dalam 1 hari
2. Patomekanisme demam dan gejala lain
3. Deferensial Diagnosis :
Askariasis
Strongyloidiasis
Ankilostomiasis
Askariasis
Penyakit. Askariasis adalah infeksi usus kecil yang disebabkan oleh
Ascaris lumbricoides (nematoda atau cacing gelang terbesar).
Epidemiologi
lnfeksi pada manusia terjadi karena tertelannya telur cacing yang
mengandung larva infektif melalui makanan dan minuman yang
tercemar. Sayuran mentah yang mengandung telur cacing yang
berasal dari pupuk kotoran manusia adalah salah satu media
penularan. Vektor serangga seperti lalat juga dapat menularkan telur
pada makanan yang tidak disimpan dengan baik. Askariasis paling
banyak terjadi pada anak-anak baik di negara tropis dan berkembang
terutama menyerang anak, dengan bagian terbesar adalah anak
prasekolah (usia 3-8 tahun). Askariasis banyak dijumpai pada daerah
tropis. Bayi mendapatkan penyakit ini dari tangan
ibunya yang tercemar larva infektif.
Etiologi
Ascaris lumbricoides adalah cacing yang berwarna merah dan
berbentuk silinder, dengan ukuran cacing jantan 15-25 cm x 3 mm
dan betina 25-35 cm x 4 mm. Cacing betina mampu bertahan hidup
selama 1-2 tahun dengan memproduksi 26 juta telur atau sekitar
200.000 telur per hari. Ukuran telur 40-60 pm dan dilapisi
lapisan tebal sebagai pelindung terhadap situasi lingkungan yang
tidak sesuai sehingga telur dapat bertahan hidup dalam tanah sampai
berbulan-bulan bahkan sampai 2 tahun. lnfeksi cacing betina saja
pada usus akan menghasilkan telur infertil.
Patofisiologi
Siklus hidup. Cacing dewasa berada di bagian atas usus kecil, tempat
mereka bertahan hidup dengan makanan yang telah dicerna. Cacing
membuat diri mereka menjadi bentuk seperti huruf S dan menekan
epitel usus sambil bergerak melawan peristaltik untuk bertahan di
usus kecil. Cacing betina bertelur, dan dia dapat menghasilkan hingga
200.000 telur per hari. Telur-telur ini dibuahi tetapi tidak berembrio,
dan telur-telur itu dikeluarkan bersama tinja. Telur yang sudah
dibuahi tetapi berkembang melalui embrionasi dalam tinja yang
berada di tanah. Proses embrionasi membutuhkanwaktu2-4 minggu.
Telur dapat bertahan berbulan-bulan sebelum embrionasi dimulai,
tetapi mereka membutuhkan lingkungan aerobik yang lembab untuk
berkembang. Telur-telur itu dapat bersifat infektif jika sudah
berembrio dan memiliki larva di dalamnya. Setelah berembrio, telur
infektif harus tertelan oleh manusiaagarsiklus hidup A.
lumbricoides dapat lengkap atau selesai. Garam empedu dan alkaline
enteric juice yang berada diusus kecil merangsang pelepasan larva
dari telur. Larva tahap kedua ini kemudian melakukan perjalanan dari
usus kecil ke hati. Kemudian larva bermigrasi ke jantung melalui
sirkulasi paru-paru. Larva sudah dalam tahapan ketiga di kapiler
alveolar, dan larva memasuki ruang alveolar. Setelah itu larva
bermigrasi ke bronkus ke dalam tranchea dan kemudian ke epiglotis.
Pada kasus terakhir larva bermigrasi ke trakea, tertelan dan tiba lagi di
usus untuk menjadi cacing dewasa.
Referensi :
R. Kusumasari. Askariasis. Menara Ilmu Parasitologi Kedokteran
Universitas Gadjah Mada. 4 September 2019.Available from
:https://parasito.fkkmk.ugm.ac.id/askariasis/
Buku_Panduan_Praktik_Klinis_Dokter_Layan
Referensi : Robbins_s_Basic_Pathology_9th_Ed, Penyakit Diare 585
Gejala Klinis :
Faktor Resiko :
1. Kebiasaan tidak mencuci tangan.
2. Kurangnya penggunaan jamban.
3. Kebiasaan menggunakan tinja sebagai pupuk.
4. Kondisi lingkungan dengan kelembaban tinggi, dan suhu yang
berkisar antara 250C –
300C.
Rencana Follow up :
Memberikan informasi kepada pasien, dan keluarga mengenai
PentiIngnya menjaga kebersihan diri dan lingkungan, yaitu antara lain
:
a. Masing-masing keluarga memiliki jamban keluarga. Sehingga
kotoran manusia tidak
menimbulkan pencemaran pada tanah disekitar lingkungan tempat
tinggal kita.
b. Tidak menggunakan tinja sebagai pupuk.
c. Menghindari kontak dengan tanah yang tercemar oleh tinja
manusia.
d. Menggunakan sarung tangan jika ingin mengelola limbah/sampah.
e. Mencuci tangan sebelum dan setelah melakukkan aktifitas dengan
menggunakan sabun.
f. Kondisi rumah dan lingkungan dijaga agar tetap bersih dan tidak
lembab.
Pencegahan
Karena pintu utama penularan adalah masuknya telur cacing yang
termakan oleh
manusia, maka program utama adalah perbaikan perilaku yang berupa
kebiasaan
mencuci tangan, menjaga kebersihan pribadi, menggunakan alas kaki,
tidak
menggunakan tinja sebagai pupuk tanaman terutama sayuran, dan
perbaikan
sanitasi lingkungan terutama jamban keluarga yang memenuhi syarat
kesehatan.
- Memberi pengetahuan kepada masyarakat akan pentingnya
kebersihan diri dan lingkungan,
antara lain:
- Kebiasaan mencuci tangan
- Masing-masing keluarga memiliki jamban keluarga.
- Tidak menggunakan tinja sebagai pupuk
- Kondisi rumah dan lingkungan dijaga agar tetap bersih dan tidak
lembab.
Sarana-Prasarana
1. spesimen tinja
2. objek glass
3. Sarung tangan
4. Mikroskop
5. Laboratorium mikroskopik sederhana untuk pemeriksaan spesimen
tinja.
6. Obat : pirantel palmoate, mebendazole, albendazole
Komplikasi
Cacing saluran cerna menyebabkan penyakit apabila terdapat dalam
jumlah besar atau mencapai daerah di luar usus, misalnya
mengobstruksi usus dan merusak saluran empedu (Ascaris
lumbricoides). Cacing tambang mengakibatkan anemia defisiensi besi
karena menyedot darah melalui vili intestinal;
Referensi : Robbins_s_Basic_Pathology_9th_Ed
Prognosis
Vitam : bonam
Fungsionam : bonam
Sanationam : bonam
Penyakit jarang menimbulkan kondisi yang berat secara klinis.
Referensi :
R. Kusumasari. Askariasis. Menara Ilmu Parasitologi Kedokteran
Universitas Gadjah Mada. 4 September 2019.Available from
:https://parasito.fkkmk.ugm.ac.id/askariasis/
Buku_Panduan_Praktik_Klinis_Dokter_Layan
Widoyono. Penyakit Tropis 2nd Ed. Penerbit Erlangga
Robbins_s_Basic_Pathology_9th_Ed
Strongyloidiasis
Strongyloidiasis adalah infeksi yang disebabkan oleh Strongyloides
stercoralis (dan jarang S. fülleborni), hidup di usus kecil manusia.
Epidemiologi
Gejala klinis
Referensi:
PATOFISIOLOGI
Referensi : https://www.cdc.gov/dpdx/strongyloidiasis/index.html
2019
Ankilostomiasis
Penyakit cacing tambang adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
infestasi parasit Necator Americanus dan Ancylostoma Duodenale.
Hospes parasit ini adalah manusia, cacing ini menyebabkan
nekatoriasis, dan ankilostomiasis.
Epidemiologi
Pejamu utama cacing tambang adalah manusia. Penyakit cacing
tambang menyerang
semua umur dengan proporsi terbesar pada anak. Belum ada
keterangan yang pasti
mengapa banyak anak yang diserang, tetapi penjelasan yang paling
mungkin adalah
karena aktivitas anak yang relatif tidak higienis dibandingkan dengan
orang dewasa.
Di seluruh dunia diperkirakan penyakit ini menyerang 700-900 juta
orang, dengan
l juta liter darah hilang (1 orang: 1 mL darah terhisap cacing). Suatu
penelitian
melaporkan bahwa angka kesakitannya adalah 50% pada balita,
sedangkan 90%
anak yang terserang penyakit ini adalah anak berusia 9 tahun.
Diperkirakan sekitar 576 – 740 juta orang di dunia terinfeksi dengan
cacing tambang. Di
Indonesia insidens tertinggi ditemukan terutama didaerah pedesaan
khususnya perkebunan. Seringkali golongan pekerja perkebunan yang
langsung berhubungan dengan tanah, mendapat infeksi lebih dari
70%.
Etiologi
Terdapat tiga spesies cacing tambang yang menyebabkan penyakit,
yaitu Necafor
americanus, Ancylostoma duodenale, dan Ancylostoma ceylonicum.
Dua spesies
yang pertama banyak ditemukan di Asia dan Afrika. N. americanus
paling banyak
ditemukan di lndonesia daripada spesies lainnya. N. americanus
berbentuk silinder
dengan ukuran 5-13 mm x 0,3-0,6 mm, cacing jantan lebih kecil
daripada betina.
Cacing ini mampu memproduksi 10.000-20.000 telur per hari, dengan
ukuran
telur adalah 64-76 mm x 36-40 mm. A. duodenale berukuran sedikit
lebih besar
daripada N. americanus, dengan kemampuan menghasilkan 10.000-
25.000 telur
sehari dan ukuran telur 56-60 mm x 36-40 mm.
Faktor Resiko :
1. Kurangnya penggunaan jamban keluarga.
2. Kebiasaan menggunakan tinja sebagai pupuk.
3. Tidak menggunakan alas kaki saat bersentuhan dengan tanah.
Patofisiologi
Cacing dewasa hidup dan bertelur di dalam usus halus, kemudian
keluar melalui tinja. Telur akan berkembang menjadi larva di tanah
yang sesuai suhu dan kelembabannya. Larva bentuk pertama adalah
rhabditiform yang akan berubah menjadi filariform. Dari telur sampai
menjadi filariform memerlukan waktu selama 5-10 hari. Larva akan
memasuki tubuh manusia melalui kulit (telapak kaki, terutama untuk
N. americanus) untuk masuk ke peredaran darah. Selanjutnya larVa
akan ke paru, naik ke trakea, berlanjut ke faring. kemudian larva
tertelan ke
saluran pencernaan. Larva bisa hidup dalam usus sampai delapan
tahun dengan menghisap darah (1 cacing = 0,2 mL/hari). Cara infeksi
kedua yang bukan melalui kulit adalah tertelannya larva (terutama A.
duodenale) dari makanan atau minuman yang tercemar. Cacing
dewasa yang berasal dari larva yang tertelan tidak akan mengalami
siklus paru.
Referensi ; Widoyono. Penyakit Tropis 2nd Ed. Penerbit erlangga
Sarana-Prasarana
1. Mikroskop
2. Objek glass
3. Sarung tangan
4. Spesimen tinja
5. Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan darah rutin.
6. Obat : Pirantel palmoat, Mebendazole, Albendazole.
Pencegahan
Memberikan informasi kepada pasien, dan keluarga mengenai
Pentingnya menjaga kebersihan diri dan lingkungan, yaitu antara
lain :
a. Sebaiknya masing-masing keluarga memiliki jamban keluarga.
Sehingga kotoran
manusia tidak menimbulkan pencemaran pada tanah disekitar
lingkungan tempat tinggal
kita.
b. Tidak menggunakan tinja sebagai pupuk.
c. Menghindari kontak dengan tanah yang tercemar oleh tinja
manusia.
d. Menggunakan sarung tangan jika ingin mengelola limbah/sampah.
e. Mencuci tangan sebelum dan setelah melakukkan aktifitas dengan
menggunakan sabun.
f. Menggunakan alas kaki saat berkontak dengan tanah.
Prognosis
Vitam : bonam
Fungsionam : bonam
Sanationam : bonam
Penyakit ini jarang menimbulkan kondisi klinis yang berat, kecuali
terjadi perdarahan dalam waktu yang lama sehingga terjadi anemia.