KELOMPOK 2
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE
2018
KASUS
Seorang wanita umur 49 tahun, datang kepuskesmas dengan keluhan sering kencing sejak 3
bulan terakhir. Pasien sering terbangun 4-5 kali semalam untuk buang air kecil. Keluhan
disertai selalu merasakan haus dan cepat lapar. Meskipun banyak makan pasien merasa baju
dan celananya terasa sangat longgar sejak 3 bulan terakhir.
Tidak ada
Wanita 49 Tahun
PERTANYAAN
JAWABAN
Diabetes insipidus dapat terjadi sekunder akibat (akibat lanjut) trauma kepala, tumor otak atau
operasi ablasi, atau penyinaran pada kelenjar hipofisis. Kelainan ini dapat pula terjadi bersama
dengan infeksi system saraf pusat (meningitis, ensefalitis) atau tumor (misalnya, kelainan
metastatic, limfoma dari payudara dan paru).
Penyebab diabetes insipidius yang lainnya adalah kegagalan tubulus renal untuk bereaksi
terhadap ADH, bentuk nefrogenik dari diabetes insipidus yang berkaitan dengan keadaan
hipokalemia, hiperkalsemia dan pengunaan sejumlah obat (misalnya lithium, demeclocyclin).
1. Penyakit system saraf pusat (diabetes insipidus sentral) yang mengenai sintesis atau
sekresi vasopressin
2. Penyakit ginjal (diabetes insipidius nefrogenik) karena lenyapnya kemampuan ginjal
untuk berespons terhadap vasopressin dalam darah dengan menghemat air.
3. Pada kehamilan kemungkinan peningkatan bersihan metabolic vasopressin.
Bervariasi, mulai yang dominan resistensi insulin di sertai difisiensi iunsulin relatif sampai
dengan dominan defek sekresi insulin disertai resistensi insulin, dan mempunyai juga pola
familial yang kuat
4. Jelaskan patofisiologi dari diferential diagnosa?
Pankreas adalah sebuah kelenjar yang letaknya dibelakang lambung. Dalam pankreas
terdapat kumpulan sel yang disebut pulau-pulau langerhans yang berisi sel beta. Sel beta
mengeluarkan hormon insulin untuk mengatur kadar glukosa darah. Selain itu juga
terdapat sel alfa yang memproduksi glukagon yang bekerja sebaliknya dengan insulin
yaitu meningkatkan kadar glukosa darah dan terdapat juga sel delta yang memproduksi
somastostatin .
Ketika glukosa yang berlebihan diekskresikan ke urin, ekskresi ini akan disertai
pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan pula. Keadaan ini dinamakan diuresis
osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan mengalami
peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia). Defisiensi insulin juga
mengganggu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan.
Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan (Polifagia), akibat menurunnya
simpanan kalori, gejalalainnya mencakup kelelahan dan kelemahan
Pada jenis Diabetes tipe II, terdapat dua masalah utama yaitu yang berhubungan
dengan insulin, yaitu : resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin
akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel sebagai akibat terikatnya insulin
dengan reseptor tersebut, terjadi sel resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan
penurunan reaksi intra sel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk
menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Ketika glukosa yang berlebihan diekskresikan ke urin, ekskresi ini akan disertai
pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan pula. Keadaan ini dinamakan diuresis
osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan mengalami
peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia). Defisiensi insulin juga
mengganggu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan.
Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan (Polifagia), akibat menurunnya
simpanan kalori, gejalalainnya mencakup kelelahan dan kelemahan (Suzanne C. Smeltzer
and Bare, 2002).
Pada jenis Diabetes tipe II, terdapat dua masalah utama yaitu yang berhubungan
dengan insulin, yaitu : resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin
akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel sebagai akibat terikatnya insulin
dengan reseptor tersebut, terjadi sel resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan
penurunan reaksi intra sel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk
menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Sekresi vasopresin diatur oleh rangsang yang meningkat pada reseptor volume
dan osmotic. Suatu peningkatan osmolalitas cairan ekstraseluler atau penurunan volume
intravaskuler akan merangsang sekresi vasopresin. Vasopressin kemudian meningkatkan
permeabilitas epitel duktus pengumpul ginjal terhadap air melalui suatu mekanisme yang
melibatkan pengaktifan adenolisin dan peningkatan AMP siklik (yaitu Adenosin Mono
Fosfat). Akibatnya, konsentrasi kemih meningkat dan osmolalitas serum menurun.
Osmolalitas serum biasanya dipertahankan konstan dengan batas yang sempit antara 290
dan 296 mOsm/kg H2O.
Berkurangnya ADH dapat disebabkan oleh tumor atau cedera kepala. Diabetes
insipidus juga dapat disebabkan oleh ginjal yang tidak memberikan respons terhadap
ADH yang bersirkulasi, karena reseptornya (second messenger) berkurang.
Diabetes insipidus ditandai oleh poliuria dan polidipsia. Penyakit ini tidak dapat
dikontrol dengan membatasi intake cairan, karena pasien mengalami kehilangan volume
urine dalam jumlah banyak secara terus menerus tanpa penggantian cairan. Upaya
pembatasan intake cairan menyebabkan pasien mengalami kebutuhan akan cairan tanpa
henti-hentinya dan mengalami hipernatremia serta dehidrasi berat.
5. Jelaskan langkah-langkah diagnosa dari Diferential Diagnosia?
Anamnesis
- Umur
- Trias DM
- Riwayat Keluarga
- Riwayat Obat
Pemeriksaan Fisik
- Inspeksi
Melihat pada kaki bagaimana produksi keringatnya (menurun atau tidak ), Bulu
jempol kaki berkurang atau tidak .
- Palpasi
1. Akral teraba dingin
2. Kulit pecah-pecah
3. Pucat
4. Keringat yang tidak normal
5. Pada ulkus terbentuk kaki yang tebal atau lembek
Pemeriksaan Penunjang
1. Hasil urinalisasi yang memperhatikan urine yang hampir tidak berwarna dan osmolaritas
rendah ( 50 – 200 mOsm/kg) yang lebih kecil dari pada osmolaritas plasma dan berat jenis yang
rendah (kurang dari1005)
Diabetes tipe 1 biasanya terjadi secara cepat disertai gejala khas polidipsi, poliuria,
polifagia, penurunan berat badan, kulit kering dan ketoasidosis.Diabetes tipe 2 secara khas
berjalan lambat dengan awitan insidius dan biasanya tidak disertai gejala.