Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA USIA ANAK

SEKOLAH DENGAN TYPHOID ABDOMINALIS

DISUSUN

Oleh

AGNES DWI ELVITASARI

201906033

PROGRAM STUDI ILMU NERS

STIKES KARYA HUSADA KEDIRI

2019/2020
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TYPHOID

ABDOMINALIS

NAMA :AGNES DWI ELVITASARI

NIM :201906033

PEMBIMBING AKADEMIK

DHINA WIDYATI, S.Kep.NS.,M.Kep


0731038601
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian

Typoid Abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran

cerna dan gejala demam lebih dari satu minggu, gangguan pada saluran pencernaan dan

gangguan kesadaran.(Ilmu Kesehatan Anak,jilid 2,2010)

Typoid Abdominalis adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala

sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhosa,salmonella tipe A,B dan C.Penularan

terjadi secara fecal,oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi.(Mansjoer

Arief,20010)

Typoid Abdominalis adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai dengan

bakterimia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang bersifat difus, pembentukan

mikroabses dan ulserasi Nodus peyer di distal ileum. (Soegeng Soegijanto, 20011)

B. ETIOLOGI

1.  96 % disebabkan oleh salmonella typhi, basil gram negative yang bergerak dengan

bulu getar, tidak berspora mempunyai sekuran-kurangnya 3 macam antigen, yaitu :

a)      Antigen O (somatic terdiri dari zat kompleklipolisakarida)

b)      Antigen (flagella)

c)      Antigen VI dan protein membrane hialin

2.  Salmonella paratyphi A

3.  Salmonella paratyphi B

4.  Salmonella  paratyphi C

5.  Feces dan urin  yang terkontaminasi dari penderita typus  (Rahmad Juwono,2010)


3. MANIFESTASI KLINIS

Gejala Klinis demam typoid pada anak biasanya lebih ringan jika dibandingkan dengan

penderita dewasa. Masa tunas rata – rata 10 – 20 hari. Yang tersingkat 4 hari jika infeksi

terjadi melalui makanan, sedangkan yang terlama sampai  30 hari jika infeksi melalui

minuman selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal yaitu perasaan

tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak semangat.

Gejala Klinis yang biasa ditemukan, yaitu :

1.  Demam

Pada kasus – kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu. Bersifat febris remitten

dan suhu tidak berapa tinggi. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur – angsur

meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua,penderita terus

berada dalam keadaan demam. Dalam minggu ketiga suhu badan berangsur – angsur

turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.

2.  Gangguan pada saluran pencernaan

Pada mulut terdapat nafas bau tidak sedap, bibir kering dan pecah – pecah. Lidah

ditutupi selaput putih kotor, ujung ditemukan kemerahan , jarang ditemui tremor.Pada

abdomen mungkin ditemukan keadaan perut kembung. Hati dan limfa membesar

disertai nyeri pada perabaan.Biasanya didapatkan konstipasi  akan tetapi mungkin

pula normal bahkan dapat terjadi diare.

3.  Gangguan keasadaran

Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak berapa dalam yaitu apatis

sampai samnolen. Jarang stupor, koma atau gelisah.


Disamping gejala – gejala yang biasanya ditemukan tersebut, mungkin pula

ditemukan gejala lain. Pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan bintik –

bintik kemerahan karena emboli basil dalam  kapiler kulit.Biasanya dtemukan alam

minggu pertama demam kadang – kadang ditemukan bradikardia pada anak besar dan

mungkin pula ditemukan epistaksis. .(Ilmu Kesehatan Anak,jilid 2,2011)

Transmisi terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi urin/feses dari

penderita tifus akut dan para pembawa kuman/karier.Empat F (Finger, Files, Fomites

dan fluids) dapat menyebarkan kumanke makanan, susu, buah dan sayuran yang

sering dimakan tanpa dicuci/dimasak sehingga dapat terjadi penularan penyakit

terutama terdapat dinegara-negara yang sedang berkembang dengan kesulitan

pengadaan pembuangan kotoran (sanitasi) yang andal. (Samsuridjal D dan heru S,

20012) Masa inkubasi demam tifoid berlangsung selama 7-14 hari (bervariasiantara 3-

60 hari) bergantung jumlah dan strain kuman yang tertelan. Selamamasa inkubasi

penderita tetap dalam keadaan asimtomatis. (Soegeng soegijanto,2011)

5. PATOFISIOLOGI

Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan

5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly(lalat), dan

melalui Feses.

Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi

kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat

akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang

tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan

yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut.
Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh

asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai

jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke

aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini

kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia,

kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.

Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh

endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa

endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia

berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus

halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang

sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.
6. WOC

7. PENATALAKSANAAN

Sampai saat ini masih dianut trilogi penatalaksanaan, yaitu:

a. Pemberian antibiotik ; untuk menghentikan dan memusnahkan penyebaran kuman.

Antibiotik yang dapat digunakan :


a) Kloramfenikol ; dosis hari pertama 4X250 mg, hari kedua 4X500 mg, diberikan

selama demam dilanjutkan sampai 2 hari bebas demam, kemudian dosis

diturunkan menjadi 4X250 mg selama 5 hari kemudian. Penelitian terakhir

(Nelwan, dkk. Di RSUP Persahabatan), penggunaan klomfenikol msih

memperlihatkan hasil penurunan suhu 4 hari, sama seperti obat-obat terbaru dari

jenis kuinolon.

b) Ampisilin/amoksisilin ; dosis 50-150 mg/kg/BB, diberikan selama 2 minggu.

c) Kotrimoksazol ; 2X2 tablet (1 tablet mengandung 400 mg sulfametoksazol-80 mg

trimetoprim, diberikan selama dua minggu pula.

d) Sefalosporin generasi II dan III dapat berhasil mengatsi demam dengan baik.

Demam pada umumnya mereda pada hari ke-3 atau menjelang hari ke-4.

Regimen yang dipakai adalah:

- Seftriakson 4 g/hari selama 3 hari.

- Norfloksasin 2 X 400 mg/hari selama 14 hari.

- Siprofloksasin 2 X 500 mg/hari selama 6 hari.

- Ofloksasin 600 mg/hari selama 7 hari.

- Pefloksasin 400 mg/hari selama 7 hari.

- Fleroksasin 400 mg/hari selama 7 hari.

b. Istirahat dan perawatan professional

Bertujuan mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan. Pasien harus tirah

baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih selama 14 hari.

Mobilisasi dilakukan bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien. Dalam

perawatan perlu sekali dijaga higiene perseorangan, kebersihan tempat tidur, pakaian,

dan peralatan yang dipakai oleh pasien. Diet dan terapi penunjang (simtomatis dan

suporatif).
Pertama pasien diberi diet bubur saring, kemudian bubur kasar, dan akhirnya nasi

sesuai tingkat kesembuhan pasien. Juga diperlukan pemberian vitamin dan mineral

yang cukup untuk mendukung keadaan umum pasien. Diharapkan dengan menjaga

keseimbangan dan hemoestasis, sistem imun akan tetap berfungsi dengan optimal.

8. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium

a. Pemeriksaan darah tepi:dapat ditemukan leukopenia, limfositosis relatif,

aneosinofilia, trombositopenia, anemia.

b. Biakan empedu: basil salmonella typhi ditemukan dalam darah penderita biasanya

dalam minggu pertama sakit.

c. Uji widal: adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin).

Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien

dengan thypoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang

digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan

diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya

aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh

salmonella thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu:

 Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh

kuman).

 Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel

kuman).

 Aglutini Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai

kuman).
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya

untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid.

d. Pemeriksaan SGOPT dan SGPT

SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat

kembali normal setelah sembuhnya typhoid.

9. KOMPLIKASI

a. Usus halus,umumnya jarang terjadi akan tetapi sering total yaitu:


a) Pendarahan usus, bila pendarahan hanya sedikit ditemukan jika dilakukan
pemeriksaan tinja dengan benzidin.jika pendarahan banyak terjadi melena,
dapat disertai nyeri perut dengan tanda-tanda renjatan.
b) Perporasi usus, timbil biasanya pada minggu ketigaatau setelah itu terjadi pada
bagian distal ileum. Perforasi yang tidak disertaiperitonitis hanya dapat
ditemukan bila terdapat udara di rongga peritoneum. Yaitu pekak hati
menghilang dan terdapat udara di antara hati dan diafragma pada foto
abdomen yang dibuat dalam keadaan tegak.
c) Peritonitis, biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa perforasi
usus. Ditemukan gejala abdomen akut yaitunyeri perut yang hebat, dinding
abdomen tegang dan nyeri tekan.
b. Komplikasi luar usus terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis maningitis,
koleistisis, encepalopati, dan lain-lain. Terjadi karena infeksi sekunder yaitu :
bronkopneumonia.
KONSEP KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

1) Pengkajian:

a. Identitas

Di dalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan,

no.registrasi, status perkawinan, agama, pekerjaan, tinggi badan, berat badan,

tanggal MR.

b. Keluhan Utama

Pada pasien typhoid biasanya mengeluh perut mual dan kembung, nafsu makan

menurun, panas, dan demam.

c. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pada umumnya penyakit pada pasien Typhoid adalah demam, anoreksia, mual,

diare, perasaan tidak enak di perut, pucat (anemia), nyeri kepala pusing, nyeri otot,

lidah tifoid (kotor), gangguan kesadaran berupa somnolen sampai koma.

d. Riwayat Kesehatan dahulu

Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit dan dirawat dengan yang

sama, atau apakah menderita penyakit lainnya.

e. Riwayat kesehatan keluarga

Apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah menderita yang sama atau sakit

yang lainnya.

f. Riwayat Psikososial

Intrapersonal: perasaan yang dirasakan klien (cemas/sedih).

Interpersonal: hubungan dengan orang lain.

g. Pola fungsi kesehatan


1) Pola nutrisi dan metabolism

Biasanya nafsu makan klien berkurang, adanya mua, muntah selama sakit, lidah

kotor, dan terasa pahit waktu makan sehingga dapat memepengaruhi status nutrisi

berubah karena terjadi gangguan pada usus halus.

2) Pola istirahat dan tidur

Selama sakit pasien merasa tidak dapat istirahat karena pasien merasakan sakit pada

perutnya, mual, muntah, kadang diare. Kebiasaan tidur pasien akan terganggu

dikarenakan suhu badan yang meningkat, sehingga pasien merasa gelisah pada waktu

tidur.

3) Pola persepsi dan tatalaksana kesehatan

Perubahan penatalaksanaan kesehatan yang dapat menimbulkan masalah dalam

kesehatannya.

4) Pola aktifitas dan latihan

Pasien akan terganggu aktifitasnya akibat adanya kelemahan fisik serta pasien akan

mengalami keterbatasan gerak akibat penyakitnya.

5) Pola eliminasi

Kebiasaan dalam buang BAK akan terjadi referensi bila dehidrasi karena panas yang

meninggi, konsumsi cairan tidak sesuai dengan kebutuhan.

6) Pola reproduksi dan seksual

Mengalami perubahan pada pasien yang telah menikah.

7) Pola persepsi dan pengetahuan


Perubahan kondisi kesehatan dan gaya hidup akan memengaruhi pengetahuan dan

kemampuan dalam merawat diri.

8) Pola persepsi dan konsep diri

Di dalam perubahan apabila pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah

penyakitnya.

9) Pola penanggulangan stress

Stress timbul apabila seorang pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah

penyakitnya.

10) Pola hubungan interpersonal

Adanya kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap berhubungan interpersonal dan

peran serta mengalami tambahan dalam menjalankan perannya selama sakit.

11) Pola tata nilai dan kepercayaan

Timbulnya distress dalam spiritual pada pasien, maka pasien akan menjadi cemas dan

takut akan kematian, serta kebiasaan ibadahnya akan terganggu.

h. Pemeriksaan Fisik

1) Kesadaran dan keadaan umum pasien

Kesadaran pasien perlu di kaji dari sadar - tidak sadar (composmentis - coma) untuk

mengetahui berat ringannya prognosis penyakit pasien.

2) Tanda - tanda vital dan keadaan umum


TD, Nadi, Respirasi, Temperatur yang merupakan tolak ukur dari keadaan umum

pasien / kondisi pasien. Disamping itu juga penimbangan BB untuk mengetahui

adanya penurunan BB karena peningakatan gangguan nutrisi yang terjadi, sehingga

dapat dihitung kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan. Biasanya pada pasien typhoid

mengalami badan lemah, panas, puccat, mual, perut tidak enak, anorexia.

3) Kepala dan leher

Kepala tidak ada bernjolan, rambut normal, kelopak mata normal, konjungtiva

anemia, mata cowong, muka tidak odema, pucat/bibir kering, lidah kotor, ditepi dan

ditengah merah, fungsi pendengran normal leher simetris, tidak ada pembesaran

kelenjar tiroid.

4) Dada dan abdomen

Dada normal, bentuk simetris, pola nafas teratur, didaerah abdomen ditemukan nyeri

tekan.

5) Sistem respirasi

Apa ada pernafasan normal, tidak ada suara tambahan, dan tidak terdapat cuping

hidung.

6) Sistem kardiovaskuler

Biasanya pada pasien dengan typoid yang ditemukan tekanan darah yang meningkat

akan tetapi bisa didapatkan tachiardi saat pasien mengalami peningkatan suhu tubuh.

7) Sistem integument

Kulit bersih, turgor kulit menurun, pucat, berkeringat banyak, akral hangat.
8) Sistem eliminasi

Pada pasien typoid kadang-kadang diare atau konstipasi, produk kemih pasien bisa

mengalami penurunan (kurang dari normal). N ½ -1 cc/kg BB/jam.

9) Sistem muskuloskoletal

Apakah ada gangguan pada extrimitas atas dan bawah atau tidak ada gangguan.

10) Sistem endokrin

Apakah di dalam penderita thyphoid ada pembesaran kelenjar tiroid dan tonsil.

11) Sistem persyarafan

Apakah kesadarn itu penuh atau apatis, somnolen dan koma, dalam penderita penyakit

thypoid.

(Pantiawati, 2010)

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Hipertermi

2. Nyeri Akut

3. Resiko Defisit Nutrisi

INTERVENSI

SDKI SLKI SIKI


Hipertemi Setelah dilakuakan pemeriksaan 1x24 jam Manajemen Hipertermi
didapatkan hasil Observasi
Kriteria Hasil:  Monitor suhu tubuh
 Menggigil menurun  Identifikasi penyebab
 Komsumsi oksigen menurun  Monitor tanda dan
 Pucat menurun gejala
 Takikardi menurun  Monitor elektrolit
 Brakikardi menurun  Monitor pengeluaran
 Dasar kuku sianotik menurun urin
 Hipoksia menurun Teraupeti
 Suhu tubuh membaik  Sediakan lingkungan
 Suhu kulit membaik yang hangat
 Ventilasi membaik  Ganti pakaian / line
 Tekanan darah membaik yang basah
 Lakukan penghangatan
pasif
 Lakukan penghangatan
eksternal
 Lakukan penghangatan
aktif internal
Edukasi
Anjurkan makan dan minum
hangat

Nyeri Akut Setelah dilakuakan intervensi selama 1x24 MANAJEMEN NYERI


jam didapatkan Observasi
Kriteria hasil - Identifikasi lokasi,
1. Keluhan karakteristik, durasi,
nyeri frekuensi, kualitas,
menurun intensitas nyeri
2. Meringis - Identifikasi skala nyeri
menurun - Identifikasi faktor yang
3. Sikap memperberat dan
protektif memperingan nyeri
menurun - Monitor keberhasilan
4. Gelisah terapi komplementer yang
menurun sudah diberikan
5. Sulit tidur - Monitor efek samping
menurun penggunaan analgesik
6. Muntah Terapeutik
menurun - Berikan teknin
7. Mual nonfarmakologi
menurun untuk mengurangi
8. Frekuensi rasa nyeri
nadi - Kontrol lingkungan
membaik yang memperberat
9. Pola nafas rasa nyeri
membaik - Fasilitasi istrihat dan
10. Tekanan tidur
darah membaik Edukasi
Pola tidur membaik - Jelaskan penyebab,
periode, pemicu nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan monitor
nyeri secara mandiri
- Ajarkan teknik
nonfarmakoligi untuk
mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian

analgesik, bila perlu


Resiko Defisit Setelah dilakuakan pemeriksaan 1x24 jam  Manajemen Nutrisi

Nutrisi didapatkan hasil Observasi

Kriteria Hasil:  Identifikasi status

1. Porsi makan yang dihabiskan nutrisi

meningkat  Identifikasi alergi

2. Kekuatan otot menelan meningkat  Identifikasi perlunya

3. Perasaan cepat kenyang menurun menggunakan selang

4. Diare menurun nasogastrik

5. Berat badan membaik  Monitor asupan


6. Indeks massa tubuh membaik makanan
7. Frekuensi makan membaik  Monitor berat badan
8. Nafsu makan membaik
Teraupetik

 Berikan suplemen

makanan

 Hentikan pemberian

makan melalui selang

nasogastrik

Edukasi

 Ajarkan diet yang

diprogramkan

Kolaborasi

Kolaborasi dengan ahli


gizi untuk menentukan

jumlah kalori dan jenis

nutrisi yang dibutuhkan

IMPLEMENTASI

Implementasi adalah perwujudan dari rencana keperawatan yang telah dirumuskan dalan

rangka memenuhi kebutuhan pasien secara optimal dengan menggunakan keselamatan,

keamanan pasien, dalam melakukan keperawatan haruslah dilibatkan tim kesehatan lain

dalam tindakan kolaborasi yang berhubungan dengan pelayanan keperawatan serta

berdasarkan atas ketentuan rumah sakit.

EVALUASI

Evaluasi merupakan tahapan terakhir dari proses keperawatan yang bertujuan untuk

menilaitingkat keberhasilan dari asuhan keperawatan yang telah dilakukan

DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer, Suprohaitan, Wahyu Ika W, Wiwiek S. Kapita Selekta Kedokteran. Penerbit
Media Aesculapius. FKUI Jakarta. 2010.

Arjatmo Tjokronegoro & Hendra Utama. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi ke
Tiga. FKUI. Jakarta. 2010.

Behrman Richard. Ilmu Kesehatan Anak. Alih bahasa: Moelia Radja Siregar & Manulang.
Editor: Peter Anugrah. EGC. Jakarta. 2010.

Sjamsuhidayat. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. EGC. Jakarta. 2011.

Soegeng Soegijanto. Ilmu Penyakit Anak, Diagnosa dan Penatalaksanaan. Salemba


Medika. Jakarta. 2011.

Widiastuti Samekto. Belajar Bertolak dari Masalah Demam Typhoid. Badan Penerbit


Universitas Diponegoro. Semarang. 2011.

FORMAT PENGKAJIAN
KEPERAWATAN ANAK

1. Data Umum
Nama :An.N
Ruang :Nusa Indah
No. Register :11846xxx
Jenis Kelamin :Perempuan
Umur :6 tahun
Agama :Islam
Suku Bangsa :Jawa
Nama Orang tua :Tn. Abdul
Alamat :ds.Tegalan Kec.Kandat Kab.kediri
Pekerjaan :pedagang
Penanggung Jawab :Ayah
Pendidikan Terakhir :SLTA
Golongan Darah :-
Tanggal MRS :06-07-2020
Tanggal Pengkajian :06-07-2020
Diagnosa Medis : Typhoid Abdominalis

2. Data Dasar
Keluhan Utama
Demam, mual muntah
Alasan Masuk
Ibu pasien mengatakan An.N setelah diajak kakanya makan bakso pedas merasakan
nyeri diperut dan mual muntah selama 2 hari dan disertai deman.
Riwayat Penyakit Sekarang
2 hari yang lalu pasien setelah makan pedas mengalami nyeri perut dan mual muntah
disertai deman tinggi.

Upaya yang telah dilakukan


Membelikan parasetamol
Terapi yang telah diberikan
Infus Ns drip 10 tpm, parasetamol
Riwayat Kesehatan Dahulu
Sebulmya pasien belum pernah dirawat Dirumah sakit
Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien tidak ada yang memiliki riwayat sakit dan tidak pernah dirawat
Dirumah sakit

3. Riwayat Antenatal Dan Post Natal


 Riwayat Selama Kehamilan
Selama kehamilan ibu rutin memeriksaan kehamilan di puskesmas
Trimester I : ibu tidak merasakan mual dan nafsu makan tetap
II : ibu memeriksakan kandungan ke puskesmas
III : ibu merasakan mules-mules (bidan)

 Obat-obatan yang digunakan


Parasetamol
 Tindakan Operasi
Tidak ada
 Riwayat Alergi
Tidak mempunyai riwayat alergi makanan maupun obat-obatan
 Kecelakaan
Tidak pernah jatuh/ cidera
 Imunisai

Imuni 1 2 3 4 5 6 7 8 9
sasi
BCG 
Hepati    
tis
DPT   
POLI    
O
CAM 
PAK
HB   

4. Pengkajian Perkembangan (DDST ATAU KPSP)


1. Motorik Kasar
Berdiri 1 kaki 6 detik
2. Motorik Halus
Mencontoh, menggambar orang 6 bagian, mencontoh
3. Personal Sosial
Gosok gigi, mengamabil makanan
4. Bahasa
Menghitung, berlawanan, mengartikan 7 kata

5. Riwayat Sosial
11. Pengasuhan
Pola pengasuhan sangat baik, peran kedua orang tua untuk menjaga anaknya
selama sakit
12. Hubungan dengan anggota keluarga dan saudara
Hubungan dengan keluarga baik kadang kakaknya ikut bergantian menjaga
adiknya selama sakit
13. Pembawaan secara umum
Komunikasi dengan keluarga sangat baik
14. Lingkungan rumah
Hubungan dengan lingkungan rumah baik, terbukti tetangga pasien menjenguk
pasien di rumah sakit

6. Pola Fungsi Kesehatan


1. Persepsi terhadap kesehatan- manajemen kesehatan
2. Pola Aktivitas dan latihan
 Kemampuan Perawatan Diri
Skor 0 : mandiri, 1 :dibantu sebagaian, 2 : perlu bantuan orang lain, 3 :
perlu bantuan orang lain dan alat, 4: tergantung orang lain/ tidak mamapu
Aktifitas 0 1 2 3 4
Mandi 
Berpakaian 
Eliminasi 
Mobilisasi di tempat 
tidur
Pindah 
Ambulasi 
Naik tangga 
Makan dan minum 
Gososk gigi 
Keterangan : semua aktifitas sebagian masih dibantu orang lain
3. Pola istirahat dan tidur
KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
Jumlah Tidur Siang Tidak tidur siang 1-3 jam
Jumlah Tidur Malam 6-8 jam 4 jam
Pengantar Tidur Tidak ada Tidak ada
Gangguan Tidur Tidak ada Mual muntah
Perasaan Waktu Bangun Segar Masih Mengantuk

4. Pola Nutrisi-Metabolik
1) Berat badan sebelum sakit dan sesudah sakit
Tanggal Pemeriksaan BB sebelum sakit Saat Sakit
06-07-2020 30 Kg 27 kg

2) Tinggi Badan
1,30 Cm

3) Kebiasaan Memberikan Makanan


Keterangan Sebelum Sakit Saat Sakit
Frekuensi 3 kali 3 kali
Jenis Nasi, lauk, sayur bubur, lauk, sayur
Porsi 1 Porsi habis 1 porsi tidak habis
Total Konsumsi 3 kali/sehari 3kali/sehari
Keluhan Tidak ada keluhan Lidah terasa pahit
4) Diit Khsus
Bubur
5) Tanda-kecukupan Nutrisi (NCHS)
27
IMT= z core = IMT-Medium
(1,30) ²
27
= = 15,97 =16-19,0=0,84
1,69
15. Pola Eliminasi
Eliminasi Urin
Keterangan Sebelum Sakit Saat Sakit
Frekuensi 1-7x 5-8x sehari
Pancaran Lancar Lancar
Jumlah 1-7 kali 5-8 kali sehari
Bau Khas Khas
Warna Kuning jernih Kuning keemasan
Perasaan setelah Bak Lega lega
Total Urine 7 kali/hari 8 kali/hari
Eliminasi Alvi
Keteranagan Sebelum Sakit Saat Sakit
Frekuensi 1 kali 1 kali
Konsistensi Lunak Lembek
Bau Khas Khas
Warna Kuning keemasan Coklat
16. Pola Kognitif dan Persepsi Sensori
Pasien saat diajak komunikasi mendengar dan menjawab sesuai dengan apa yang
ditanyakan
17. Pola Konsep Diri
Pasien mengikuti prosedur keperawatan
18. Pola Mekanisme Koping
Pasien terbaring, kadang menangis ingin melepas kateter
19. Pola Fungsi Seksual-Reproduksi
Tidak ada kelainan, terpasang kateter
2. Pola Hubungan –Peran
Baik, hubungan dengan keluaraga baik
3. Pola Nila dan Keperayaan
Keterangan Sebelum Sakit Saat Sakit
Nilai Khusus Pasien mengaji Tidak dilakukan
tiap sore di TPQ
Praktik Ibadah Kadang-kadang Tidak dilakuakan
dilakuakan
Pengetahuan Tentang Praktik _ _
Ibadah Selama Sakit
4. Pola Aktifitas Bemain
Pasien Mengatakan dirumah dan di sekolah biasanya bermain bekel bersama dengan
temannya

7. PEMERIKSAAN FISIK(DATA OBYEKTIF


1. Status Kesehatan Umum
Keadaan dan Penampilan Umum :baik
Kesadaran :composmentis 4-5-6
BB Sebelum sakit :33 kg
BB saat ini :27kg
BB ideal :
Perkembangan BB :
Status Gizi :cukup
Status Hidrasi :
Tanda-Tanda Vital :
TD :110/60 mmHg
N :120x/menit
Suhu :39,8ᴼC
RR :19x/menit
2. Pemeriksaan Fisik (B1-B6)
1) Breathing
I: RR =19x menit
P:tidak ada nyeri dada, dada simetris
P: suara sonor
A: suara ronki (-)
2) Bleeding
I:Konjungtiva anemis(-), sianosis(-)
P:Akral dingin berkeringat,crt>2 dtk
P:Bunyi jantung pekak
A: bunyi jantung teratur
3) Brain
I:Kesadaran Composmentis 4-5-6
P:Tidak ada benjolan
P:-
A: -

4) Bladder
I:tidak ada kelainan
P:distensi kandung kemih(-)
P:-
A:-
5) Bowel
I:Pasien terakhir Bab jam 5 pagi
A: bising usus+, 18/menit
P:nyeri tekan(+),
P: Bunyi hipertimpani
6) Bone
I:turgor kulit baik, tidak ada kelemahan otot
P:Akral dingin berkeringat,crt>2 dtk, reflek patela (+)
P:-
A: -

3. Pemeriksaan Diagnostik
1) Laboratorium
Hb 11,6 d/dl (14-18d/dl)
Ht 34,7% (34-48%)
Eritrosit 4,11 juta/ul (3,7-5,9.10⁶ juta/ul)
Leukosit 12.200/ul (4,6-11.)
Trombosit 232.000 (150-400. 10³/ul)
2) Radiologi
-
4. Terapi
1)Oral
-Sulcralfat 3x1 sendok teh
2)Parenteral
-Sanmol 3x100mg
-Ranitidin 5cc
3)Lain-lain
-infus ns 18 tpm
ANALISA DATA

Analisa Data Faktor yang Berhubungan Diagnosa Keperawatan


Ds: Bakterimia II Syamtomatik Hipertermi
ibu px mengatakan
demam sejak 2 hari
yang lalu
Do: Metabolisme Meningkat
- S:38,8ᴼC
- Kulit teraba
hangat
- N:110x/m
- TD:120/60mmHg
Ds: Bakterimia II Syamtomatik Resiko Defisit Nutrisi
ibu px mengtakan
muntah selama 2 hari
dan setiap kali makan
muntah Mual muntah

Do:
- kulit kering(-)
- mata cowong(-)
- lemas
- BB 27 kg
- Muntah(+)

Ds: Serosa usu Nyeri akut


P: nyeri di perut
Q: seperti ditusuk-
tusuk
R: perut kiri Perforasi Usus
S: skala 7
T: terus menerus

Do:
- Wajah
menyeringai
- Memegangi
area perut
bagian kiri
bawah
- TD:
120/60mmHg
- N:110x/m

INTERVENSI

SDKI SLKI SIKI


Hipertermi Setelah dilakuakan pemeriksaan 1x24 jam Manajemen Hipertermi
didapatkan hasil Observasi
Kriteria Hasil:  Monitor suhu tubuh
 Menggigil menurun  Identifikasi penyebab
 Komsumsi oksigen menurun  Monitor tanda dan gejala
 Pucat menurun  Monitor elektrolit
 Takikardi menurun  Monitor pengeluaran urin
 Brakikardi menurun Teraupeti
 Dasar kuku sianotik menurun  Sediakan lingkungan yang hangat
 Ganti pakaian / line yang basah
 Hipoksia menurun
 Lakukan penghangatan pasif
 Suhu tubuh membaik
 Lakukan penghangatan eksternal
 Suhu kulit membaik  Lakukan penghangatan aktif
 Ventilasi membaik internal
 Tekanan darah membaik Edukasi
Anjurkan makan dan minum hangat
Resiko Setelah dilakuakan pemerikasaan kurang  MANAJEMEN NUTRISI
Defisit dari 1x 24 jam didapatkan Observasi
Nutrisi Kriteria hasil :  Identifikasi status nutrisi
a. Berat badan meningkat  Monitor berat badan
b. Panjang badan meningkat  Monitor hasil
c. Kulit kuning menurun pememriksaan laboratorium
d. Sklera kuning menurun Teraupetik
e. Pucat menurun  Berikan suplemen makanan
f. Tebal lapisan kulit membaik Edukasi
 Ajarkan program diet
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrisi yang
dibutuhkan
Nyeri Akut Setelah dilakuakan intervensi selama 1x24 MANAJEMEN NYERI
jam didapatkan Observasi
Kriteria hasil - Identifikasi lokasi, karakteristik,
1. Keluhan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri nyeri
menurun - Identifikasi skala nyeri
2. Meringis - Identifikasi faktor yang
menurun memperberat dan memperingan
3. Sikap nyeri
protektif - Monitor keberhasilan terapi
menurun komplementer yang sudah diberikan
4. Gelisah - Monitor efek samping penggunaan
menurun analgesik
5. Sulit tidur Terapeutik
menurun - Berikan teknin nonfarmakologi
6. Muntah untuk mengurangi rasa nyeri
menurun - Kontrol lingkungan yang
7. Mual memperberat rasa nyeri
menurun - Fasilitasi istrihat dan tidur
8. Frekuensi Edukasi
nadi - Jelaskan penyebab, periode,
membaik pemicu nyeri
9. Pola nafas - Jelaskan strategi meredakan
membaik nyeri
10. Tekanan - Anjurkan monitor nyeri secara
darah membaik mandiri
11. Pola tidur - Ajarkan teknik nonfarmakoligi
membaik untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgesik, bila
perlu

IMPLEMENTASI dan EVALUASI

No Diagnosa Tanggal / Implementasi Evaluasi

Jam
1 Hipertermi 20/07/2020 S:-
09.30 - Menerima Pasien baru O:
- Menjelaskan prosedur selama TD: 120/60 mmHg
12.00 dirawat inap RR:17x/m
- Memonitor tanda-tanda vital S: 38,0ᴼC
TD: 120/60 mmHg N:100x/m
RR:17x/m Akral hangat
S: 38,0ᴼC
14.00 N:100x/m A: Hipertermi
- Akral hangat P:
- observasi tanda-tanda vital
sekali
- kolaborasi pemberian terapi
- operan obat
- anjurkan mengompres dengan
air hangat atau dengan susu
ruangan
- anjurkan keluarga mengganti
baju pasien bila basah
- lanjutkan intervensi
2 Resiko Defisit 20/07/2020 S:
Nutrisi 09.30 - memasukan bayi kedalam O:
Menerima Pasien baru - kulit kering, pucat
12.00 - Menjelaskan prosedur selama - mata cowong
dirawat inap - Memonitor tanda-tanda vital
- Memonitor tanda-tanda vital TD: 120/60 mmHg
TD: 120/60 mmHg RR:17x/m
RR:17x/m S: 38,8ᴼC
S: 38,8ᴼC N:100x/m
14.00 N:100x/m - Akral hangat
- Akral hangat - BB:27Kg

A: Resiko Defisit Nutrisi


- operan P:
- Kolaborasi dengan tim gizi
-
3 Nyeri Akut 20/07/2020 S:
09.30 P: nyeri di perut
- Menerima Pasien baru Q: seperti ditusuk-tusuk
10.00 - Menjelaskan prosedur selama R: perut kiri
dirawat inap S: skala 3
- Memonitor tanda-tanda vital T: terus menerus
TD: 120/60 mmHg
RR:17x/m O:
S: 38,8ᴼC - Wajah tampak rileks
N:100x/m - Memegangi area perut bagian
- Monitor nyeri kiri bawah
P: nyeri di perut - TD: 120/60mmHg
14.00 Q: seperti ditusuk-tusuk N:100x/m
R: perut kiri A: Nyeri Akut
S: skala 3 P:
T: hilang timbul - Monitor nyeri
- operan - Ajarkan tarik nafas dalam
- untuk mengontrol nyeri
- Kompres hangat diarea nyeri
- Kolaborasi terapi farmakologi
1 Hipertermi 21/07/2020 S:
07.00 Operan O:
10.00 Memberikan sanmol 100 ml Akral hangat
Menganjurkan keluarga untuk tetap TD: 110/60 mmHg
mengompres dan mengganti pakaian N:100x/m
12.00 dengan yang kering RR:18x/m
Observasi TTV S:38ᴼC
TD: 110/60 mmHg A: Hipertermi
N:100x/m P:
RR:18x/m - observasi tanda-tanda vital
13.00 S:38ᴼC sekali
14.00 Dokumentasi - kolaborasi pemberian terapi
Operan obat
- anjurkan mengompres dengan
air hangat atau dengan susu
ruangan
- anjurkan keluarga mengganti
baju pasien bila basah
- lanjutkan intervensi
2 Resiko Defisit 21/07/2020 S:
Nutrisi 07.00 Operan O:
Obeservasi pemberian makanan klien - kulit kering, pucat
08.00 Pemberian obat oral Sulcralfat - Memonitor tanda-tanda vital
12.00 Observasi TTV TD: 110/60 mmHg
TD: 110/60 mmHg RR:18x/m
N:100x/m S: 38,ᴼC
RR:18x/m N:100x/m
S:38ᴼC - Akral hangat
13.00 Dokumentasi - BB:27Kg
14.00 Operan A: Resiko Defisit Nutrisi
P:
- Kolaborasi dengan tim gizi

3 Nyeri akut 21/07/2020 S:


07.00 Operan P: nyeri di perut
10.00 Injeksi ranitidin Q: seperti ditusuk-tusuk
12.00 Memonitor tanda-tanda vital R: perut kiri
TD: 110/60 mmHg S: skala 5
RR:18x/m T: hilang timbul
S: 38ᴼC
N:100x/m O:
Monitor nyeri - Wajah menyeringai
P: nyeri di perut - Memegangi area perut bagian
Q: seperti ditusuk-tusuk kiri bawah
R: perut kiri - TD: 110/60mmHg
13.00 S: skala 5 N:100x/m
14.00 T: hilang timbul RR:18x/m
Dokumentasi A: Nyeri Akut
Operan P:
- Monitor nyeri
- Ajarkan tarik nafas dalam
untuk mengontrol nyeri
- Kompres hangat diarea nyeri
- Kolaborasi pemberian
farmakologi
1 Hipertermi 22/07/2020 S:
07.00 Operan O:
10.00 Memberikan sanmol 100 ml Akral hangat
Menganjurkan keluarga untuk tetap TD: 110/60 mmHg
mengompres dan mengganti pakaian N:95x/m
12.00 dengan yang kering RR:18x/m
Observasi TTV S:38ᴼC
TD: 110/60 mmHg A: Hipertermi
N:95x/m P:
RR:18x/m - observasi tanda-tanda vital
13.00 S:38ᴼC sekali
14.00 Dokumentasi - kolaborasi pemberian terapi
Operan obat
- anjurkan mengompres dengan
air hangat atau dengan susu
ruangan
- anjurkan keluarga mengganti
baju pasien bila basah
lanjutkan intervensi
2 Resiko Defisit 22/07/2020 S:
Nutrisi 07.00 Operan O:
Obeservasi pemberian makanan klien - kulit kering, pucat
08.00 Pemberian obat oral Sulcralfat - Memonitor tanda-tanda vital
12.00 Observasi TTV TD: 110/60 mmHg
TD: 110/60 mmHg RR:18x/m
N:95x/m S: 38,ᴼC
RR:18x/m N:95x/m
S:38ᴼC - Akral hangat
13.00 Dokumentasi - BB:27Kg
14.00 Operan A: Resiko Defisit Nutrisi
P:
- Kolaborasi dengan tim gizi

3 Nyeri akut 22/07/2020 S:


07.00 Operan P: nyeri di perut
10.00 Injeksi ranitidin Q: seperti ditusuk-tusuk
12.00 Memonitor tanda-tanda vital R: perut kiri
TD: 110/60 mmHg S: skala 5
RR:18x/m T: hilang timbul
S: 38ᴼC
N:95x/m O:
Monitor nyeri -Wajah tampak rileks kiri
P: nyeri di perut -TD: 110/60mmHg
Q: seperti ditusuk-tusuk N:95x/m
R: perut kiri RR:18x/m
13.00 S: skala 3 A: Nyeri Akut
14.00 T: hilang timbul P:
Dokumentasi - Monitor nyeri
Operan - Ajarkan tarik nafas dalam
untuk mengontrol nyeri
- Kompres hangat diarea nyeri
Kolaborasi pemberian farmakologi

Anda mungkin juga menyukai