ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN DIARE
DI RUANG BONA 1 RSUD DR SOETOMO SURABAYA
Disususun Oleh :
KELOMPOK 1
SURABAYA
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah
ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang Asuhan Keperawatan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya
karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
lebih dari biasanya (>3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair),
dengan/tanpa darah dan/atau lendir (Suraatmaja, 2007). Diare disebabkan oleh transportasi air
dan elektrolit yang abnormal dalam usus. Di seluruh dunia terdapat kurang lebih 500 juta anak
yang menderita diare setiap tahunnya, dan 20% dari seluruh kematian pada anak yang hidup
di negara berkembang berhubungan dengan diare serta dehidrasi. Gangguan diare dapat
melibatkan lambung dan usus (gastroenteritis), usus halus (enteritis), kolon (colitis) atau
kolon dan usus (enterokolitis). Diare biasanya diklasifikasikan sebagai diare akut dan kronis
(Wong, 2009).
Penyakit diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting
karena merupakan penyumbang utama angka kesakitan dan kematian pada anak diberbagai
negara termasuk Indonesia. Diare sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan
jumlah penderita dan kematian yang besar, terutama diare akut yang disebabkan oleh infeksi
dan keracunan makanan. KLB sering terjadi didaerah dengan sanitasi buruk, tidak
Diare atau dikenal dengan sebutan mencret memang merupakan penyakit yang masih
banyak terjadi pada masa kanak dan bahkan menjadi salah satu penyakit yang banyak menjadi
penyebab kematian anak yang berusia di bawah lima tahun (balita). Karenanya, kekhawatiran
orang tua terhadap penyakit diare adalah hal yang wajar dan harus dimengerti. Justru yang
menjadi masalah adalah apabila ada orang tua yang bersikap tidak acuh atau kurang waspada
terhadap anak yang mengalami diare. Misalnya, pada sebagian kalangan masyarakat, diare
dipercaya atau dianggap sebagai pertanda bahwa anak akan bertumbuh atau berkembang.
Kepercayaan seperti itu secara tidak sadar dapat mengurangi kewaspadaan orang
Menurut data United Nations Childrens Fund (UNICEF) dan World Health
Organization (WHO) pada 2009, diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita di
dunia, nomor 3 pada bayi, dan nomor 5 bagi segala umur. Data UNICEF memberitakan
bahwa 1,5 juta anak meninggal dunia setiap tahunnya karena diare
masyarakat. Angka kesakitan maupun angka kematian pada bayi dan anak banyak disebabkan
oleh diare. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdirektorat Diare Departemen Kesehatan
dari tahun 2000-2010 terlihat kecenderungan insiden diare naik. Sampai saat ini kasus diare di
Indonesia masih cukup tinggi dan menimbulkan banyak kematian terutama pada bayi dan
balita. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2011 diare merupakan penyebab
kematian yang utama pada bayi (31,4%) dan anak balita (25,2%). Sekitar 162.000 balita
meninggal akibat diare setiap tahun atau sekitar 460 balita per hari. Proporsi terbesar
penderita diare pada balita adalah kelompok umur 611 bulan yaitu sebesar 21,65%pertahun,
lalu kelompok umur 1217 bulan sebesar 14,43%, kelompok umur 24-29 bulan sebesar
12,37% (Kemenkes, 2011). Dari pemetaan penyakit menular yang mencolok adalah
penurunan angka period prevalence diare dari 9,0 persen tahun 2007 menjadi 3,5 persen tahun
Data Profil Kesehatan Jawa Timur tahun 2015 cakupan pelayanan penyakit Diare
dalam kurun waktu 7 (tujuh) tahun terakhir cenderung meningkat, dimana pada tahun 2013
mencapai 118,39 %, dan sedikit menurun pada tahun 2014 menjadi 106 % dan meningkat
menjadi 110,66 % pada tahun 2015. Hal ini terjadi karena penurunan angka morbiditas dari
tahun 2012 yang sebesar 411/1.000 penduduk menjadi 214/1.000 penduduk pada tahun
2013.mulai tahun 2009 sampai dengan tahun 2015, capaian penemuan kasus diare cenderung
meningkat setiap tahunnya. Dan dari trend perbulan kasus Diare selama tahun 2009 2015.
Diare disebabkan faktor cuaca, lingkungan, dan makanan. Perubahan iklim, kondisi
utamanya. Penularan diare umumnya melalui 4F, yaitu Food, Fly , Feces, dan Finger. Oleh
karena itu, upaya pencegahan diare yang praktis adalah dengan memutus rantai penularan
tersebut.
Angka kejadian diare di sebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini masih tinggi.
Di Indonesia, sekitar 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekitar 460 balita setiap
harinya. Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia, diare merupakan
penyebab kematian nomor 2 pada balita dan nomor 3 bagi bayi serta nomor 5 bagi semua
umur. Setiap anak di Indonesia mengalami episode diare sebanyak 1,6 2 kali per tahun.
terutama pada usia lanjut dan anak-anak. Pada diare akut karena kolera kehilangan cairan
secara mendadak sehingga terjadi shock hipovolemik yang cepat. Kehilangan elektrolit
melalui feses potensial mengarah ke hipokalemia dan asidosis metabolik (Hendarwanto, 1996;
Ciesla et al, 2003). Sepintas diare terdengar sepele dan sangat umum terjadi. Namun, ini
bukan alasan untuk mengabaikannya, dehidrasi pada penderita diare bisa membahayakan dan
ternyata ada beberapa jenis yang menular.Diare kebanyakan disebabkan oleh Virus atau
bakteri yang masuk ke makanan atau minuman, makanan berbumbu tajam, alergi makanan,
reaksi obat, alkohol dan bahkan perubahan emosi juga dapat menyebabkan diare, begitu pula
sejumlah penyakit tertentu. Oleh karena itu pemberian asuhan keperawatan yang tepat pada
berikut: Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Diagnosa Medis Diare
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan anak secara komprehensif
pada klien dengan diagnosa medis diare di ruang Bona 1 RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat memahami pengertian Diare
2. Mahasiswa dapat memahami etiologi Diare.
3. Mahasiswa dapat memahami patofisiologi Diare.
4. Mahasiswa dapat memahami WOC Diare.
5. Mahasiswa dapat memahami klasifikasi Diare.
6. Mahasiswa dapat memahami manifestasi klinis Diare.
7. Mahasiswa dapat memahami penatalaksanaan Diare.
8. Mahasiswa dapat memahami Pencegahan Diare.
9. Mahasiswa dapat memahami faktor yang mempengaruhi Diare.
10. Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pada Diare.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Tabel 2.1 Penilaian Derajat Dehidrasi Penderita Diare (Sukandar dkk, 2008)
Penilaian Tanpa Dehidrasi Dehidrasi Ringan / Sedang Dehidrasi Berat
Keadaan umum Baik Gelisah, rewel Lesu, tidak sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung
Air mata Ada Tidak ada Tidak ada
Mulut, lidah Basah Kering Sangat kering
Rasa haus Minum biasa Sangat haus Malas / tidak bisa minum
Kekenyalan kulit Normal Kembali lambat Kembali sangat lambat
2. Zinc
a. Komposisi :
Zinc sulfate 54,9 mg setara dengan zinc 20 mg.
b. Indikasi :
Pengobatan diare pada anak di bawah 5 tahun, diberikan bersama oralit.
c. Efek samping :
Pemakaian jangka panjang dosis tinggi menyebabkan konsentrasi lipoprotein
plasma dan absorbsi tembaga.
d. Dosis :
1) Bayi 2-6 bulan : tablet dispersibel (10 mg zink) diberikan setiap hari
selama 10 hari berturut-turut.
2) Anak 6 bulan- 5 tahun : 1 tablet dispersibel (20 mg zinc) diberikan setiap hari
selama 10 hari berturut-turut bahkan ketika diare telah berhenti.
5. Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa, porsi yang
diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu. kekurangan gizi pada
anak usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik, menjaga
kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci tangan.
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.
7. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan, lingkungan
tempat tinggal.
8. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan
a. Pertumbuhan
1) Kenaikan BB karena umur 1 3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg (rata - rata 2
kg), PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.
2) Kenaikan lingkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun kedua dan
seterusnya.
3) Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi taring,
seluruhnya berjumlah 14 16 buah
4) Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.
b. Perkembangan
1) Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud.
Fase anal : pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido, meulai
menunjukan keakuannya, cinta diri sendiri/ egoistic, mulai kenal dengan
tubuhnya, tugas utamanyan adalah latihan kebersihan, perkembangan bicra
dan bahasa (meniru dan mengulang kata sederhana, hubungna interpersonal,
bermain).
2) Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson.
a) Autonomy vs Shame and doundt
Perkembangan ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari anak toddler
dari lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh Dario kemam puannya
untuk mandiri (tak tergantug). Melalui dorongan orang tua untuk makan,
berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua terlalu over protektif menuntut
harapan yanag terlalu tinggi maka anak akan merasa malu dan ragu-ragu
seperti juga halnya perasaan tidak mampu yang dapat berkembang pada
diri anak.
3) Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan
mandiri : Umur 2-3 tahun :
a) Berdiri dengan satu kaki tampa berpegangan sedikitpun 2 hitungan
(GK)
b) Meniru membuat garis lurus (GH)
c) Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata (BBK)
d) Melepasa pakaian sendiri (BM)
9. Pemeriksaan Fisik
a. Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil,
lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,
b. Keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.
c. Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur 1
tahun lebih
d. Mata : cekung, kering, sangat cekung
e. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic
meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal atau
tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa
minum
f. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis
metabolic (kontraksi otot pernafasan)
g. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada
diare sedang .
h. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu meningkat >
375 0 c, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill time memajang
> 2 dt, kemerahan pada daerah perianal.
i. Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24 jam ),
frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
j. Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress yang
berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan invasive respon
yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.
10. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium :
1) Feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
2) Serum elektrolit : Hiponatremi, Hipernatremi, hipokalemi
3) AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2 meningkat,
HCO3 menurun )
4) Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
b. Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni
11. Penatalaksanaan Diare
a. Rehidrasi
1) Jenis cairan
a) Cara rehidrasi oral
Formula lengkap (NaCl, NaHCO3, KCl dan Glukosa) seperti orali,
pedyalit setiap kali diare.
Formula sederhana ( NaCl dan sukrosa)
b) Cara parenteral
Cairan I : RL dan NS
Cairan II : D5 salin,nabic. KCL
D5 : RL = 4 : 1 + KCL
D5 + 6 cc NaCl 15 % + Nabic (7 mEq/lt) + KCL
HSD (half strengh darrow) D 2,5 NS cairan khusus pada diare
usia > 3 bulan.
2) Jalan pemberian
a) Oral (dehidrasi sedang, anak mau minum, kesadaran baik)
b) Intra gastric ( bila anak tak mau minum,makan, kesadran menurun)
3) Jumlah Cairan ; tergantung pada :
a) Defisit ( derajat dehidrasi)
b) Kehilangan sesaat (concurrent less)
c) Rumatan (maintenance).
4) Jadwal / kecepatan cairan
a. Pada anak usia 1- 5 tahun dengan pemberian 3 gelas bila berat badanya
kurang lebih 13 kg : maka pemberianya adalah :
BB (kg) x 50 cc
BB (kg) x 10 20 = 130 260 cc setiap diare = 1 gls.
b) Terapi standar pada anak dengan diare sedang :
+ 50 cc/kg/3 jam atau 5 tetes/kg/mnt
b. Terapi
1) Obat anti sekresi : Asetosal, 25 mg/hari dengan dosis minimal 30 mg,
klorpromazine 0,5 1 mg / kg BB/hari
2) Obat anti spasmotik : Papaverin, opium, loperamide
3) Antibiotik : bila penyebab jelas, ada penyakit penyerta
c. Dietetik
1) Umur > 1 tahun dengan BB>7 kg, makanan padat / makanan cair atau susu
2) Dalam keadaan malbasorbsi berat serta alergi protein susu sapi dapat diberi
elemen atau semi elemental formula.
d. Supportif
Vitamin A 200.000. IU/IM, usia 1 5 tahun
PEMBAHASAN
Pada kasus yang dialami An. H dengan Bronkopneumonia + Diare akut diare ringan
Menurut Mansjoer (2009) diare pada bayi dan anak dapat disebabkan diantaranya
virus, bakteri dan parasit. Diare bisa terjadi karena beberapa hal, antara lain karena infeksi
baik lewat enteral maupun parenteral, malabsorbsi karbohidrat, protein dan lemak, serta
makanan basi dan alergi makanan. Pada pasien yang juga menderita bronkopneumonia, bisa
sangat rentan terjadi diare, ini dikarenakan bakteri penyebab pneumonia terbawa di saluran
pencernaan sehingga menyebabkan infeksi saluran pencernaan dan terjadi peningkatan flora
normal dalam usus sehingga terjadi peningkatan peristaltic usus dan malabsorbsi kemudian
terjadilah diare.
Lingkungan pasien tinggal sangat berpengaruh terhadap terjadinya diare pada pasien.
Kebiasaan orang tua (ayah) yang merokok didekat pasien juga menjadi pencetus terjadinya
penyakit lain yaitu bronkopneumonia yang diderita pasien. Selain itu lingkungan rumah
pasien merupakan lingkungan padat penduduk dan dekat dengan pembuangan limbah pabrik
tempe. Keluarga klien mengatakan klien sering ikut dengan neneknya saat ibunya bekerja
sehingga untuk tingkat kebersihan dan cara pemberian makanan kurang terjamin, terutama
cara membersihkan botol susu yang biasa dipakai An. H. Hal ini sesuai dengan pendapat
Notoatmojo (2010) tentang faktor yang mempengaruhi terjadinya diare pada balita salah
satunya adalah pekerjaan ibu. Pada ibu balita yang bekerja saat anaknya terkena diare
biasanya kurang cepat tertanggani karena kesibukan dari pekerjaan ibu. Dimana penanganan
balita yang terkena diare di karenakan ketiadaan waktu untuk memeriksakan ke tenaga
kesehatan, hal ini terjadi karena waktunya kadang bersamaan dengan waktu kerja yang tidak
bisa ditinggalkan yang akibatnya diare pada balitanya akan semakin kritis.
Salah satu gejala diare adalah buang air besar sering, konsistensi cair/encer meskipun
tanpa ampas atau dengan ampas. Pada pasien An. H keluhan utama saat datang adalah diare
dan lemas serta sesak napas ditambah dengan gejala dehidrasi ringan-sedang seperti mukosa
bibir kering, mata cekung, gelisah, rewel.. Hal ini sesuai dengan pernyataan Manjoer (2009)
awalnya seorang balita akan sering cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan
berkurang atau tidak ada nafsu makan, yang disertai dengan timbulnya diare. Keadaan
kotoran (tinja) makin cair, kemungkinan mengandung darah atau lendir, yang berwarna
menjadi kehijau-hijauan yang disebabkan karena bercampur dengan empedu anus dan
sekitarnya menjadi lecet yang mengakibatkan tinja menjadi asam. An H juga mengalami hal
yang sama yaitu diare lebih dari 3 kali sehari dan encer berwarna gelap kehijauan tanpa
ampas.
Pada saat hari pertama pengkajian muncul diagnosa keperawatan hipertermi, hal ini
bisa diakibatkan oleh dehidrasi ringan sampai sedang yang dialami An. H dengan suhu tubuh
38oC. Hal ini sesuai dengan pendapat Sukandar dkk (2008) bahwa gejala klinis diare
diantaranya panas/suhu tubuh meningkat, rasa lemas, kadang demam. Masalah hipertermi
pada An. H dapat teratasi pada hari pertama diberikan tindakan keperawatan. Penyakit
penyerta lainnya juga berperan dalam memperburuk kondisi klien, diantaranya sesak yang
2017 memburuk ditandai dengan peningkatan frekuensi pernapasan dan An H semakin sesak
sehingga diangkat masalah keperawatan pola napas inefektif b.d hiperventilasi. Hasil lab
diagnosa gangguan pertukaran gas menjadi permasalahan pertama pada hari kedua perawatan.
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
(P3N) FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS
AIRLANGGA
Keluhan Utama :
Ibu klien mengatakan bahwa klien lemas dan sesak Commented [IDK1]: KU adalah yang dikeluhkan saat dilakukan
pengkajian, bukan keluhan saat masuk rumah sakit
Klien mengalami diare sejak hari jumat (8/09/2017) sebanyak 3x cair, berwarna
Riwayat Sakit dan Kesehatan
kuning. Hari sabtu klien mencret lagi 2x cair + ampas, demam sejak hari jumat, batuk
pilek sejak 3 hari SMRS. Klien pernah MRS karena diare 3 minggu yang lalu. Commented [IDK2]: Sejak kapan
Riwayat Nutrisi
Nafsu makan : Baik Tidak Mual Muntah
Pola makan : 2X/hari 3X/hari >3X/hari
Minum : Jenis susu, jumlah : 1500 cc/hari
Pantangan makan : Ya Tidak
Menu makanan : klien mengkonsumsi susu formula
Riwayat Pertumbuhan
BB saat ini : 9,8 kg, TB: cm, LK: cm, LD: cm, LLA : cm Commented [IDK3]: Tambahkan BB Normal. BB sesuai umur
dan TB
BB lahir : 3,5 gram, BB sebelum sakit : 9,2 kg
Panjang lahir : 42 cm PB/TB saat ini: cm
Riwayat Perkembangan
Pengkajian Perkembangan (DDST) :
Tahap Perkembangan Psikoseksual : Commented [IDK4]: Isi sesuai tahapan pertumbuhan dan
perkembangan
Lain-Lain :
- Terpasang O2 nasal 2 lpm
- Mukosa bibir kering
- Rambut kering
Penglihatan (Mata)
Pupil : Isokor Anisokor Lain-Lain :
Sclera/Konjungtiva : Anemis Ikterus Lain-Lain : anikterik
Pendengaran/Telinga
Gangguan Pandangan: Ya Tidak Jelaskan:
Penciuman (Hidung)
Bentuk : Normal Tidak Jelaskan:
Gangguan Penciuman: Ya Tidak Jelaskan:
Peristaltik : 18 x/menit
Pembesaran hepar : Ya Tidak
Pembesaran lien : Ya Tidak
Buang air besar : 3 x/hari Teratur Ya Tidak
Konsistensi : cair Bau: Warna: hijau gelap
Lain-lain : Klien mencret +- 2-3x sehari, tanpa ampas, warna gelap
Masalah :diare
Kemampuan pergerakan sendi : Bebas Terbatas
Kekuatan otot: Commented [IDK5]: Berapa kekuatan ototnya
Kulit
Muskuloskeletal B6 (Bone & Integumen)
Masalah : tidak ditemukan masalah Commented [IDK6]: Ketakutan pada anak, dampak stres
hospitalisasi??
Data Penunjang (Lab, Foto, USG, dll)
Tanggal :......................
Ners Muda,
( )
Ringkasan Kasus :
1. Identitas Anak :
An. MHNI
Usia ....1... tahun ...6..bulan ...8...hari
Diagnosa:
3. Pemeriksaan Penunjang
: Tanggal: 15 september
Foto Thorax AP (Simetris)
4. Terapi :
- O2 nasal 2 lpm
- Injeksi ampicilin 250 mg/6jam
- Infus D5 500 cc/24 jam
- Nebul ventolin
- Nebul combiven+1 cc pz
- Susu sya 8x30 ml, 8x60 ml
-infus ka en 3b 500 ml/24 jam
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS (P3N)
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ANALISIS DATA
TANGGAL DATA ETIOLOGI MASALAH
Suplai O2 turun
Hiperventilasi
Dipsneu
Peningkatan suhu
TANGGAL : 11/9/2017
1. Diare berhubungan dengan terpapar kontaminan, proses infeksi
TANGGAL : 12/9/2017
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi
TANGGAL : 13/9/2017
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi
INTERVENSI KEPERAWATAN
O2 masuk 6 lpm
Nebul ventolin
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS (P3N)
FAKULTS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS (P3N)
FAKULTS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS (P3N)
FAKULTS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Daftar Pustaka
Chang, Ju Young. 2008. Decreased Diversity of the Fecal Microbiome in Recurrent Clostridium difficile-Associated Diarrhea. J Infect Dis.,
197(3): 435-438
Depkes RI, 2011, Pedoman pemberantasan penyakit diare, Jakarta.
Mansjoer, arif., 2009. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi ke 3. Jakarta : FK UI press.
Notoatmodjo,s. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta
Pudjiadi. S. (2005). Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Edisi Keempat FKUI. Jakarta.
Sukandar, E.Y., Andrajati, R., Sigit, J.I dan Kusnandar., 2008. Iso Farmakoterapi.
ISFI, Jakarta.
Sukut, S. S., Arif, Y. S. & Quraniati, N. 2015. Faktor Kejadian Diare pada Balita dengan Pendekatan Teori Nola J. Pender di IGD Rsud Ruteng.
Jurnal Pediomaternal. Vol. 3 No.2. April Oktober 2015 : 230.
Sulistijani, D. A. & Herlianty, M. P. (2001). Menjaga Kesehatan bayi dan balita, Jakarta: Puspa Swara.
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS (P3N)
FAKULTS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA