Anda di halaman 1dari 47

MAKALAH SEMINAR KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN DIARE
DI RUANG BONA 1 RSUD DR SOETOMO SURABAYA

Disususun Oleh :

KELOMPOK 1

1. Adib Huda Mujtaba (131623143035)


2. Bayu Febriandika (131623143035)
3. Yohana Rismawati (131623143001)
4. Maulia Ika Widyana (131623143037)
5. Latifatul Muna (131623143047)
6. Nur Mahfuzah Zein (131623143084)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah

ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang Asuhan Keperawatan

pada Pasien dengan Diare.

Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mendapat hambatan, akan

tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya

karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua

pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya

mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik

dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca

sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata

semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.

Surabaya, September 2017

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 3
1.3 Tujuan ...................................................................................................... 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Diare ...................................................................................... 3
2.2 Etiologi Diare ........................................................................................... 6
2.3 Patofisiologi Diare ................................................................................... 8
2.4 Klasifikasi Diare ...................................................................................... 11
2.5 Manifestasi Klinis Diare .......................................................................... 13
2.6 Penatalaksanaan Diare ............................................................................. 13
2.7 Pengobatan Diare ..................................................................................... 17
2.8 Pencegahan Diare .................................................................................... 19
2.9 Faktor yang mempengaruhi Diare .......................................................... 22
2.10 Konsep Asuhan keperawatan Diare ....................................................... 24
2.11 WOC Diare ............................................................................................ 28
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Kasus ....................................................................................................... 29
3.2 Pengkajian ............................................................................................... 29
3.3 Analisa Data ............................................................................................ 30
3.4 Diagnosa Keperawatan ........................................................................... 32
3. 5 Intervensi ................................................................................................ 32
3.6 Evaluasi ................................................................................................... 35
BAB VI PENUTUP
4.1Kesimpulan ............................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 37
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi

lebih dari biasanya (>3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair),

dengan/tanpa darah dan/atau lendir (Suraatmaja, 2007). Diare disebabkan oleh transportasi air

dan elektrolit yang abnormal dalam usus. Di seluruh dunia terdapat kurang lebih 500 juta anak

yang menderita diare setiap tahunnya, dan 20% dari seluruh kematian pada anak yang hidup

di negara berkembang berhubungan dengan diare serta dehidrasi. Gangguan diare dapat

melibatkan lambung dan usus (gastroenteritis), usus halus (enteritis), kolon (colitis) atau

kolon dan usus (enterokolitis). Diare biasanya diklasifikasikan sebagai diare akut dan kronis

(Wong, 2009).

Penyakit diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting

karena merupakan penyumbang utama angka kesakitan dan kematian pada anak diberbagai

negara termasuk Indonesia. Diare sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan

jumlah penderita dan kematian yang besar, terutama diare akut yang disebabkan oleh infeksi

dan keracunan makanan. KLB sering terjadi didaerah dengan sanitasi buruk, tidak

tercukupinya air bersih, dan status gizi buruk.

Diare atau dikenal dengan sebutan mencret memang merupakan penyakit yang masih

banyak terjadi pada masa kanak dan bahkan menjadi salah satu penyakit yang banyak menjadi

penyebab kematian anak yang berusia di bawah lima tahun (balita). Karenanya, kekhawatiran

orang tua terhadap penyakit diare adalah hal yang wajar dan harus dimengerti. Justru yang

menjadi masalah adalah apabila ada orang tua yang bersikap tidak acuh atau kurang waspada

terhadap anak yang mengalami diare. Misalnya, pada sebagian kalangan masyarakat, diare

dipercaya atau dianggap sebagai pertanda bahwa anak akan bertumbuh atau berkembang.
Kepercayaan seperti itu secara tidak sadar dapat mengurangi kewaspadaan orang

tua. sehingga mungkin saja diare akan membahayakan anak.

Menurut data United Nations Childrens Fund (UNICEF) dan World Health

Organization (WHO) pada 2009, diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita di

dunia, nomor 3 pada bayi, dan nomor 5 bagi segala umur. Data UNICEF memberitakan

bahwa 1,5 juta anak meninggal dunia setiap tahunnya karena diare

Di Indonesia, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan

masyarakat. Angka kesakitan maupun angka kematian pada bayi dan anak banyak disebabkan

oleh diare. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdirektorat Diare Departemen Kesehatan

dari tahun 2000-2010 terlihat kecenderungan insiden diare naik. Sampai saat ini kasus diare di

Indonesia masih cukup tinggi dan menimbulkan banyak kematian terutama pada bayi dan

balita. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2011 diare merupakan penyebab

kematian yang utama pada bayi (31,4%) dan anak balita (25,2%). Sekitar 162.000 balita

meninggal akibat diare setiap tahun atau sekitar 460 balita per hari. Proporsi terbesar

penderita diare pada balita adalah kelompok umur 611 bulan yaitu sebesar 21,65%pertahun,

lalu kelompok umur 1217 bulan sebesar 14,43%, kelompok umur 24-29 bulan sebesar

12,37% (Kemenkes, 2011). Dari pemetaan penyakit menular yang mencolok adalah

penurunan angka period prevalence diare dari 9,0 persen tahun 2007 menjadi 3,5 persen tahun

2013 (Riskesdas, 2013).

Data Profil Kesehatan Jawa Timur tahun 2015 cakupan pelayanan penyakit Diare

dalam kurun waktu 7 (tujuh) tahun terakhir cenderung meningkat, dimana pada tahun 2013

mencapai 118,39 %, dan sedikit menurun pada tahun 2014 menjadi 106 % dan meningkat

menjadi 110,66 % pada tahun 2015. Hal ini terjadi karena penurunan angka morbiditas dari

tahun 2012 yang sebesar 411/1.000 penduduk menjadi 214/1.000 penduduk pada tahun

2013.mulai tahun 2009 sampai dengan tahun 2015, capaian penemuan kasus diare cenderung

meningkat setiap tahunnya. Dan dari trend perbulan kasus Diare selama tahun 2009 2015.
Diare disebabkan faktor cuaca, lingkungan, dan makanan. Perubahan iklim, kondisi

lingkungan kotor, dan kurang memerhatikan kebersihan makanan merupakan faktor

utamanya. Penularan diare umumnya melalui 4F, yaitu Food, Fly , Feces, dan Finger. Oleh

karena itu, upaya pencegahan diare yang praktis adalah dengan memutus rantai penularan

tersebut.

Angka kejadian diare di sebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini masih tinggi.

Di Indonesia, sekitar 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekitar 460 balita setiap

harinya. Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia, diare merupakan

penyebab kematian nomor 2 pada balita dan nomor 3 bagi bayi serta nomor 5 bagi semua

umur. Setiap anak di Indonesia mengalami episode diare sebanyak 1,6 2 kali per tahun.

Kehilangan cairan dan kelainan elektrolit merupakan komplikasi utama,

terutama pada usia lanjut dan anak-anak. Pada diare akut karena kolera kehilangan cairan

secara mendadak sehingga terjadi shock hipovolemik yang cepat. Kehilangan elektrolit

melalui feses potensial mengarah ke hipokalemia dan asidosis metabolik (Hendarwanto, 1996;

Ciesla et al, 2003). Sepintas diare terdengar sepele dan sangat umum terjadi. Namun, ini

bukan alasan untuk mengabaikannya, dehidrasi pada penderita diare bisa membahayakan dan

ternyata ada beberapa jenis yang menular.Diare kebanyakan disebabkan oleh Virus atau

bakteri yang masuk ke makanan atau minuman, makanan berbumbu tajam, alergi makanan,

reaksi obat, alkohol dan bahkan perubahan emosi juga dapat menyebabkan diare, begitu pula

sejumlah penyakit tertentu. Oleh karena itu pemberian asuhan keperawatan yang tepat pada

anak diare ditujukan untuk mengurangi angka kematian pada anak-anak.


1.2 Rumusan Masalah
Dari Rangkaian latar belakang di atas dapat diambil suatu rumusan masalah sebagai

berikut: Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Diagnosa Medis Diare

di Ruang Bona 1 RSUD DR Soetomo Surabaya?.

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan anak secara komprehensif
pada klien dengan diagnosa medis diare di ruang Bona 1 RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat memahami pengertian Diare
2. Mahasiswa dapat memahami etiologi Diare.
3. Mahasiswa dapat memahami patofisiologi Diare.
4. Mahasiswa dapat memahami WOC Diare.
5. Mahasiswa dapat memahami klasifikasi Diare.
6. Mahasiswa dapat memahami manifestasi klinis Diare.
7. Mahasiswa dapat memahami penatalaksanaan Diare.
8. Mahasiswa dapat memahami Pencegahan Diare.
9. Mahasiswa dapat memahami faktor yang mempengaruhi Diare.
10. Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pada Diare.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori Diare


2.1. Pengertian Diare
Diare adalah berak-berak lembek sampai cair (mencret), bahkan dapat berupa cair
saja, yang lebih sering dari biasanya (3 kali atau lebih dalam sehari) yang ditandai dengan
gejala dehidrasi, demam, mual dan muntah, anorexia, lemah, pucat, keratin abdominal,
mata cekung, membran mukosa kering, pengeluaran urin menurun, dan lain sebagainya
(Chang, 2008). Menurut Mansjoer (2009) diare adalah buang air besar atau defekasi yang
encer dengan frekuensi lebih dari tiga kali sehari, dengan atau tanpa darah dan atau lendir
dalam tinja.
Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan frekuensi yang lebih dari biasa (>
3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja(menjadi cair) dengan atau tanpa darah dan
lendir (Sukut, Arif & Quraniati, 2015).

2.2. Etiologi Diare


Diare pada bayi dan anak dapat disebabkan oleh hal-hal berikut (Mansjoer, 2009):
1. Virus (umumnya adalah rotavirus), gejalanya : berak-berak air, berbusa, dan berbau
asam.
2. Bakteri, gejalanya berak darah dan lendir disertai sakit perut.
3. Parasit (giardiasis), gejala berak disertai darah dan lendir, serta perut terasa mulas.
4. Alergi susu, diare ini biasanya timbul beberapa menit atau jam setelah minum susu.
Susu yang menyebabkan alergi biasanya susu sapi dan produk-produk yang terbuat
dari susu sapi.
5. Obat-obatan seringkali menyebabkan diare. Agensia yang lazim menimbulkan diare
meliputi laksatif, antasida, medikasi jantung (misalnya digitalis dan quinidine),
colchicine dan agensia-agensia antimikrobial. Antimikrobial bisa menimbulkan diare
dengan menyebabkan perubahan non spesifik pada flora usus atau dengan
menimbulkan colitis pseudomembranosa yang memerlukan terapi spesifik. Diarrhea
yang bertalian dengan penggunaan antibiotika tanpa tanda-tanda collitis
pseudomembranosa biasanya memberikan respon terhadap pemhentian pemaparan
terhadap agensia yang menimbulkan.
6. Makanan, makanan yang basi atau mengandung racun serta alergi terhadap makanan
tertentu juga menjadi penyebab penyakit diare.
7. Malabsorpsi, diare dapat terjadi karena gangguan absorpsi zat-zat gizi, seperti
karbohidrat umumnya jenis laktosa lemak dan protein.
8. Psikologis, faktor psikologis seperti rasa takut dan cemas/stres juga dapat
menyebabkan diare. Kasus ini masih jarang dijumpai.
Faktor yang Memengaruhi Terjadinya Diare pada Balita (Pudjiaji, 2005,
Notoatmojo, 2010)
1. Karakteristik Ibu Balita
a. Umur Ibu
Umur adalah usia ibu yang menjadi indikator dalam kedewasaan dalam setiap
pengambilan keputusan untuk melakukan sesuatu yang mengacu pada setiap
pengalamannya. Umur seseorang sedemikian besarnya akan mempengaruhi
perilaku, karena semakin lanjut umurnya, maka semakin lebih bertanggung jawab,
lebih tertib, lebih bermoral, lebih berbakti dari usia muda (Notoatmodjo, 2010).
Karakteristik pada ibu balita berdasarkan umur sangat berpengaruh terhadap cara
penanganan dalam mencegah terjadinya diare pada balita, dimana semakin tua
umur seorang ibu maka kesiapan dalam mencegah kejadian diare akan semakin
baik dan dapat berjalan dengan baik.
b. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan
memahami pengetahuan yang mereka peroleh. Dari kepentingan keluarga
pendidikan itu sendiri amat diperlukan seseorang lebih tanggap adanya masalah
kesehatan terutama kejadian diare didalam keluarganya dan bisa mengambil
tindakan secepatnya.
Berdasarkan tingkat pendidikan ibu, prevalensi diare berbanding terbalik dengan
tingkat pendidikan ibu, dimana semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka
semakin rendah prevalensi diarenya. Lamanya menderita diare pada balita yang
ibunya berpendidikan rendah atau tidak sekolah adalah lebih panjang dibandingkan
dengan anak dari ibu yang berpendidikan baik. Insiden diare lebih tinggi pada anak
yang ibunya yang tidak pernah sekolah menengah.
Tingkat rendahnya pendidikan erat kaitannya dengan tingkat pengertian tentang
cara pencegahan kejadian diare, kesadarannya terhadap bahaya dari adanya diare
pada balita yang dilakuan bagi keluarga dan masyarakat. Tingkat pendidikan turut
pula menentukan rendah tidaknya seseorang menyerap dan memakai pengetahuan
tentang pencegahan diare. Tingkat pendidikan ibu balita yang rendah
mempengaruhi penerimaan informasi sehingga pengetahuan tentang cara
pencegahan terjadinya diare pada balita menjadi terhambat atau terbatas.
Pendidikan yang rendah, adat istiadat yang ketat serta nilai dan kepercayaan akan
takhayul disamping tingkat penghasilan yang masih rendah, merupakan
penghambat dalam pembangunan kesehatan. Pendidikan rata-rata penduduk yang
masih rendah, khususnya di kalangan ibu balita merupakan salah satu masalah
kesehatan yang berpengaruh terhadap cara penangganan diare, sehingga sikap
hidup dan perilaku yang mendorong timbulnya kesadaran masyarakat masih
rendah. Semakin tinggi pendidikan ibu maka mortalitas (angka kematian) dan
morbidilitas (keadaan sakit) semakin menurun, hal ini tidak hanya akibat kesadaran
ibu balita yang terbatas, tetapi karena kebutuhan status ekonominya yang belum
tercukupi.
c. Status Pekerjaan Ibu
Status pekerjaan ibu mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian diare
pada anak balita. Pada pekerjaan ibu maupun keaktifan ibu dalam berorganisasi
sosial berpengaruh pada kejadian diare pada balita. Hal ini dapat dijadikan
pertimbangan bagi ibu balita apabila ingin berpartisipasi dalam lapangan pekerjaan.
Dengan pekerjaannya tersebut diharapkan ibu mendapat informasi tentang
pencegahan diare. Terdapat 9,3% anak balita menderita diare pada ibu yang
bekerja, sedangkan ibu yang tidak bekerja sebanyak 12%
Pada ibu balita yang terkena diare biasanya kurang cepat tertanggani karena
kesibukan dari pekerjaan ibu. Dimana penanganan balita yang terkena diare di
karenakan ketiadaan waktu untuk memeriksakan ke tenaga kesehatan, hal ini terjadi
karena waktunya kadang bersamaan dengan waktu kerja yang tidak bisa
ditinggalkan yang akibatnya diare pada balitanya akan semakin kritis.
Dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja biasanya akan cepat tertangani dengan
penanganan sederhana seperti pemberian cairan oralit serta banyaknya waktu untuk
mengontrol keadaan balitanya, hal ini dapat memperlambat diare pada balita.
2. Pendapatan Keluarga
Pendapatan keluarga menentukan ketersediaan fasilitas kesehatan yang baik.
Dimana semakin tinggi pendapatan keluarga, semakin baik fasilitas dan cara hidup
mereka yang terjaga akan semakin baik. Pendapatan merupakan faktor yang
menentukan kualitas dan kuantitas fasilitas kesehatan di suatu keluarga. Walaupun
demikian ada hubungan yang erat antara pendapatan dan kejadian diare yang didorong
adanya pengaruh yang menguntungkan dari pendapatan yang meningkatkan, maka
perbaikan sarana atau fasilitas kesehatan serta masalah keluarga lainnya, yang
berkaitan dengan kejadian diare, hampir berlaku terhadap tingkat pertumbuhan
pendapatan.
Tingkatan pendapatan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup, dimana
status ekonomi orang tua yang baik akan berpengaruh pada fasilitasnya yang diberikan
(Notoatmodjo, 2010). Tingkat pendapatan akan mempengaruhi pola kebiasaan dalam
menjaga kebersihan dan penanganan yang selanjutnya berperan dalam prioritas
penyediaan fasilitas kesehatan (misal membuat kamar kecil yang sehat) berdasarkan
kemampuan ekonomi atau pendapatan pada suatu keluarga.
Bagi mereka yang berpendapatan sangat rendah hanya dapat memenuhi
kebutuhan berupa fasilitas kesehatan apa adanya, sesuai dengan kemampuan mereka.
Apabila tingkat pendapatan baik, maka fasilitas kesehatan mereka, khususnya di dalam
rumahnya akan terjamin misalnya dalam penyediaan air bersih, penyediaan jamban
sendiri, atau jika mempunyai ternak akan dibuatkan kandang yang baik dan terjaga
kebersihannya. Rendahnya pendapatan merupakan rintangan yang menyebabkan orang
tidak mampu memenuhi fasilitas kesehatannya sesuai kebutuhannya. Pada ibu balita
yang mempunyai pendapatan kurang akan lambat dalam penanganan diare misalnya
karena ketiadaan biaya berobat ke petugas kesehatan yang akibatnya dapat terjadi
diare yang lebih parah lagi.

2.3. Patofisiologi Diare


Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah (Mansjoer, 2009):
1. Gangguan osmotik yaitu yang disebabkan adanya makanan atau zat yang tidak
diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi sehingga
terjadi pergeseran air dan elektrolit berlebihan akan merangsang usus
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2. Gangguan sekresi yang menyebabkan adanya rangsangan tertentu (misalnya toksin)
pada dinding usus yang akan terjadi suatu peningkatan sekresi, yang selanjutnya
menimbulkan diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan motilitas usus yaitu hiperistaltik yang mengakibatkan berkurangnya
kesempatan usus untuk menyerap makanan yang menimbulkan diare, sebaliknya
bila peristaltik usus menurun mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang
menimbulkan diare.
2.4. Klasifikasi Diare
2.4.1. Diare akut
Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari, encer, cair (Depkes,
2011). Diare akut disebabkan oleh 90% oleh infeksi bakteri dan parasit. Patogenesis diare
akut yang disebabkan oleh bakteri dibedakan menjadi dua yaitu bakteri non invasif dan
bakteri enteroinvasif. Bakteri non invasif yaitu bakteri yang memproduksi toksin yang
nantinya tosin tersebut hanya melekat pada usus halus dan tidak merusak mukosa. Bakteri
non invasif memberikan keluhan diare seperti air cucian beras. Sedangkan bakteri
enteroinvasif yaitu diare yang menyebabkan kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan
ulserasi. Diare akut karena infeksi disebabkan oleh masuknya mikroorganisme atau
toksin melalui mulut. Kuman tersebut dapat melalui air, makanan atau minuman yang
terkontaminasi kotoran manusia atau hewan, kontaminasi tersebut dapat melalui
jari/tangan penderita yang telah terkontaminasi (Sukut, Arif & Quraniati, 2015).
Penyakit diare pada anak balita sangat berbahaya, karena dapat menyebabkan kekurangan
cairan dan menyebabkan kematian (Sukut, Arif & Quraniati, 2015). Faktor-faktor
penyebab diare akut pada balita ini adalah faktor lingkungan, tingkat pengetahuan ibu,
social ekonomi masyarakat, dan makanan atau minuman yang di konsumsi (Sukut, Arif
& Quraniati, 2015).
2.4.2. Diare persisten atau kronis
Menurut Lorraine (2013) dalam Sukut, Arif & Quraniati (2015) diare persisten
atau kronis, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari, berat badan turun, demam.
Diare persisten adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dimana infeksi adalah
sebagai penyebabnya atau diare kronik yang disebabkan infeksi.

2.5. Manifestasi Klinis Diare


Awalnya seorang balita akan sering cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat,
nafsu makan berkurang atau tidak ada nafsu makan, yang disertai dengan timbulnya
diare. Keadaan kotoran (tinja) makin cair, kemungkinan mengandung darah atau lendir,
yang berwarna menjadi kehijau-hijauan yang disebabkan karena bercampur dengan
empedu anus dan sekitarnya menjadi lecet yang mengakibatkan tinja menjadi asam
(Mansjoer, 2009)
Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan sesudah diare, bila telah banyak
kehilangan air dan elektrolit maka akan terjadi dehidrasi, berat badan menurun. Pada bayi
disekitar ubun-ubun besar dan cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir
mulut dan bibir menjadi kering (Mansjoer, 2009).
Menurut Sukandar dkk (2008) gejala klinis diare diantaranya :
1. Tinja cair
2. Diare disertai lendir atau darah.
3. Kadang-kadang disertai panas/suhu tubuh meningkat.
4. Nafsu makan menurun dan sering haus.
5. Terjadi mendadak
6. Rasa lemas
7. Kadang demam
8. Dan muntah berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari

Tabel 2.1 Penilaian Derajat Dehidrasi Penderita Diare (Sukandar dkk, 2008)
Penilaian Tanpa Dehidrasi Dehidrasi Ringan / Sedang Dehidrasi Berat
Keadaan umum Baik Gelisah, rewel Lesu, tidak sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung
Air mata Ada Tidak ada Tidak ada
Mulut, lidah Basah Kering Sangat kering
Rasa haus Minum biasa Sangat haus Malas / tidak bisa minum
Kekenyalan kulit Normal Kembali lambat Kembali sangat lambat

2.6. Diagnosis Diare


1. Pada diare, pemeriksaan fisik abdomen dapat mendeteksi hiperperistaltik dengan
borborygmi (bunyi pada lambung). Pemeriksaan rektal dapat mendeteksi massa atau
kemungkinan fecal impaction, penyebab utama diare pada usia lanjut.
2. Pemeriksaan turgor kulit dan tingkat keberadaan saliva oral berguna dalam
memperkirakan status cairan tubuh. Jika terdapat hipotensi, takikardia, denyut lemah,
diduga terjadi dehidrasi. Adanya demam mengindikasikan adanya infeksi.
3. Untuk diare yang tidak dapat dijelaskan, terutama pada situasi kronis dapat dilakukan
pemeriksaan parasit dan ova pada feses, darah, mukus dan lemak. Selain itu juga dapat
diperiksa osmolaritas feses, pH, dan elektrolit (Sukandar dkk, 2008).

2.7. Tatalaksana Diare


WHO (2005) telah menetapkan empat unsur utama dalam penanggulan diare akut yaitu :
1. Pemberian cairan, berupa upaya rehidrasi oral (URO) untuk mecegah maupun
mengobati dehidrasi.
2. Melanjutkan pemberian makanan seperti biasa, terutama ASI, selama diare dan
dalam masa peyembuhan.
3. Tidak menggunakan antidiare, sementara antibiotik maupun antimikroba hanya
untuk kasus tersangka kolera, disentri, atau terbukti giardiasis atau amubiasis.
4. Pemberian petunjuk yang efektif bagi ibu dan anak serta keluarganya tentang upaya
rehidrasi oral di rumah, tanda-tanda untuk merujuk, dan cara mencegah diare di masa
yang akan datang.
Penanganan diare akut menurut The Treatment of Diarrhoea, a Manual for
Physicians and Other Senior Health Workers, WHO (2005) :
1. Kalau anak diare, khususnya bayi dan balita, biasanya orangtua panik. Apalagi kalau
disertai mual-muntah. Anak diare biasanya disertai mual-muntah. Ini adalah hal yang
umum terjadi, dan tidak butuh penanganan khusus. Artinya tidak butuh obat mual-
muntah. Diare akut tanpa penyulit. Artinya bukan disentri (diare disertai darah), diare
kronik/persisten,atau diare dengan dehidrasi berat. Satu hal penting : diare
sebenarnya adalah mekanisme pertahanan tubuh juga.
Diare membuang semua virus dan bakteri yang mengganggu sistem pencernaan.
Begitu juga dengan muntah. Kalau penyakit belum keluar semua, kemudian diare di
stop, atau muntah di stop, bisa-bisa kuman berputar-putar saja di saluran cerna,
berkembang biak lebih banyak, dan bisa mengakibatkan penyakit bertambah berat.
Prinsipnya : cegah dehidrasi. Oralit, inilah obat utama dan andalan untuk semua
diare. Jadi jangan lupa, kalau anak diare : minum oralit. Prinsipnya adalah anak harus
banyak minum dan makan, jika oralit belum/tidak tersedia.
2. Pada anak, diare sebagian besar disebabkan oleh Rotavirus, yang akan sembuh
dengan sendirinya, antara 2 sampai 7 hari. Jadi didiamkan saja anak tersebut.
Antibiotika malah bisa memperparah diare. Berhubung tidak ada bakteri jahat yang
harus dibunuh (karena akibat virus, bukan bakteri), jadi antibiotika membunuh
bakteri baik. Makanya ada yang namanya antibiotic-associateddiarrhea.
Antibiotika hanya diberikan pada disentri, kolera dengan dehidrasi BERAT, dan
penyakit lain seperti pneumonia.
3. Anti diare ada yang istilahnya adsorben, macamnya : kaolin-pektin, attapulgite,
smectite, karbon, dan kolestiramin. Obat-obat ini digunakan karena mampu mengikat
dan menonaktifkan racun (toksin) bakteri atau bahan kimia lainnya yang
menyebabkan diare, dan kemampuannya untuk melindungi mukosa usus halus.
Penelitian tidak menunjukkan kegunaan obat jenis ini.
4. Obat antimuntah seperti chlorpromazine, metoclopramide, dan domperidone malah
dapat menimbulkan efek mengantuk, gangguan keseimbangan, dan berinteraksi
secara kimiawi dengan oralit. Muntah akan berhenti dengan sendirinya jika diare
hilang.
5. Obat antimotilitas, misalnya : loperamide, hyoscine, dan lain-lain diberikan untuk
mengurangi gerakan usus, sehingga tinja tidak cair, dan diare mereda. Padahal ini
dapat menyebabkan ileus paralitik (usus berhenti bergerak/berkontraksi sama sekali),
dan berakibat mengancam nyawa (kematian). Penyakit pun tidak bisa dikeluarkan
jika usus tidak mau mengeluarkan.
6. Ada beberapa obat lain seperti nifuroxazide (antibiotika), ini juga tidak perlu, dan
ada juga antijamur. Padahal diare yang timbul akibat jamur hanya pada anak dengan
gangguan sistem daya tahan tubuh (HIV/AIDS, lupus, kanker, terapi steroid jangka
panjang).
Penanganan pada diare antara lain
1. Pemberian cairan
Sebelum dehidrasi terjadi, penderita diberi minuman, seperti larutan oralit (larutan
gula dan garam) atau larutan tepung beras dan garam setiap buang air besar. Cara-cara
pemberian oralit sebagai berikut.
a. Tuangkan satu bungkus oralit ke dalam gelas yang berisi 200 cc air matang/air
minum dan aduk sampai rata.
b. Minumkan cairan oralit tersebut segera sedikit demi sedikit. Takaran cairan oralit
yang diberikan dapat dilihat pada tabel 2.2.

Tabel 2.2 Takaran Pemberian Oralit (Sulistijani dan Herliyanti, 2001)


Usia Anak 3 Jam pertama Selanjutnya Setiap Kali Diare
Kurang dari 1 tahun (bayi) 1 gelas gelas
Kurang dari 5 tahun (balita) 3 gelas 1 gelas

2. Zinc
a. Komposisi :
Zinc sulfate 54,9 mg setara dengan zinc 20 mg.
b. Indikasi :
Pengobatan diare pada anak di bawah 5 tahun, diberikan bersama oralit.
c. Efek samping :
Pemakaian jangka panjang dosis tinggi menyebabkan konsentrasi lipoprotein
plasma dan absorbsi tembaga.
d. Dosis :
1) Bayi 2-6 bulan : tablet dispersibel (10 mg zink) diberikan setiap hari
selama 10 hari berturut-turut.
2) Anak 6 bulan- 5 tahun : 1 tablet dispersibel (20 mg zinc) diberikan setiap hari
selama 10 hari berturut-turut bahkan ketika diare telah berhenti.

2.8. Cara penularan Diare


Kuman penyebab diare ditularkan melalui fecal-oral antara lain melalui makanan
dan minuman yang tercemar tinja dan kontak langsung dengan tinja penderita (Depkes,
2011).

2.9. Pencegahan Diare

Pencegahan diare dapat dilakukan dengan memberikan ASI, memperbaiki


makanan pendamping ASI, mengunakan air bersih yang cukup, mencuci tangan sebelum
makan, mengunakan jamban, membuang tinja anak pada tempat yang tepat (Depkes,
2011).

B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Diare


2.1. Pengkajian
1. Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan.
Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan. Kebanyakan kuman usus
merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan
insidence penyakit pada anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas
aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi usus asimptomatik dan
kuman enteric menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status
ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya.
2. Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 x
3. Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja.
Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare
akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka
panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan,
ISPA, ISK, OMA campak.

5. Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa, porsi yang
diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu. kekurangan gizi pada
anak usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik, menjaga
kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci tangan.
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.
7. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan, lingkungan
tempat tinggal.
8. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan
a. Pertumbuhan
1) Kenaikan BB karena umur 1 3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg (rata - rata 2
kg), PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.
2) Kenaikan lingkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun kedua dan
seterusnya.
3) Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi taring,
seluruhnya berjumlah 14 16 buah
4) Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.
b. Perkembangan
1) Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud.
Fase anal : pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido, meulai
menunjukan keakuannya, cinta diri sendiri/ egoistic, mulai kenal dengan
tubuhnya, tugas utamanyan adalah latihan kebersihan, perkembangan bicra
dan bahasa (meniru dan mengulang kata sederhana, hubungna interpersonal,
bermain).
2) Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson.
a) Autonomy vs Shame and doundt
Perkembangan ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari anak toddler
dari lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh Dario kemam puannya
untuk mandiri (tak tergantug). Melalui dorongan orang tua untuk makan,
berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua terlalu over protektif menuntut
harapan yanag terlalu tinggi maka anak akan merasa malu dan ragu-ragu
seperti juga halnya perasaan tidak mampu yang dapat berkembang pada
diri anak.
3) Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan
mandiri : Umur 2-3 tahun :
a) Berdiri dengan satu kaki tampa berpegangan sedikitpun 2 hitungan
(GK)
b) Meniru membuat garis lurus (GH)
c) Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata (BBK)
d) Melepasa pakaian sendiri (BM)
9. Pemeriksaan Fisik
a. Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil,
lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,
b. Keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.
c. Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur 1
tahun lebih
d. Mata : cekung, kering, sangat cekung
e. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic
meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal atau
tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa
minum
f. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis
metabolic (kontraksi otot pernafasan)
g. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada
diare sedang .
h. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu meningkat >
375 0 c, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill time memajang
> 2 dt, kemerahan pada daerah perianal.
i. Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24 jam ),
frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
j. Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress yang
berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan invasive respon
yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.
10. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium :
1) Feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
2) Serum elektrolit : Hiponatremi, Hipernatremi, hipokalemi
3) AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2 meningkat,
HCO3 menurun )
4) Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
b. Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni
11. Penatalaksanaan Diare
a. Rehidrasi
1) Jenis cairan
a) Cara rehidrasi oral
Formula lengkap (NaCl, NaHCO3, KCl dan Glukosa) seperti orali,
pedyalit setiap kali diare.
Formula sederhana ( NaCl dan sukrosa)
b) Cara parenteral
Cairan I : RL dan NS
Cairan II : D5 salin,nabic. KCL
D5 : RL = 4 : 1 + KCL
D5 + 6 cc NaCl 15 % + Nabic (7 mEq/lt) + KCL
HSD (half strengh darrow) D 2,5 NS cairan khusus pada diare
usia > 3 bulan.
2) Jalan pemberian
a) Oral (dehidrasi sedang, anak mau minum, kesadaran baik)
b) Intra gastric ( bila anak tak mau minum,makan, kesadran menurun)
3) Jumlah Cairan ; tergantung pada :
a) Defisit ( derajat dehidrasi)
b) Kehilangan sesaat (concurrent less)
c) Rumatan (maintenance).
4) Jadwal / kecepatan cairan
a. Pada anak usia 1- 5 tahun dengan pemberian 3 gelas bila berat badanya
kurang lebih 13 kg : maka pemberianya adalah :
BB (kg) x 50 cc
BB (kg) x 10 20 = 130 260 cc setiap diare = 1 gls.
b) Terapi standar pada anak dengan diare sedang :
+ 50 cc/kg/3 jam atau 5 tetes/kg/mnt
b. Terapi
1) Obat anti sekresi : Asetosal, 25 mg/hari dengan dosis minimal 30 mg,
klorpromazine 0,5 1 mg / kg BB/hari
2) Obat anti spasmotik : Papaverin, opium, loperamide
3) Antibiotik : bila penyebab jelas, ada penyakit penyerta
c. Dietetik
1) Umur > 1 tahun dengan BB>7 kg, makanan padat / makanan cair atau susu
2) Dalam keadaan malbasorbsi berat serta alergi protein susu sapi dapat diberi
elemen atau semi elemental formula.
d. Supportif
Vitamin A 200.000. IU/IM, usia 1 5 tahun

2.2. Diagnosa Keperawatan


1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare
atau output berlebihan dan intake yang kurang.
2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan
skunder terhadap diare.
3. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi skunder terhadap diare.
4. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan frekwensi diare.
5. Resiko tinggi gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan BB menurun terus
menerus.
6. Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive.

2.3. Intervensi Keperawatan


1. Diagnosa 1 : Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan cairan skunder terhadap diare
a. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
keseimbangan dan elektrolit dipertahankan secara maksimal
b. Kriteria hasil :
1) Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR : < 40
x/mnt )
2) Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB
tidak cekung.
3) Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari
c. Intervensi :
1) Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit
2) Pantau intake dan output
3) Timbang berat badan setiap hari
4) Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr
5) Kolaborasi :
Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN)
Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur
Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)
2. Diagnosa 2 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan tidak adekuatnya intake dan output
a. Tujuan : setelah dilakukan tindakan perawatan selama dirumah di RS kebutuhan
nutrisi terpenuh
b. Kriteria :
1) Nafsu makan meningkat
2) BB meningkat atau normal sesuai umur
c. Intervensi :
1) Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi,
berlemak dan air terlalu panas atau dingin)
2) Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau
sampah, sajikan makanan dalam keadaan hangat
3) Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan
4) Monitor intake dan out put dalam 24 jam
5) Kolaborasi dengan tim kesehtaan lain :
Terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu
Obat-obatan atau vitamin ( A)
3. Diagnosa 3 : Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi dampak sekunder dari
diare
a. Tujuan : Stelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam tidak terjadi
peningkatan suhu tubuh
b. Kriteria hasil :
1) Suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)
2) Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor, fungtio leasa)
c. Intervensi :
1) Monitor suhu tubuh setiap 2 jam
2) Berikan kompres hangat
3) Kolaborasi pemberian antipirektik
BAB 4

PEMBAHASAN

Pada kasus yang dialami An. H dengan Bronkopneumonia + Diare akut diare ringan

sedang + developmental delay terdapat beberapa pembahasan, antara lain :

Menurut Mansjoer (2009) diare pada bayi dan anak dapat disebabkan diantaranya

virus, bakteri dan parasit. Diare bisa terjadi karena beberapa hal, antara lain karena infeksi

baik lewat enteral maupun parenteral, malabsorbsi karbohidrat, protein dan lemak, serta

makanan basi dan alergi makanan. Pada pasien yang juga menderita bronkopneumonia, bisa

sangat rentan terjadi diare, ini dikarenakan bakteri penyebab pneumonia terbawa di saluran

pencernaan sehingga menyebabkan infeksi saluran pencernaan dan terjadi peningkatan flora

normal dalam usus sehingga terjadi peningkatan peristaltic usus dan malabsorbsi kemudian

terjadilah diare.

Lingkungan pasien tinggal sangat berpengaruh terhadap terjadinya diare pada pasien.

Kebiasaan orang tua (ayah) yang merokok didekat pasien juga menjadi pencetus terjadinya

penyakit lain yaitu bronkopneumonia yang diderita pasien. Selain itu lingkungan rumah

pasien merupakan lingkungan padat penduduk dan dekat dengan pembuangan limbah pabrik

tempe. Keluarga klien mengatakan klien sering ikut dengan neneknya saat ibunya bekerja

sehingga untuk tingkat kebersihan dan cara pemberian makanan kurang terjamin, terutama

cara membersihkan botol susu yang biasa dipakai An. H. Hal ini sesuai dengan pendapat

Notoatmojo (2010) tentang faktor yang mempengaruhi terjadinya diare pada balita salah

satunya adalah pekerjaan ibu. Pada ibu balita yang bekerja saat anaknya terkena diare

biasanya kurang cepat tertanggani karena kesibukan dari pekerjaan ibu. Dimana penanganan

balita yang terkena diare di karenakan ketiadaan waktu untuk memeriksakan ke tenaga

kesehatan, hal ini terjadi karena waktunya kadang bersamaan dengan waktu kerja yang tidak

bisa ditinggalkan yang akibatnya diare pada balitanya akan semakin kritis.
Salah satu gejala diare adalah buang air besar sering, konsistensi cair/encer meskipun

tanpa ampas atau dengan ampas. Pada pasien An. H keluhan utama saat datang adalah diare

dan lemas serta sesak napas ditambah dengan gejala dehidrasi ringan-sedang seperti mukosa

bibir kering, mata cekung, gelisah, rewel.. Hal ini sesuai dengan pernyataan Manjoer (2009)

awalnya seorang balita akan sering cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan

berkurang atau tidak ada nafsu makan, yang disertai dengan timbulnya diare. Keadaan

kotoran (tinja) makin cair, kemungkinan mengandung darah atau lendir, yang berwarna

menjadi kehijau-hijauan yang disebabkan karena bercampur dengan empedu anus dan

sekitarnya menjadi lecet yang mengakibatkan tinja menjadi asam. An H juga mengalami hal

yang sama yaitu diare lebih dari 3 kali sehari dan encer berwarna gelap kehijauan tanpa

ampas.

Pada saat hari pertama pengkajian muncul diagnosa keperawatan hipertermi, hal ini

bisa diakibatkan oleh dehidrasi ringan sampai sedang yang dialami An. H dengan suhu tubuh

38oC. Hal ini sesuai dengan pendapat Sukandar dkk (2008) bahwa gejala klinis diare

diantaranya panas/suhu tubuh meningkat, rasa lemas, kadang demam. Masalah hipertermi

pada An. H dapat teratasi pada hari pertama diberikan tindakan keperawatan. Penyakit

penyerta lainnya juga berperan dalam memperburuk kondisi klien, diantaranya sesak yang

ditimbulkan oleh bronkopneumonia. Kondisi pernapasan anak H. Pada tanggal 12 September

2017 memburuk ditandai dengan peningkatan frekuensi pernapasan dan An H semakin sesak

sehingga diangkat masalah keperawatan pola napas inefektif b.d hiperventilasi. Hasil lab

menunjukkan ketidaknormalan pada analisa gas darah sehingga ditegakkan diagnosa

Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi perfusi. Pada

diagnosa gangguan pertukaran gas menjadi permasalahan pertama pada hari kedua perawatan.
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
(P3N) FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS
AIRLANGGA

Tanggal Pengkajian : 11 September 2017 Jam : 09.30 WIB


Tanggal MRS : 10 September 2017 No. RM : 12. 50. 50. xx
Ruang/Kelas : Bona Satu Dx Medis : Bronkopneumonia + Diare akut diare
ringan sedang + developmental delay
Identitas Anak Identitas Orang Tua
Nama Anak : An. H Nama Ayah : Tn J
Tanggal Lahir : 03 Maret 2016 Nama Ibu : Ny M
Jenis Kelamin : Laki-laki Pekerjaan Ayah : pegawai swasta
Identitas

Usia : 1 tahun 6 bulan Pendidikan Ayah : SLTA


Diagnosa Medis : Bronkopneumonia + Diare akut diare ringan sedang +
developmental delay Agama : Islam
Alamat : KDM 15A T3 W3 Suku /Bangsa : Jawa/Indonesia
Sumber Informasi : orang tua (ibu) Alamat : KDM 15A T3 W3

Keluhan Utama :

Ibu klien mengatakan bahwa klien lemas dan sesak Commented [IDK1]: KU adalah yang dikeluhkan saat dilakukan
pengkajian, bukan keluhan saat masuk rumah sakit

Riwayat Penyakit Sekarang :

Klien mengalami diare sejak hari jumat (8/09/2017) sebanyak 3x cair, berwarna
Riwayat Sakit dan Kesehatan

kuning. Hari sabtu klien mencret lagi 2x cair + ampas, demam sejak hari jumat, batuk
pilek sejak 3 hari SMRS. Klien pernah MRS karena diare 3 minggu yang lalu. Commented [IDK2]: Sejak kapan

Riwayat Kesehatan Sebelumnya


Riwayat kesehatan yang lalu :
1. Penyakit yang pernah diderita :
Demam Kejang Batuk Pilek
Mimisan Lain-lain:
2. Operasi : Ya Tidak Tahun
3. Alergi : Makanan Obat Udara
Debu Lainnya, Sebutkan tidak ada alergi
Imunisasi : BCG (Umur bln) Polio X (Umur bln)
DPT X (Umur bln)
Campak (Umur bln) Hepatitis X (Umur bln)
Riwayat Kesehatan Keluarga
Penyakit yang pernah diderita keluarga :
Ayah klien pernah menderita sesak napas pada usia 20 an

Lingkungan rumah dan komunitas :


Padat penduduk, dengan jalan lebar +- 3 m, depan gang terdapat selokan
tempat pembuangan limbah tahu

Perilaku yang mempengaruhi kesehatan :


Ayah klien seorang perokok aktif

Persepsi keluarga terhadap penyakit anak :


Ujian dari Tuhan

Riwayat Nutrisi
Nafsu makan : Baik Tidak Mual Muntah
Pola makan : 2X/hari 3X/hari >3X/hari
Minum : Jenis susu, jumlah : 1500 cc/hari
Pantangan makan : Ya Tidak
Menu makanan : klien mengkonsumsi susu formula

Riwayat Pertumbuhan
BB saat ini : 9,8 kg, TB: cm, LK: cm, LD: cm, LLA : cm Commented [IDK3]: Tambahkan BB Normal. BB sesuai umur
dan TB
BB lahir : 3,5 gram, BB sebelum sakit : 9,2 kg
Panjang lahir : 42 cm PB/TB saat ini: cm
Riwayat Perkembangan
Pengkajian Perkembangan (DDST) :

Tahap Perkembangan Psikososial :

Tahap Perkembangan Psikoseksual : Commented [IDK4]: Isi sesuai tahapan pertumbuhan dan
perkembangan

Observasi dan Pemeriksaan Fisik (ROS : Review of System):


Keadaan Umum : Baik Sedang Lemah
ROS

Kesadaran : compos mentis


Tanda vital : Nadi : 105 x/mt Suhu: 38 0C RR : 65 x/mt
Bentuk Dada : Normal Tidak, Jenis...............
Pola Napas : apnea
Irama : Teratur Tidak Teratur
Jenis : Dispnoe Kusmaul Ceyne Stokes Lain-Lain:
Suara Napas : Vesikuler Stridor Wheezing Ronchi Lainnya
Sesak Napas : Ya Tidak Batuk : Ya Tidak
Retraksi Otot Bantu Napas Ada ICS Supraklavikular
Tidak Ada Suprasternal
Alat Bantu Pernapasan : Ya Nasal Masker Respirator (lpm)
Tidak
Pernafasan B1 (Braeth)

Lain-Lain :
- Terpasang O2 nasal 2 lpm
- Mukosa bibir kering
- Rambut kering

Masalah : pola nafas tidak efektif, hipertermi

Irama Jantung: Reguler Ireguler S1/S2 Tunggal Ya Tidak


Nyeri Dada : Ya Tidak
Bunyi Jantung: Normal Murmur Gallop Lain-Lain
CRT : <3 dt >3 dt
Akral : Hangat Panas Dingin Kering Dingin
Basah
Lain-lain :
Kardiovaskuler B2 (Blood)

Masalah : tidak ditemukan


GCS Eye : 4 Verbal : 5 Motorik : 6 Total : 15

Reflek Fisiologis : Menghisap Menoleh Mengenggam Moro


Patella Triceps Biceps Lain-Lain
Refleks Patologis : Babinsky Budzinsky Kernig Lain-Lain
Lain-Lain : tidak ada
Istirahat / Tidur : 8 Jam/Hari Gangguan Tidur: -
Kebiasaan Sebelum Tidur : Minum Susu Mainan Cerita/Dongeng
Persyarafan & Penglihatan B3 (Brain)

Penglihatan (Mata)
Pupil : Isokor Anisokor Lain-Lain :
Sclera/Konjungtiva : Anemis Ikterus Lain-Lain : anikterik
Pendengaran/Telinga
Gangguan Pandangan: Ya Tidak Jelaskan:
Penciuman (Hidung)
Bentuk : Normal Tidak Jelaskan:
Gangguan Penciuman: Ya Tidak Jelaskan:

Masalah : tidak ditemukan

Kebersihan : Bersih Kotor


Urin : Jumlah : x/hari Warna : Bau:
Alat bantu (kateter dan lain-lain): pampers +- 2 gr/kencing x 3
Kandung Kencing : Membesar Ya Tidak
Nyeri Tekan Ya Tidak
Alat Kelamin : Normal Tidak Normal, Sebutkan....................
Uretra : Normal Hipospadia/Epispadia
Perkemihan B4 (Bladder)

Gangguan : Anuria Oliguri Retensi Inkontinensia


Nokturia Lain-lain

Masalah : tidak ditemukan


Nafsu makan : Baik Menurun Frekuensi x/hari
Porsi makan : Habis Tidak Ket:
Minum : cc/hari Jenis :
Mulut dan tenggorokan
Mulut : Bersih Kotor Berbau
Mukosa : Lembab Kering Stomatitis
Tenggorokan : Sakit /nyeri telan Kesulitan menelan
Pembesaran tonsil Lain-lain tidak
Abdomen
Perut : Tegang Kembung Ascites Nyeri tekan,
lokasi :
Pencernaan B5 (Bowel)

Peristaltik : 18 x/menit
Pembesaran hepar : Ya Tidak
Pembesaran lien : Ya Tidak
Buang air besar : 3 x/hari Teratur Ya Tidak
Konsistensi : cair Bau: Warna: hijau gelap
Lain-lain : Klien mencret +- 2-3x sehari, tanpa ampas, warna gelap

Masalah :diare
Kemampuan pergerakan sendi : Bebas Terbatas
Kekuatan otot: Commented [IDK5]: Berapa kekuatan ototnya

Kulit
Muskuloskeletal B6 (Bone & Integumen)

Warna kulit : Ikterus Sianotik Kemerahan Pucat Hiperpigmentasi


Turgor : Baik Sedang Jelek
Odema : Ada Tidak ada Lokasi :
Lain-lain :

Masalah : tidak ditemukan masalah


Tyroid : Membesar Ya Tidak
Hiperglikemia : Ya Tidak
Hipoglikemia : Ya Tidak
Luka gangren : Ya Tidak
Lain-lain :
Endokrin

Masalah : tidak ditemukan

Mandi : 2x/hari Sikat gigi :- x/hari


Keramas : 1hari Memotong kuku : - sekali
Ganti pakaian : 2 x/hari
(seka)
Personal
Hygiene

Masalah : tidak ditemukan

a. Ekspresi afek dan emosi :Senang Sedih Menangis


Cemas Marah Diam
Takut Lain :
b. Hubungan dengan keluarga : Akrab Kurang akrab
c. Dampak hospitalisasi bagi anak :
d. Dampak hospitalisasi bagi orang tua : tidak bisa berkumpul dengan semua anak,
Psiko Sosio- Spiritual

waktu istirahat kurang

Masalah : tidak ditemukan masalah Commented [IDK6]: Ketakutan pada anak, dampak stres
hospitalisasi??
Data Penunjang (Lab, Foto, USG, dll)
Tanggal :......................

HASIL PEMERIKSAAN GAS DARAH


PARAMETER HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN
12/09 14/09
pH 7,32 7,46 7,35 7,45
pC02 32 30 mmHg 35 - 45
pO2 71 51 mmHg 80 100
TCO2 17,5 22,2 mmol/l 23 30
BEecf -9,6 -2,5 mmol/l -3,50 2,00
SO2c 93 88 % 94 98
A-Ado2 204 288 mmHg 0,00 0,00
%FiO2 45,0 53,0 % 0,00 0,00
HCO- 16,5 21,3 mmol/l 22,0 26,0
Temp 38,0 37,3 C 0,00 0,00

KIMIA KLINIK (10/09/2017)


PARAMETER HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN
CRP Kimia 3,19 g/L 0,00 10,00
Kalsium 8,2 g/dL 8,5 10,1
HEMATOLOGI
WBC 11,96 10*3/L 4,0 10,4
RBC 4,37 10*6/L 3,60 5,46
HGB 12,0 g/dL L : 13,3 16,6
P : 11,0 14,7
Data Perkembangan :
HCT 35,0 % L : 41,3 52,1
P 35,2 46,7
HCV 80,1 fL 86,7 102,3
MCH 27,3 pg 27,1 32,4
MCHC 34,1 g/dL 29,7 33,1
PLT 226 10*3/L 150 450
MPV 8,4 fL 9,2 - 12,0
NEUT % 62,7 % 39,8 70,5
LYMPH% 29,8 % 23,1 49,9
MONO% 6,6 % 4,3 10,10
EDS% 0,3 % 0,6 5,4
BASO% 0,6 % 0,3 1,4
NEUT # 7,50 10*3/L
LYMPH# 3,56 10*3/L
MONO# 0,79 10*3/L
EDS# 0,04 10*3/L
BASO# 0,1 10*3/L
ELEKTROLIT
Natrium 134 mmol/l 136 144
Klium 4,2 mmol/l 3,8 - 5,0
Klorida 102 mmol/l 97 - 103
Perkembangan Umur
Menegakkan 3 bulan
Membalik badan 4 bulan
Duduk 6 bulan
Merangkak 10 bulan
Berdiri 12 bulan
Berjalan 14 bulan
Bicara bulan

Surabaya, 11 September 2017

Ners Muda,

( )
Ringkasan Kasus :

1. Identitas Anak :
An. MHNI
Usia ....1... tahun ...6..bulan ...8...hari

Diagnosa:

2. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik :


Kepala
Rambut rontok
Mata sklera : jernih, konjungtiva: ananemis
Leher : tak ada pembesaran
Dada : simetris
Abdomen : suara sonor, tidak ada nyeri tekan

3. Pemeriksaan Penunjang
: Tanggal: 15 september
Foto Thorax AP (Simetris)

- Suspek atelektasis parsial


lobus superior paru kanan
dd pneumonia lobaris
- Pneumonia
- Cor tak tampak kelainan

4. Terapi :
- O2 nasal 2 lpm
- Injeksi ampicilin 250 mg/6jam
- Infus D5 500 cc/24 jam
- Nebul ventolin
- Nebul combiven+1 cc pz
- Susu sya 8x30 ml, 8x60 ml
-infus ka en 3b 500 ml/24 jam
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS (P3N)
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ANALISIS DATA
TANGGAL DATA ETIOLOGI MASALAH

11/09/2017 Ds : Infeksi enteral/parenteral

Ibu klien mengatakan anaknya Aktivitas tonus meningkat,


lemas karena diare gg pada tonus vili

Do : Absorbs aktif N dari lumen


-Mukosa bibir anak kering Diare
usus menurun, sekresi aktif
-Mata cekung NaCl dan air dari mukosa ke
-Bab 3x/hari mencret, lumen usus meningkat
konsistensi cair tanpa ampas,
berwarna hijau gelap Volume usus meningkat
-Bising usus 18x/menit

11/9/2017 DS: ISPA


Ibu klien mengatakan anaknya
sesak Edema antara kapiler Pola nafas inefektif
Do; alveolar paru
-RR 36x/menit
-Terpasang o2 nasal 2 lpm Iritasi PMN eritrosit
-Terdengar suara nafas
wheezing, Edema paru
-Terdapat penggunaan otot
bantu pernapasan Pengerasan dinding paru
-terdapat takipneu
Penurunan compliance
paru

Suplai O2 turun

Hiperventilasi

Dipsneu

Pola napas inefektif


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS (P3N)
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

TANGGAL DATA ETIOLOGI MASALAH

11/9/2017 Ds : Frekuensi BAB berlebih

Ibu klien mengatakan anaknya Hilangnya cairan elektrolit


demam sehingga rewel
GG. keseimbangan cairan
Do:
Hipertermi
- Akral panas, kulit kemerahan Tensi turun, nadi
meningkat, suhu
Suhu 38O C
meningkat

Proses infeksi, cairan


tubuh kurang

Peningkatan suhu

12/9/2017 DS : - Infeksi Saluran Pernapasan


atas
DO :

PCO2 32 (35-45) Dilatasi pembuluh darah

pH 7,32 (7,35 7,45) Gangguan Pertukaran


Eksudat plasma masuk
gas
PO2 71 (89 - 100) alveoli

FiO2 45 % (0,00 - 0,00)

SaO2 76 Gangguan difusi dalam


plasma

Gangguan pertukaran gas


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS (P3N)
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN

TANGGAL : 11/9/2017
1. Diare berhubungan dengan terpapar kontaminan, proses infeksi

2. Pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi

3. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

TANGGAL : 12/9/2017
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi

2. Diare berhubungan dengan terpapar kontaminan, proses infeksi

3. Pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

TANGGAL : 13/9/2017
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi

2. Pola nafas b.d hiperventilasi

3. Diare b.d terpapar kontaminan, proses infeksi


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS (P3N)
FAKULTS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

INTERVENSI KEPERAWATAN

HARI/ DIAGNOSA KEPERAWATAN


WAKTU INTERVENSI
TANGGAL (Tujuan. Kriteria Hasil)

- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi


Selasa, 13.00 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan - Pasang mayo bila perlu
12/09/2017 ketidakseimbangan ventilasi perfusi - Lakukan fisioterapi dada jiaka perlu
- Keluarakan sekret dengan batuk atau scution
NOC ; - Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
- Berikan bronkodilator
- Respiratory Status, Gas Exchange -ventolin
- Keseimbangan asam basa, elektrolit combiven
- Respiratory status : ventilation, vital sign status
- Berikan pelembab udara
Tujuan :
- Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
- Monitor respirasi dan status O2
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x30 menit
- Catat pergerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan otot
gangguan pertukaran gas pasien diharapkan teratasi dengan tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostal
kriteria hasil ; - Monitor pola nafas : bradipnea, takipnea
- Auskultasi suara nafas, catat suara nafas tambahan
- Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi - Monitor TTV,AGD elektrolit dan status mental
yang adekuat - Observasi sianosis khususnya membran mukosa
- Memelihara kebersihan paru-paru dan bebas dari tanda - Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang persiapan tindakan dan
distres pernapasan tujuan pengguanaan alat tambahan
- Mendemonstrasikan batuk efektif, suara nafas bersih tidak
ada sianosis dan dyspea (mampu mengeluarkan sputum
dan bernafas dengan mudah)
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Analisa gas darah dalam batas normal
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS (P3N)
FAKULTS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

- Posisikan pasien untuk memaksimalakan ventilasi


Senin, 11/09/2017 Pola nafas inefektif berhubungan dengan hiperventilasi - Pasang mayo bila perlu
- Laukan fisioterapi dada jika perlu
NOC: Respiratory Status : Ventilation - Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
- Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
Respiratoty Status : Airway patency vital sign status - Berikan bronkodilator
-ventolin
Tujuan :
combiven
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, - Berikan pelembab udara kassa basah NaCl lembab
diharapkan pasien menunjukkan keefektifan pola nafas, - Ataur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
- Monitor respirasi dan status O2
dibuktikan dengan kriteria hasil :
- Bersihkan mulut, hidung dan sekret trakea
- Pertahankan jalan napas yang paten
- Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas paten
- Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
- Tanda-tanda vital dalam rentang normal
- Monitor vital sign
Tensi : 95/65
- Monitor pola nafas
RR : 20-25
Suhu aksila : 35,8o 37oC
N : 60- 100x/menit
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS (P3N)
FAKULTS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Diare berhubungan dengan terpapar kontaminan, proses infeksi


Diare management
Senin NOC: - Kelola pemeriksaan kultur sensitivitas feses
- Evaluasi jenis intake makanan
11/09/2017 Bowl elimination - Monitor kulit sekitar perianal terhadap adanya iritasi dan ulserasi
- Intruksikan pada pasien dan keluarga untuk mencatat warna,
Fluid balance
volume, ferkuensi dan konsistensi feses
- Ajarkan pada pasien teknik penguranagan stress jika perlu
Hidaraton
- Kolaborasi jika ada tanda dan gejala diare menetap
Electrolit and acid base balance - Monitor hasil lab (elektrolit dan leukosit)
- Monitor turgor kulit, mukosa oral sebagai indikator dehidrasi
Tujuan; - Konsultasi dengan ahli gizi untuk diet yang tepat

Setelah dilakukan tindakan keperawatana selama 2x24 jam diare


pasien teratasi dengan kriteria hasil :

- Tidak ada diare


- Nyeri perut tidak ada
- Pola BABA normal
- Elektrolit normal
- Asam basa normal
- Hidrasi baik (membran mukosa lembab, tidak panas, vital
sign normal, hematokrit dan urin out put dalam batas
normal)
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS (P3N)
FAKULTS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Senin Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi - Monitor suhu sesering mungkin


- Monitor warna dan suhu kulit
11/09/2017 NOC : Thermoregulasi - Monitor tekanan darah, nadi dan RR
- Monitor penurunan tigkat kesadaran
Tujuan; - Monitor WBC, Hb, dan HCT
- Monitor intake dan out put
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam pasien - Berikan antipiretik
menunjukkan suhu tubuh dalam bats normal dengan kriteria - Kelola antibiotik
hasil - Berikan cairan intravena
- Kompres pasien
- Suhu 36-37oC - Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
- Nadi dan RR dalam rentang normal - Monitor TD,Suhu,nadi dan RR
- Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing, - Catat adanya fluktuasi tekanan darah
merasa nyaman - Monitor hidrasi seperti (turgor kulit, kelembaban membran mukosa)
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS (P3N)
FAKULTS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


Hari/Tgl/Shift No. DK Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi (SOAP) Paraf
Senin, 1 10.00 - memposissikan kepala lebih tinggi S ; masih diare

11/09/2017 3 10.15 - menyarankan untuk makan rendah serat O:

3 11.30 - memberikan peptamin jr 8x120ml - +- 3x, tidakk ada ampas


- Terpasang 02 nasal 2 lpm
3 11.50 - Memberikan cairan D5 S 500 ml/24 jam - Suhu 36oC
- RR 28x/menit
4 11.45 - Menyarankan kompres kening dengana A : diare belum teratasi
ir dingin
1 12.00 - Mengecek ttv - Hiperterm teratasi
- Memasang O2 nasal 5 lpm P:
1 09.00 - Mengecek pengeluaran (BAB) klien
- Memberi kompres basah dan FCTP.O - Diet dilanjutkan
4 13.00 infus D5 s500ml/24 jam, lancar - 02 nasal 2 lpm
- Memebrikan nebul ventolin per 6 jam - Nebul ventolin
2 11.00 - Injeksi ampicilin 4x250 iv
13.20
S : diare masih, klien amsih sesak
- Mengukur suhu (37)
11.3 O:
- Infus D5 s500ml/24 jam,
- Infus ka en 3B 1000 ml/24 jam - Rr 40x/menit
- Mengganti o2 nasal masker 6 lpm - Diare 2x tanpa ampas
- Memberikan susu peptamin 8x100 ml - Suhu 36C
(sonde) - Masih terdengar wheezing
- Melakukan nebul ventolin 1 reps+1 cc A : hipertermi teratasi
pz
- Injeksi ampicilin Diare belium teratsi
- Injeksi euthyrax 1x37,5 mg
Selasa, 12/09/2017 4 - Nebul ventolin + 1 ml pz Gangguan pola nafas belu teratasi
- Nebul combiven
1,3 16.30 - P ; diet dilanjutkan

3 14.00 - Infus D51/4


- Nebul/20 menit
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS (P3N)
Hari/Tgl/Shift No. DK FAKULTS KEPERAWATAN
Jam ImplementasiUNIVERSITAS AIRLANGGA
Paraf Jam Evaluasi (SOAP) Paraf
1,2

1,2 - Mengecek O2 masker 6 lpm S : diare berhenti


- Nebul combiven 1 resp+ 2 cc pz/4
Rabu, 13/09/2017 3 jam Masih sesak
- Injeksi ampicilin 4x250mg
3 - Injeksi euthyrax 1x31,5 O;
- Infus ka en B 1x1 flash
3 - Infus ka en B/X1 flash S 36 o
- Paracetamol 100mg tab
4 APola nafas belum teratasi
- NaCl 15% 16 ml/24 jam
3 p:

O2 masuk 6 lpm

Nebul ventolin
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS (P3N)
FAKULTS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS (P3N)
FAKULTS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS (P3N)
FAKULTS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Daftar Pustaka

Chang, Ju Young. 2008. Decreased Diversity of the Fecal Microbiome in Recurrent Clostridium difficile-Associated Diarrhea. J Infect Dis.,
197(3): 435-438
Depkes RI, 2011, Pedoman pemberantasan penyakit diare, Jakarta.
Mansjoer, arif., 2009. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi ke 3. Jakarta : FK UI press.
Notoatmodjo,s. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta
Pudjiadi. S. (2005). Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Edisi Keempat FKUI. Jakarta.
Sukandar, E.Y., Andrajati, R., Sigit, J.I dan Kusnandar., 2008. Iso Farmakoterapi.
ISFI, Jakarta.
Sukut, S. S., Arif, Y. S. & Quraniati, N. 2015. Faktor Kejadian Diare pada Balita dengan Pendekatan Teori Nola J. Pender di IGD Rsud Ruteng.
Jurnal Pediomaternal. Vol. 3 No.2. April Oktober 2015 : 230.
Sulistijani, D. A. & Herlianty, M. P. (2001). Menjaga Kesehatan bayi dan balita, Jakarta: Puspa Swara.
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS (P3N)
FAKULTS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Anda mungkin juga menyukai