Anda di halaman 1dari 31

Dosen Pembimbing :

gatau
Disusun Oleh :
1. Fitra Hanif Lthiifah (P07120218001)
2. Nur Nusaibah A.S (P07120218003)
3. Vira Zahra A (P07120218006)
4. Novia Kharisma P (P07120218008)
5. Rizqika Lufieta W (P07120218024)
6. Rini Fatmawati (P07120218032)
7. Risa Ayu Nabila (P07120218044)
8. Tika Septiani (P07120218051)

Sarjana Terapan Keperawatan Profesi Ners


Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat, rahmat,
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini penulis susun untuk memenuhi tugas mata kuliah dari pak Surantana
selaku Dosen Pembimbing dari Mata Keperawatan Medikal Bedah.
Dalam penyusunan makalah ini penulis mendapatkan banyak bantuan,
bimbingan, dan saran serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada
kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Yogyakarta, Joko
Susilo, SKM., M.Kes.
2. Kepala Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Yogyakarta, Bondan Palestin, SKM., M.Kep., Sp.Kom.
3. Kepala Program Studi DIV Keperawatan Politeknik Kementerian
Kesehatan Yogyakarta, Maryana, S.Psi., S.Kep., Ns., M.Kep.
4. Dosen Koordinator Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah, gatau siapa
5. Teman-teman Kelas Sarjana Terapan Keperawatan.

Harapan penulis semoga makalah dengan judul “?????” ini dapat memberikan
informasi dan menjadi acuan, petunjuk, dan pedoman kepada para pembaca.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini, sehingga ke depannya menjadi
lebih baik

Yogyakarta, 13Oktober 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Sampul .............................................................................................. i


Kata Pengantar ................................................................................................. ii
Daftar Isi........................................................................................................... iii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 4
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 4
C. Tujuan Penulisan ................................................................................ 4
D. Manfaat…………………………………………………………….. 5
BAB II : PEMBAHASAN
A. ............................................................................................................ 6
B. ............................................................................................................ 7
C. ............................................................................................................ 8
D. ............................................................................................................ 14
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ 17
B. Saran .................................................................................................. 17
Daftar Pustaka .................................................................................................. 18
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit asma merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia, baik di
negara maju maupun di negara yang sedang berkembang. Saat ini, penyakit asma
juga sudah tidak asing lagi di masyarakat. Asma dapat diderita oleh semua lapisan
masyarakat dari usia anak-anak sampai usia dewasa. Penyakit asma awalnya
merupakan penyakit genetik yang diturunkan dari orang tua pada anaknya.
Namun, akhir-akhir ini genetik bukan merupakan penyebab utama penyakit asma.
Polusi udara dan kurangnya kebersihan lingkungan di kota-kota besar merupakan
faktor dominan dalam peningkatan serangan asma. Asma adalah penyakit kronis
variabel dari sistem pernapasan yang ditandai oleh penyempitan saluran
pernapasan kecil dan bronkiolus, meningkat bronkial sekresi atau lendir dan
pembengkakan mukosa atau peradangan, sering dalam menanggapi satu atau lebih
memicu. Asma ditandai dengan serangan sesak dada, batuk dan mengi akibat
obstruksi jalan napas (Gibbs, 2008). Hasil penelitian International Study on
Asthma and Alergies in Childhood pada tahun 2008 menunjukkan, di Indonesia
prevalensi gejala 2 penyakit asma melonjak dari sebesar 4,2 persen menjadi 5,4
persen di jawa tengah 1,5 persen menjadi 2,5 persen dan di surakarta meningkat
dari 1,5 persen menjadi 2 persen. Selama 20 tahun terakhir, penyakit ini
cenderung meningkat dengan kasus kematian yang diprediksi akan meningkat
sebesar 20 persen hingga 10 tahun mendatang. WHO memperkirakan di tahun
2015 terdapat 255 ribu penderita meninggal dunia karena asma. Asma dapat
timbul pada segala umur, dimana 30% penderita mempunyai gejala pada umur 1
tahun, sedangkan 80-90% anak yang menderita asma, gejala pertamanya muncul
sebelum umur 4-5 tahun. Sebagian besar anak yang terkena kadang-kadang hanya
mendapat serangan ringan sampai sedang, yang relatif mudah ditangani. Sebagian
kecil mengalami asma berat yang berlarut-larut, biasanya lebih banyak yang terus
menerus dari pada yang musiman. Hal tersebut yang menjadikannya tidak mampu
dan mengganggu kehadirannya di sekolah, aktivitas bermain, dan fungsi dari hari
ke hari (Sundaru, 2006). Asma juga salah satu diantara beberapa penyakit yang
tidak bisa disembuhkan secara total. Kesembuhan dari satu serangan asma tidak
menjamin dalam waktu dekat akan terbebas dari ancaman serangan berikutnya.
Terutama apabila pekerjaan dan lingkungannya serta faktor ekonomi, penderita
harus selalu berhadapan dengan faktor alergen yang menjadi penyebab serangan.
Karena asma merupakan penyakit yang tidak bisa disembuhkan secara total.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi penyakit asma ?
2. Apa etiologi penyakit asma?
3. Bagaimana patofisiologi penyakit asma ?
4. Bagaimana pathway penyakit asma?
5. Bagaimana manifestasi klinis penyakit asma?
6. Bagaimana klasifikasi klinis penyakit asma?
7. Bagaimana pemeriksaan penunjang penyakit asma?
8. Bagaimanakah penatalaksanaan penyakit asma?
9. Bagaimana komplikasi penyakit asma?
10. Bagaimana asuhan keperawatan penyakit asma?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui tentang Asma
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian asma
b. Mahasiswa dapat mengetahui etiologi, patofisiologi, dan pathway
c. Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis, klasifikasi,
pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, dan komplikasi
d. Mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan asma
BAB II
KAJIAN TEORI

A. PENGERTIAN
1. Almazini (2012)
Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran napas
yang mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila
terangsang oleh factor risiko tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan
aliran udara terhambat karena konstriksi bronkus, sumbatan mukus, dan
meningkatnya proses radang.
2. Saheb (2011)
Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami
penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang
menye babkan peradangan, penyempitan ini bersifat sementara. Asma
dapat terjadi pada siapa saja dan dapat timbul disegala usia, tetapi umumnya
asma lebih sering terjadi pada anak-anak usia di bawah 5 tahun dan orang
dewasa pada usia sekitar 30 tahunan.
3. Boushey (2005) dan Bousquet (2008)
Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan
banyak sel dan elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan
hiperresponsivitas saluran napas yang menimbulkan gejala episodik
berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, batuk terutama
malam hari dan atau dini hari. Episodik tersebut berhubungan dengan
obstruksi saluran napas yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat
reversibel dengan atau tanpa pengobatan.
4. Abidin (2002)
Asma adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh keadaan saluran nafas
yang sangat peka terhadap berbagai rangsangan, baik dari dalam maupun
luar tubuh. Akibat dari kepekaan yang berlebihan ini terjadilah penyempitan
saluran nafas secara menyeluruh.
B. ETIOLOGI
Menurut Lewis et al. (2000)
1. Faktor Predisposisi
Genetik merupakan faktor predisposisi dari asma bronkhial.
2. Faktor Presipitasi
a. Alergen
Alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan. Contohnya:
debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri, dan
polusi.
2) Ingestan, yang masuk melalui mulut. Contohnya: makanan dan
obat-obatan.
3) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Contohnya:
perhiasan, logam, dan jam tangan.
b. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering
mempengaruhi asma.
c. Stress
Stress/gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma. Stress
juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada
d. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja mempunyai hubungan langsung dengan sebab
terjadinya serangan asma.Misalnya orang yang bekerja di
laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas.
e. Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika
melakukan aktifitas jasmani atau olah raga yang berat.
C. PATOFISIOLOGI
1. PATHWAY

Asma ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos bronkus yang
menyebabkan sukar bernafas.Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas
bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada
asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang
alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody IgE
abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila
reaksi dengan antigen spesifikasinya.
Pada respon alergi di saluran nafas, antibodi IgE berikatan dengan
alergen menyebabkan degranulasi sel mast. Akibat degranulasi tersebut,
histamin dilepaskan. Histamin menyebabkan konstriksi otot polos bronkiolus.
Apabila respon histamin berlebihan, maka dapat timbul spasme asmatik.
Karena histamin juga merangsang pembentukan mukkus dan meningkatkan
permiabilitas kapiler, maka juga akan terjadi kongesti dan pembengkakan
ruang iterstisium paru.
Individu yang mengalami asma mungkin memiliki respon IgE yang
sensitif berlebihan terhadap sesuatu alergen atau sel-sel mast-nya terlalu
mudah mengalami degranulasi. Di manapun letak hipersensitivitas respon
peradangan tersebut, hasil akhirnya adalah bronkospasme, pembentukan
mukus, edema dan obstruksi aliran udara.
D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala awal :
1. Batuk
2. Dispnea
3. Mengi (whezzing)
4. Gangguan kesadaran, hyperinflasi dada
5. Tachicardi
6. Pernafasan cepat dangkal
Gejala lain :
1. Takipnea
2. Gelisah
3. Diaphorosis
4. Nyeri di abdomen karena terlihat otot abdomen dalam pernafasan
5. Fatigue (kelelahan)
6. Tidak toleran terhadap aktivitas: makan, berjalan, bahkan berbicara.
7. Serangan biasanya bermula dengan batuk dan rasa sesak dalam dada
disertai pernafasan lambat.
8. Ekspirasi selalu lebih susah dan panjang disbanding inspirasi
9. Sianosis sekunder
10. Gerak-gerak retensi karbondioksida seperti : berkeringat, takikardia, dan
pelebaran tekanan nadi.
E. KLASIFIKASI
1. Berdasarkan kegawatan asma, maka asma dapat dibagi menjadi :
a. Asma bronkhiale
Asma Bronkiale merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan adanya
respon yang berlebihan dari trakea dan bronkus terhadap bebagai macam
rangsangan, yang mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang tersebar
luas diseluruh paru dan derajatnya dapat berubah secara sepontan atau setelah
mendapat pengobatan
b. Status asmatikus
Yakni suatu asma yang refraktor terhadap obat-obatan yang konvensional
(Smeltzer, 2001). status asmatikus merupakan keadaan emergensi dan tidak
langsung memberikan respon terhadap dosis umum bronkodilator (Depkes
RI, 2007).
Status Asmatikus yang dialami penderita asma dapat berupa pernapasan
wheezing, ronchi ketika bernapas (adanya suara bising ketika bernapas),
kemudian bisa berlanjut menjadi pernapasan labored (perpanjangan
ekshalasi), pembesaran vena leher, hipoksemia, respirasi alkalosis, respirasi
sianosis, dyspnea dan kemudian berakhir dengan tachypnea. Namun makin
besarnya obstruksi di bronkus maka suara wheezing dapat hilang dan
biasanya menjadi pertanda bahaya gagal pernapasan (Brunner & Suddarth,
2001).
c. Asthmatic Emergency
Yakni asma yang dapat menyebabkan kematian
2. Klasifikasi asma yaitu (Hartantyo, 1997, cit Purnomo 2008)
a. Asma ekstrinsik
Asma ekstrinsik adalah bentuk asma paling umum yang disebabkan karena
reaksi alergi penderita terhadap allergen dan tidak membawa pengaruh apa-
apa terhadap orang yang sehat.
b. Asma intrinsik
Asma intrinsik adalah asma yang tidak responsif terhadap pemicu yang
berasal dari allergen. Asma ini disebabkan oleh stres, infeksi dan kodisi
lingkungan yang buruk seperti klembaban, suhu, polusi udara dan aktivitas
olahraga yang berlebihan.
3. Menurut Global Initiative for Asthma (GINA) (2006) penggolongan asma
berdasarkan beratnya penyakit dibagi 4 (empat) yaitu:
a. Asma Intermiten (asma jarang)
1) Gejala kurang dari seminggu
2) Serangan singkat
3) Gejala pada malam hari < 2 kali dalam sebulan
4) FEV 1 atau PEV > 80%
5) PEF atau FEV 1 variabilitas 20% – 30%
b. Asma mild persistent (asma persisten ringan)
1) Gejala lebih dari sekali seminggu
2) Serangan mengganggu aktivitas dan tidur
3) Gejala pada malam hari > 2 kali sebulan
4) FEV 1 atau PEV > 80%
5) PEF atau FEV 1 variabilitas < 20% – 30%
c. Asma moderate persistent (asma persisten sedang)
1) Gejala setiap hari
2) Serangan mengganggu aktivitas dan tidur
3) Gejala pada malam hari > 1 dalam seminggu
4) FEV 1 tau PEV 60% – 80%
5) PEF atau FEV 1 variabilitas > 30%
d. Asma severe persistent (asma persisten berat)
1) Gejala setiap hari
2) Serangan terus menerus
3) Gejala pada malam hari setiap hari
4) Terjadi pembatasan aktivitas fisik
5) FEV 1 atau PEF = 60%
6) PEF atau FEV variabilitas > 30%
4. Selain berdasarkan gejala klinis di atas, asma dapat diklasifikasikan
berdasarkan derajat serangan asma yaitu: (GINA, 2006)
a. Serangan asma ringan dengan aktivitas masih dapat berjalan, bicara
satu kalimat, bisa berbaring, tidak ada sianosis dan mengi kadang hanya
pada akhir ekspirasi,
b. Serangan asma sedang dengan pengurangan aktivitas, bicara
memenggal kalimat, lebih suka duduk, tidak ada sianosis, mengi nyaring
sepanjang ekspirasi dan kadang -kadang terdengar pada saat inspirasi,
c. Serangan asma berat dengan aktivitas hanya istirahat dengan posisi
duduk bertopang lengan, bicara kata demi kata, mulai ada sianosis dan
mengi sangat nyaring terdengar tanpa stetoskop,
d. Serangan asma dengan ancaman henti nafas, tampak kebingunan,
sudah tidak terdengar mengi dan timbul bradikardi.
Perlu dibedakan derajat klinis asma harian dan derajat serangan asma.
Seorang penderita asma persisten (asma berat) dapat mengalami serangan
asma ringan. Sedangkan asma ringan dapat mengalami serangan asma berat,
bahkan serangan asma berat yang mengancam terjadi henti nafas yang dapat
menyebabkan kematian
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan sputum
Pada pemeriksaan sputum ditemukan :
a. Kristal –kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari
kristal eosinofil.
b. Terdapatnya Spiral Curschman, yakni spiral yang merupakan silinder
sel-sel cabang-cabang bronkus
c. Terdapatnya Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus
d. Terdapatnya neutrofil eosinofil
2. Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinofil meninggi, sedangkan
leukosit dapat meninggi atau normal, walaupun terdapat komplikasi asma
a. Gas analisa darah
Terdapat hasil aliran darah yang variabel, akan tetapi bila terdapat
peninggian PaCO2 maupun penurunan pH menunjukkan prognosis
yang buruk
b. Kadang –kadang pada darah terdapat SGOT dan LDH yang meninggi
c. Hiponatremi 15.000/mm3 menandakan terdapat infeksi
d. Pada pemeriksaan faktor alergi terdapat IgE yang meninggi pada
waktu seranggan, dan menurun pada waktu penderita bebas dari
serangan.
e. Pemeriksaan tes kulit untuk mencari faktor alergi dengan berbagai
alergennya dapat menimbulkan reaksi yang positif pada tipe asma
atopik.
3. Foto rontgen
Pada umumnya, pemeriksaan foto rontgen pada asma normal. Pada serangan
asma, gambaran ini menunjukkan hiperinflasi paru berupa rradiolusen yang
bertambah, dan pelebaran rongga interkostal serta diagfragma yang menurun.
Akan tetapi bila terdapat komplikasi, kelainan yang terjadi adalah:
a. Bila disertai dengan bronkhitis, bercakan hilus akan bertambah
b. Bila terdapat komplikasi emfisema (COPD) menimbulkan gambaran
yang bertambah.
c. Bila terdapat komplikasi pneumonia maka terdapat gambaran infiltrat
pada paru.
4. Pemeriksaan faal paru
a. Bila FEV1 lebih kecil dari 40%, 2/3 penderita menujukkan penurunan
tekanan sistolenya dan bila lebih rendah dari 20%, seluruh pasien
menunjukkan penurunan tekanan sistolik.
b. Terjadi penambahan volume paru yang meliputi RV hampi terjadi
pada seluruh asma, FRC selalu menurun, sedangan penurunan TRC
sering terjadi pada asma yang berat.
5. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi selama terjadi serangan asma dapat dibagi atas
tiga bagian dan disesuaikan dengan gambaran emfisema paru, yakni :
a. Perubahan aksis jantung pada umumnya terjadi deviasi aksis ke kanan
dan rotasi searah jarum jam
b. Terdapatnya tanda-tanda hipertrofi jantung, yakni tedapat RBBB
c. Tanda-tanda hipoksemia yakni terdapat sinus takikardi, SVES, dan
VES atau terjadinya relatif ST depresi.
G. PENATALAKSANAAN
1. Pengobatan non farmakologik
a. Penyuluhan
Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan klien
tentang penyakit asma
b. Menghindari faktor pencetus
c. Fisioterapi
2. Pengobatan farmakologik
a. Agonis beta.Contohnya : Alupent, metrapel
b. Metil Xantin.Contohnya : Aminophilin dan Teopilin
c. Kortikosteroid.Contohnya : Beclometason Dipropinate dengandosis
800 empat kali semprot tiap hari.
d. Kromolin. Kromolin merupakan obat pencegah asthma, khususnya
anak-anak . Dosisnya berkisar 1-2 kapsul empat kali sehari.
e. Ketotifen. Efek kerja sama dengan kromolin dengan dosis 2 x 1 mg
perhari. Keuntunganya dapat diberikan secara oral.
f. Iprutropioum bromide (Atroven). Atroven adalah antikolenergik,
diberikan dalam bentuk aerosol dan bersifat bronkodilator.
3. Pengobatan selama serangan status asthmatikus
a. Infus RL : D5 = 3 : 1 tiap 24 jam
b. Pemberian oksigen 4 liter/menit melalui nasal kanul
c. Aminophilin bolus 5 mg / kg bb diberikan pelan-pelan selama 20
menit dilanjutka drip Rlatau D5 mentenence (20 tetes/menit) dengan
dosis 20 mg/kg bb/24 jam.
d. Terbutalin 0,25 mg/6 jam secara sub kutan.
e. Dexamatason 10-20 mg/6jam secara intra vena.
f. Antibiotik spektrum luas
H. KOMPLIKASI
1. Pneumo thoraks
2. Pneumomediastinum
3. Emfisema subkutis
4. Ateleltaksis
5. Aspergilosis
6. Gagal nafas
7. Bronchitis
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas : identitas adalah tanda pengenal bagi klien, identitas dibagi
menjadi 2 yaitu identitas pribadi dan identitas sosial. Identitas pribadi
yaitu identitas yang melekat pada pribadi pasien ( termasuk ciri-cirinya)
misalnya Nama,Tanggal Lahir/Umur,Jenis Kelamin,Alamat, Status
Perkawinan dan lain-lain termasuk No.RM yang diberikan kepadanya dan
nama orang tua.Sedangkan identitas sosial meliputi identitas yang
menjelaskan tentang sosial,ekonomi dan budaya pasien misalnya, agama,
pendidikan,pekerjaan,identitas orang tua,identitas penanggung jawab
pembayaran dan lain-lain.
2. Riwayat Sakit dan Kesehatan :
a. Keluhan Utama : Keluhan utama merupakan keluhan yang paling
dirasakan dan yang paling sering mengganggu pasien pada saat itu.
Keluhan utama pasien dijadikan sebagai acuan dalam menggali
informasi lebih dalam, melakukan pemeriksaan, dan pemberian
tindakan.
b. Riwayat Keluhan Utama : Riwayat penyakit sekarang merupakan
rincian dari keluhan utama yang berisi tentang riwayat perjalanan
pasien selama mengalami keluhan secara lengkap.
c. Riwayat Penyakit Terdahulu : Merupakan riwayat penyakit fisik
maupun psikologik yang pernah diderita pasien sebelumnya. Seperti
diabetes mellitus, hipertensi, trauma, dan lain-lain. Hal ini perlu
diketahui karna bisa saja penyakit yang diderita sekarang ada
hubungannya dengan penyakit yang pernah diderita sebelumnya serta
sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan tindakan yang akan
dilakukan. Dan dalam kasus ini didapatkan hasilnya negatif.
3. Observasi dan Pemeriksaan Fisik (ROS : Review Of System).
a. B1 Breathing (Sistem Pernafasan)
Hal-hal yang perlu dikaji adalah
- Pola napas : Dinilai kecepatan, irama, dan kualitas.Bunyi napas:
- Bunyi napas normal; Vesikuler, broncho vesikuler
- Bunyi nafas abnormal : Stridor (Mengorok, biasanya
diakibatakan karena lidah jatuh kebelakang), Ronchi (dapat
terjadi akibat penumpukan secret pada jalan nafas), Wheezing
(dapat terjadi akibat penyempitan jalan nafas )
- Penurunan atau hilangnya bunyi napas dapat menunjukan adanya
atelektasis, pnemotorak atau fibrosis pada pleura.
- Bentuk dada : Perubahan diameter anterior – posterior (AP)
menunjukan adanya COPD, pigeon chest (Bentuk dada ini terjadi
ketika ada pergeseran yang menyebabkan “lengkungan keluar”
pada sternum dan tulang iga,pada keadaan ini juga terjadi
peningkatan diameter anteroposterior), Barrel chest (bentuk dada
seperti dada burung), funnel chest (lengkungan kedalam pada
sternum dan iga)
- Ekspansi dada : Dinilai penuh / tidak penuh, dan
kesimetrisannya.
- Ketidaksimetrisan mungkin menunjukan adanya atelektasis, lesi
pada paru, obstruksi pada bronkus, fraktur tulang iga,
pnemotoraks, atau penempatan endotrakeal dan tube trakeostomi
yang kurang tepat.
- Pada observasi ekspansi dada juga perlu dinilai : Retraksi dari
otot-otot interkostal, substrernal, pernapasan abdomen, dan
respirasi paradoks (retraksi abdomen saat inspirasi). Pola napas
ini dapat terjadi jika otot-otot interkostal tidak mampu
menggerakan dinding dada.
- Sputum yang keluar harus dinilai warnanya, jumlah dan
konsistensinya. Mukoid sputum biasa terjadi pada bronkitis
kronik dan astma bronkiale; sputum yang purulen (kuning hijau)
biasa terjadi pada pnemonia, brokhiektasis, brokhitis akut;
sputum yang mengandung darah dapat menunjukan adanya
edema paru, TBC, dan kanker paru.
- Alat bantu pernafasan: Endotrakeal tube, ventilator selang O2
b. B2 Blood (Sistem Karduovaskuler)
- Irama jantung : Frekuensi ..x/m, reguler atau irregular
- Distensi Vena Jugularis
- Tekanan Darah : Hipotensi dapat terjadi akibat dari penggunaan
ventilator
- Bunyi jantung : Dihasilkan oleh aktifitas katup jantung
 S1 : Terdengar saat kontraksi jantung / sistol ventrikel.
Terjadi akibat penutupan katup mitral dan tricuspid
 S2 : Terdengar saat akhir kotraksi ventrikel. Terjadi akibat
penutupan katup pulmonal dan katup aorta
 S3 : Dikenal dengan ventrikuler gallop, manandakan adanya
dilatasi ventrikel.
- Murmur : terdengar akibat adanya arus turbulansi darah.
Biasanya terdengar pada pasien gangguan katup atau CHF.
- Pengisian kapiler : normal kurang dari 3 detik
- Nadi perifer : ada / tidak dan kualitasnya harus diperiksa. Aritmia
dapat terjadi akibat adanya hipoksia miokardial
- Edema : Dikaji lokasi dan derajatnya.
c. B3 Brain (Persyarafan)
- Tingkat kesadaran
Penurunan tingkat kesadaran pada pasien dengan respirator dapat
terjadi akibat penurunan PCO2 yang menyebabkan vasokontriksi
cerebral. Akibatnya akan menurunkan sirkulasi cerebral.Untuk
menilai tingkat kesadaran dapat digunakan suatu skala pengkuran
yang disebut dengan Glasgow Coma Scale (GCS). GCS
memungkinkan untuk menilai secara obyektif respon pasien
terhadap lingkungan. Komponen yang dinilai adalah : Respon
terbaik buka mata, respon motorik, dan respon verbal. Nilai
kesadaran pasien adalah jumlah nilai-nilai dari ketiga komponen
tersebut. Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan
respon seseorang terhadap rangsangan dari lingkungan, tingkat
kesadaran dibedakan menjadi :
 Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar
sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang
keadaan sekelilingnya.
 Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk
berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
 Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu),
memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang
berhayal.
 Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun,
respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun
kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan)
tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.
 Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap,
tetapi ada respon terhadap nyeri.
 Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada
respon terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea
maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil
terhadap cahaya).
Perubahan tingkat kesadaran dapat diakibatkan dari berbagai
faktor, termasuk perubahan dalam lingkungan kimia otak seperti
keracunan, kekurangan oksigen karena berkurangnya aliran darah ke
otak, dan tekanan berlebihan di dalam rongga tulang kepala. Adanya
defisit tingkat kesadaran memberi kesan adanya hemiparese serebral
atau sistem aktivitas reticular mengalami injuri. Penurunan tingkat
kesadaran berhubungan dengan peningkatan angka morbiditas
(kecacatan) dan mortalitas (kematian). Jadi sangat penting dalam
mengukur status neurologikal dan medis pasien. Tingkat kesadaran ini
bisa dijadikan salah satu bagian dari vital sign. GCS (Glasgow Coma
Scale) yaitu skala yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran
pasien, (apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak) dengan menilai
respon pasien terhadap rangsangan yang diberikan.

d. B4 Bladder (Sistem Perkemihan)


- Cateter urin
- Urine : warna, jumlah, dan karakteristik urine, termasuk berat
jenis urine.
- Penurunan jumlah urine dan peningkatan retensi cairan dapat
terjadi akibat menurunnya perfusi pada ginjal
- Distesi kandung kemih
e. B5 Bowel (Sistem Pencernaan)
- Rongga mulut
Penilaian pada mulut adalah ada tidaknya lesi pada mulut atau
perubahan pada lidah dapat menunjukan adanya dehidarsi.
- Bising usus
Ada atau tidaknya dan kualitas bising usus harus dikaji sebelum
melakukan palpasi abdomen. Bising usus dapat terjadi pada
paralitik ileus dan peritonitis. Lakukan observasi bising usus
selama ± 2 menit. Penurunan motilitas usus dapat terjadi akibat
tertelannya udara yang berasal dari sekitar selang endotrakeal dan
nasotrakeal. Normal bising usus adalah 7-12 x/i
- Distensi abdomen
Dapat disebabkan oleh penumpukan cairan. Asites dapat
diketahui dengan memeriksa adanya gelombang air pada
abdomen. Distensi abdomen dapat juga terjadi akibat perdarahan
yang disebabkan karena penggunaan IPPV. Penyebab lain
perdarahan saluran cerna pada pasien dengan respirator adalah
stres, hipersekresi gaster, penggunaan steroid yang berlebihan,
kurangnya terapi antasid, dan kurangnya pemasukan makanan.
f. B6 Bone (Sistem Musculoskeletal dan Integumen)
- Warna kulit, suhu, kelembaban, dan turgor kulit.
- Adanya perubahan warna kulit; warna kebiruan menunjukan
adanya sianosis (ujung kuku, ekstremitas, telinga, hidung, bibir
dan membran mukosa). Pucat pada wajah dan membran mukosa
dapat berhubungan dengan rendahnya kadar haemoglobin atau
shok. Pucat, sianosis pada pasien yang menggunakan ventilator
dapat terjadi akibat adanya hipoksemia. Jaundice (warna kuning)
pada pasien yang menggunakan respirator dapat terjadi
akibatpenurunan aliran darah portal akibat dari penggunaan FRC
dalam jangka waktu lama.Pada pasien dengan kulit gelap,
perubahan warna tersebut tidak begitu jelas terlihat,. Warna
kemerahan pada kulit dapat menunjukan adanya demam, infeksi.
Pada pasien yang menggunkan ventilator, infeksi dapat terjadi
akibat gangguan pembersihan jalan napas dan suktion yang tidak
steril.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang lazim muncul (Nurarif,2015) disesuaikan dengan
Hermand T (2017) Dalam NANDA Internasional.
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d mucus dalam jumlah
berlebihan, hipersekresi mucus.
2. Ketidakefektifan pola napas b.d keletihan otot pernapasan
3. Gangguan pertukaran gas b.d retensi CO2
4. Penurunan curah jantung b.d perubahan kontraktilitas dan volume
sekuncup jantung
5. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbagan antara suplai O2 dan
kebutuhan O2 (Hipoksia)
C. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi


(NANDA) (NOC) (NIC)
Bersihan Jalan Nafas tidak NOC:
efektif  Respiratory status : Ventilation  Pastikan
 Respiratory status : Airway kebutuhan oral /
Nanda Hal: 406 patency tracheal
Domain :  Aspiration Control suctioning.
Kemanan/Perlindungan Setelah dilakukan tindakan  Berikan O2…
Kelas : 2 Cedera Fisik keperawatan selama l/mnt,
Kode : 00031 …………..pasien menunjukkan metode………
Defenisi : keefektifan jalan nafas dibuktikan  Anjurkan pasien
Ketidak mampuan membersihkan dengan kriteria hasil : untuk istirahat dan
sekresi atau obstruksi dari saluran  Mendemonstrasikan batuk napas dalam
napas untuk memperthanakan efektif dan suara nafas yang  Posisikan pasien
bersihan jalan napas bersih, tidak ada sianosis dan untuk
dyspneu (mampu mengeluarkan memaksimalkan
Batasan Karakteristik : sputum, bernafas dengan ventilasi
 Batuk yang tidak efektif mudah, tidak ada pursed lips)  Lakukan
 Dispneu  Menunjukkan jalan nafas yang fisioterapi dada
 Gelisah paten (klien tidak merasa jika perlu
 Kesulitan verbalisasi tercekik, irama nafas, frekuensi  Keluarkan sekret
 Mata terbuka lebar pernafasan dalam rentang dengan batuk atau
 Ortopnea normal, tidak ada suara nafas suction
 Penurunan bunyi napas abnormal)  Auskultasi suara
 Perubahnan frekuensi napas  Mampu mengidentifikasikan nafas, catat adanya
 Perubahan pola napas dan mencegah faktor yang suara tambahan
 Sianosis penyebab.  Berikan
 Sputum dalam jumlah yang  Saturasi O2 dalam batas normal bronkodilator :
berlebihan  Foto thorak dalam batas normal  Monitor status
 Suara napas tambahan hemodinamik
 Tidak ada batuk  Berikan pelembab
udara Kassa basah
Faktor yang berhubungan : NaCl Lembab
Lingkungan :  Berikan
 Perokok antibiotik :
 Perokok pasif  Atur intake untuk
 Terpajan asap cairan
mengoptimalkan
Obstruksi Jalan napas keseimbangan.
 Monitor respirasi
 Adanya jalan napas buatan dan status O2
 Benda asing dalam jalan napas  Pertahankan
 Eksudat dalam alveoli hidrasi yang
 Hyperplasia pada dinding adekuat untuk
bronchus mengencerkan
 Mucus berlebihan sekret
 Penyakit paru obstruksi kronis  Jelaskan pada
 sekresi yang tertahan pasien dan
 spasme jalan napas keluarga tentang
penggunaan
Fisiologi : peralatan : O2,
Suction, Inhalasi.
 Asma
 Disfungsi neuromuscular
 Infeksi
 Jalan napas alergik

Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi


(NANDA) (NOC)
(NIC)

Ketidakefektifan pola NOC: NIC:


napas - Respiratory status: Airway Management
ventilation 1. Buka jalan nafas, gunakan teknik
Nanda Hal.243 - Respiratory status: chin lift atau jaw thrust bila perlu
Domain : airway patency 2. Posisikan pasien untuk
Aktivitas/Istirahat - Vital sign status memaksimalkan ventilasi
Kelas : 4 Respons Kriteria Hasil: 3. Identifikasi pasien perlunya
kardiovaskuler/Pulmonal 1. Mendemonstrasikan pemasangan alat jalan nafas buatan
Code : 00032 batuk efektif dan 4. Pasang mayo bila perlu
suara nafas yang 5. Lakukan fisoterapi dada jika perlu
Definisi: inspirasi dan/ bersih , tidak ada 6. Keluarkan secret dengan batuk atau
atau ekspirasi yang tidak sianosis dan dyspneu suction
member ventilasi (mampu 7. Auskultasi suara nafas, catat adanya
Batasan Karakteristik: mengeluarkan suara tambahan
 Perubahan kedalaman sputum, mampu 8. Lakukan suction pada mayo
pernapasan bernafas dengan 9. Berikan bronkodilator bila perlu
 Perubahan ekskursi mudah, tidak ada 10. Berikan pelembab udara kassa
dada pursed lips) basah NaCl lembab
 Mengambil posisi tiga 2. Menunjukkan jalan 11. Atur intake untuk cairan
titik nafas yang paten mengoptimalkan keseimbanagn
 Bradipneu 3. Tanda – tanda vital 12. Monitor respirasi dan status O2
 Penurunan tekanan dalam rentang normal Oxygen Therapy
ekspirasi 1. Bersihkan mulut, hidung dan secret
 Penurunan ventilasi trakea
semenit 2. Pertahankan jalan nafas yang paten
3. Atur peralatan oksigenasi
 Penurunan kapasitas
vital 4. Monitol aliran oksigen
5. Pertahankan posisi pasien
 Dispneu
6. Observasi adanya tanda – tanda
 Peningkatan diameter
hipoventilasi
anterior-posterior
7. Monitor adanya kecemasan pasien
 Pernapasan cuping terhadap oksigenasi
hidung
 Ortopneu Vital sign monitoring
 Fase ekspirasi 1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
memenjang 2. Catat adanya fluktuasi tekanan
 Pernapasan bibir darah
 Takipneu 3. Monitor VS saat pasien berbaring,
 Penggunaan otot duduk atau berdiri
aksesorius untuk 4. Auskultasi TD pada kedua lengan
bernapas dan bandingkan
5. Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
Faktor yang selama, dan setelah aktifitas
berhubungan : 6. Monitor kualitas dari nadi
7. Monitor frekuensi dan irama
 Gangguan neurologis
pernapasan
(Trauma, kejang)
8. Monitor suara paru
 Nyeri
9. Monitor pola pernapasan abnormal
 Cedera medulla
10. Monitor suhu, waran dan
spinalis
kelmbaban kulit
 Disfungsi 11. Monitor sianosis perifer
neuromuscular 12. Monitor adanya cushing triad
 Keltihan otot 13. Identifikasi penyebab dari
pernafasan perubahan vital sign

Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan (NOC)
(NANDA) (NIC)

Gangguan NOC: NIC :


Pertukaran Gas  Respiratory Status :  Posisikan pasien untuk memaksimalkan
Gas exchange ventilasi
Nanda Hal.220  Keseimbangan asam  Pasang mayo bila perlu
Domain : 3 Eliminasi Basa, Elektrolit  Lakukan fisioterapi dada jika perlu
dan pertukaran  Respiratory Status :  Keluarkan sekret dengan batuk atau
Kelas : 4 Fungsi ventilation suction
respirasi l  Vital Sign Status  Auskultasi suara nafas, catat adanya
Code : 00030 Setelah dilakukan suara tambahan
tindakan keperawatan  Berikan bronkodilator ;
Definisi: kelebihan selama …. Gangguan -………………….
atau defisiit oksigenasi pertukaran pasien -………………….
dan atau eliminasi teratasi dengan kriteria  Barikan pelembab udara
CO2 pada membrane hasi:  Atur intake untuk cairan
alveolar -kapiler  Mendemonstrasikan mengoptimalkan keseimbangan.
Batasan peningkatan ventilasi  Monitor respirasi dan status O2
Karakteristik: dan oksigenasi yang  Catat pergerakan dada,amati
 Diaforesis adekuat kesimetrisan, penggunaan otot
 Dispneu  Memelihara tambahan, retraksi otot supraclavicular
 Gas darah arteri kebersihan paru paru dan intercostal
abnormal dan bebas dari tanda  Monitor suara nafas, seperti dengkur
 Ganggua tanda distress  Monitor pola nafas : bradipena,
penglihatan pernafasan takipenia, kussmaul, hiperventilasi,
 Gelisah  Mendemonstrasikan cheyne stokes, biot
 Hiperkapnea batuk efektif dan suara
 Hipoksemia nafas yang bersih,  Auskultasi suara nafas, catat area
 Hipoksia tidak ada sianosis dan penurunan / tidak adanya ventilasi dan
 Iritabilitas dyspneu (mampu suara tambahan
 Konfusi mengeluarkan sputum,  Monitor TTV, AGD, elektrolit dan
 Napas cuping mampu bernafas ststus mental
hidung dengan mudah, tidak  Observasi sianosis khususnya membran
 Penurunan CO2 ada pursed lips) mukosa
 Ph arteri abnormal  Tanda tanda vital  Jelaskan pada pasien dan keluarga
dalam rentang normal
 Pola napas tentang persiapan tindakan dan tujuan
abnormal  AGD dalam batas penggunaan alat tambahan (O2,
normal Suction, Inhalasi)
 Samnolen
 Sakit kepala
4. Status neurologis  Auskultasi bunyi jantung, jumlah,
dalam batas normal irama dan denyut jantung
 Takikardia
 Warna kulit
abnormal
Faktor yang
berhubungan :
 Ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi
 Perubahan
membrane
alveolar-kapiler

Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi


(NANDA) (NOC)
(NIC)

Penurunan Curah NOC : NIC :


Jantung  Cardiac Pump  Evaluasi adanya nyeri dada
effectiveness  Catat adanya disritmia jantung
Nanda Hal.244  Circulation Status  Catat adanya tanda dan gejala
Domain : 4  Vital Sign Status penurunan cardiac putput
Aktivitas/Istirahat  Tissue perfusion:  Monitor status pernafasan yang
Kelas : 4 respons perifer menandakan gagal jantung
kardiovaskuler/pulmonal Setelah dilakukan asuhan  Monitor balance cairan
Code : 00029 selama………penurunan  Monitor respon pasien terhadap
kardiak output klien efek pengobatan antiaritmia
Definisi: ketidakadekuatan teratasi dengan kriteria
 Atur periode latihan dan istirahat
darah yang dipompa oleh hasil: untuk menghindari kelelahan
jantung untuk memenuhi  Tanda Vital dalam
 Monitor toleransi aktivitas pasien
kebutuhan metabolic rentang normal  Monitor adanya dyspneu, fatigue,
tubuh (Tekanan darah, Nadi, tekipneu dan ortopneu
Batasan Karakteristik: respirasi)  Anjurkan untuk menurunkan
 Bradikardi  Dapat mentoleransi stress
 Palpitasi aktivitas, tidak ada  Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
 Perubahan EKG kelelahan  Monitor VS saat pasien
 Takikardia  Tidak ada edema paru, berbaring, duduk, atau berdiri
 Distensi vena jugularis perifer, dan tidak ada  Auskultasi TD pada kedua lengan
 Edemakeletihan asites dan bandingkan
 Murmur jatung  Tidak ada penurunan  Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
 Dispneu kesadaran selama, dan setelah aktivitas
 Kulit lembab  AGD dalam batas
 Oliguri normal  Monitor jumlah, bunyi dan irama
 Batuk  Tidak ada distensi vena jantung
 Bunyi napas tambahan leher  Monitor frekuensi dan irama
Faktor yang  Warna kulit normal pernapasan
berhubungan :  Monitor pola pernapasan
 Perubahan afterload abnormal
 Perubahan frekuensi  Monitor suhu, warna, dan
jantung kelembaban kulit
 Perubahan irama  Monitor sianosis perifer
jantung  Monitor adanya cushing triad
 Perubahan (tekanan nadi yang melebar,
kontraktilitas bradikardi, peningkatan sistolik)
 Perubahan preload  Identifikasi penyebab dari
 Perubahan volume perubahan vital sign
sekuncup  Jelaskan pada pasien tujuan dari
pemberian oksigen
 Sediakan informasi untuk
mengurangi stress
 Kelola pemberian obat anti
aritmia, inotropik, nitrogliserin
dan vasodilator untuk
mempertahankan kontraktilitas
jantung
 Kelola pemberian antikoagulan
untuk mencegah trombus perifer
 Minimalkan stress lingkungan

Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi


(NANDA) (NOC)
(NIC)

Intoleransi aktifitas NOC : NIC :


 Self Care : ADLs  Observasi adanya pembatasan klien
Nanda Hal.241  Toleransi aktivitas dalam melakukan aktivitas
Domain : 4  Konservasi eneergi  Kaji adanya faktor yang menyebabkan
Aktivitas/Istirahat Setelah dilakukan kelelahan
Kelas : 4 respons tindakan keperawatan  Monitor nutrisi dan sumber energi
kardiovaskuler/pulmonal selama …. Pasien yang adekuat
Code : 00092 bertoleransi terhadap  Monitor pasien akan adanya kelelahan
aktivitas dengan fisik dan emosi secara berlebihan
Definisi: ketidakcukupan Kriteria Hasil :  Monitor respon kardivaskuler
energy psikologis atau  Berpartisipasi terhadap aktivitas (takikardi,
fisiologis untuk dalam aktivitas fisik disritmia, sesak nafas, diaporesis,
mempertahankan atau tanpa disertai pucat, perubahan hemodinamik)
menyelesaikan aktivitas peningkatan  Monitor pola tidur dan lamanya
kehidupan sehari-hari tekanan darah, nadi tidur/istirahat pasien
yang harus atau yang ingin dan RR  Kolaborasikan dengan Tenaga
dilakukan  Mampu melakukan Rehabilitasi Medik dalam
Batasan Karakteristik: aktivitas sehari hari merencanakan progran terapi yang
 Dispneu saat (ADLs) secara tepat.
beraktifitas mandiri  Bantu klien untuk mengidentifikasi
 Keletihan  Keseimbangan aktivitas yang mampu dilakukan
 Perubahan EKG aktivitas dan  Bantu untuk memilih aktivitas
 Respon TD abnormal istirahat konsisten yang sesuai dengan
Faktor yang kemampuan fisik, psikologi dan sosial
berhubungan :  Bantu untuk mengidentifikasi dan
 Gaya hidup kurang mendapatkan sumber yang diperlukan
gerak untuk aktivitas yang diinginkan
 Immobilitas  Bantu untuk mendpatkan alat bantuan
 Ketidakseimbagan aktivitas seperti kursi roda, krek
suplai O2 dengan  Bantu untuk mengidentifikasi
kebutuhan tubuh aktivitas yang disukai
 Tirah baring  Bantu klien untuk membuat jadwal
latihan diwaktu luang
 Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
 Sediakan penguatan positif bagi yang
aktif beraktivitas
 Bantu pasien untuk mengembangkan
motivasi diri dan penguatan
 Monitor respon fisik, emosi, sosial
dan spiritual

D. Implementasi Keperawatan
Serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu
klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang
lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon,
1994, dalam Potter & Perry, 1997).
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai
tindakan keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan
kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.
Adapun ukuran pencapaian tujuan pada tahap evaluasi meliputi:
1. Masalah teratasi; jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan tujuan
dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.
2. Masalah sebagian teratasi;jika klien menunjukkan perubahan sebahagian
dari kriteria hasil yang telah ditetapkan.
3. Masalah tidak teratasi; jika klien tidak menunjukkan perubahan dan
kemajuan sama sekali yang sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang
telah ditetapkan dan atau bahkan timbul masalah/ diagnosa keperawatan
baru.
Untuk penentuan masalah teratasi, teratasi sebahagian, atau tidak teratasi
adalah dengan cara membandingkan antara SOAP dengan tujuan dan kriteria
hasil yang telah ditetapkan.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas
mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan
tertentu, yang menyebabkan peradangan, penyempitan ini bersifat
sementara (Saheb, 2011).Klasifikasi asma (GINA, 2006) meliputi,
asma intermiten, asma mild persistent, asma moderate persistent,
asma severe persistent, dengan komplikasipneumothoraks,
pneumomediastinum, emfisema subkutis, ateleltaksis, gagal nafas,
dan bronchitis.Pemeriksaan penunjang pada asma yaitu
pemeriksaan sputum, pemeriksaan darah, foto rontgen,
pemeriksaan faal paru, dan elektrokardiografi. Pengobatan asma
dilakukan penyuluhan, menghindari faktor pencetus, fisioterapi,
pemberian agonis beta, metil xantin, kortikosteroid, kromolin,
ketotifen.
Pengkajian yang dilakukan yaitu identitas, riwayat sakit dan
kesehatan pasien, observasi dan pemeriksaan fisik (ROS : Review
Of System). Diagnosa keperawatan yang lazim muncul (NANDA,
2017) antara lain, ketidakefektifan bersihan jalan napas,
ketidakefektifan pola napas, gangguan pertukaran gas, penurunan
curah jantung, intoleransi aktivitas. Evaluasi dilakukan untuk
menilai tindakan keperawatan yang telah ditentukan, untuk
mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan
mengukur hasil dari proses keperawatan.

B. Saran
Asma dapat dicegah dengan menganjurkan pasien untuk
banyak istirahat(mengurangi aktivitas-aktivitas yang cukup berat),
mengkonsumsi makananyang tidak menimbulkan alergi,
mengurangi stres emosional, serta menghindari polusi udara seerti
asap rokok, dan lain-lain. Apabila penyakit ini tidak dicegahmaka
akan menimbulkan komplikasi yang lebih lanjut. Peran perawat
sangatdibutuhkan dalam memberikan penyuluhan akan
penyebabnya, cara penanggulangannya dan komplikasinya.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth.2002.Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8. Jakarta:EGC
Almazini, P. 2012. Bronchial Thermoplasty Pilihan Terapi Baru untuk Asma
Berat. Jakrta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
GINA (Global Initiative for Asthma) 2006. Pocket Guide for Asthma
Management and Prevension In Children. Dimuat dalam www.Ginaasthma.org.
2014. Laporan Pendahuluan Asma. Dikutip dari http://lpkeperawatan. blogspot.
com /2014/01/laporan-pendahuluan-asma.html?m=1. Minggu, 13 Oktober
2019.
Rezky,Wiwi.2016.Konsep Dasar Medis Asma. Dikutip dari
https://www.academia.edu/37081154/KONSEP_DASAR_MEDIS_ASM
A. Diunduh pada Kamis, 07 November 2019.

Anda mungkin juga menyukai