Anda di halaman 1dari 29

MANAJEMEN FISIOTERAPI

PADA KASUS ASMA

TUGAS AKHIR MODUL KARDIOPULMONAL

NAMA : Wahyu Deva Yuniar

NIM : 1710301016

PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA

2019/2020
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ii

KATA PENGANTAR..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG...............................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH...........................................................................................2
C. TUJUAN PENULISAN.............................................................................................3
7. MANFAAT PENULISAN.........................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA / ISI...................................................................................4

A. DEFINISI KASUS.....................................................................................................4
B. ANATOMI FISIOLOGI...........................................................................................5
C. ETIOLOGI................................................................................................................7
D. PATOFISIOLOGI....................................................................................................8
E. TANDA GEJALA...................................................................................................10
F. KOMPLIKASI........................................................................................................10
BAB III STATUS KLINIS..................................................................................................12

....................................................................12

LAPORAN STATUS KLINIK...........................................................................................12

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI..................................................................................12

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA................................................................12

I. KETERANGAN UMUM PENDERITA................................................................12


SEGI FISIOTERAPI..................................................................................................13
BAB IV PENUTUP.............................................................................................................24

A. KESIMPULAN........................................................................................................24
B. SARAN.....................................................................................................................24

ii
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................25

LAMPIRAN.........................................................................................................................26

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu
menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas akhir Modul
Kardiopulmonal.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi.
Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain
berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang
penulis hadapi teratasi.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang salah satu
penyakit pada Kasus Kardiopulmonal yaitu Asma, yang saya sajikan berdasarkan
pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan berita. Makalah ini di
susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri
penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan
terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa/i Universitas
Aisyiyah Yogyakarta, saya sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing, saya meminta
masukannya demi perbaikan pembuatan makalah saya di masa yang akan datang
dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Terima kasih, dan semoga makalah ini bisa memberikan sumbangsih positif bagi kita
semua.

Yogyakarta 21, Maret 2019

Penulis
Wahyu Deva Yuniar / 1710301016

iii
iv
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Salah satu penyakit yang sering dijumpai pada anak-anak yaitu penyakit

asma. Kejadian asma meningkat di hampir seluruh dunia, baik Negara maju

maupun Negara berkembang termasuk Indonesia. Peningkatan ini diduga

berhubungan dengan meningkatnya industri sehingga tingkat polusi cukup tinggi.

Walaupun berdasarkan pengalaman klinis dan berbagai penelitian asma

merupakan penyakit yang sering ditemukan pada anak, tetapi gambaran klinis

asma pada anak sangat bervariasi, bahkan berat-ringannya serangan dan sering-

jarangnya serangan berubah-ubah dari waktu ke waktu. Akibatnya kelainan ini

kadang kala tidak terdiagnosis atau salah diagnosis sehingga menyebabkan

pengobatan tidak adekuat.

Pernapasan atau respirasi adalah proses mulai dari pengambilan oksigen,

pengeluaran karbondioksida hingga penggunaan energi di dalam tubuh. Manusia

dalam bernapas menghirup oksigen dalam udara bebas dan membuang

karbondioksida ke lingkungan. Sistem pernapasan pada dasarnya dibentuk oleh

jalan atau saluran napas dan paru-paru beserta pembungkusnya (pleura) dan

rongga dada yang melindunginya.

Normalnya manusia butuh kurang lebih 300 liter oksigen per hari. Dalam

keadaan tubuh bekerja berat maka oksigen atau O2 yang diperlukan pun menjadi

berlipat-lipat kali dan bisa sampai 10 hingga 15 kali lipat. Namun dalam

pernapasan juga dapat mengalami gangguan atau kelainan salah satunya yang

kita kenal dengan penyakit asma.

1
Penyakit asma merupakan kelainan yang sangat sering ditemukan dan

diperkirakan 4–5% populasi penduduk di Amerika Serikat terjangkit oleh

penyakit ini. Asma bronkial terjadi pada segala usia tetapi terutama dijumpai

pada usia dini. Sekitar separuh kasus timbul sebelum usia 10 tahun dan sepertiga

kasus lainnya terjadi sebelum usia 40 tahun. Pada usia kanak-kanak terdapat

predisposisi laki-laki : perempuan = 2 : 1 yang kemudian menjadi sama pada usia

30 tahun.

Selama asma menyerang, saluran napas akan mengalami penyempitan dan

mengisinya dengan cairan lengket yang diproduksi oleh dinding bagian dalam

yang menyebabkan jalan udara menyempit dan mengurangi aliran keluar

masuknya udara ke paru-paru. Pada asma kambuhan sering menyebabkan

gangguan seperti sulit tidur, kelelahan, dan mengurangi tingkat aktivitas sehari-

hari.

Walaupun asma merupakan penyakit yang dikenal luas oleh masyarakat,

namun penyakit ini kurang begitu dipahami, sehingga timbul anggapan dari

sebagian perawat dan masyarakat bahwa asma merupakan penyakit yang

sederhana serta mudah diobati dan pengelolaan utamanya dengan obat-obatan

asma khususnya bronkodilator.

Berdasarkan fenomena tersebut di atas, maka penyusun akan membahas lebih

lanjut tentang penyakit asma. Sehingga masyarakat lebih memahami tentang

penyakit asma, faktor yang mempengaruhinya serta hal-hal apa yang dilakukan

untuk perawatan penyakit asma.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa definisi Asma ?

2
2. Bagaimana anatomi dari Asma ?

3. Bagaiman etiologi dari kasus Asma ?

4. Bagaimana patofisiologi dasri kasus Asma ?

5. Bagaimana tanda dan gejala kasus Asma ?

6. Apa saja komplikasi dari kasus Asma ?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Menjelaskan tentang definisi tentang Asma.

2. Menjelaskan bagaimana anatomi dari Asma.

3. Menjelaskan bagaimana etiologi dari kasus Asma.

4. Menjelaskan bagaimana patofisiologi dasri kasus Asma.

5. Menjelaskan bagaimana tanda dan gejala kasus Asma.

6. Menjelakan apa saja komplikasi dari kasus Asma.

7. MANFAAT PENULISAN

i. Bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa memperoleh bahan informasi dari kasus asma.
b. Mahasiswa dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat
berdasarkan informasi yang diterima mengenai kasus asma.
ii. Bagi Dosen
a. Dosen dapat membagi informasi mengenai kasus penyakit asma saat
kuliah.
iii. Bagi Masyarakat
a. Masyarakat memperoleh informasi mengenai pengertian, anatomi,
etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, dan komplikasi dari kasus
penyakit asma
b. Masyarakat menjadi lebih waspada dan berhati-hati pada kasus penyakit
asma.

3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA / ISI

A. DEFINISI KASUS

Penyakit asma berasal dari kata “Asthma” yang diambil dari bahasa yunani yang

berarti “sukar bernapas”. Penyakit asma dikenal karena adanya gejala sesak

napas, batuk yang disebabkan oleh penyempitan saluran napas. Asma juga

disebut penyakit paru-paru kronis yang menyebabkan penderita sulit bernapas.

Hal ini disebabkan karena pengencangan dari otot sekitar saluran napas,

peradangan, rasa nyeri, pembengkakan dan iritasi pada saluran napas di paru-

paru. Hal lain disebut juga bahwa asma adalah penyakit yang disebabkan oleh

peningkatan respon dari trachea dan bronkus terhadap bermacam-macam stimuli

yang di tandai dengan penyempitan bronkus atau bronkiolus dan sekresi berlebih

dari kelenjar di mukosa bronkus.

Asma adalah obstruksi jalan nafas yang bersifat reversibel, terjadi ketika bronkus
mengalami inflamasi/peradangan dan hiperresponsif. (Reeves, 2001 : 48).

Asma adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang dikarakteristikan
oleh periode bronkospasme (kontraksi spasme yang lama pada jalan nafas).
(Polaski : 1996).

Asma adalah gangguan pada jalan nafas bronkial yang dikateristikan dengan
bronkospasme yang reversibel. (Joyce M. Black : 1996).

Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea
dan bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. (Smelzer
Suzanne : 2001).

4
Dari semua pendapat tersebut dapat diketahui bahwa asma adalah suatu penyakit
gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang bersifat reversibel, ditandai
dengan adanya periode bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus
terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan nafas.

B. ANATOMI FISIOLOGI

A. Organ Pernafasan

a. Hidung

Hidung atau naso atau nasal merupakan saluran udara yang pertama,

mempunyai dua lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung

(septum nasi). Di dalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk

menyaring udara, debu, dan kotoran yang masuk ke dalam lubang hidung

b. Faring

Faring atau tekak merupakan tempat persimpangan antara jalan

pernapasan dan jalan makanan, terdapat di bawah dasar tengkorak, di

belakang rongga hidung, dan mulut sebelah depan ruas tulang leher.

Hubungan faring dengan organ-organ lain adalah ke atas berhubungan

dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang yang bernama koana,

ke depan berhubungan dengan rongga mulut, tempat hubungan ini

bernama istmus fausium, ke bawah terdapat 2 lubang (ke depan lubang

laring dan ke belakang lubang esofagus).

c. Laring

Laring atau pangkal tenggorokan merupakan saluran udara dan bertindak

sebagai pembentukan suara, terletak di depan bagian faring sampai

ketinggian vertebra servikal dan masuk ke dalam trakhea di bawahnya.

Pangkal tenggorokan itu dapat ditutup oleh sebuah empang tenggorokan

5
yang biasanya disebut epiglotis, yang terdiri dari tulang – tulang rawan

yang berfungsi pada waktu kita menelan makanan menutupi laring

d. Trakea

Trakea atau batang tenggorokan merupakan lanjutan dari laring yang

dibentuk oleh 16 sampai 20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan

yang berbentuk seperti kuku kuda (huruf C) sebelah dalam diliputi oleh

selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia, hanya bergerak

ke arah luar. Panjang trakea 9 sampai 11 cm dan di belakang terdiri dari

jarigan ikat yang dilapisi oleh otot polos.

e. Bronkus

Bronkus atau cabang tenggorokan merupakan lanjutan dari trakea, ada 2

buah yang terdapat pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V,

mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis set yang

sama. Bronkus itu berjalan ke bawah dan ke samping ke arah tampuk

paru-paru.Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar dari pada bronkus

kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri lebih

panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari 9-12 cincin

mempunyai 2 cabang.Bronkus bercabang-cabang, cabang yang lebih kecil

disebut bronkiolus (bronkioli). Pada bronkioli tidak terdapat cincin lagi,

dan pada ujung bronkioli terdapat gelembung paru atau gelembung hawa

atau alveoli.

f. Paru – paru

Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari

gelembung (gelembung hawa atau alveoli). Gelembug alveoli ini terdiri

dari sel-sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya

6
kurang lebih 90 m². Pada lapisan ini terjadi pertukaran udara, O2 masuk

ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah. Banyaknya gelembung

paru-paru ini kurang lebih 700.000.000 buah (paru-paru kiri dan kanan).

C. ETIOLOGI

A. EKSTRINSIK ( ALERGIK )

Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh alegren yang spesifik,

seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan

aspirin) dan spora jamur yang tidak membawa pengaruh apa-apa terhadap

mereka yang sehat.

Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi

genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada alegren spesifik seperti yang

disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik. Reaksi yang

timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut :

seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah

antibody IgE abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan

reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody

ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang

berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang

menghirup alergen maka antibody IgE orang tersebut meningkat, alergen

bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan

sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat

anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor

kemotaktik eosinofilik dan bradikinin.

Dengan kata lain Antibodi ini mencari dan menempelkan dirinya pada sel-sel

batang. Peristiwa ini terjadi dalam jumlah besar di paru-paru dan saluran

7
pernafasan lalu membangkitkan suatu reaksi. Batang-batang sel melepaskan

zat kimia yang disebut mediator. Salah satu unsur mediator ini adalah

histamin. Dan akibat pelepasan histamin terhadap paru-paru adalah reaksi

penegangan/pengerutan saluran pernafasan dan meningkatnya produksi lendir

yang dikeluarkan jaringan lapisan sebelah dalam saluran tersebut.

B. INTRISTIK ( NON ALERGIC )

Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap faktor yang

tidak spesifik atau tidak responsif terhadap pemicu yang berasal dari alergen.

Asma jenis ini disebabkan oleh stres, infeksi, dan kondisi lingkungan seperti

cuaca, kelembaban dan suhu udara, polusi udara, dan juga oleh aktivitas

olahraga yang berlebihan. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering

sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis

kronik dan emfisema.

Asma intrinsik biasanya berhubungan dengan menurunnya kondisi ketahanan

tubuh, terutama pada mereka yang memiliki riwayat kesehatan paru-paru

yang kurang baik, misalnya karena bronkitis dan radang paru-paru

(pneumonia). Penderita diabetes mellitus golongan lansia juga mudah terkena

asma intrinsik.

C. CAMPURAN

Asma campuran adalah bentuk asma yang paling umum. Asma ini

mempunyai karakteristik dari bentuk alergik maupun bentuk idiopatik atau

non alergik.

8
D. PATOFISIOLOGI

Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang

menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas

bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma

tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut: seorang yang alergi

mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal

dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan

antigen spesifikasinya.

Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada

interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil.

Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut meningkat,

alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan

menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya

histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient),

faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin.

Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan adema lokal pada

dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen

bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan

saluran napas menjadi sangat meningkat Pada asma , diameter bronkiolus lebih

berkurang selama ekspirasi dari pada inspirasi.

Selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa

menekan bagian luar bronkiolus.

Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah

akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama

9
ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik

dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi.Hal ini menyebabkan dispnea.

Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat

selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru.

Hal ini bisa menyebabkan barrel chest.

E. TANDA GEJALA

Secara umum gejala penyakit asma adalah sesak napas, batuk berdahak, dan

suara napas yang berbunyi dimana serinya gejala ini timbul pada pagi hari

menjelang waktu subuh, hal ini dikarenakan pengaruh keseimbangan hormon

kortisol yang kadarnya rendah ketika pagi hari.

Penderita asma akan mengeluhkan sesak napas karena udara pada waktu

bernapas tidak dapat mengalir dengan lancar pada saluran napas yang sempit hal

ini juga yang menyebabkan timbulnya bunyi pada saat bernapas. Pada penderita

asma, penyempitan saluran napas yang terjadi dapat berupa pegerutan dan

tertutupnya saluran oleh dahak yang diproduksi secara berlebihan dan

menimbulkan batuk sebagai respon untuk mengeluarkan dahak tersebut.

Salah satu ciri asma adalah hilangnya keluhan diluar serangan. Artinya, pada saat

serangan, penderita asma bisa kelihatan amat menderita (banyak batuk, sesak

napas, hebat bahkan sampai tercekik) tetapi diluar serangan penderita sehat-sehat

saja. Inilah salah satu yang membedakannya dengan penyakit lain.

F. KOMPLIKASI

Berbagai komplikasi menurut Mansjoer (2008) yang mungkin timbul adalah :

a. Pneumothoraks

10
Pneumothoraks adalah keadaan adanya udara di dalam rongga pleura yang

dicurigai bila terdapat benturan atau tusukan dada. Keadaan ini dapat

menyebabkan kolaps paru yang lebih lanjut lagi dapat menyebabkan

kegagalan napas.

b. Atelektasis

Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat

penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat

pernafasan yang sangat dangkal.

c. Aspergilosis

Aspergilosis merupakan penyakit pernapasan yang disebabkan oleh jamur

dan tersifat oleh adanya gangguan pernapasan yang berat. Penyakit ini juga

dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lainnya, misalnya pada otak dan

mata. Istilah Aspergilosis dipakai untuk menunjukkan adanya infeksi

Aspergillus sp.

d. Gagal napas

Gagal napas dapat tejadi bila pertukaran oksigen terhadap karbodioksida

dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju konsumsi oksigen dan

pembentukan karbondioksida dalam sel-sel tubuh.

e. Bronkhitis

Bronkhitis atau radang paru-paru adalah kondisi di mana lapisan bagian

dalam dari saluran pernapasan di paru-paru yang kecil (bronkhiolis)

mengalami bengkak. Selain bengkak juga terjadi peningkatan produksi lendir

(dahak). Akibatnya penderita merasa perlu batuk berulang-ulang dalam upaya

mengeluarkan lendir yang berlebihan, atau merasa sulit bernapas karena

sebagian saluran udara menjadi sempit oleh adanya lendir.

11
BAB III STATUS KLINIS

LAPORAN STATUS KLINIK

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA

NAMA MAHASISWA : Wahyu Deva Yuniar

N.I.M. : 1710301016

TEMPAT PRAKTIK : Universitas Aisyiyah Yogyakarta

PEMBIMBING : Endah

Tanggal Pembuatan Laporan : 26 Maret 2020

Kondisi/kasus : Asma

12
I. KETERANGAN UMUM PENDERITA

Nama : Ny D.

Umur : 30 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama :-

Pekerjaan : Pekerja pabrik

Alamat : Gamping Yogyakarta

No. CM : 271199

II. DATA DATA MEDIS RUMAH SAKIT

(Diagnosis medis, catatan klinis, medika mentosa, hasil lab, foto rontgen, EKG,

dll)

a. Diagnosa Medis : Asma

b. Catatan Klinis : Dokter spesialis penyakit dalam

Fisioterapi

c. Medika Mentosa : Caramaxon, ambroxol, salbukamal

d. Hasil laboratorium : -

e. Rontgen :(+)

SEGI FISIOTERAPI

A. PEMERIKSAAN SUBYEKTIF

13
1. KELUHAN UTAMA DAN RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Pasien mengeluhkan adanya sesak nafas pada dada kiri disertai dengan

nyeri dada pada bagian kiri, pasiem juga merasakan batuk berdahak.

Riwayat penyakit sekarang : 2 bulan yang lalu pasien mengeluhkan

sesak nafas kemudian berobat ke dokter spesialis penyakit dalam, tetapi

tidak ada perubahan selama pengobatan.

2. RIWAYAT KELUARGA DAN STATUS SOSIAL

Riwayat keluarga : tidak ada keluarga yang memiliki sakit serupa.

Status sosial : pekerja banguan dan perokok active

3. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU DAN PENYERTA

Riwayat penyakit dahulu : pasien mengeluhkan adanya sesak nafas

sejak berusia 27 tahun, tetapi dengan gejala yang ringan saja.

Penyakit penyerta : pasien mengalami hipertensi ( + )

14
B. PEMERIKSAAN OBYEKTIF

1. PEMERIKSAAN TANDA VITAL

TD : 130 / 90 mmHg ( Normal )

RR : 30x / Menit

HR : 90x / Menit ( Normal )

SUHU : 36 º

TB : 167 cm

BB : 60 Kg

2. INSPEKSI/OBSERVASI

A. Statis :

- tidak ada alat yang terpasang

- pasien datang dengan keaadaan tenang dan sadar tetapi muka sedikit

pucat dan seperti menahan rasa sakit.

- Postur tubuh sedikit membungkuk karena menahan rasa sakit.

B. Dinamis

- Pasien cenderung menggunakan pernafasan dada.

- Sangkar thorax terlihat belum mengembang sempurna.

- Nafas dangkal

3. PALPASI

- Adanya suhu lokal

- Adanya spasme pada otot otot pernafasan

- Vocal premitus dominan sebelah kiri

- Adanya nyeri dada

4. PERKUSI

- Terdengar suara redup karena adanya sputum

15
ANTERIOR POSTERIOR

Lokasi DX SN Lokasi DX SN
ICS 2 Sonor Redup ICS 2 Sonor Redup
ICS 4 Redup Redup ICS 4 Sonor Redup
ICS 6 Redup Sonor ICS 6 Redup Sonor

5. AUSKULTASI

Adanya bunyi Ronchi basah, whizing

ANTERIOR POSTERIOR

Lokasi DX SN Lokasi DX SN
ICS 2 Bronkial Ronci ICS 2 Ronci Ronci
ICS 4 Whezzing Ronci ICS 4 Whezzing ronci
ICS 6 Fesikuler Ronci ICS 6 Fesikuler Ronci

6. JOINT TEST

Tes Integritas

Pemeriksaan Gerak Dasar (Gerak aktif/pasif fisiologis)

- Pasien mampu mengembangkang dada saat bernafas tetapi kurang

maximal

- Mampu melakukan kesegala arah dengan Full ROM

Pemeriksaan Gerak Pasif accessory

- Dapat melakukan pernafasan dada secara baik sesuai instruksi

7. MUSCLE TEST

(kekuatan otot, kontrol otot, panjang otot, isometric melawan

tahanan/provokasi nyeri, lingkar otot)

16
8. NEUROLOGICAL TEST

(Pemeriksaan reflek, myotom tes, dermatom tes, Straight Leg Raising,

sensoris dll)

9. KEMAMPUAN FUNGSIONAL

Bisa kita lakukan dengan menggunakan SF36

Bisa melakukan dengan menggunakan ATS ( American Thoracic Scale)

10. PEMERIKSAAN SPESIFIK

A. Skala Borg , yang kita dapatkan adalah pasien mengalami sesak

nafas 4 yaitu sedang tetapi akan menjadi berat.

Sesak Nafas Keterangan

0 Tidak meraskan sesak nafas

0,5 Extreme ringan

1 Sangat Ringan

2 Ringan

3 Sedang ringan

4 Sedang

5 Berat

6 Sedikit berat

7 Berat

8 Sangat Berat

9 Sangat Berat sekali

10 Berat Max

B. VAS : untuk mengetahui juga seberapa sesak nafasnya,

C. VAS : untuk mengetahui nyeri diam, tekan, gerak

17
D. Expansi Sangkar Thorax, adanya penurunan sangkar thorax karena

selisih kurang dari 3 cm

Lokasi inspirasi Expirasi Selisih


Axila 94cm 92cm 2cm
Papila/ ICS 4-5 90cm 88cm 2cm
Xypoideus 86cm 83cm 3cm

C. UNDERLYING PROCESS

Adanya Debu, Panas, Rokok

zat nikotin dll masuk ke dalam pada jaringan pernafasan


ataupun saluran pernafasan

Tubuh mengalami oksidasi ataupun keracunan

Menyebabkan peradangan / inflamasi

Jaringan pernafasan mengalami kerusakan

Menyebabkan adanya penumpukan sputum karena adanya sumbatan


pada saluran nafas

Perubahan Sesak nafas


spasme Nyeri dada
postur

Sputum dan Penurunan


batuk expansi
Penurunan
sangkar
ADL
thoracs

18
D. DIAGNOSIS FISIOTERAPI

Body Structure

- Adanya inflamasi / peradangan

- Adanya penumpukan sputum akibat penyumbatan

Body Function

- Adanya sesak nafas dan batuk berdahak

- Penumpukan sputum

- Adanya expansi sangkar thorax

- Adanya spasme pada otot pernafasan

- Penurunan ADL

- Adanya nyeri dada

Functional Limitation

- Pasien tidak mampu berjalan dengan jarak jauh

- Tidak dapat beraktivitas seperti biasanya.

Disability/Participation restriction

- Aktivitas sosial terganggu

- Aktivitas pekerjaan ternganggu

- Aktivitas rekreasi terganggu

E. PROGRAM FISIOTERAPI

A. Tujuan jangka

- Menurunkan nyeri dada

- Mengurangi sesak nafas

- Mengurangi sputum

19
- Mengurangi spasme otot pernafasan

- Meningkatkan expansi sangkar thorax

B. Tujuan jangka Panjang

- Meningkatkan kemampuan fungsional

- Melanjutkan tujuan jangka pendek

C. Intervensi

INTERVENSI JURNAL 1
Intervensi rawat jalan dilakukan selama 30 Menit
Breathing Exercise atau Breathing Control
1. Pursed – lip breathing + Lying posture ( relax )

2. Manuver terapi pasif ekspirasi manual

3. Diaphragmatic Breathing Repetisi : 6x

4. Manuver Inspirasi Cegukan penggulangan

5. Positioning Posture

6. 20x repetisi Pompage ( Otot Fasia )


The Subtle Touch technique with 3 step
1. Tekanan lembut diberikan pada kulit dengan ujung jari selama tiga

napas, dengan dekompresi lambat setelah yang terakhir

2. Sentuhan lembut dilakukan selama tiga napas berikutnya 3x pernafasan

3. tangan atau ujung jari hanya mempertahankan sedikit kontak dengan

kulit dan tetap diam selama tiga siklus pernapasan lagi.

INTERVENSI JURNAL 2
Jenis intervensi Tujuan atau Kesimpulan
Latihan pernapasan dapat meningkatkan kualitas hidup

penyakit tertentu, mengurangi gejala, hiperventilasi,

Breathing Exercises kecemasan dan depresi, tingkat pernapasan yang lebih rendah

dan penggunaan obat, tetapi itu tidak mempengaruhi fungsi

paru-paru.
Inspiratory Muscle Training Pelatihan otot inspirasi dapat meningkatkan tekanan inspirasi

20
maksimal dan mungkin mengurangi penggunaan obat,

mengurangi gejala dan meningkatkan fungsi paru-paru, tetapi

jumlah studi terbatas.


Physical Exercises Kesimpulannya, pada pasien dengan asma latihan fisik dapat

meningkatkan kualitas hidup penyakit tertentu, mengurangi

gejala dan meningkatkan daya tahan dan kebugaran

kardiopulmoner tanpa mengubah fungsi paru-paru.


Airway Clearance Tidak menemukan studi tentang ini, fisioterapi untuk

meningkatkan pembersihan jalan nafas pada pasien dengan

cystic fibrosis (CF).

INTERVENSI JURNAL 3
INHEALER
Dressing

Exercise Berjalan kaki ke sekolah dan ke kantor ( jika memungkinkan )

Berjalan kaki ringan 30 – 60 minutes

F. RENCANA EVALUASI

- VAS ( Visual Analog Scale ) untuk menganalisis atau mengevalusi Nyeri

ataupun sesak nafas.

- Skala Borg untuk evaluasi sesak nafas

- Expansi sangkar thorax

- ATS ( Americal Thoracal Scale ) mengevaluasi ADL

G. PROGNOSIS

1. Quo ad vitam baik

Bonam ( bisa membaik )

21
2. Quo ad sanam

Bonam ( bisa membaik )

3. Quo ad funcionam

Bonam ( bisa membaik )

4. Quo ad cosmeticam

Bonam ( bisa membaik )

H. EVALUASI DAN TINDAK LANJUT

Dari 3 jurnal yang dibaca, dan disimpulkan didapatkan adanya suatu

peningkatan dari pasien setelah dilakukan intervensi. Pasien mengalami

peningkatan setelah dilakukan intervensi.

I. EDUKASI

Edukasi kita dapat melakukan dengan cara mengedukasi pasien dan juga

keluarga pasien. Sebagai contoh bagaimana cara mengatur positioning

( agar pasien mengalami rileksasi ). Terus kita juga harus mengedukasi

bagaimana cara mengontrol pernafasan untuk asma ini.

…………………,…………………………

Pembimbing,

__________________________________

NIP.

22
BAB IV PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pengobatan asma harus dilakukan secara tepat dan benar untuk mengurangi

gejala yang timbul. Pengobatan asma memerlukan kerja sama antara pasien,

keluarga, dan dokternya. Oleh karena itu pasien asma dan keluarganya harus

diberi informasi lengkap tentang obat yang dikonsumsinya; kegunaan, dosis,

aturan pakai, cara pakai dan efek samping yang mungkin timbul. Pasien

hendaknya juga menghindari faktor yang menjadi penyebab timbulnya asma.

Selain itu, pasien harus diingatkan untuk selalu membawa obat asma kemanapun

23
dia pergi, menyimpan obat-obatnya dengan baik, serta mengecek tanggal

kadaluarsa obat tersebut. Hal ini perlu diperhatikan agar semakin hari kualitas

hidup pasien semakin meningkat.

B. SARAN

Dengan mengetahui apa dan bagaimana penyakit asma maka dapat lebih

mengenali cara penanganannya, lebih banyak lagi cara mencegah, menangani

kasus penyakit asma.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1998, Buku Saku Kedokteran Dorland edisi 25, Penerbit ECG, Jakarta

Mulia, yuiyanti J, 20002, Perkembangan patogenesis dan pengobatan asma


bronchial. Penerbit EGC, trisakti, Jakarta
Muchid, dkk. (2007, September). Pharmaceutical care untuk penyakit asma.
Tanjung, D. (2003). Asuhan Keperawatan Asma Bronkial. Diakses 22 Juni 2012
dari USU digital library:

24
LAMPIRAN

25

Anda mungkin juga menyukai