Anda di halaman 1dari 25

Makalah Asuhan Keperawatan

Savere Acute Respiratory Syndrome(SARS)

Disusun oleh:

Nama :Apliana Ina Kii

Nim :PO5303203200707

Mata kuliah. :Keperawatan Medikal Bedah 1

Kode MA :

Nama Pembimbing:Leni Landudjama, Skep, Ns.,Mkes

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG

PRODI KEPERAWATAN WAINGAPU

TAHUN AJARAN 2020/2021


Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan
kasih-Nya yang senantiasa menyertai dan memberkati dalam penyelesaian dengan judul Studi
Kasus “Asuhan Keperawatan Pada SARS . Selama proses penulisan askep, penulis mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu perkenankan penulis
menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada:

1. Leni Landudjama,Skep.,Ns.,Mkep, selaku dosen pembimbing yang telah banyak


meluangkan waktu , pikiran dan kesabaran serta penuh tanggung jawab dalam
membimbing penulis selama proses kegiatan berlangsung
2. Ragu Harming Kristina, SKM.,M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kupang
yang telah menyiapkan segala fasilitas pendukung selama perkuliahan di Jurusan
Keperawatan.
3. Maria Kareri Hara,S.,Kep.,Ns,m.Kep selaku Ketua Prodi D-III Keperawatan
waingapu yang menyiapkan segala aktifitas perkuliahan di jurusan keperawatan
waingapu..
4. Seluruh dosen, staf dan tenaga kependidikan di Jurusan Keperawatan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Kupang yang telah menjadi pendidik yang memberikan materi
dan bimbingan praktek serta ajaran moral dan etika selama dalam proses perkuliahan .
5. Orang tua dan keluarga yang selalu mendukung dan mendoakan penulis selama
menjalani proses pendidikan di Jurusan Keperawatan waingapu.

Penulis menyadari sepenuhnya Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun sangat dibutuhkan
oleh penulis. Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat digunakan dalam proses
pembelajaran di dunia pendidikan

Waingapu,14 september 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul……………………………………………………………………….

Kata Pengantar……………………………………………………………………….

Daftar Isi…………………………………………………………………………….

Bab 1 Pendahuluan…………………………………………………………………..

1.1 Latar Belakang .........................................................................................


1.2 Tujuan Penulisan ......................................................................................
1.3 Manfaat .....................................................................................................

Bab II Tinjauan Pustaka

2.1 Konsep Severe Acute Respiratory Syndrome......................................................


2.2 Pemgertian Severe Acute Respiratory Syndrome...............................................
2.3 Klasifkasi Severe Acute Respiratory Syndrome................................................
2.4 Penyebab Severe Acute Respiratory Syndrome...................................................
2.5 Tanda dan Gejala Severe Acute Respiratory Syndrome.....................................
2.6 Patofisiologi Severe Acute Respiratory Syndrome.............................................
2.7 Komplikasi Severe Acute Respiratory Syndrome..............................................
2.8 Pemeriksaan Penunjang .............................................. ......................................
2.9 Penatalaksanaan ......................................... .............................................. ......

Bab III Konsep Dasar Keperawatan…………………………………………………..

3.1 Pengkajian Keperawatan ....................................................................................


3.2 Diagnosa Keperawatan .......................................................................................
3.3 Intervensi Keperawatan ......................................................................................
3.4 Implementasi Keperawatan ...............................................................................
3.5 Evaluasi Keperawatan . ......................................................................................

Bab IV Penutup…………………………………………………………………………
4.1 Kesimpulan ........................................................................................................
4.2 Saran .................................................................................................................

DAFTAR PUSTAK

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Severe acute respiratory syndrome (SARS) merupakan penyakit infeksi saluran
pernapasan yang disebabkan oleh severe acute respiratory syndrome coronavirus  (SARS-
CoV). Penyakit ini pertama kali ditemukan di China Selatan pada November 2002. WHO
kemudian mengumumkan SARS sebagai ancaman global pada 15 Maret 2003. Saat itu SARS
merupakan epidemi baru yang menyebar dengan cepat ke seluruh dunia, terutama di negara-
negara Asia. SARS-CoV dapat menyebar melalui droplet, kontak dengan material
terkontaminasi, dan melalui jalur fecal-oral. Umumnya SARS menunjukkan gambaran
pneumonia atipikal dengan gejala demam, batuk dan sesak yang dapat berkembang
menjadi acute respiratory distress syndrome (ARDS) pada 20% kasus. Apabila ARDS tidak
ditangani, penyakit dapat berkembang menjadi sepsis, syok sepsis, dan kematian. Penyakit ini
memiliki laju mortalitas sekitar 10%.

Baku emas diagnosis SARS adalah pemeriksaan laboratorium reverse-transcriptase


polymerase chain reaction (RT-PCR). Namun apabila RT-PCR tidak tersedia atau sulit
dilakukan, penegakkan diagnosis dapat dilakukan dengan anamnesis mengenai riwayat
kontak dengan orang berisiko, musang bulan atau kelelawar. Pemeriksaan fisik juga sangat
penting untuk melihat apakah SARS sudah menyebabkan sepsis hingga syok . Penggunaan
alat bantu pernapasan seperti ventilator juga disarankan untuk tatalaksana gagal napas.

1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa/ i memahami tentang Asuhan Keperawatan SARS Setelah proses
pembelajaran mata Kuliah Medikal Bedah diharapkan mahasiswa
mampu mengetahui dan memahami konsep penyakit Severe Acute
Respiratory Syndrome dan mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan
pada klien yang mengalami SARS dengan sekumpulan gejala klinis yang
berat.

2. Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa/i dapat mengerti tentang Penyakit SARS
b. Agar mahasiswa/i mengetahui pentingnya Auhan Keperawatan SARS
c. Untuk memenuhi tugas KMB I (sistem Pernapasan).

1.3 Manfaat

1. Bagi Masyarakat Dapat memberikan pengetahuan mengenai penyakit SARS pada


orang tua,keluarga dan masyarakat.

2. Bagi pengembangan Ilmu dan Teknologi Hasil studi kasus ini dapat dijadikan sebagai
bahan referensi bagi pepustakaan dan pedoman atau acuan bagi studi kasus tersebut.

3. Bagi penulis Dapat memperoleh pengetahuan tentang pengelolaan asuhan


keperawatan pada anak dengan SARS
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian

SARS (severe acute respiratory syndrome) adalah sekumpulan gejala sakit pernapasan
yang mendadak dan berat atau disebut juga penyakit infeksi saluran pernafasan yang
disebabkan oleh virus Corona Family Paramyxovirus. Severe Acute Respiratory Syndrome
(SARS) atau Corona Virus Pneumonia (CVP) adalah Syndroma pernafasan akut berat yang
merupakan penyakit infeksi pada jaringan paru manusia yang sampai saat ini belum diketahui
pasti penyebabnya. SARS (severe acute respiratory syndrome) adalah suatu jenis kegagalan
paru-paru dengan berbagai kelainan yang berbeda, yang menyebabkan terjadinya
pengumpulan cairan di paruparu (edema paru). SARS merupakan kedaruratan medis yang
dapat terjadi pada orang yang sebelumnya mempunyai paru-paru yang normal
Walaupun sering disebut sindroma gawat pernafasan akut dewasa, keadaan ini dapat juga
terjadi pada anak-anak. Dari semua pengertian yang ada di atas dapat disimpulkan bahwa
Severe acute respiratory syndrome (SARS) atau sindrom pernapasan akut berat adalah
sindrom akut akibat infeksi virus pada paru yang bersifat mendadak dan menunjukan gejala
gagguan pernapasan pada pasien yang mempunyai riwayat kontak dengan pasien SARS, dan
sampai saat ini belum diketahui pasti penyebabnya. walaupun sering disebut sindroma gawat
pernafasan akut dewasa, keadaan ini dapat juga terjadi pada anak-anak. Anatomi sistem
pernapasan Anatomi sistem pernapasan meemungkinkan terjadinya pendistribusian udara dan
pertukaran gas pernapasan. Fungsi ganda ini pada akhirnya memungkinkan terjadinya
pertukaran gas antara udara di lingkungan dan darah dalam paru-paru, dan pertukaran gas
antara darah dan sel-sel tubuh. Untuk memahami homeostatis dalam semua sistem organ
tubuh di perlukan pemahaman tentang hubungan antara struktur sistem pernapasan dan
fungsinya. Fungsi pernapasan tidak hanya bergantung pada organisasasi struktural dari
bagianbagian sistem tetapi juga dari inter-relasi dari komponennya dengan sisten tubuh yang
lain, termasuk sistem persarafan, sirkulasi, miskular, dan imun. Saluran Pernapasan Bawah
Trakhea Pipa udara atau trakhea adalah saluran udara tubular yang mempunyai panjang
sekitar 10 sampai 13 cm dengan lebar sekitar 2,5 cm. trakhea terletak di depan esofagus dan
saat palpasi teraba sebagai struktur yang keras, kaku tepat di permukaan anterior leher.

2.2 Etiologi

Saat ini penyebab SARS sudah berhasil diketahui, yaitu berupa infeksi
virus yang tergolong ke dalam Genus Coronavirus (CoV). CoV  SARS biasanya
bersifat tidak stabil bila berada di lingkungan. Namun virus ini mampu
bertahan selama berhari-hari pada suhu kamar. Virus ini juga mampu
mempertahankan viabilitasnya dengan baik bila masih berada di dalam
feses Genus Coronavirus berasal dari ordo Nidovirales, yaitu golongan
virus yang memiliki selubung kapsul dan genom RNA rantai tunggal.
Namun pada analisa sequences genom, CoV SARS memiliki struktur genom
yang berbeda dengan genom CoV SARS memiliki struktur genom yang
berbeda dengan genom CoV yang ada. Sehingga disimpulkan, bahwa CoV
yang muncul baru- baru ini dan menyebabkan outbreak SARS pada tahun
2003 adalah jenis baru yang sama sekali belum pernah muncul sebelumnya
Pada 7 April 2003, WHO mengumumkan kesepakatan bahwa coronavirus yang baru
teridentifikasi adalah mayoritas agen penyebab SARS. Coronavirus berasal dari kata
“Corona” yang berasal dari bahasa Latin yang artinya “crown” atau mahkota. Ini sesuai
dengan bentuk Coronavirus itu sendiri yang kalau dilihat dengan mikroskop nampak seperti
mahkota. Penyebabnya lain bisa karena penyakit apapun, yang secara langsung ataupun tidak
langsung yang melukai paru-paru. 
Pneumonia Tekanan darah yang sangat rendah (syok) Terhirupnya makanan ke dalam
paru (menghirup muntahan dari lambung) Beberapa transfusi darah Kerusakan paru-paru
karena menghirup oksigen konsentrasi tinggi Emboli paru Cedera pada dada Overdosis obat
seperti heroin, metadon, propoksifen atau aspirin Trauma hebat Transfusi darah (terutama
dalam jumlah yang sangat banyak).
2.3 Tanda dan Gejala

Suhu badan lebih dari 38oC, ditambah batuk, sulit bernapas, dan napas pendek-pendek.
Jika sudah terjadi gejala-gejala itu dan pernah berkontak dekat dengan pasien penyakit ini,
orang bisa disebut suspect SARS. Kalau setelah di rontgen terlihat ada pneumonia (radang
paru-paru) atau terjadi gagal pernapasan, orang itubisa disebutprobable SARS atau bisa
diduga terkena SARS.
Gejala lainnya sakit kepala, otot terasa kaku, diare yang tak kunjung henti, timbul bintik-
bintik merah pada kulit, dan badan lemas beberapa hari. Ini semua adalah gejala yang kasat
mata bisa dirasakan langsung oleh orang yang diduga menderita SARS itu. Tapi gejala itu
tidak cukup kuat jika belum ada kontak langsung dengan pasien. Tetap diperlukan
pemeriksaan medis sebelum seseorang disimpulkan terkena penyakit ini. Paru-parunya
mengalami radang,limfositnya menurun, trombositnya mungkin juga menurun. Kalau sudah
berat, oksigen dalam darah menurun dan enzim hati akan meningkat. Ini semua gejala yang
bisa dilihat dengan alat medis. Tapi semua gejalaitu masih bisa berubah. Penelitian terus
dilangsungkan sampai sekarang.
2.4 Patohfisiologi

Penyebab penyakit SARS disebabkan oleh coronavirus (family paramoxyviridae) yang


pada pemeriksaan dengan mikroskop electron. Virus ini stabil pada tinja dan urine pada suhu
kamar selama 1-2 hari dan dapat bertahan lebih dari 4 hari pada penderita diare. Seperti virus
lain, corona menyebar lewat udara, masuk melalui saluran pernapasan, lalu bersarang di paru
paru. Lalu berinkubasi dalam paru-paru selama 2-10 hari yang kemudian menyebabkan paru-
paru akan meradang sehingga bernapas menjadi sulit. Metode penularannya melalui udara
serta kontak langsung dengan pasien atau terkena cairan pasien. Misalnya terkena ludah
(droplet) saat pasien bersin dan batuk.
Dan kemungkinan juga melalui pakaian dan alat-alat yang terkontaminasi. Cara penularan :
SARS ditularkan melalui kontak dekat, misalnya pada waktu merawat penderita, tinggal satu
rumah dengan penderita atau kontak langsung dengan secret atau cairan tubuh dari penderita
suspect atau probable. Penularan melalui udara, misalnya penyebaran udara, ventilasi, dalam
satu kendaraan atau dalam satu gedung diperkirakan tidak terjadi, asal tidak kontak langsung
berhadapan dengan penderita SARS. Untuk sementara, masa menular adalah mulai saat
terdapat demam atau tanda-tanda gangguan pernafasan hingga penyakitnya dinyatakan
sembuh.

Masa penularan berlangsung kurang dari 21 hari. Petugas kesehatan yang kontak
langsung dengan penderita mempunyai risiko paling tinggi tertular, lebih-lebih pada petugas
yang melakukan tindakan pada sistem pernafasan seperti melakukan intubasi atau nebulasi
2.5 Phtaway

Coronavirus Tinja Droplet Masuk saluran pernafasan

Reaksi pertahanan dengan batuk,bersih

Aktifkan antibodi

Reaksi inflami Antigen Antibodi Pelepasan medator kimia

Suhu Tubuh naik Proses Radang Sekresi mukus


(Demam)

Metabolism tubuh Kerusakan pertukaran Ketidakefektifan Bersihan


naik Gas Jalan Nafas

Kekurangan Penurunan O2 Kejaringan


volume cairan

Metabolisme Anaerob

Asidosis Respiratory
Perubahan RR

Ketidakefektifan pola
nafas

2.6 Pemeriksaan Penunjang

a) Pemeriksaan radiologis : air bronchogram : Streptococcus pneumonia.


b) Pada pemeriksaan fisik : dengan menggunakan stetoskop, terdengar bunyi
pernafasan abnormal (seperti ronki atau wheezing). Tekanan darah seringkali
rendah dan kulit, bibir serta kuku penderita tampak kebiruan (sianosis, karena
kekurangan oksigen).
c) Pemeriksaan yang biasa dilakukan untuk mendiagnosis SARS :
 Rontgen dada (menunjukkan adanya penimbunan cairan di tempat yang
seharusnya terisi udara)
 Gas darah arteri
 Hitung jenis darah dan kimia darah
 Bronkoskopi.
d) Pemeriksaan Laboratorium : Leukosit.
e) Pemeriksaan Bakteriologis : sputum, darah, aspirasi nasotrakeal atau transtrakeal,
aspirasi jarum transtorakal, torakosentesis, bronskoskopi, biopsy
f) Test DNA sequencing bagi coronavirus yang dapat diperoleh hasilnya dalam 8 jam
dan sangat akurat. Test yang lama hanya mampu mendeteksi antibody.

1.7 Penatalaksaan Medis

1. Terapi supportif umum : meningkatkan daya tahan tubuh berupa nutrisi yang adekuat,
pemberian multivitamin dan lain-lain.
a. Terapi oksigen
b. Humidifikasi dengan nebulizer
c. Fisioterapi dada
d. Pengaturan cairan
e. Pemberian kortokosteroid pada fase sepsis berat Obat inotropik
f. Ventilasi mekanis
g. Drainase empiema
h. Bila terdapat gagal nafas, diberikan nutrisi dengan kalori cukup
2. Terapi antibiotik Agen anti-bakteri secara rutin diresepkan untuk SARS karena
menyajikan fitur non-spesifik dan cepat tes laboratorium yang dapat diandalkan untuk
mendiagnosis SARS-cov virus dalam beberapa hari pertama infeksi belum tersedia .
3. Antibiotik empiris yang sesuai dengan demikian diperlukan untuk menutupi terhadap
patogen pernafasan Common per nasional atau pedoman pengobatan lokal bagi
masyarakat diperoleh atau nosokomial pneumonia. Setelah mengesampingkan
patogen lain, terapi antibiotik dapat ditarik. Selain efek antibakteri mereka, beberapa
antibiotik immunomodulatory dikenal memiliki sifat, khususnya quinolones dan
makrolid. Efeknya pada kursus SARS adalah belum ditentukan. SARS dapat hadir
dengan spektrum keparahan penyakit. Sebagian kecil pasien dengan penyakit ringan
pulih baik bentuk khusus tanpa pengobatan atau terapi antibiotik saja.
Antibiotik :
a. Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab
b. Utama ditujukan pada S.pneumonia, H.Influensa dan S.Aureus

2.7 Pendidikan kesehatan

Komplikasi SARS akan mengakibatkan dampak komplikasi pada :

1. Gagal nafas Kegawatan yang disebabkan oleh gangguan pertukaran oksigen dan
karbondioksida, sehingga system pernafasan tidak mampu memenuhi metabolism
tubuh.
2. Gagal hati Kondisi ketika organ hati tidak bisa berfungsi kembali akibat
mengalami kerusakan yang sangat luas.
3. Gagal jantung Kondisi saat otot jantung menjadi sangat lemah sehingga tidak biak
memompa cukup darah ke seluruh tubuh (Suprapto, 2013, p. 27)
BAB III

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
 Hal yang perlu diaji dengan pasien HARS:
a. Kaji terhadap nyeri takipnea, penggunaan otot aksesoris nadi cepat
bersambung,batu sputum purulen dan ukustasi bunyi napas untuk mengetahui
konsolidasi
b. Perhatikan perubahan suhu tubuh
c. Kaji terhadap kegelisaan dan delirium dalam alkoholisme
d. Kaji terhadpa komplikasi yaitu demam berlanjut dan kamnuhan tidak berhasil
untuk sembuh atelektasi efusi fleura,komplikasi jantung,superinfeksi.
e. Faktor perkembangan pasien : Umur, tingkat perkembangan, kebiasaan sehari-
hari, mekanisme koping, kemampuan mengerti tindakan yang dilakukan. 
f. Pengetahuan pasien atau keluarga : pengalaman terkena penyakit
pernafasan, pengetahuan tentang penyakit pernafasan dan tindakan yang
dilakukan.
 Pemeriksaan fisik
1.  Inspeksi :
a. Pasien tampak sesak 
b. Pasien tampak batuk tidak produktif 
c. Petekie
d. Ekimosis
e. Adanya sianosis pada jari dan mulut klien
f. Adanya penggunaan otot-otot bantu pernapasan
2. Palpasi :
a. Denyut nadi meningkat
b. CRT > 2 detik 
c. Turgor kulit menurun
d. Demam
e. Akral dingi

3. Perkusi :
a. Terdengar suara timpani pada abdomen
b. Terdengar suara dullness pada perkusi paru
4. Auskultasi :
a. Terdengar suara ronchi di basal paru
b. Busing usus meningkat

3.2 .Diagnosa keperawata

1. PK Hipoksemia
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan mucus dalam
jumlah berlebihditandai dengan penumpukan saliva, batuk tidak efektif, terdapat suara
napastambahan, perubahan frekuensi napas.
3. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan ditandai
dengan pasien gelisah, mengekspresikan kekhawatiran karena perubahan dalam
peristiwahidup, bingung, khawatir 
4. Hipertermi berhubungan dengan penyakit (SARS) ditandai dengan akral teraba panas,
kulit tampak memerah, suhu diatas normal ( 36,5o± 37,5oKoC), takikardi
5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif ditandaidengan penurunan turgor kulit, membrane mukosa kering, haluaran urine
berkurang,kulit kering, nadi meningkat
6. Diare berhubungan dengan inflamasi ditandai dengan bising usus hiperaktif ( > 3x/menit), nyeri
abdomen, peningkatan frekuensi BAB dalam sehari ( 3 x/hari ataulebih)
7. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan ketidakseimbangan
cairan(dehidrasi)
8. Perfusi jaringan perifer tidak efektif b.d penurunan suplai O2 ke jaringan d.d
nadilemah, N= 55x/menit, terasa kesemutan pada ekstremitas, CRT> 3 detik.
9. Perfusi jaringan cerebral tidak efektif b.d emboli (asam laktat) pada pembuluh
darahotak d.d kesadaran menurun, GCS<15, nyeri kepala, gelisah, kelemahan.
10.  Nyeri akut b.d agen cedera biologis (penumpukan cairan berlebih pada rongga
dada)d.d klien mengeluh nyeri, skala nyeri 3 (skala 0-10), tampak meringis.
11. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai O2dan CO2d.d
klienmengeluh merasa letih, mengeluh merasa lemah, terjadi peningkatan nadi
secarasignifikan ketika beraktivitas, terjadi perubahan TD abnormal selama
beraktivitas.
12. Ketidakefektifan pola napas b.d hiperventilasi d.d dispnea, RR 24x/menit,
terjadiretraksi dinding dada, terjadi PCH
13. Kerusakan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolar-kapiler (kerusakan
dialveoli) d.d sianosis, dispnea, hipoksia, terjadi PCH.
14. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi jantung
d.dtakikardia, perubahan EKG.
15. Risiko penularan infeksi berhubungan dengan pemajanan penularan melalui udaradan
kontak.
16. Defisit perawatan diri: mandi berhubungan dengan kelemahan d.d
ketidakmampuandalam: mengakses kamar mandi, mengeringkan tubuh, membasuh tubuh.
17. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi
(edema paru ) d.d perubahan tekanan arteri pulmonal, perubahan pada pola
pernapasan
18. Risiko perdarahan berhubungan dengan koagulopati inheren (trombositopenia)
19. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
denganketidakmampuan absorbsi nutrisi ditandai dengan penurunan berat badan 20%
di bawah berat ideal, diare.
20. PK: Infeksi

Diagnosa Prioritas

1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan mucus dalam jumlah
berlebihditandai dengan penumpukan saliva, batuk tidak efektif, terdapat suara
napastambahan, perubahan frekuensi napas
2. Kerusakan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolar-kapiler (kerusakan
dialveoli) d.d sianosis, dispnea, hipoksia, terjadi PCH.
3. PK: Infeksi
4. Diare berhubungan dengan inflamasi ditandai dengan bising usus hiperaktif ( > 3x/menit), nyeri
abdomen, peningkatan frekuensi BAB dalam sehari ( 3 x/hari ataulebih)
5. Risiko penularan infeksi berhubungan dengan pemajanan penularan melalui udaradan
kontak.

3.3 .Intervensi
1) Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif 
 Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan bersihan jalan
napas klien efektif dengan criteria hasil
a) klien mampu mengeluarkan sekret tanpa bantuan
b) bunyi nafas normal, tidak ada ronchi, mengi dan stridor 
c) RR dalam batas normal (16-20 x/menit)
Intervensi
 Mandiri 
a) Kaji fungsi pernafasan (bunyi nafas, kecepatan nafas, dan kedalaman)
 Rasional :. Ronki, mengi menunjukkan akumulasi sekret/ketidakmampuan
membersihkan jalan nafas yang dapat menimbulkan peningkatan kerja
 pernafasan.
b) Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa / batuk efektif (catat karakter 
dan jumlah sputum)
 Rasional : Pengeluaran sulit bila sekret sangat tebal.
c) berikan pasien posisi semi fowler dan bantu pasien untuk batuk dan latihan nafas
dalam
 Rasional :Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan
upaya pernafasan. Latihan nafas dalam meningkatkan gerakan sekret ke
dalam jalan nafas besar untuk dikeluarkan.
d) bersihkan sekret dari mulut dan trakea (penghisapan sesuai keperluan)
 Rasional  : Mencegah aspirasi / obstruksi. Penghisapan dilakukan jika pasien
tidak mampu mengeluarkan sekret
 Kolaborasi 
a. lembabkan udara / oksigen inspirasi
 Rasional : Mencegah pengeringan mukosa dan membantu pengenceran sekret.
b.  beri obat-obatan sesuai indikasi
y mukolitik (contoh asetilsistein)
y  bronkodilator (contoh okstrifilin)
y kortikosteroid (prednison)

 Rasional;
a) Mukolitik menurunkan kekentalan sekret / sputum sehingga mudah untuk 
dikeluarkan.
b) Bronkodilator meningkatkan ukuran lumen percabangan trakeobronkial
sehingga menurunkan tahanan terhadap aliran udara.Kortikosteroid berguna
pada saat respon inflamasi mengancam hidup.
2) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolar-

kapiler (kerusakan di alveoli) ditandai dengan sianosis, dispnea, hipoksia, terjadi


pernapasan cuping hidung

 Tujuan
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama «x24 jam diharapkan kerusakan
 pertukaran gas klien teratasi dengan kriteria hasil:
a) Tidak terdapat sianosis
b) Tidak terdapat pernapasan cuping hidung
c) Klien tidak mengalami dispnea
d) Klien tidalk mengalami hipoksia
 Intervensi:
a) Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan. Catat penggunaan otot aksesori, napas
 bibir, ketidakmampuan bicara/ berbincang
 Rasional  : Berguna dalam evaluasi derajat distres pernapasan dan /atau .
kronisnya  proses penyakit.
b) Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang
mudahuntuk bernapas. Dorong napas dalam perlahan atau napas bibir sesuai
kebutuhan/toleransi individi
Rasional  : Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi
latihan napas untuk menurunkan kolaps jalan napas, dispnea, dan kerja napas.

c) Kaji/awasi secara rutin kulit dan warna membran mukosa.


Rasional  : Sianosis mungkin perifer (terlihat pada kuku) atau sentral (terlihat
sekitar bibir /atau daun telinga). Keabu-abuan dan dianosis sentral
mengindikasikan beratnya hipoksemia.
d) Pertahankan istirahat tidur. Dorong menggunakan teknik relaksasi dan
aktivitas senggang
Rasional : Mencegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan/konsumsi.
Oksigen untuk memudahkan perbaikan infeksi.
e) Dorong mengeluarkan sputum; penghisapan bila diindikasikan.
 Rasional  : Kental, tebal, dan banyaknya sekresi adalah sumber utama
gangguan  pertukaran gas pada jalan napas kecil. Penghisapan dibutuhkan bila
batuk tidak efektif.
f) Palpasi fremitus
 Rasional  : Penurunan getaran vibrasi diduga ada pengumpulan cairan atau
udara terjebak.
g) Awasi tingkat kesadaran/status mental. Selidiki adanya perubahan.
 Rasional  : Gelisah dan ansietas adalah manifestasi umum pada hipoksia.
GDA
memburuk disertai bingung/somnolen menunjukkan disfungsi serebral yang
 berhubungan dengan hipoksemia.
h) Evaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan tenang dan kalem.
Batasi aktivitas pasien atau dorong untuk tidur /istirahat di kursi selama fase
akut. Mungkinkan pasien melakukan aktivitas secara bertahap dan tingkatkan
sesuai toleransi individu.
 Rasional  : Selama distres pernapasan berat/akut/refraktori pasien secara total
tak mampu melakukan aktivitas sehari-hari karena hipoksemia dan dispnea.
Istirahatdiselingi aktivitas perawatan masih penting dari program pengobatan.
Namun,  program latihan ditujukan untuk meningkatkan ketahanan
dankekuatan tanpamenyebabkan dispnea berat, dan dapat meningkatkan rasa
sehat.
 Tujuan
3) PK Infeksi
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan perawat dapat
meminimalkan komplikasi infeksi (sepsis) yang terjadi dengan criteria hasil:
a. Tanda-tanda sepsis tidak ada
b. WBC dalam batas normal (5.000-10.000/ml darah)

 Intervensi
a. Pantau tanda dan gejala infeksi

Rasional:mengetahui perkembangan dari infeksi dan membant untuk 


intervensi selanjutnya

b. Ajari tentang cara pencegahan penularan infeksi

 Rasional  : dengan mengetahui cara pencegahan diharapkan dapat


meminimalkan komplikasi infeksi

c. Monitor pemberian antibiotic dan kaji efek sampingnya.

 Rasional  : dengan memonitor pemberian antibiotok dapat mencegah


komplikasi lebih lanjut.

d. Lakukan teknik steril.

 Rasional  : dengan melakukan teknik steril dapat mencegah terjadinya infeksi


silang.

e. Lakukan penkes tentang pencegahan dan penularan.

 Rasional  : dengan memberikan penkes, pasien maupun keluarga mendapat


pengetahuan dasar bagaimana cara memproteksi diri.

 Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi

  Rasional : mencegah infeksi lanjut

b. Kolaborasi pemberian antiinflamasi sesuai indikasi

  Rasional : mencegah inflamasi lebih lanju.


4) Diare berhubungan dengan inflamasi ditandai dengan bising usus hiperaktif ( >
3x/menit), nyeri abdomen, peningkatan frekuensi BAB dalam sehari ( 3 x /hari
ataulebih)

 Tujuan

Setelah diberikan asuhan keperawatan selam «x24 jam diharapkan diare klien teratasi

dengen kriteria hasil:

1) Bising usus 3 x/menit


2) Tidak terdapat nyeri abdomen
3) Frekuensi BAB normal (1-2 x/hari)
 Intervensi:
a. Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit

Rasional: Penurunan sisrkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa


dan pemekataj urin. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera
untuk memperbaiki defisit

b. Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada klien, 2-3 lt/hr 

 Rasional: Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral

c. Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat


tinggi, berlemak dan air terlalu panas atau dingin)
Rasional: Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsan
mengiritasi lambung dan sluran usus.
d. Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila basah dan
mengganti pakaian bawah serta alasnya)

 Rasional: Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh karena

kelebaban dan keasaman feces

 Kolaborasi:
a. Berikan cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur 

 Rasional: Mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat.

b. Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)

 Rasional: anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit


agar simbang

6. Risiko penularan infeksi berhubungan dengan pemajanan penularan melalui udara dan

kontak.

 Tujuan

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan penularan infeksi

tidak terjadi dengan kriteria hasil:

a. Pasien dan pengunjung memperagakan cuci tangan yang cermat selama

 perawatan di rumah sakit

b. Pasien mengetahui dan memahami rantai infeksi dan mau bekerjasama selama

 perawatan

 Intervensi
a. Identifikasi penjamu yang rentan berdasarkan fokus pengkajian tentang fakto
risiko dan riwayat pemajanan.

Rasional

apakah termasuk kasus probable atau suspect. Menentukan tindakan intervensi


mengetahui selanjutnya.

b. Identifikasi cara penularan berdasarkan agens penginfeksi

Rasional

c. Mengetahui cara penularan apakah airbone, kontak maupun droplet sehingga


dapat dicegah dengan tindakan pencegahan yang tepat

d. Lakukan tindak kewaspadaan isolasi yang sesuai

Rasional

Kewaspadaan isolasi ditentukan dan difokuskan oleh cara penularan baik


dengan

airbone, kontak maupun droplet.

e. Amankan ruangan yang digunakan, tergantung pada jenis infeksi dan praktik 

higienis dari orang yang terinfeksi

 Rasional

Meminimalis kemungkinan penularan infeksi pada petugas kesehatan


penunjang

f. Ikuti tindakan universal precaution

 Rasional

Sebagai protokol dasar dalam mencegah penularan infeksi baik dari praktisi
ke

 pasien maupun dari pasien ke lingkungan.

g. Pelacakan terhadap kontak (contact persons) : yang disebut kontak secara

epidemiologis adalah mereka yang merawat dan atau tinggal dengan atau
mereka yang kontak dengan sekret saluran napas, cairan tubuh atau tinja
penderita suspect atau probable SARS.

 Rasional

Pelacakan kontak harus dilakukan secara sistematis. Periode waktu seseorang


dianggap sebagai kontak harus disepakati terlebih dahulu. Kesepakatan ini

menyangkut berapa harikah sebelum timbul gejala seseorang dianggap sebagai

kontak apabila mereka terpajan dengan penderita  suspect atau probable SARS


h. Ajarkan klien mengenai rantai infeksi dan tanggung jawab pasien baik di
rumah

sakit dan di rumah

 Rasional

Meningkatkan pengetahuan pasien dan kewaspadaan pasien dalam usaha


bersama untuk mencegah penularan infeksi meluas.

i. Ajarkan dan anjurkan cuci tangan yang cermat kepada pasien, pengunjung
dan

 praktisi kesehatan selama terjadi kontak di sekitar lingkungan pasien

Rasional

Sebagai tindakan pencegahan dasar

3.4 Implementasi

Implementasi keperawatan yang merupakan komponen proses keperawatan adalah


kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan mencapai tujuan dan
hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan. Implementasi
mencakup melakukan, membantu, atau mengarahkan kinerja aktivitas kehidupan sehari-
hari,memberikan arahan perawatan untuk mencapai tujuan yang berpusat pada klien,
menyelia dan mengevaluasi kerja anggota staff, dan mencatat serta melakukan pertukaran
informasi yang relevan dengan perawatan kesehatan berkelanjutan dari klien (Hidayat, 2012).

3.5 Evaluasi

Dokumentasi evaluasi adalah merupakan catatan tentang indikasi kemajuan pasien


terhadap tujuan yang dicapai. Evaluasi bertujuan untuk menilai keefektifan parawatan dan
untuk mengkomunikasikan status pasien dari hasil tindakan keperawatan (Hidayat,
2012).Terdapat dua tipe evaluasi keperawatan menurut yaitu; evaluasi formatif dan evaluasi
sumatif. Evaluasi formatif terjadi secara periodik selama pemberian perawatan, sedangkan
evaluasi sumatif terjadi pada akhir aktivitas, seperti diakhir penerimaan, pemulangan atau
pemindahan ke tempat lain, atau diakhir kerangka waktu tertentu, seperti diakhir sesi
penyuluhan (Setiadi,

BAB IV

Kesimpulan dan Saran

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari makalah diatas maka penulis menyimpulkan SARS (severe
acute respiratory syndrome) adalah sekumpulan gejala sakit pernapasan yang mendadak dan
berat atau disebut juga penyakit infeksi saluran pernafasan yang disebabkan oleh virus
Corona Family Paramyxovirus. Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) atau Corona
Virus Pneumonia (CVP) adalah Syndroma pernafasan akut berat yang merupakan penyakit
infeksi pada jaringan paru manusia yang sampai saat ini belum diketahui pasti penyebabnya.
SARS (severe acute respiratory syndrome) adalah suatu jenis kegagalan paruparu dengan
berbagai kelainan yang berbeda, yang menyebabkan terjadinya pengumpulan cairan di paru-
paru (edema paru). SARS merupakan kedaruratan medis yang dapat terjadi pada orang yang
sebelumnya mempunyai paru-paru yang normal. Walaupun sering disebut sindroma gawat
pernafasan akut dewasa, keadaan ini dapat juga terjadi pada anak-anak.
4.2 Saran

Kita sebagai mahasiswa Perawat di harapkan mengerti dan memahami tentang Asuhan
Keperawatan pada Klien SARS, dan kami mohon kritikannya bagi pembaca Asuhan
Keperawatan yang kami buat agar bisa membangun makalah ini dengan

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8
volume 3, EGC, Jakarta Jong, W, 1997, 
http://www.infeksi.com/articles.php?lng=in&pg=63
http://dhewynerz.blogspot.com/2009/11/askep-sars.html
https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-infeksi/severe-acute-
respiratory-syndrome-sars

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2016). Asuhan Keperawatan


Praktis Berdasarkan Penerapan Diagnosa Nanda, NIC, NOC
dalam Berbagai Kasus. Yogyakarta: Mediaction.

Anda mungkin juga menyukai