Disusun oleh:
Nim :PO5303203200707
Kode MA :
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan
kasih-Nya yang senantiasa menyertai dan memberkati dalam penyelesaian dengan judul Studi
Kasus “Asuhan Keperawatan Pada SARS . Selama proses penulisan askep, penulis mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu perkenankan penulis
menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada:
Penulis menyadari sepenuhnya Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun sangat dibutuhkan
oleh penulis. Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat digunakan dalam proses
pembelajaran di dunia pendidikan
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul……………………………………………………………………….
Kata Pengantar……………………………………………………………………….
Daftar Isi…………………………………………………………………………….
Bab 1 Pendahuluan…………………………………………………………………..
Bab IV Penutup…………………………………………………………………………
4.1 Kesimpulan ........................................................................................................
4.2 Saran .................................................................................................................
DAFTAR PUSTAK
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa/ i memahami tentang Asuhan Keperawatan SARS Setelah proses
pembelajaran mata Kuliah Medikal Bedah diharapkan mahasiswa
mampu mengetahui dan memahami konsep penyakit Severe Acute
Respiratory Syndrome dan mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan
pada klien yang mengalami SARS dengan sekumpulan gejala klinis yang
berat.
2. Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa/i dapat mengerti tentang Penyakit SARS
b. Agar mahasiswa/i mengetahui pentingnya Auhan Keperawatan SARS
c. Untuk memenuhi tugas KMB I (sistem Pernapasan).
1.3 Manfaat
2. Bagi pengembangan Ilmu dan Teknologi Hasil studi kasus ini dapat dijadikan sebagai
bahan referensi bagi pepustakaan dan pedoman atau acuan bagi studi kasus tersebut.
2.1 Pengertian
SARS (severe acute respiratory syndrome) adalah sekumpulan gejala sakit pernapasan
yang mendadak dan berat atau disebut juga penyakit infeksi saluran pernafasan yang
disebabkan oleh virus Corona Family Paramyxovirus. Severe Acute Respiratory Syndrome
(SARS) atau Corona Virus Pneumonia (CVP) adalah Syndroma pernafasan akut berat yang
merupakan penyakit infeksi pada jaringan paru manusia yang sampai saat ini belum diketahui
pasti penyebabnya. SARS (severe acute respiratory syndrome) adalah suatu jenis kegagalan
paru-paru dengan berbagai kelainan yang berbeda, yang menyebabkan terjadinya
pengumpulan cairan di paruparu (edema paru). SARS merupakan kedaruratan medis yang
dapat terjadi pada orang yang sebelumnya mempunyai paru-paru yang normal
Walaupun sering disebut sindroma gawat pernafasan akut dewasa, keadaan ini dapat juga
terjadi pada anak-anak. Dari semua pengertian yang ada di atas dapat disimpulkan bahwa
Severe acute respiratory syndrome (SARS) atau sindrom pernapasan akut berat adalah
sindrom akut akibat infeksi virus pada paru yang bersifat mendadak dan menunjukan gejala
gagguan pernapasan pada pasien yang mempunyai riwayat kontak dengan pasien SARS, dan
sampai saat ini belum diketahui pasti penyebabnya. walaupun sering disebut sindroma gawat
pernafasan akut dewasa, keadaan ini dapat juga terjadi pada anak-anak. Anatomi sistem
pernapasan Anatomi sistem pernapasan meemungkinkan terjadinya pendistribusian udara dan
pertukaran gas pernapasan. Fungsi ganda ini pada akhirnya memungkinkan terjadinya
pertukaran gas antara udara di lingkungan dan darah dalam paru-paru, dan pertukaran gas
antara darah dan sel-sel tubuh. Untuk memahami homeostatis dalam semua sistem organ
tubuh di perlukan pemahaman tentang hubungan antara struktur sistem pernapasan dan
fungsinya. Fungsi pernapasan tidak hanya bergantung pada organisasasi struktural dari
bagianbagian sistem tetapi juga dari inter-relasi dari komponennya dengan sisten tubuh yang
lain, termasuk sistem persarafan, sirkulasi, miskular, dan imun. Saluran Pernapasan Bawah
Trakhea Pipa udara atau trakhea adalah saluran udara tubular yang mempunyai panjang
sekitar 10 sampai 13 cm dengan lebar sekitar 2,5 cm. trakhea terletak di depan esofagus dan
saat palpasi teraba sebagai struktur yang keras, kaku tepat di permukaan anterior leher.
2.2 Etiologi
Saat ini penyebab SARS sudah berhasil diketahui, yaitu berupa infeksi
virus yang tergolong ke dalam Genus Coronavirus (CoV). CoV SARS biasanya
bersifat tidak stabil bila berada di lingkungan. Namun virus ini mampu
bertahan selama berhari-hari pada suhu kamar. Virus ini juga mampu
mempertahankan viabilitasnya dengan baik bila masih berada di dalam
feses Genus Coronavirus berasal dari ordo Nidovirales, yaitu golongan
virus yang memiliki selubung kapsul dan genom RNA rantai tunggal.
Namun pada analisa sequences genom, CoV SARS memiliki struktur genom
yang berbeda dengan genom CoV SARS memiliki struktur genom yang
berbeda dengan genom CoV yang ada. Sehingga disimpulkan, bahwa CoV
yang muncul baru- baru ini dan menyebabkan outbreak SARS pada tahun
2003 adalah jenis baru yang sama sekali belum pernah muncul sebelumnya
Pada 7 April 2003, WHO mengumumkan kesepakatan bahwa coronavirus yang baru
teridentifikasi adalah mayoritas agen penyebab SARS. Coronavirus berasal dari kata
“Corona” yang berasal dari bahasa Latin yang artinya “crown” atau mahkota. Ini sesuai
dengan bentuk Coronavirus itu sendiri yang kalau dilihat dengan mikroskop nampak seperti
mahkota. Penyebabnya lain bisa karena penyakit apapun, yang secara langsung ataupun tidak
langsung yang melukai paru-paru.
Pneumonia Tekanan darah yang sangat rendah (syok) Terhirupnya makanan ke dalam
paru (menghirup muntahan dari lambung) Beberapa transfusi darah Kerusakan paru-paru
karena menghirup oksigen konsentrasi tinggi Emboli paru Cedera pada dada Overdosis obat
seperti heroin, metadon, propoksifen atau aspirin Trauma hebat Transfusi darah (terutama
dalam jumlah yang sangat banyak).
2.3 Tanda dan Gejala
Suhu badan lebih dari 38oC, ditambah batuk, sulit bernapas, dan napas pendek-pendek.
Jika sudah terjadi gejala-gejala itu dan pernah berkontak dekat dengan pasien penyakit ini,
orang bisa disebut suspect SARS. Kalau setelah di rontgen terlihat ada pneumonia (radang
paru-paru) atau terjadi gagal pernapasan, orang itubisa disebutprobable SARS atau bisa
diduga terkena SARS.
Gejala lainnya sakit kepala, otot terasa kaku, diare yang tak kunjung henti, timbul bintik-
bintik merah pada kulit, dan badan lemas beberapa hari. Ini semua adalah gejala yang kasat
mata bisa dirasakan langsung oleh orang yang diduga menderita SARS itu. Tapi gejala itu
tidak cukup kuat jika belum ada kontak langsung dengan pasien. Tetap diperlukan
pemeriksaan medis sebelum seseorang disimpulkan terkena penyakit ini. Paru-parunya
mengalami radang,limfositnya menurun, trombositnya mungkin juga menurun. Kalau sudah
berat, oksigen dalam darah menurun dan enzim hati akan meningkat. Ini semua gejala yang
bisa dilihat dengan alat medis. Tapi semua gejalaitu masih bisa berubah. Penelitian terus
dilangsungkan sampai sekarang.
2.4 Patohfisiologi
Masa penularan berlangsung kurang dari 21 hari. Petugas kesehatan yang kontak
langsung dengan penderita mempunyai risiko paling tinggi tertular, lebih-lebih pada petugas
yang melakukan tindakan pada sistem pernafasan seperti melakukan intubasi atau nebulasi
2.5 Phtaway
Aktifkan antibodi
Metabolisme Anaerob
Asidosis Respiratory
Perubahan RR
Ketidakefektifan pola
nafas
1. Terapi supportif umum : meningkatkan daya tahan tubuh berupa nutrisi yang adekuat,
pemberian multivitamin dan lain-lain.
a. Terapi oksigen
b. Humidifikasi dengan nebulizer
c. Fisioterapi dada
d. Pengaturan cairan
e. Pemberian kortokosteroid pada fase sepsis berat Obat inotropik
f. Ventilasi mekanis
g. Drainase empiema
h. Bila terdapat gagal nafas, diberikan nutrisi dengan kalori cukup
2. Terapi antibiotik Agen anti-bakteri secara rutin diresepkan untuk SARS karena
menyajikan fitur non-spesifik dan cepat tes laboratorium yang dapat diandalkan untuk
mendiagnosis SARS-cov virus dalam beberapa hari pertama infeksi belum tersedia .
3. Antibiotik empiris yang sesuai dengan demikian diperlukan untuk menutupi terhadap
patogen pernafasan Common per nasional atau pedoman pengobatan lokal bagi
masyarakat diperoleh atau nosokomial pneumonia. Setelah mengesampingkan
patogen lain, terapi antibiotik dapat ditarik. Selain efek antibakteri mereka, beberapa
antibiotik immunomodulatory dikenal memiliki sifat, khususnya quinolones dan
makrolid. Efeknya pada kursus SARS adalah belum ditentukan. SARS dapat hadir
dengan spektrum keparahan penyakit. Sebagian kecil pasien dengan penyakit ringan
pulih baik bentuk khusus tanpa pengobatan atau terapi antibiotik saja.
Antibiotik :
a. Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab
b. Utama ditujukan pada S.pneumonia, H.Influensa dan S.Aureus
1. Gagal nafas Kegawatan yang disebabkan oleh gangguan pertukaran oksigen dan
karbondioksida, sehingga system pernafasan tidak mampu memenuhi metabolism
tubuh.
2. Gagal hati Kondisi ketika organ hati tidak bisa berfungsi kembali akibat
mengalami kerusakan yang sangat luas.
3. Gagal jantung Kondisi saat otot jantung menjadi sangat lemah sehingga tidak biak
memompa cukup darah ke seluruh tubuh (Suprapto, 2013, p. 27)
BAB III
3.1 Pengkajian
Hal yang perlu diaji dengan pasien HARS:
a. Kaji terhadap nyeri takipnea, penggunaan otot aksesoris nadi cepat
bersambung,batu sputum purulen dan ukustasi bunyi napas untuk mengetahui
konsolidasi
b. Perhatikan perubahan suhu tubuh
c. Kaji terhadap kegelisaan dan delirium dalam alkoholisme
d. Kaji terhadpa komplikasi yaitu demam berlanjut dan kamnuhan tidak berhasil
untuk sembuh atelektasi efusi fleura,komplikasi jantung,superinfeksi.
e. Faktor perkembangan pasien : Umur, tingkat perkembangan, kebiasaan sehari-
hari, mekanisme koping, kemampuan mengerti tindakan yang dilakukan.
f. Pengetahuan pasien atau keluarga : pengalaman terkena penyakit
pernafasan, pengetahuan tentang penyakit pernafasan dan tindakan yang
dilakukan.
Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi :
a. Pasien tampak sesak
b. Pasien tampak batuk tidak produktif
c. Petekie
d. Ekimosis
e. Adanya sianosis pada jari dan mulut klien
f. Adanya penggunaan otot-otot bantu pernapasan
2. Palpasi :
a. Denyut nadi meningkat
b. CRT > 2 detik
c. Turgor kulit menurun
d. Demam
e. Akral dingi
3. Perkusi :
a. Terdengar suara timpani pada abdomen
b. Terdengar suara dullness pada perkusi paru
4. Auskultasi :
a. Terdengar suara ronchi di basal paru
b. Busing usus meningkat
1. PK Hipoksemia
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan mucus dalam
jumlah berlebihditandai dengan penumpukan saliva, batuk tidak efektif, terdapat suara
napastambahan, perubahan frekuensi napas.
3. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan ditandai
dengan pasien gelisah, mengekspresikan kekhawatiran karena perubahan dalam
peristiwahidup, bingung, khawatir
4. Hipertermi berhubungan dengan penyakit (SARS) ditandai dengan akral teraba panas,
kulit tampak memerah, suhu diatas normal ( 36,5o± 37,5oKoC), takikardi
5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif ditandaidengan penurunan turgor kulit, membrane mukosa kering, haluaran urine
berkurang,kulit kering, nadi meningkat
6. Diare berhubungan dengan inflamasi ditandai dengan bising usus hiperaktif ( > 3x/menit), nyeri
abdomen, peningkatan frekuensi BAB dalam sehari ( 3 x/hari ataulebih)
7. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan ketidakseimbangan
cairan(dehidrasi)
8. Perfusi jaringan perifer tidak efektif b.d penurunan suplai O2 ke jaringan d.d
nadilemah, N= 55x/menit, terasa kesemutan pada ekstremitas, CRT> 3 detik.
9. Perfusi jaringan cerebral tidak efektif b.d emboli (asam laktat) pada pembuluh
darahotak d.d kesadaran menurun, GCS<15, nyeri kepala, gelisah, kelemahan.
10. Nyeri akut b.d agen cedera biologis (penumpukan cairan berlebih pada rongga
dada)d.d klien mengeluh nyeri, skala nyeri 3 (skala 0-10), tampak meringis.
11. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai O2dan CO2d.d
klienmengeluh merasa letih, mengeluh merasa lemah, terjadi peningkatan nadi
secarasignifikan ketika beraktivitas, terjadi perubahan TD abnormal selama
beraktivitas.
12. Ketidakefektifan pola napas b.d hiperventilasi d.d dispnea, RR 24x/menit,
terjadiretraksi dinding dada, terjadi PCH
13. Kerusakan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolar-kapiler (kerusakan
dialveoli) d.d sianosis, dispnea, hipoksia, terjadi PCH.
14. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi jantung
d.dtakikardia, perubahan EKG.
15. Risiko penularan infeksi berhubungan dengan pemajanan penularan melalui udaradan
kontak.
16. Defisit perawatan diri: mandi berhubungan dengan kelemahan d.d
ketidakmampuandalam: mengakses kamar mandi, mengeringkan tubuh, membasuh tubuh.
17. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi
(edema paru ) d.d perubahan tekanan arteri pulmonal, perubahan pada pola
pernapasan
18. Risiko perdarahan berhubungan dengan koagulopati inheren (trombositopenia)
19. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
denganketidakmampuan absorbsi nutrisi ditandai dengan penurunan berat badan 20%
di bawah berat ideal, diare.
20. PK: Infeksi
Diagnosa Prioritas
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan mucus dalam jumlah
berlebihditandai dengan penumpukan saliva, batuk tidak efektif, terdapat suara
napastambahan, perubahan frekuensi napas
2. Kerusakan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolar-kapiler (kerusakan
dialveoli) d.d sianosis, dispnea, hipoksia, terjadi PCH.
3. PK: Infeksi
4. Diare berhubungan dengan inflamasi ditandai dengan bising usus hiperaktif ( > 3x/menit), nyeri
abdomen, peningkatan frekuensi BAB dalam sehari ( 3 x/hari ataulebih)
5. Risiko penularan infeksi berhubungan dengan pemajanan penularan melalui udaradan
kontak.
3.3 .Intervensi
1) Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan bersihan jalan
napas klien efektif dengan criteria hasil
a) klien mampu mengeluarkan sekret tanpa bantuan
b) bunyi nafas normal, tidak ada ronchi, mengi dan stridor
c) RR dalam batas normal (16-20 x/menit)
Intervensi
Mandiri
a) Kaji fungsi pernafasan (bunyi nafas, kecepatan nafas, dan kedalaman)
Rasional :. Ronki, mengi menunjukkan akumulasi sekret/ketidakmampuan
membersihkan jalan nafas yang dapat menimbulkan peningkatan kerja
pernafasan.
b) Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa / batuk efektif (catat karakter
dan jumlah sputum)
Rasional : Pengeluaran sulit bila sekret sangat tebal.
c) berikan pasien posisi semi fowler dan bantu pasien untuk batuk dan latihan nafas
dalam
Rasional :Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan
upaya pernafasan. Latihan nafas dalam meningkatkan gerakan sekret ke
dalam jalan nafas besar untuk dikeluarkan.
d) bersihkan sekret dari mulut dan trakea (penghisapan sesuai keperluan)
Rasional : Mencegah aspirasi / obstruksi. Penghisapan dilakukan jika pasien
tidak mampu mengeluarkan sekret
Kolaborasi
a. lembabkan udara / oksigen inspirasi
Rasional : Mencegah pengeringan mukosa dan membantu pengenceran sekret.
b. beri obat-obatan sesuai indikasi
y mukolitik (contoh asetilsistein)
y bronkodilator (contoh okstrifilin)
y kortikosteroid (prednison)
Rasional;
a) Mukolitik menurunkan kekentalan sekret / sputum sehingga mudah untuk
dikeluarkan.
b) Bronkodilator meningkatkan ukuran lumen percabangan trakeobronkial
sehingga menurunkan tahanan terhadap aliran udara.Kortikosteroid berguna
pada saat respon inflamasi mengancam hidup.
2) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolar-
Tujuan
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama «x24 jam diharapkan kerusakan
pertukaran gas klien teratasi dengan kriteria hasil:
a) Tidak terdapat sianosis
b) Tidak terdapat pernapasan cuping hidung
c) Klien tidak mengalami dispnea
d) Klien tidalk mengalami hipoksia
Intervensi:
a) Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan. Catat penggunaan otot aksesori, napas
bibir, ketidakmampuan bicara/ berbincang
Rasional : Berguna dalam evaluasi derajat distres pernapasan dan /atau .
kronisnya proses penyakit.
b) Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang
mudahuntuk bernapas. Dorong napas dalam perlahan atau napas bibir sesuai
kebutuhan/toleransi individi
Rasional : Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi
latihan napas untuk menurunkan kolaps jalan napas, dispnea, dan kerja napas.
Intervensi
a. Pantau tanda dan gejala infeksi
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi
Tujuan
Setelah diberikan asuhan keperawatan selam «x24 jam diharapkan diare klien teratasi
b. Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada klien, 2-3 lt/hr
Rasional: Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh karena
Kolaborasi:
a. Berikan cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur
6. Risiko penularan infeksi berhubungan dengan pemajanan penularan melalui udara dan
kontak.
Tujuan
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan penularan infeksi
b. Pasien mengetahui dan memahami rantai infeksi dan mau bekerjasama selama
perawatan
Intervensi
a. Identifikasi penjamu yang rentan berdasarkan fokus pengkajian tentang fakto
risiko dan riwayat pemajanan.
Rasional
Rasional
Rasional
e. Amankan ruangan yang digunakan, tergantung pada jenis infeksi dan praktik
Rasional
Rasional
Sebagai protokol dasar dalam mencegah penularan infeksi baik dari praktisi
ke
epidemiologis adalah mereka yang merawat dan atau tinggal dengan atau
mereka yang kontak dengan sekret saluran napas, cairan tubuh atau tinja
penderita suspect atau probable SARS.
Rasional
Rasional
i. Ajarkan dan anjurkan cuci tangan yang cermat kepada pasien, pengunjung
dan
Rasional
3.4 Implementasi
3.5 Evaluasi
BAB IV
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari makalah diatas maka penulis menyimpulkan SARS (severe
acute respiratory syndrome) adalah sekumpulan gejala sakit pernapasan yang mendadak dan
berat atau disebut juga penyakit infeksi saluran pernafasan yang disebabkan oleh virus
Corona Family Paramyxovirus. Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) atau Corona
Virus Pneumonia (CVP) adalah Syndroma pernafasan akut berat yang merupakan penyakit
infeksi pada jaringan paru manusia yang sampai saat ini belum diketahui pasti penyebabnya.
SARS (severe acute respiratory syndrome) adalah suatu jenis kegagalan paruparu dengan
berbagai kelainan yang berbeda, yang menyebabkan terjadinya pengumpulan cairan di paru-
paru (edema paru). SARS merupakan kedaruratan medis yang dapat terjadi pada orang yang
sebelumnya mempunyai paru-paru yang normal. Walaupun sering disebut sindroma gawat
pernafasan akut dewasa, keadaan ini dapat juga terjadi pada anak-anak.
4.2 Saran
Kita sebagai mahasiswa Perawat di harapkan mengerti dan memahami tentang Asuhan
Keperawatan pada Klien SARS, dan kami mohon kritikannya bagi pembaca Asuhan
Keperawatan yang kami buat agar bisa membangun makalah ini dengan
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8
volume 3, EGC, Jakarta Jong, W, 1997,
http://www.infeksi.com/articles.php?lng=in&pg=63
http://dhewynerz.blogspot.com/2009/11/askep-sars.html
https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-infeksi/severe-acute-
respiratory-syndrome-sars