TANGERANG SELATAN
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat dan rahmat nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan Makalah Tugas
Asuhan Keperawatan Mata Kuliah Keperawatan Kritis yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)” tepat
waktu.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman - teman yang telah
berkontribusi dengan memberikan ide - idenya sehingga makalah ini bisa disusun
dengan baik dan rapi. Makalah ini dapat terselesaikan dengan bantuan dorongan
dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada :
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
Penulis
i
DAFTAR ISI
COVER............................................................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
1.3 Tujuan....................................................................................................
2.1 Definisi...................................................................................................
2.2 Klasifikasi..............................................................................................
2.3 Etiologi...................................................................................................
2.5 Patofisiologi...........................................................................................
2.6 Pathway..................................................................................................
2.8 Komplikasi.............................................................................................
2.9 Penatalaksanaan.....................................................................................
3.1 Pengkajian..............................................................................................
ii
3.5 Evaluasi Keperawatan............................................................................
BAB IV PENUTUP.........................................................................................
4.1 Kesimpulan............................................................................................
4.2 Saran.......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
6. Bagaimana pathway Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)?
7. Apa jenis pemeriksaan penunjang pada pasien dengan Acute Respiratory
Distress Syndrome (ARDS)?
8. Apa saja komplikasi pada pasien dengan Acute Respiratory Distress
Syndrome (ARDS)?
9. Apa saja penatalaksanaan pada pasien dengan Acute Respiratory
Distress Syndrome (ARDS)?
10. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Ny. S dengan Acute Respiratory
Distress Syndrome (ARDS)?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)
2. Mengetahui klasifikasi dari Acute Respiratory Distress Syndrome
(ARDS)
3. Mengetahui etiologi Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)
4. Mengetahui manifestasi klinis Acute Respiratory Distress Syndrome
(ARDS)
5. Mengetahui patofisiologi Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)
6. Mengetahui bagaimana pathway Acute Respiratory Distress Syndrome
(ARDS)
7. Mengetahui jenis pemeriksaan penunjang pasien dengan Acute
Respiratory Distress Syndrome (ARDS)
8. Mengetahui komplikasi dari Acute Respiratory Distress Syndrome
(ARDS)
9. Mengetahui penatalaksaan medis pasien Acute Respiratory Distress
Syndrome (ARDS)
10. Mengetahui bagaiamana Asuhan Keperawatan pada Ny. S dengan Acute
Respiratory Distress Syndrome (ARDS)
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
ARDS adalah sindrom gawat pernapasan akut yang dikenal juga dengan
edema paru nonkardiogenik adalah kondisi kedaruratan paru yang tiba-tiba
dan bentuk kegagalan napas berat, biasanya terjadi pada orang yang
sebelumnya sehat yang telah terpajan pada berbagai penyebab pulmonal atau
non pulmonal (Hudak&Galo, 1977 dalam wahid 2013).
ARDS adalah penyakit paru berat yang dapat ditimbulkan oleh penyebab
langsung atau tidak langsung pada paru. ARDS ditandai dengan kondisi
radang (inflamasi) yang hebat pada jaringan paru, yang menyebabkan
gangguan pertukaran gas dan hipoksemia dan sering disertai gagal organ
multiple.
3
kontribusi morbiditas dan mortalitas pada pasien yang dirawat di ICU
diseluruh dunia dan berakibat kerugian material dan non material yang berat.
2.2 Klasifikasi
a. Ringan (mild), yaitu PaO2/FiO2 lebih dari 200 mmHg tetapi kurang dari
dan sama dengan 300 mmHg dengan positive-end expiratory pressure
(PEEP) atau continous positive airway pressure (CPAP) lebih dari dan
sama dengan 5 cmH2O.
b. Sedang, yaitu PaO2/FiO2 lebih dari 100 mmHg tetapi kurang dari dan
sama dengan 200 mmHg dengan PEEP lebih dari dan sama dengan 5
cmH2O
c. Berat, yaitu jika PaO2/FiO2 kurang dari dan sama dengan 100 mmHg
dengan PEEP lebih dari sama dengan 5 cmH2O .
2.3 Etiologi
4
Menurut (Hudak&Galo, 1977 dalam wahid 2013) gangguan yang dapat
mencetuskan terjadinya ARDS adalah:
5
7) Auskultasi paru : ronkhi basah, krekels, stridor, wheezing
8) Auskultasi jantung : BJ normal tanpa murmur atau gallop.
2.5 Patofisiologi
ARDS pada dewasa (ARDS) Fase akut cedera paru dan ARDS
dikarakterkan adanya influx cairan edema yang berisi protein ke dalam rongga
udara sebagai akibat peningkatan permeabilitas kapiler di alveolus. Cedera
pada sel epithelial alveolus diduga merupakan awal dari rangkaian proses
yang terjadi pada ARDS. Perlu diketahui bahwa sel epithelial pada alveolus
(pneumosit) terdiri dari dua jenis, yaitu pneumosit tipe I &II. Tipe I berbentuk
datar (flat) merupakan penyusunan terbesar (90%) tipe II berbentuk kubus,
menyusun 10% dari permukaan alveolus, dan lebih kuat terhadap cedera. Sel
tipe II berfungsi untuk menghasilkan surfaktan dan transport ion dan akan
berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi tipe I setelah dia mengalami injuri.
Derajat kerusakan sel epithelial alveolus akan menentukan derajat keparahan
ARDS dan menjadi predictor bagi hasil terapinya. Semakin berat kerusakan
epitel, maka akan semakin berat keperahan penyakitnya.
6
5) Jika cedera pada epithelial alveolus cukup berat, maka perbaikan epitel
yang kurang cukup atau tidak teratur dapat menyebabkan fibrosis paru.
2.6 Pathway
a. Pemeriksaan hasil Analisa Gas Darah Sampel darah yang diambil dari
darah arteri. Hasil pemeriksaan ada beberapa komponen utama:
1) PH (derajat keasaman) Alkalosis respiratori (PH > 7,4) pada tahap
dini. Asidosis respiratori/ metabolic pada tahap lanjut.
2) PA02 (tekanan parsial O2 arteri) Hipokkapnia (penurunan Pa02) <
200.
7
3) PACO2 (tekanan parsial CO2 arteri). Hipokapnia (penurunan PCO2)
pada tahap awal karena hiperventilasi. Hiperkapnia (peningkatan
PCO2) menunjukan gagal ventilasi.
4) BE (Base excess)
5) FiO2 (Kadar O2 yang digunakan)
b. Pemeriksaan Rontgen Dada Pada stadium awal tidak terlihat dengan jelas
atau dapat juga terlihat adanya bayangan infiltrate yang terletak ditengah
region perihilar paru. Pada stadium lanjut, terlihat penyebaran di
interstisial secara bilateral dan infiltrate alveolar, menjadi rata dan dapat
mencakup keseluruhan lobus paru-paru.
c. Tes Fungsi Paru Kapasitas pengisian paru-paru dan volume paru-paru
menurun terutama FRC, peningkatan anatomical dead space dihasilkan
oleh area dimana timbul vasokontriksi dan milkroemboli.
2.8 Komplikasi
Komplikasi Menurut Hudak & Gallo (1997), Komplikasi yang dapat terjadi
pada ARDS adalah:
8
p. Kehilangan massa otot dan kelemahan
2.9 Penatalaksanaan
Medis
Keperawatan
Rehabilitasi
9
dan oleh karena ada penambahan deed space maka tambahan oksigen
tetap diperlukan ventilator telah dilepas.
BAB III
Resume
Tanda-tanda vital saat ini: TD: 125/67 mmHg, MAP: 90 mmHg, HR: 104
x/menit, Suhu: 37⁰C. RR: 20 x/menit on ventilator dengan mode SIMV PC + PS,
PS: 4, FiO2: 90%, PEEP: 8, I:E rasio 1:2, Tidal volume 450.
10
selang ETT dan mulut pasien. Auskultasi paru menunjukkan: Wheezing: +/+,
Ronchi: +/+.
3.1 Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. S
Umur : 30 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Bogor
Suku/Bangsa : Sunda
Pneumonia.
Nama : Ny. R
Umur : 33 th
11
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama: Tn. S mengatakan sesak
b. Riwayat penyakit sekarang: Pasien datang ke IGD dengan keluhan
sesak nafas. Keluarga mengatakan sesak nafas, batuk dan sering
berkeringat di malam hari sudah dirasakan 3 minggu sebelum masuk
RS. Hasil foto thorax pneumonia, TB paru aktif, tidak tampak
kardiomegali ujung ETT setinggi v.Th 5.
c. Riwayat penyakit dahulu: Pasien mengatakan memiliki riwayat
penyakit TBC 2 tahun yang lalu, memiliki riwayat DM tipe 2 tidak
terkontrol, dan riwayat penyakit jantung.
d. Riwayat kesehatan sekarang (pengembangan dari keluhan utama):
Saat di ICU, terlihat cemas, TD:125/67 mmHg, MAP: 90 mmHg, HR:
104 x/menit, Suhu: 37⁰C. RR: 20 x/menit on ventilator dengan mode
SIMV PC + PS, PS: 4, FiO2: 90%, PEEP: 8, I:E rasio 1:2, Tidal
volume 450.
e. Riwayat penyakit dahulu: Pasien memiliki riwayat penyakit TBC 2
tahun yang lalu, pengobatan 9 bulan yang lalu dan sudah dikatakan
tuntas oleh dokter. Pasien juga memiliki riwayat DM tipe 2 tidak
terkontrol dan memiliki riwayat penyakit jantung. Pasien merokok
aktif dan pasien memiliki riwayat mengkonsumsi alkohol.
f. Riwayat penyakit keluarga: Keluarga mengatakan di keluarganya ada
yang memiliki keturunan penyakit Diabetes Melitus.
4. Pemeriksaan Fisik (saat di ICU)
a. Pemeriksaan Neurologis
Refleks fisiologis : +
Refleks patologis : -
b. GCS 8, E : 1 M : 5 , V :2
c. Kesadaran : somnolen
d. Tanda-tanda Vital
1) Tekanan Darah : 125/67 mmHg
2) MAP: 90 mmHg
3) HR: 104x/menit
12
4) Respirasi: 20x/mnt
5) Suhu: 37⁰C
6) Nilai CPOT: Pasien mengeluh nyeri sedang. Nilai = 4.
Ekspresi wajah: Tegang
Gerakan tubuh: Perlindungan
Kesesuaian dengan ventilasi mekanik: Batuk tapi dapat
mentoleransi
Ketegangan otot: Tegang dan kaku
e. Pemeriksaan Sistem Tubuh
1) Sistem Persepsi Sensori
Konjungtiva anemis, diameter pupil: 3 mm/3 mm. Refleks
terhadap cahaya: +/+
2) Sistem Pernapasan
Tampak penumpukan sekret pada selang ETT dan mulut pasien
Auskultasi: Wheezing : +/+, Ronchi: +/+
Rontgen: pneumonia, TB paru aktif, tidak tampak kardiomegali,
ujung ETT setinggi v.Th 5
3) Sistem Kardiovaskuler
Tidak ada suara jantung tambahan, HR: 104x/menit, TD: 125/67,
N: 124x/mnt, MAP: 90.
4) Sistem Pencernaan:
Abdomen
Inspeksi: bentuk abdomen datar, tidak ada benjolan, tidak
tampak adanya trauma, tidak terlihat adanya bendungan
pembuluh darah vena pada abdomen.
Palpasi: nyeri tekan tidak ada, benjolan atau massa tidak ada,
tanda asites tidak ada.
Perkusi: suara abdomen tympani
Auskultasi titik 2 terdengar bising usus 8 x/menit
5) Sistem Perkemihan
Frekuensi berkemih lebih sedikit daripada sebelum di rumah sakit
6) Sistem Integumen
13
CRT <2 detik, turgor kulit elastis
7) Aspek Psikologis
Keluarga mengatakan pasien dalam kesehariannya bersikap santai
dan tidak pernah berperilaku aneh.
8) Aspek Sosial
Keluarga mengatakan hubungan pasien dengan keluarga dan
lingkungan sekitar baik dan sering bersosialisasi.
9) Aspek Spiritual
Keluarga mengatakan pasien rajin shalat 5 waktu dan mengaji.
5. Data Penunjang
a. Data Laboratorium (Hematologi, Analisis Gas Darah Arteri)
Hasil Hematologis :
1) Hemoglobin: 9,4 g/dl (Anemia)
2) Hematokrit: 31% (Anemia)
3) Leukosit: 41,2x103 uL (Adanya gangguan)
4) Trombosit: 248x103 uL (Adanya gangguan)
5) Eritrosit : 3,38x106 uL (Anemia)
6) GDS : 503 mg/dl (DM)
Hasil AGD :
1) PH : 7,51
2) PCO2 : 46, 3 mmHg
3) HCO3 : 37,0 mmol/L
4) PO2 : 184 mmHg
5) SpO2 : 99%
6) BE : 13,1
Interpretasi Hasil : Alkalosis Metabolik Terkompensasi Sebagian
b. Pemeriksaan Resiko Jatuh dengan Morse Scale (sesuai usia)
Total score : 35
Interpretasi Hasil: Resiko rendah pasien jatuh
c. Pemeriksaan Foto Thorax tanggal 22-09-2021
X-Ray dada yang diperoleh Pneumonia, TB Paru aktif, Tidak tampak
Kardiomegali, ujung ETT setinggi v.Th 5.
14
6. Penatalaksanaan Medis
a. Ventilator
Mode : SIMV PC+PS
Triger :-
Tidal Volume : 450 mL
FiO2 : 90%
PS :4
PEEP : 8 torr (1,33 kPa)
RR : 20x/mnt
I:E Rasio : 1:2
b. Obat-obatan dan Cairan
1) NaCl 0,9% dosis 500 cc/24 jam IV indikasi: dehidrasi isotonik
ekstraseluler, side effects: bengkak, nyeri sendi, kaku, kram otot.
2) Omeprazole dosis 2x40 mg oral indikasi: untuk mengatasi
gangguan lambung, effects: mual, muntah, diare, sakit kepala, rasa
kembung.
3) Paracetamol dosis 3x500 mg oral indikasi: untuk analgesik dan
antipiretik, efek: mual, sakit perut bagian atas, gatal-gatal, urine
berwarna gelap.
4) Simvastatin dosis 1x20 mg oral indikasi: obat statin. Menurunkan
kolesterol dan lemak jahat (LDL, trigliserida), efek: sakit kepala,
nyeri sendi, nyeri otot ringan, konstipasi.
5) Ventolin dosis 3x/hari inhalasi indikasi: obat selektif Beta 2
adrenergic agonists. Mengobati masalah saluran pernapasan,
merilekskan otot saluran pernapasan, mencegah penyempitan
saluran napas. Efek: tremor, sakit kepala, takikardia, hipokalemia,
gangguan pembuluh darah.
6) Meropenem dosis 3x1gr IV indikasi: antibiotik atau antibakteri .
Efek: mual, muntah, sakit perut, diare, sakit kepala.
7) Levofloxacin dosis 1x70 mg oral indikasi: antibiotik golongan
quinolone. Obat untuk Pneumonia, efek: gangguan pencernaan,
mual muntah, pusing, sakit kepala, gangguan tidur.
15
8) Raivas dosis 8 mg/50 ml IV indikasi: norepinefrin adalah suatu
amin simpatomimetik, yang bekerja melalui efek pada reseptor
Alfa dan reseptor beta, untuk mengontrol tekanan darah. Efek:
iskemia, bradikardia, ansietas, sakit kepala, kesulitan bernapas,
nekrosis ekstravasasi.
9) Novorapid 5 unit subkutan indikasi: mengurangi tingkat gula darah.
Efek: hipoglikemia, rekasi anafilaksi.
10) Clopidogrel dosis 1x 75 mg oral indikasi: untuk efek agregasi dan
menghambat pembentukan trombus. Menghambat reseptor P2Y12
di platelet secara irreversible. Efek: diare, mudah memar,
perdarahan sulit berhenti, nyeri perut, gangguan pencernaan.
11) Acetylcystein dosis 3 x 200 mg oral indikasi: obat golongan
mukolitik untuk mengencerkan dahak yang menghalangi saluran
pernafasan. Efek: mengantuk, mual muntah, sariawan, pilek,
demam.
c. Nutrisi
1) Oral
2) Enteral
3) Parenteral
7. Data Fokus
16
5. Memiliki riwayat penyakit tidak tampak kardiomegali,
jantung ujung ETT setinggi v.Th 5.
6. Memiliki riwayat
Saat masuk ICU :
mengkonsumsi alkohol
1. TD : 125/67 mmHg
2. MAP : 90 mmHg
3. HR : 104x/menit
4. RR : 20x/mnt
5. Suhu : 37⁰C
6. Nilai CPOT: 4
7. KU : Agitasi
8. Oksigenasi memburuk (SaO2:
88%)
9. Tampak penumpukan sekret
pada selang ETT dan mulut
pasien
10. Wheezing : +/+, Ronchi: +/+
11. Kepala tempat tidur
ditinggikan
12. Pengaturan ventilator tertinggi
mode kontrol: kecepatan 20
x/menit, volume tidal 450 mL,
tekanan ekspirasi akhir positif
8 torr, dan FiO2 90%.
13. Rontgen : kekeruhan yang
tersebar diseluruh paru-paru
dengan area konsolidasi di
lobus bawah.
14. Pasien mendapatkan terapi:
IVFD NaCl 0,9% 500cc/24
jam, Omeprazole 2 x 40 mg,
Paracetamol 3 x 500 mg,
Simvastatin 1 x 20 mg,
17
Ventolin 3 x/hari, meropenem
3x1 gr, levofloxacin: 1x70
mg, Raivas 8 mg/50 ml,
Novorapid 5 unit subkutan,
Clopidogrel 1 x 75 mg,
Acetylcystein 3 x 200 mg.
Peningkatan
tahanan jalan napas
Kehilangan fungsi
sel silia pernapasan
18
Hipersekresi
Akumulasi sputum
Obstruksi jalan
napas
Bersihan jalan
napas tidak efektif
Gg. Ephitelium
alveolar
Penumpukan cairan
alveoli
Edema pulmo
Penurunan comlain
paru
19
Cairan surfaktan
menurun
Atelektasis kolaps
alveoli
Ventilasi dan
perfusi tidak
simbang
Gangguan
pertukaran gas
20
meningkat perdarahan)
2. Produksi Terapeutik
sputum 1. Kurangi tekanan balon
secara periodik tiap shift.
menurun
2. Pasang orofaringheal
3. Mengi Menurun airway (OPA) untuk
4. Wheezing mencegah ETT tergigit
menurun 3. Cegah ETT terlipat
(Kinking)
5. Dispnea 4. Berikan p-oksigenasi 100%
menurun selama 30 detik (3-6 kali
6. Frekuensi napas ventilasi) sebelum dan
setelah penghisapan
membaik
5. Berikan volume pre-
7. Pola napas oksigenasi (baghing atau
membaik ventilasi mekanik) 1,5 kali
volume tidal
6. Lakukan penghisapan
lendir kurang dari 1,5 detik
jika diperlukan
7. Ganti fiksasi ETT setiap 24
jam
8. Ubah posisi ETT secara
bergantian (kiri dan kanan)
tutup setiap 24 jam
9. Lakukan perawatan mulut
(mis. Dengan sikat gigi,
kassa, pelembab bibir)
Edukasi
1. Jelaskan pada pasien dan
keluarga tujuan dan
prosedur pemasangan jalan
nafas buatan
Kolaborasi
1. Kolaborasi intubasi ulang
jika terbentuk mucous plug
yang tidak dapat dilakukan
penghisapan.
2. (D.0003) (L.01003) (I.01014)
Tujuan : Setelah Pemantauan Respirasi
Gangguan
21
pertukaran gas diberikan Observasi
berhubungan intervensi selama
1. Monitor frekuensi, irama,
dengan 2x 4 jam,
kedalaman dan upaya nafas
ketidakseimbangan diharapkan
2. Monitor pola nafas (seperti
ventilasi-perfusi. pertukaran gas
bradipneu, takipneu,
meningkat dengan
hiperventilasi, kussmaul,
kriteria hasil :
cheyne-stokes, biot,
1. Dyspnea
ataksik)
meningkat
3. Monitor adanya produksi
2. Bunyi nafas
sputum
tambahan
4. Monitor adanya sumbatan
menurun
jalan napas
3. Pco2 membaik
5. Palpasi kesimetrisan
4. Po2 membaik
ekspansi paru
5. Pola nafas
6. Auskultasi bunyi nafas
membaik
7. Monitor saturasi oksigen
8. Monitor nilai AGD
9. Monitor hasil x-ray thorax
Terapeutik
1. Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi
pasien
2. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
2. Informasikan pemantauan,
jika perlu.
22
3.5 Implementasi & Evaluasi Keperawatan
Diagnosis Hari/T
Jam Implementasi Evaluasi
Keperawatan anggal
Bersihan jalan 25-09- 08.00 – Manajemen Jalan Napas S:-
2021 14.00 Buatan
nafas tidak
Observasi O : k/u : sedang, kes :
efektif 1. Memonitor posisi
Somnolen, Tekanan Darah :
berhubungan selang endotrakheal
(ETT), terutama 120/70 mmHg, HR:
dengan
setelah mengubah 98x/menit, Respirasi:
hipersekresi posisi 24x/mnt, Suhu: 36.9 ºC,
jalan napas. 2. Memonitor tekanan
balon ETT setiap 4-8 SpO2 : 98%, Wheezing : +/
jam + ↓, Ronchi: +/+ ↓
3. Memonitor kulit area
stoma trakheostomi
A : Kebersihan jalan nafas
(misal. kemerahan,
drainase, perdarahan) tidak efektif berhubungan
dengan hipersekresi jalan
Terapeutik
1. Mengurangi tekanan napas
balon secara periodik
tiap shift.
P : Intervensi dilanjutkan
2. Memasang
orofaringheal airway
(OPA) untuk
mencegah ETT tergigit
3. Mencegah ETT
terlipat (Kinking)
4. Memberikan p-
oksigenasi 100%
selama 30 detik (3-6
kali ventilasi) sebelum
dan setelah
penghisapan
5. Memberikan volume
pre-oksigenasi
(baghing atau ventilasi
mekanik) 1,5 kali
volume tidal
6. Melakukan
23
penghisapan lendir
kurang dari 1,5 detik
jika diperlukan
7. Mengganti fiksasi ETT
setiap 24 jam
8. Mengubah posisi ETT
secara bergantian (kiri
dan kanan) tutup
setiap 24 jam
9. Melakukan perawatan
mulut (sikat gigi,
kassa, pelembab bibir)
Edukasi
1. Menjelaskan pada
pasien dan keluarga
tujuan dan prosedur
pemasangan jalan
nafas buatan
Kolaborasi
1. Melakukan kolaborasi
intubasi ulang jika
terbentuk mucous plug
yang tidak dapat
dilakukan
penghisapan.
24
3. Memonitor adanya ringan)
produksi sputum
4. Memonitor adanya A : Gangguan pertukaran
sumbatan jalan napas gas berhubungan dengan
5. Melakukan palpasi ketidakseimbangan
kesimetrisan ekspansi ventilasi-perfusi.
paru
6. Melakukan auskultasi P : Intervensi dilanjutkan
bunyi nafas
7. Memonitor saturasi
oksigen
8. Memonitor nilai AGD
9. Memonitor hasil x-ray
thorax
Terapeutik
1. Mengatur interval
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
2. Melakukan
dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
1. Menjelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan
2. Menginformasikan
hasil pemantauan
BAB IV
PENUTUP
25
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
26