Untuk Memenuhi Tugas Praktek Klinik Keperawatan Kegawatdaruratan Dan Keperawatan Kritis
Program Studi Sarjana Keperawatan Semester VIII-A
Dosen Pengampu : Ibu. Ria Anggraini, S.Kep., Ners., M.Kep.
Disusun Oleh :
NAMA : PRILA TINA RAHAYU
NIM : A2R17026
A. DEFINISI
Adult Respiratory Distress Syndrome (ARDS) merupakan sindrom yang ditandai oleh
peningkatan permeabilitas membran alveolar-kapiler terhadap air, larutan dan protein plasma, disertai
kerusakan alveolar difus, dan akumulasi cairan dalam parenkim paru yang mengandung protein.
Sindrom klinis yang ditandai dengan penurunan progresif kandungan oksigen arteri yang terjadi
setelah penyakit atau cedera serius (Brunner & Suddarth, 2001) Kondisi kedaruratan paru yang tiba-
tiba dan bentuk kegagalan nafas berat, biasanya terjadi pada orang yang sebelumnya sehat yang telah
terpajan pada berbagai penyebab pulmonal dan non pulmonal.
Merupakan sindrom yang ditandai oleh peningkatan permeabilitas membrane alveolar kapiler
terhadap air, larutan, dan protein plasma, disertai kerusakan alveolar difus, dan akumulasi cairan dalam
parenkim paru yang mengandung protein.
B. ETIOLOGI
ARDS berkembang sebagai akibat kondisi atau kejadian berbahaya berupa trauma jaringan paru baik
secara langsung maupun tidak langsung.
o Depresi Sistem Saraf Pusat.
Mengakibatkan gagal nafas karena ventilasi tidak adekuat. Pusat pernafasan yang
mengendalikan pernafasan, terletak dibawah batang otak (pons dan medulla) sehingga
pernafasan lambat dan dangkal.
o Kelainan Primer Neurologis.
Akan mempengaruhi fungsi pernafasan. Impuls yang timbul dalam pusat pernafasan menjalar
melalui saraf yang membentang dari batang otak terus ke saraf spinal ke reseptor pada otot-otot
pernafasan. Penyakit pada saraf seperti gangguan medulla spinalis, otot-otot pernafasan atau
pertemuan neuromuscular yang terjadi pada pernafasan akan sangat mempengaruhi ventilasi.
o Efusi Pleura, Hemotoraks dan Pneumothoraks.
Merupakan kondisi yang mengganggu ventilasi melalui penghambatan ekspansi paru. Kondisi
ini biasanya diakibatkan penyakit paru yang mendasari, penyakit pleura atau trauma dan cedera
dan dapat menyebabkan gagal nafas.
o Trauma.
Disebabkan oleh kendaraan bermontor dapat menjadi penyebab gagal nafas. Kecelakaan yang
mengakibatkan cidera kepala, ketidaksadaran dan perdarahan dari hidung dan mulut dapat
mengarah pada obstruksi jalan nafas atas dan depresi pernafasan. Hemothoraks, pneumothoraks
dan fraktur tulang iga dapat terjadi dan mungkin menyebabkan gagal nafas. Pengobatannya
adalah untuk memperbaiki patologi yang mendasar.
o Penyakit Akut Paru.
Pnemonia disebabkan oleh bakteri dan virus. Pneumonia kimiawi atau pneumonia diakibatkan
oleh mengaspirasi uap yang mengiritasi dan materi lambung yang bersifat asam. Asma bronkial,
atelectasis, embolisme paru dan edema paru adalah beberapa kondisi yang menyebabkan gagal
nafas.
C. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis utama pada kasus ARDS adalah :
o Penurunan kesadaran menta
o Takikardi (denyut jantung cepat), takipnea(nafas cepat)
o Dispnea dengan kesulitan bernafas
o Terdapat retraksi interkosta
o Sianosis
o Hipoksemia
o Auskultasi paru : ronkhi basah, krekels, stridor, wheezing
o Auskultasi jantung : BJ normal tanpa murmur atau gallop
o Hipotensi
o Febris (demam).
D. KOMPLIKASI
o Infeksi paru.
o Abnormalitas obstruksi ( keterbatasan aliran udara).
o Defek difusi sedang.
o Hipoksemia.
o Toksisitas oksigen.
E. PENATALAKSANAAN
o Terapi Oksigen.
o Ventilasi Mekanik.
o Positif dan Expiratory Breathing (PEEB).
o Pemantauan Oksigen Arteri Adekuat.
o Terapi Farmakologi.
o Pemeliharaan Jalan Nafas.
o Pencegahan Infeksi.
o Dukungan Nutrisi.
o Monitor system terhadap respon terapi dan potensial komplikasi.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
a. Analisa Gas Darah
Hipoksemia ( pe ↓ PaO2 )
Hipokapnia ( pe ↓ PCO2 ) pada tahap awal karena hiperventilasi
Hiperkapnia ( pe ↑ PCO2 ) menunjukkan gagal ventilasi
Alkalosis respiratori ( pH > 7,45 ) pada tahap dini
Asidosis respiratori / metabolik terjadi pada tahap lanjut.
b. Leukositosis (pada sepsis), anemia, trombositopenia (refleksi implamasi sistemik dan injuri
endotel), peningkatan kadar amilase (pada pankreatitis).
c. Gangguan fungsi ginjal dan hati, tanda koagulasi intravaskular diseminata (sebagai bagian
dari MODS/ multiple organ disfunction syndrome ).
2. Radiologi
a. Foto Dada.
b. CT Scan
G. FASE-FASE ARDS
1. Fase I (Exudative).
Fase I terjadi 24 jam setelah kerusakan endotel kapiler dan kebocoran cairan kedalam
interstisium pulmonal. Respon inflamasi diserai kerusakan parenkim pulmonal, dan
mengeluarkan mediator toksik, aktivasi komplemen, mobilisasi makrofag, dan pengeluaan
substansi vasoaktif dari mast cells.
2. Fase II (Proliferative).
Fase II dimulai pada hari ke 7-10. Sel alveolus tipe 1 dan 2 telah rusak menyebabkan penurunan
produksi surfaktan, alveolus kolaps, dan atelectasis yang mengakibatkan kerusakan pertukaran
gas.
3. Fase III (Fibrotic).
Fase ini terjadi pada minggu ke 2-3. Pada fase ini terjadi penurunan fibrin secara irreversible ke
dalam paru yang menyebabkan fibrosis paru yang lama kelamaan mengakibatkan penurunan
kompliens paru dan memperburuk hipoksia. Hasil akhirnya mengakibatkan rasio ventilasi dan
perfusi (V/Q) tidak sebanding dan hipoksemia arteri yang sangat besar.
H. PHATWAY
Injury langsung
Injury tidak langsung
(Infeksi
(trauma dengan syok
paru,kontusio
hemoragik,sepsis
paru,cedera inhalasi
toksik,dan cedera
dada)
Aktivasi kaskade
inflamasi
Aktivasi sel
efektor (fase
amplifikasi)
Neutrofil tertarik
dan tertahan di
paru
Melepaskan
mediator Terjadi Inflamasi
inflamasi (oksidan
dan peotease)
Pengeluaran
Paru-paru rusak prostaglandin
(fase injury)
Mempengaruhi
hipotalamus
Kerusakan pada
membrane kapiler
alveolar Peningkatan set
point
Peningkatan hipotalamus
permeabilitas
kapiler HIPERTERMI
BERSIHAN
Penurunan aliran JALAN
darah ke jantung Nekrosisnya sel
pneumosif tipe I NAFAS
(lapisan yang TIDAK
mengelilingi EFEKTIF
alveolus)
Terjadi kerusakan
sel epitel
pneumosif tipe II
(surfaktan)
Atelektasis paru
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit misalnya infeksi.
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan.
J. FAKTOR RESIKO
1. Trauma Langsung Pada Paru
Pneumoni virus,bakteri,fungal.
Contusio paru.
Aspirasi cairan lambung.
Inhalasi asap berlebih.
Inhalasi toksin.
Menghisap O2 kosentrasi tinggi dalam waktu lama.
2. Trauma Tidak Langsung
Sepsis.
Shock.
DIC (Dissemineted Intravaskuler Coagulation).
Pankreatitis.
Uremia.
Overdosis Obat.
Idiophatic (tidak diketahui)
Bedah Cardiobaypass yang lama).
Transfusi darah yang banyak.
PIH (Pregnand Induced Hipertension).
Peningkatan TIK.
Terapi radiasi.
DAFTAR PUSTAKA
Alspach, Grift Joann, 2006, Core Curriculum for Critical Care Nursing, 6th Ed, Sanders Elsevier, USA
Brunner & Suddarh. 2001. Keperawatan Medical Bedah Pendekatan Sistem Pernafasan. Edisi 8. Jakarta :
EGC
Doengoes, E. Marilyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC
Huddak & Gallo. 1996. Keperawatan Kritis Vol. 2. Jakarta : EGC
Price, Sylvia, Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC
KASUS
Seorang pasien Tn.B pada tanggal 31 Maret 2021 jam 06.00 sebelum Tn.B masuk ke rumah sakit , ketika
mau sholat, klien terjatuh terpeleset di kamar mandi. Setelah beberapa jam klien mengalami demam,batuk
berdahak dan sesak nafas kemudian oleh keluarga dibawa ke RSUD Dr ISKAK lewat IGD jam 07.00 WIB.
Pada saat di IGD mendapatkan kondisi klien sesak nafas,demam,dan batuk berdahak. Kemudian di IGD
diberikan tindakan pemasangan infus RL 20 Tpm,pemberian O2,terapi obat-obatan. Pasien tampak gelisah,
hasil pemeriksaan Tensi : 110/70, Suhu : 38,5 °C, Respirasi : 28 x/menit, Nadi : 90 x/menit, crt >2 detik,
akral hangat,tampak cemas. Kemudian pada hari rabu sore jam 17.30 tanggal 31 maret 2021 klien
dipindahkan ke Ruang Rawat Inap Sedap Malam.
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
“HUTAMA ABDI HUSADA”
Ijin Pendirian Mendiknas RI Nomor : 113/D/O/2009
FORMAT PENGKAJIAN
15061998
NO. MR :
Tempat : Di Rumah
KEADAAN PRE HOSPITAL:
GCS : 4-5-6
Nadi : 90 x/mnt
Pernafasan : 28 x/mnt,
Suhu : 38,5 °C
TRIAGE: Kuning
S.Ax : 38,5 °C N : 90 x/mnt
DM
PJK
Asma
√Tidak ada
dll: .................................
Ya P1 P2√ P3 P4
Tidak √
Keadaan Umum:
Baik
Sedang √
Buruk
PRIMARY SURVEY
Keluhan Lain:
.............................................................
Keluhan Lain:
.............................................
THERAPI:
Jam Terapi / Tindakan / Konsul Jawaban / catatan
07.00 Memasang jalur Iv (Infus RL 12 Tpm 500 ml)
Memberikan:
07.20
08.00
1. Heparin 40mg atau 5000 unit GCS :4-5-6
08.30
Tensi : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
09.00 Pernafasan : 28 x/menit
2. Sukralfat 4x1000 mg Suhu : 38,5 °C
3. Ranitidin 2x150 mg
4. Omeprazole 1x40 mg
Tulungagung 66224
No. Kamar : 02
IDENTITAS
1. Nama : Tn.B
2. Umur : 50 Thn
4. Agama : Islam
6. Bahasa : Indonesia
7. Pendidikan : SMA.
8. Pekerjaan : Wiraswasta
b. Keluhan Utama:
Saat awal MRS: Pada tanggal 31 Maret 2021 jam 06.00 sebelum Tn.B masuk ke rumah sakit ,
ketika mau sholat, klien terjatuh terpeleset di kamar mandi. Setelah beberapa jam klien
mengalami demam,batuk berdahak dan sesak nafas kemudian oleh keluarga dibawa ke RSUD
Dr ISKAK lewat IGD. Di IGD diberikan tindakan pemasangan infus RL 20 Tpm,pemberian
O2,terapi obat-obatan. Kemudian pada hari rabu sore jam 17.30 tanggal 31 maret 2021 klien
dipindahkan ke Ruang Rawat Inap Sedap Malam.
Saat pengkajian: setelah dipindahkan ke ruang Sedap Malam pada tanggal 31 Maret 2021 jam
17.30 segera dilakukan pengkajian kembali dengan keluhan pasien merasa sesak nafas,batuk
berdahak,dan demam.
3. Riwayat Kesehatan Yang Lalu : pasien tidak memiliki penyakit riwayat yang lalu
4. Riwayat Kesehatan Keluarga : pasien tidak memiliki penyakit riwayat kesehatan keluarga
Hal-hal yang
mempermudah pasien Suara Bising Saat sesak dan batuk
terbangun
B. Pola Eliminasi
BAB
Kuning Kuning
- Warna
Khas Khas
- Bau
Padat Padat
- Konsistensi
Tidak Terkaji Sedikit
- Jumlah
- Frekwensi 1 x/hari 1 x/hari
- Kesulitan BAB
- Upaya mengatasi Tidak ada Tidak ada
BAK
Spontan Spontan
- Spontan / Catheter
Kuning Kuning
- Warna
Khas/amoniak Khas/amoniak
- Bau
Cair Cair
- Konsistensi
500 ml/hari 400 ml/hari
- Jumlah
- Frekwensi 2-3 x/sehari 2-3 x/sehari
- Kesulitan BAK
Tidak ada Tidak ada
- Upaya mengatasi
Tidak ada Tidak ada
C. Pola Makan dan Minum
1. Makan
2. Minum
4. Pemeliharaan kuku
1 x/seminggu Tidak terkaji
5. Ganti pakaian
2 x/hari 2 x/hari
F. Kebiasaan
- Merokok Ya Tidak
A. Pola Komunikasi :
Istri,anak,dan saudaraRekreasi
Hobby : Memancing
KONSEP DIRI
Gambaran Diri
Pasien menyadari bahwa sedang sakit
Harga Diri
Ideal Diri
Identitas Diri
Peran
DATA SPIRITUAL
A. Ketaatan Beribadah :
B. Keyakinan terhadap sehat / sakit : Pasien yakin bisa sembuh dan sehat kembali
PEMERIKSAAN FISIK
Bau : Keringat
Warna : HitamWajah
Mata
d. Pupil :
Normal
Tidak terkaji
Hidung
Simetris
b. Lubang Hidung :
c. Cuping hidung :
Ada pernafasan cuping hidung
Telinga
b. Lubang telinga :
c. Ketajaman pendengaran :
a. Keadaan bibir :
Agak kering
c. Keadaan lidah :
agak kotor
d. Orofarings :
Normal
Leher
a. Kebersihan : Bersih
b. Kehangatan : Hangat
e. Tekstur : Elastis
f. Kelembaban : Lembab
Tidak ada
Inspeksi Thorak
b. Pernafasan
Frekwensi : 28 x/menit
Irama : Reguler
Pasien sesak
Pemeriksaan Paru
a. Palpasi getaran suara ( vocal fremitus ) :
b. Perkusi :
Sonor
c. Auskultasi
Suara Nafas :
Ronchi
Suara Ucapan :
Mengi
Suara Tambahan :
Tidak ada
Pemeriksaan Jantung
Perkusi
Batas-batas jantung :
-Kanan bawah : ICS 4 Parasternalis Dekstra, -Kiri bawah : ICS 5 Mid Clavicula Sinistra
Auskultasi
Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi
Tidak ada
Auskultasi
c. Palpasi
d. Perkusi
- Suara Abdomen
Tympani
- Pemeriksaan Ascites
Tidak ada acites
1. Genetalia
a. Kelainan – kelainan pada genetalia eksterna dan daerah inguinal
a. Kesimetrisan Otot :
Simetris
b. Pemeriksaan Oedem :
5 5
5 5
Tidak ada
Pemeriksaan Neurologi
4. Fungsi Motorik :
Px mampu berjalan
5. Fungsi Sensorik :
6. Refleks :
a. Refleks Fisiologis
(biceps,fleksi/ekstensi) (tricep,fleksi/ekstensi)
b. Refleks Patologis
b. Orientasi
d. Motivasi ( Kemauan )
e. Persepsi
Baik
f. Bahasa
Jawa
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
2. Rontgen
3. E C G
4. U S G
Lain – lain
NIM. A2R17026
ANALISA DATA
Umur : 53 Tahun
Minor :
Subjektif : - Pengeluaran prostaglandin
Objektif :
- Kulit tampak memerah.
- Takikardi. Mempengaruhi hipotalamus
- Takipneu.
- Kulit terasa hangat
- Tensi : 110/70 mmHg Peningkatan set point hipotalamus
- Suhu : 38,5 °C
- Nadi : 90 x/menit
- Respirasi : 28 x/menit HIPERTERMI
Mayor : Cairan dan protein masuk ke alveolar Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
2 Subjektif : - Berhubungan Dengan Sekresi Yang
Objektif : Edema mukosa Tertahan.
- Batuk tidak efektif.
- Sputum berlebih. Hipersekresi
- Mengi
- Whezzing/Ronchi kering Penurunan reflek batuk
Umur : 53 Tahun
2 31 Maret 2021 Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif Berhubungan Dengan SEkresi Yang Tertahan.
2 Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif Tujuan : Setelah dilakukan tindakan Intervensi (manajemen jalan nafas)
keperawatan selama 1 x 24 jam produksi Observasi :
Berhubungan Dengan Sekresi Yang
sputum menurun. 1. Monitor pola nafas
Tertahan. Kriteria Hasil : ( frekuensi,kedalaman,usaha
napas).
o Batuk efektif meningkat. 2. Monitor bunyi nafas tambahan
o Mengi menurun. (mis.
Gurgling,mengi,wheezing,ronkhi
o Whezzing menurun. kering).
3. Monitor sputum
o Dipsnea menurun.
(jumlah,warna,aroma).
o Sulit bicara menurun Terapeutik :
1. Pertahankan kepatenan jalan nafas
o Sianosis menurun. dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-
o Gelisah menurun. thrust jika curiga trauma servikal).
2. Posisikan semi-Fowler atau Fowler.
o Frekuensi nafas membaik. 3. Berikan minum hangat.
4. Lakukan fisioterapi dada, jika
o Pola nafas membaik.
perlu.
5. Lakukan penghisapan lender
kurang dari 15 detik.
6. Lakukan hiperoksigenasi sebelum
penghisapan endotrakeal.
7. Keluarkan sumbatan benda padat
dengan forsep McGill.
8. Berikan oksigen, jika perlu.
Edukasi :
1. Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari, jika tidak kontraindikasi.
2. Ajarkan teknik batuk efektif.
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.
Nama Pasien : Tn.B Umur : 53 Tahun No. Register : 03041998 Kasus : ARDS
NO NO DX TGL/JAM IMPLEMENTASI TANDA TGL/JAM EVALUASI TANDA
TANGAN TANGAN
1) Mengidentifikasi 31-03-2021 S: -
1 1 31-03-2021 penyebab hipertermia 17.30 WIB O:
07.00 WIB (mis. Dehidrasi, 1) K/U baik
2) GCS 456
terpapar lingkungan
composmentis
panas, penggunaan 3) TD: 110/70 Mmhg
4) S: 38,5 0C
inkubator)
5) RR: 28 x/mnt
2) Memonitor suhu tubuh 6) Terpasang infus RL
20 Tpm
3) Menyediakan Perawat P Perawat P
A : Masalah hipertermi
lingkungan yang teratasi sebagian.
P : Intervensi dilanjutkan
dingin.
1. Identifikasi
4) Melonggarkan atau penyebab
hipertermia
melepas pakaian .
2. Monitor suhu
5) Membasahi dan kipasi tubuh.
3. Anjurkan tirah
permukaan tubuh.
baring.
6) Mengganti linen setiap
hari atau lebih sering
jika mengalami
keringat dingin.
7) Menganjurkan tirah
baring.