Disusun Oleh:
KELOMPOK II
KELAS B
Makiah (1714201210044)
Muhammad Hilman Fadhil (1714201210046)
Pina Dianti (1714201210057)
Reni Rosita (1714201210061)
Rifky Hidayat (1714201210063)
Siti Qamariyah (1714201210067)
Siti Rahmah (1714201210068)
Jean Fransisca Aurora (1714201210076)
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta hidayah kepada kita semua, sehingga berkat Karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah etika penelitian tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis tidak lupa mengucapkan banyak
terimakasih kepada semua teman yang telah membantu dalam menyelesaikan
makalah ini. Penulis hanya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
diri sendiri maupun kepada pembaca umumnya.
Penulis menyadari dengan keterbatasan yang kami miliki sebagai manusia
biasa, namun karena tugas ini adalah amanah, maka tersususnlah hasil pemikiran
kami yang mungkin masih jauh dari sutu kesempurnaan untuk itu kami
mengharapkan kritik dan pesan demi menyempurnakan makalah ini.
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
BAB 4 PENUTUP.............................................................................................. 36
4.1 Kesimpulan ...................................................................................... 36
4.2 Saran ................................................................................................ 36
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... . 37
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
3
4
2.2 Klasifikasi
Menurut Muttaqin (2012) syok dapat dibagi dalam tiga tahap yang semakin
lama semakin berat.
2.2.1 Tahap I, syok terkompensasi (non-progresif), ditandai dengan respon
kompensatorik, dapat menstabilkan sirkulasi, emcegah kemunduran
lebih lanjut.
2.2.2 Tahap II, tahap progresif, ditandai dengan manifestasi sistemis dari
hipoperfusi dan kemunduran fungsi organ.
2.2.3 Tahap III, refrakter (irreversible), ditandai dengan kerusakan sel yang
hebat tidak dapat lagi dihindari, yang pada akhirnya menuju kematian.
2.3 Etiologi
Menurut Manurung (2016) etiologi syok kardiogenik:
2.3.1 Koroner
Syok kardiogenik koroner lebih sering dan tampak paling sering terjadi
pada pasien dengan infark miokard.
2.3.2 Non Koroner
2.3.2.1 Tamponade jantung
2.3.2.2 Embolisme pulmonal
2.3.2.3 Kardiomiopati
2.3.2.4 Kerusakan katup
2.3.2.5 Disritmia
miopatik. Etiologi syok kardiogenik adalah (Bakta dan Suastika, 1999 dalam
Mayoclinic, 2014):
2.3.1 Infark miokard akut
Kebanyakan IMA terjadi akibat dari PJK. Plak menurunkan aliran
darah ke jantung sehingga akan menyebabkan sumbatan.
2.3.1.1 Gangguan fungsi miokard :
a. Infark miokard akut yang cukup jelas (>40%), infark
ventrikel kanan.
b. Penyakit jantung arteriosklerotik.
c. Miokardiopati : Kardiomiopati restriktif kongestif atau
kardiomiopati hipertropik.
2.3.1.2 Mekanis :
a. Regurgitasi mitral/aorta
b. Ruptur septum interventrikel
c. Aneurisma ventrikel masif
2.3.1.3 Obstruksi :
a. Pada aliran keluar (outflow) : stenosis atrium
b. Pada aliran masuk (inflow) : stenosis mitral, miksoma
atrium kiri/thrombus, perikarditis/efusi perikardium.
2.3.2 Miokarditis akut
2.3.3 Tamponade jantung akut
2.3.4 Endokarditis infektif
2.3.5 Trauma jantung
2.3.6 Ruptur septal ventrikular (biasanya terjadi karena komplikasi post-
IMA
2.3.7 Ruptur korda tendinea spontan
2.3.8 Kardiomiopati tingkat akhir
2.3.9 Stenosis valvular berat
2.3.10 Regurgitasi valvular akut
2.3.11 Miksoma atrium kiri
2.3.12 Komplikasi bedah jantung
6
2.4.2 Timbul secara perlahan dalam beberapa hari sebagai akibat dari infark
yang berulang.
2.4.3 Timbul tiba-tiba 2 hingga 10 hari setelah infark disertai timbulnya
nising mitral sistolik, ruptur septum atau disosiasi elektromekanik.
Episode ini daoat disertai atau tanpa nyeri dada, tapi sering disertai
dengan sesak napas akut.
Keluhan nyeri dada pada IMA biasanya di daerah substernal, rasa seperti
ditekan, diperas, seperti diikat, rasa dicekik. Rasa nyeri menjalar ke leher,
rahang, lengan, dan punggung, nyeri biasanya hebat, ebrlangsung lebih dari ½
jam, tidak menghilang dengan obat-obatan nitrat. Syok kardiogenik yang
berasal dari penyakit jantung lainnya, keluhannya sesuai dengan penyakit
dasarnya (Eliastam et al., 1998 dalam Muttaqin 2012).
2.4.3 Kriteria
Adanya disfungsi miokard disertai :
2.4.3.1 Tekanan darah sistolis arteri < 80 mmHg.
2.4.3.2 Produksi urin < 20 mL/jam.
2.4.3.3 Tekanan vena sentral > 10 mmH2O
2.4.3.4 Ada tanda-tanda: gelisah, keringat dingin, akral dingin,
takikardi (Mubin, 2010).
2.5 Patofisiologi
Tanda dan gejala syok kardiogenik mencerminkan sifat sirkulasi patofisiologi
gagal jantung. Kerusakan jantung mengakibatkan penurunan curah jantung,
yang pada gilirannya menurunkan tekanan darah arteria ke organ vital. Aliran
darah ke arteri koroner berkurang, sehingga asupan oksigen ke jantung
menurun, yang pada gilirannya meningkatkan iskemia dan penurunan lebih
lanjut kemampuan jantung untuk memompa, akhirnya terjadi lingkaran setan
(Rneni, 2015).
Tanda klasik syok kardiogenik adalah tekanan darah rendah, nadi cepat dan
lemah, hipoksia otak yang bermanifestasi dengan adanya konfusi dan agitasi,
penurunan haluaran urine, serta kulit yang dingin dan lembab. Disritmia
sering terjadi akibat penurunan oksigen kejantung, seperti pada gagal
jantung, penggunaan kateter arteri pulmonal untuk mengukur tekanan
ventrikel kiri dan curah jantung sangat penting untuk mengkaji beratnya
masalah dan mengevaluasi penatalakasaan yang telah dilakukan. Peningkatan
tekanan akhir diastolik ventrikel kiri yang berkelanjutan (left ventrikel end
diastolic pressure, LVEDP) menunjukkan bahwa jantung gagal untuk
berfungsi sebagai pompa yang efektif (Reni, 2015).
9
2.5.1 Pathway
Kerusakan Jantung
Kontraksi
ventrikel semaki
terganggu
Kerusakan lebih
lanjut
10
2.6.3 Elektrokardiogram
2.6.3.1 Umumnya menujukkan infark miokard akut dengan tau tanpa
gelombang Q
2.6.3.2 Electrical alternans menunjukkan adanya efusi perikardial
dengan tamponade jantung
2.6.4 Elektrokardiografi
Ekokardiogram menggunakan gelombang usra untuk membentuk
sebuha gambaran jantung. Pemeriksaan ini memberikan informasi
mengenai ukuran dan bentuk jantung dan bagaimana kinerja jantung.
Pemeriksaan ini penting untuk menilai:
2.6.4.1 Hipokinesis berat ventrikel difus atau segmental (bila berasal
dari infark miokard)
2.6.4.2 Efusi pericardial
2.6.4.3 Katup mitral dan aorta
2.6.4.4 Ruptur septum
2.6.5 Kateterisasi jantung
2.6.5.1 Umumnya tidak perlu kecuali pad aksus tertentu untuk
mengetahui anatomi pembuluh darah koroner dan fungsi
ventrikel kiri untuk persiapan bedah pintas krooner atau
angioplastu koroner transluminal perkutan.
2.6.5.2 Untuk menunjukkan defek mekanik pada septum ventrikel
atau regurgitasi mitrala kiabat disfungsi atau ruptur otot
papilaris.
2.6.6 Cardiac Enzyme Test
Ketika sel jantung ada yang mengalami kematian, maka tubuh akan
mengelurakan enzim ke darah. Enzim tersebut disebut biomarker.
Pemeriksaan enzim ini dapet menunjukkan apakah jantung mengalami
kerusakan.
2.6.7 Tes darah
2.6.7.1 Pemeriksaan gas darah arteri pemeriksaan ini mengukur
kadar oksigen, karbon dioksida, dan pH dalam darah.
12
2.7 Penatalaksanan
Menurut Reni (2015) penatalaksaan medis syok kardiogenik:
2.7.1 Pastikan jalan nafas tetap adekuat, bila tidak sadar sebaiknya
dilakukan intubasi.
2.7.2 Berikan oksigen 8-15 liter/menit dengan menggunakan masker untuk
mempertahankan PO2 70-120 mmHg.
2.7.3 Rasa nyeri akibat infark akut yang dapat memperbesar syok yang ada
harus diatasi dengan pemberian morfin.
2.7.4 Koreksi hipoksia, gangguan elektrolit, dan keseimbangan asam baa
yang terjadi.
2.7.5 Bila mungkin pasang CVP.
2.7.6 Pemasangan kateter Swans Ganz untuk meneliti hemodinamik
2.8 Komplikasi
Menurut Reni (2015) komplikasi yang bisa terjadi akibat dari syok
kardiogenik adalah:
2.8.1 Henti jantung paru
2.8.2 Disritmia
2.8.3 Gagal multisistem organ
2.8.4 Gagal ginjal
2.8.5 Kerusakan hati
2.8.6 Stroke
2.8.7 Trombroemboli
g. Kebersihan Diri
Gejala dan tanda : Kesulitan melakukan tugas perawatan
diri.
h. Rasa Nyaman
Gejala :
1. Gelisah
2. Meringis
3. Nyeri hebat, berlangsung lebih dari ½ jam, tidak
menghilang dengan obat-obatan nitrat.
Lokasi : Biasanya di daerah subternal. Nyeri
menjalar ke leher, rahang, lengan, dan punggung.
Kualitas : Rasa seperti ditekan, diperas, seperti
diikat, rasa seperti dicekik.
i. Sosialisasi
Gejala :
1. Stress
2. Kesulitan koping dengan stressor yang ada misal :
penyakit, perawatan di RS dan ancaman kematian.
Tanda :
1. Kesulitan istirahat dengan tenang
2. Respon terlalu emosi ( marah terus-menerus,
ketakutan )
3. Menarik diri
4. Gelisah
5. Cemas
j. Sirkulasi
Gejala :
Riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri koroner,
masalah tekanan darah.
Tanda :
1. Tekanan darah
19
d. Laboratorium
Penemuan laboratorium :
1. Hitung leukosit secara khas meningkat disertai
dengan left shift.
2. Tidak adanya prior renal insufficiency, fungsi ginjal
pada mulanya normal, namun blood urea nitrogen
(BUN) dan creatinine meningkat secara cepat (rise
progressively).
3. Hepatic transaminases jelas meningkat karena
hipoperfusi hati (liver hypoperfusion).
4. Perfusi jaringan yang buruk (poor tissue perfusion)
dapat menyebabkan anion gap acidosis dan
peningkatan (elevation) kadar asam laktat (lactic acid
level).
5. Gas darah arteri (arterial blood gases) biasanya
menunjukkan hypoxemia dan metabolic acidosis,
dimana dapat dikompensasi oleh respiratory alkalosis.
Petanda jantung (cardiac markers), creatine
phosphokinase dan MB fractionnya, jelas meningkat,
begitu juga troponins I dan T
No Diagnosa
Tujuan Kriteria Standart Intervensi TT
Dx Keperawatan
2 Gangguan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Ventilation Assistance
pertukaran gas selama 3x24 jam, terdapat perbaikan 1. Pertahankan kepatenan
b.d perubahan oksigenasi jaringan. airway
membrane NOC 2. posisikan klien untuk
kapiler 1. Cardiopulmonary Status. mengurangi dispnea
2. Respiratory status 3. posisikan untuk
24
meringankan respirasi
klien ( meninggikan
bed)
4. monitor efek dari posisi
terhadap saturasi
Oksigen
5. auskultasi suara nafas
6. monitor otot bantu
nafas.
7. monitor status respirasi
dan oksigen
8. ajarkan teknik pursed
lip-breathing
9. ajarkan pola nafas
efektif.
No Diagnosa
Tujuan Kriteria Standart Intervensi TT
Dx Keperawatan
3 Intoleransi Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Activity Theraphy
aktifitas b.d selama 3x24 jam, kemampuan aktifitas 1.1 Monitoring kemampuan
ketidakseimban klien membaik pasien untuk melakukan
gan pemenuhan aktivitas spesifik seperti
O2 terhadap duduk di tempat tidur,
kebutuhan berjalan, buang air kecil
tubuh. di kamar mandi.
1.2 Bantu pasien dan
keluarga
mengidentifikasi
ketidakadekuatan
aktifitas.
1.3 Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi dan berikan
pujian.
2. Energy management
2.1 Monitor status fisiologis
pasien seperti TTV
(nadi, TD, RR) yang
mengindikasikan
kelelahan.
2.2 Monitor respon kardio
respirasi terhadap
aktivitas seperti adanya
takikardi, disritmia,
gelompang EKG,
dispeneu, sesak, RR
25
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Klien
Nama Klien : Tn. A
Usia : 49 tahun
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Tanggal Masuk : 20 Januari 2018
No Register :363113.17
Diagnosa Medic : Dyspnea e.c Syok kardiogenik, hipoglikemi
3.1.2 Keluhan Utama/Alasan Masuk RS
Pasien datang dengan keluhan sesak nafas. Pasien mengatakan sesak
dirasakan sudah 3 hari dan makin bertambah parah hari ini sesaat
sebelum masuk RS. Pasien mengatakan memiliki riwayat sesak dan
batuk selama 3 bulan. Pasein mengatakan sesak dengan atau tanpa
beraktifitas, pasien mengatakan sesaknya disertai nyeri dada di
sebelah kiri, nyeri bertambah saat menarik nafas. Pasien mengatakan
tidak dapat beraktifitas sedikitpun karena sesaknya akan bertambah
bila pasien mulai beraktifitas walaupun minimal. Pasien mengatakan
tidak memiliki riwayat meminum obat selama 6 bulan. Saat dilakukan
pemeriksaan TTV diketahui TD : 110/89 mmHg, HR : 210 X/mnt, RR
: 49 X/mnt, T : 38,30C, SpO2 : 86%, kesadaran composmentis GCS :
15 (E : 4, V : 5, M : 6) pasien tampak lemah dan lemas, akral dingin,
keluar keringat dingin, pasien tampak pucat, konjungtiva anemis,
skelera ikhterik. Pasien bedrest, nafas tersengal –sengal, pernafasan
cuping hidung, pasien menggunakan otot bantu pernafasan, terdapat
retraksi dada.
26
27
3.1.3.2 Breathing
Sesak, dengan
Aktivitas : Ya (sesak)
Tanpa aktivitas : Ya (sesak)
Nafas cuping hidung : Ada
Menggunakan otot tambahan : Ya, menggunakan otot
bantu pernafasan
Frekuensi : 49 X/mnt
Irama : Tidak teratur
Kedalaman : Nafas dalam dan dangkal
Batuk : Non produktif
Bunyi Nafas Tambahan : Wheezing (+)
3.1.3.3 Circulation
Kesadaran : Composmentis
Sirkulasi Perifer : CRT >3 detik
Nadi : 210 X/mnt
Irama : Tidak teratur
Denyut : Lemah
Tekanan Darah : 110/89 mmHg
Ekstremitas : Dingin
Warna Kulit : Pucat
Pengisian Kapiler : > 3 dtk
Edema : tidak ada
28
3.1.3.4 Disability
Pemeriksaan neurologis singkat
Perhatian : Baik
Voice respon terhadap suara : Baik
Pain respon terhadap nyeri : Baik
Reaksi pupil : Baik
3.1.6.11 Mukosa
Mukosa lembab, keluar keringat dingin di seluruh tubuh.
3.1.6.12 Kulit
Tidak ada bintik merah ataupun lesi, suhu tubuh T : 38,30C.
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas syok kardiogenik merupakan suatu keadaan
penurunan curah jantung dan perfusi sistemik pada kondisi volume
intravaskular yang adekuat, sehingga menyebabkan hipoksia jaringan dimana
TDS <90 mmHg selama sekurangnya 1 jam dimana : tidak respon dengan
pemberian tunggal terapi cairan, akibat sekunder dari disfungsi jantung,
memiliki hubungan dengan tanda-tanda hipoperfusi atau indeks kardiak <2,2
L/mnt/m2 dan tekanan baji arteri pulmonalis (PAWP) >15mmHg.
4.2 Saran
Saran bagi mahasiswa keperawatan dan tenaga kesehatan diharapkan mampu
mengetahui ciri-ciri pasien dengan syok kardiogenik serta mampu melakukan
penanganan gawat darurat terhadap pasien dengan syok kardiogenik sehingga
nyawa pasien dapat terselamatkan.
36
DAFTAR PUSTAKA
Reni, Yuli Aspiani. (2015). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Kardiovaskuler Aplikasi NIC-NOC. Jakarta: EGC
Alwi I, Nasution SA. Syok Kardiogenik. Dalam Sudoyo AW dkk. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam, ed kelima jilid I. Interna Publishing. Jakarta ;
November 2009.
Hochman JS, Ohman EM. Cardiogenic Shock. The AHA Clinical Series. Wiley-
Blackwell. Januari 2009.
37