Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

EFUSI PERIKARDIUM

LONTARA 1 BAWAH DEPAN (KARDIO)


RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

OLEH :

GUSNADIN
C121 12 275

Preseptor Klinik Preseptor Institusi

_____________________________ __________________________

PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
BAB 1

KONSEP MEDIS

A. Definisi

Efusi pericardium adalah penimbunan cairan atau akumulasi cairan dalam lapisan
dalam pericardium atau dalam kantung yang dapat menyebabkan kontriksi jantung dan
mengganggu kemampuan jantung dalam memompa (Bare & Smeltzer, 2001)

Efusi pericardium adalah akumulasi cairan yang lebih dari 50 ml yang dapat diukur
dengan echocardiografi dimana pada keadaan akut akumulasi cairan dapat lebih dari 200
ml (seperti pada perdarahan ) akan meningkat tajam akibat kekakuan kantong pericardium
dan jika efusi pada keadaan kronis kantong pericardium meregang secara bertahap
sehingga pada keadaan tertentu cairan sebanyak 1-2 liter dapat ditampung tanpa
menyebabkan peningkatan yang bermakna. (Silbernagl & Lang, 2006)

Perikarditis akut dengan efusi terjadi jika akumulasi cairan secara cepat terjadi di
kantong pericardium, dimana cairan dapat menekan jantung yang dapat mengurangi
pengisisn ventrikuler dan curah jantung. (Black & Hawks, 2014)
B. Etiologi
1. Peradangan pada pericardium yang disebut perikarditis yang disebakana oleh
berbagai macam penyakit seperti:
Infeksi bakteri, jamur atau virus
Infark miokardium
Trauma dada
Radiasi dosis tinggi
Tuberculosis
Penyakit autoimun
2. Penyebab lain yang berasal dari organ tubuh yang lain yang dapat menyebabkan
efusi pericardium yaitu kanker paru dan kanker payudara yang dapat bermetastase
ke struktur terdekatnya salah satunya adalah pericardium.

C. Manifestasi Klinik
1. Sesak nafas/kesulitan bernafas (dispnea) bahkan sampai sianotik
2. Batuk
3. Nyeri dada saat inspirasi dan dan biasanya dibelakng tulang dada atau sisi kiri dada
4. Tekanan darah rendah
5. Takikardia
6. Diaforesis
7. Ektremitas dingin
8. Kelelahan dan kelemahan
9. Pembesran vena jugularis
10. Bunyi jantung jauh dan melemah

D. Komplikasi
Temponade jantung:
Merupakan suatu komplikasi akibat akumulasi cairan pada pericardium, cairan ini
dapat berupa darah, pus atau udara pada kantong pericardium yang terakumulasi
dalm kecepatan yang cepat dan jumlah cukup untuk melakukan penekanan jantung
serta membatasi aliran darah masuk dan keluar ventrikel. Hal ini merupakan
keadaan darurat jantung (Black & Hawks, 2014)

E. Pemeriksaan Penunjang
Foto Thorak:
dilakukan untuk melihat adanya pembesaran jantung yang biasanya akan berbentuk
globular. Gambaran jantung seperti ini baru nampak jika cairan lebih dari 250 ml.
Echocardiography:
Merupakan pemeriksaan non infasif yang paling akurat, disini akan nampak
akumulasi cairan didalam kantung pericardium. Kadang-kadang tampak juga
adanya metastase pada dinding pericardium.
Perikardiosintesis:
Aspirasi pericardial( tususkan pada kantong pericardium).
Dilakukan pemeriksaan kultur hitung sel dan serologi.
Ct-scan:
Dilakukan untuk menentukan komposisi cairan dan dapat mendeteksi setidaknya
50 ml cairan
MRI:
Dilakukan untuk mendeteksi setidaknya 50 ml cairan, dapat mendeteksi adanya
hemoragik atau tidak.

F. Penatalaksanaan
1. Perikardiosintesis: cairan diambil kedalam kantong pericardium dengan tujuan agar
drainase dari aspirasi dapat adekuat
2. Analgesik
3. Antidiuretik
4. Antibiotic
5. Tirah baring
6. Dukungan psikologis
BAB II

KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Keluhan Utama:
Pasien biasanya akan mengeluhkan cepat lelah dalam beraktifitas karena adanya
pembesaran jantung akibat penambahan volume cairan pericardium yang dapat
menghambat kerja jantung normal
2. Riwayat penyakit sekarang:
Menanyakan riwayat penyakit yang diderita pasien saat itu selain dari keluhan yang
diderta pasien.
3. Riwayat penyakit dahulu:
Menanyakan riwayat penyakit yang diderita pasien sebelum mengalami penyakit ini.
4. Riwayat penyakit keluarga:
Menanyakan riwayat penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yan g lain
yang mungkin dapat berupa penyakit herediter ataupun menular.
5. Pengkajian pola aktifitas istirahat:
Pasien biasnya mengalami kelelahan dan kelemahan yang ditandai dengan takikardia,
tekanan darah menurun dan dispneu saat beraktifitas.
6. Pengkajian pola sirkulasi:
Pasien biasanya memiliki riwayat penyakit jantung koroner,Ca paru dan Ca mama,
yang ditandai dengan takikardia, disritmia dan edema.
7. Pengkajian pola eliminasi:
Pasien biasanya memiliki riwayat penyakit ginjal dan memiliki dan penurunan
produkdi urin yang ditandai dengan urin tanpak pekat dan gelap
8. Pengkajian pola pernafasan:
Pasien biasanya memiliki nafas pendek yang terjadi pada malam hari yang ditandai
dengan dispnu nocturnal, takipnu dan pernafasan dangkal.
9. Pengakajian poola kenyamanan:
Pasien biasanya mengeluh nyeri pada dada (sedang samapai berat), diperberat saat
inspirasi, gerakan menelan, berbaring: hilang dengan duduk, bersandar kedepan
perikarditis), nyeri dada, punggung, sendi (endokarditis).
10. Pemeriksaan fisisk:
a. Kepala dan wajah:
Pucat, bibir sianosis.
b. Leher:
Pembesaran vena jugularis
c. Dada:
Ada jejas, trauma tajam atau tumpul, tanda kusmaul, takipnu, bunyi jantung
melemah, redup dan pekak jantung melebar.
d. Abdomen dan pinggang:
Tidak ada tanda dan gejala.
e. Pelvis dan perineum:
Tidak ada tanda dan gejala.
f. Ekstremitas:
Pucat, kulit dingin, jari tangan dan kaki sianosis
Pemeriksaan Penunjanag
Hasil pemeriksaan echocardiography pada efusi periikardium menunjukan:
Kolaps diastole pada atrium kanan.
Kolaps diastole pada ventrikel kanan
Kolaps pada atrium kiri. Peningkatan dan pemasukanabnormal pada aliran katup
trikuspidaliasdan terjadi penurunan pemasukan dari katup mitral>15%
Peningkatan pemasukan pada ventrikel kanan dengan penurunan pemasukan dari
ventrikel kiri.
Penurunan pemasukan dari katup mitral
Pseudohipertrofi dari ventrikel kiri.
B. DIANOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri
ditandai dengan : nyeri dada dengan / tanpa penyebaran, wajah meringis gelisah
delirium perubahan nadi, tekanan darah.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan frekuensi atau irama jantung.
3. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perubahan kemampuan
hemoglobin mengangkut oksigen, penurunan Hb dalam darah, hipovolemia, gangguan
aliran arteri, ketidakseimbangan ventilasi dan aliran darah jantung, gangguan preload,
gangguan afterload, iskemia ventrikel, hipovolemia.
4. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi-ventilasi
5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
miocard dan kebutuhan, kelemahan umum, tirah baring dan imobilitas
6. Ketakutan berhubungan dengan pelepasan neurotransmitter, sumber alamiah (nyeri)

C. RENCANA/INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri
ditandai dengan : nyeri dada dengan / tanpa penyebaran, wajah meringis gelisah delirium
perubahan nadi, tekanan darah.
Tujuan : Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan perawatan selama di RS
Kriteria Hasil: Nyeri dada berkurang misalnya dari skala 3 ke 2, atau dari 2 ke 1 ekpresi
wajah rileks / tenang, tak tegang, tidak gelisah, nadi 60-100 x / menit, TD 120/ 80 mmHg

Intervensi Rasional
Mandiri
1. Kaji keluhan nyeri dada, 1. Mengetahui lokasi dan derajat nyeri. Pada
memperhatikan awitan, faktor iskemia miokardium nyeri dapat
pemberat atau penurun memburuk dengan inspirasi dalam,
gerakan atau berbaring dan hilang dengan
duduk tegak atau membungkuk.
2. Ajarkan teknik relaksasi 2. Memberikan lingkungan yang tenang dan
tidakan kenyamanan. Misalnya merubah
posisi, menggunakan kompres hangat,
dan menggosok punggung

Kolaboratif
Berikan obat-obatan sesuai indikasi:
1. Agen non steroid, mis: 1. Dapat menghilangkan nyeri, menurunkan
indometasin(indocin);ASA(aspirin) respon inflamasi.
2. Antipiretik mis: ASA/asetaminofen 2. Untuk menurunkan demam dan
(tylenol) meningkatkan kenyamanan.
3. Steroid 3. Diberikan untuk gejala yang lebih berat.
4. Oksigen 3-4 liter/menit 4. Memaksimalkan ketersediaan oksigen
untuk menurunkan beban kerja jantung
dan menurunkan ketidaknyamanan
karena iskemia.

2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan frekuensi atau irama jantung,
gangguan preload, gangguan afterload, iskemia ventrikel, hipovolemia
Tujuan : Curah jantung membaik, mempunyai haluaran urin dalam batas normal,
menunjukkan warna kulit normal
Kriteria Hasil : tidak ada edema, tidak ada disritmia, haluaran urin normal, TTV dalam
batas normal,.
Intervensi Rasional
Mandiri
1. Pantau irama dan frekuensi jantung 1. Takikardia dan disritmia dapat terjadi saat
jantung berupaya untuk meningkatkan
curahnya berespon terhadap demam.
Hipoksia, dan asidosis karena iskemia.
2. Auskultasi bunyi jantung. Perhatikan 2. Memberikan deteksi dini dari terjadinya
jarak / tonus jantung, murmur, gallop komplikasi misalnya GJK, tamponade
S3 dan S4. jantung.
3. Dorong tirah baring dalam posisi 3. Menurunkan beban kerja jantung,
semi fowler memaksimalkan curah jantung
4. Meningkatkan relaksasi dan mengarahkan
4. Berikan tindakan kenyamanan kembali perhatianPerilaku ini dapat
misalnya perubahan posisi dan mengontrol ansietas, meningkatkan
gosokan punggung, dan aktivitas relaksasi dan menurunkan kerja jantung
hiburan dalam toleransi jantung
5. Dorong penggunaan teknik 5. Manifestasi klinis dari GJK yang dapat
menejemen stress misalnya latihan menyertai endokarditis atau miokarditis
pernapasan dan bimbingan imajinasi
Kolaboratif
1. Berikan oksigen komplemen 1. Meningkatkan keseterdian oksigen untuk
fungsi miokard dan menurunkan efek
metabolism anaerob,yang terjadi sebagai
akibat dari hipoksia dan asidosis.
2. Berikan obat obatan sesuai dengan 2. Dapat diberikan untuk meningkatkan
indikasi misalnya digitalis, diuretic kontraktilitas miokard dan menurunkan
beban kerja jantung pada adanya GJK (
miocarditis)
3. Antibiotic/ anti microbial IV 3. Diberikan untuk mengatasi pathogen yang
teridentifikasi, mencegah kerusakan
4. Bantu dalam periokardiosintesis jantung lebih lanjut.
darurat 4. prosedur dapat dilakuan di tempat tidur
untuk menurunkan tekanan cairan di
5. Siapkan pasien untuk pembedahan sekitar jantung.
bila diindikasikan 5. Penggantian katup mungkin diperlukan
untuk memperbaiki curah jantung
3. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perubahan kemampuan
hemoglobin mengangkut oksigen, penurunan Hb dalam darah, hipovolemia, gangguan
aliran arteri, ketidakseimbangan ventilasi dan aliran darah
Tujuan : mempertahankan keadekuatan aliran darah melalui pembuluh darah kecil
ekstremitas untuk mempertahankan fungsi jaringan.
Kriteria Hasil: daerah perifer hangat, tak sianosis, gambaran EKG tak menunjukan
perluasan infark, RR 16-24 x/ menit, tak terdapat clubbing finger, kapiler refill 3-5 detik,
nadi 60-100x / menit, TD 120/80 mmHg.

Intervensi Rasional
Mandiri
1. Evaluasi status mental. Perhatikikan 1. Indicator yang menunjukkan embolisasi
terjadinya hemiparalisis, afasia, kejang, sistemik pada otak.
muntah, peningkatan TD.
2. Selidiki nyeri dada, dispnea tiba-tiba 2. Emboli arteri, mempengaruhi jantung dan /
yang disertai dengan takipnea, nyeri atau organ vital lain, dapat terjadi sebagai
pleuritik, sianosis, pucat akibat dari penyakit katup, dan/ atau
disritmia kronis
3. Tingkatkan tirah baring dengan tepat 3. Dapat mencegah pembentukan atau migrasi
emboli pada pasien endokarditis. Tirah
baring lama, membawa resikonya sendiri
tentang terjadinya fenomena
tromboembolic.
4. Dorong latihan aktif/ bantu dengan 4. Meningkatkan sirkulasi perifer dan aliran
rentang gerak sesuai toleransi. balik vena karenanya menurunkan resiko
pembentukan thrombus.
Kolaborasi
Berikan antikoagulan, contoh heparin, Heparin dapat digunakan secara profilaksis bila
warfarin (coumadin) pasien memerlukan tirah baring lama,
mengalami sepsis atau GJK, dan/atau
sebelum/sesudah bedah penggantian katup.
Catatan : Heparin kontraindikasi pada
perikarditis dan tamponade jantung. Coumadin
adalah obat pilihan untuk terapi setelah
penggantian katup jangka panjang, atau adanya
thrombus perifer.

4. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi-ventilasi


Tujuan : Oksigenasi dengan GDA dalam rentang normal (pa O2 < 80 mmHg, pa Co2 > 45
mmHg dan Saturasi < 80 mmHg )
Kriteriahasil
Tidak sesak nafas, tidak gelisah, GDA dalam batas Normal ( pa O2 < 80 mmHg, pa Co2
> 45 mmHg dan Saturasi < 80 mmHg )

Intervensi Rasional
Mandiri
1. Evaluasi frekuensi pernafasan dan 1. Kecepatan dan upaya mungkin meningkat
kedalaman. Contoh adanya dispnea, karena nyeri, takut, demam, penurunan
penggunaan otot bantu nafas, pelebaran volume sirkulasi, hipoksia atau diatensi
nasal. gaster.
2. Lihat kulit dan membran mukosa untuk 2. Sianosis bibir, kuku, atau daun telinga
adanya sianosis. menunjukkan kondisi hipoksia atau
3. Tinggikan kepala tempat tidur letakkan komplikasi paru
pada posisi duduk tinggi atau 3. Merangsang fungsi pernafasan/ekspansi paru.
semifowler. Efektif pada pencegahan dan perbaikan
kongesti paru.
Kolaborasi
Berikan tambahan oksigen dengan kanul Meningkatkan pengiriman oksigen ke paru untuk
atau masker, sesuai indikasi kebutuhan sirkulasi khususnya pada adanya
gangguan ventilasi
5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
miocard dan kebutuhan, kelemahan umum, tirah baring dan imobilitas,
Tujuan : Terjadi peningkatan toleransi pada klien setelah dilaksanakan tindakan
keperawatan selama di RS.
Kriteria Hasil : Klien berpartisipasi dalam aktifitas sesuai kemampuan klien, frekuensi
jantung 60-100 x/ menit, TD 120-80 mmHg, menoleransi aktivitas yang biasa dilakukan

Intervensi Rasional
Mandiri
1. Kaji respon pasien terhadap 1. Miokarditis menyebabkan inflamasi dan
aktivitas. Perhatikan adanya dan kemungkinan kerusakan sel-sel miokardial,
perubahan dalam keluhan sebagai akibat GJK. Penurunan pengisian dan
kelemahan, keletihan, dan dispnea curah jantung dapat menyebabkan
berkenaan dengan aktivitas pengumpulan cairan dalam kantung perikardial
bila ada perikarditis. Akhirnya endikarditis
dapat terjadi dengan disfungsi katup, secara
negatif mempengaruhi curah jantung
2. Pantau frekuensi dan irama jantung, 2. Membantu derajat dekompensasi jantung dan
tekanan darah, dan frekuensi pulmonal, penurunan TD, takikardia, disritmia,
pernapasan sebelum dan sesudah takipnea adalah indikasi intoleransi jantung
aktivitas dan selam di perluka terhadap aktivitas.
3. Mempertahankan tirah baring
selama periode demam dan sesuai 3. Demam meningkatkan kebutuhan dan
indikasi. konsumsi oksigen, karenanya meningkatkan
beban kerja jantung, dan menurunkan toleransi
4. Membantu klien dalam latihan aktivitas
progresif bertahap sesegera 4. Pada saat terjadi inflamasi klien mungkin dapat
mungkin untuk turun dari tempat melakukan aktivitas yang diinginkan, kecuali
tidur, mencatat respon tanda vital kerusakan miokard permanen.
dan toleransi pasien pada
peningkatan aktivitas
5. Evaluasi respon emosional
5. Ansietas akan terjadi karena proses inflamasi
dan nyeri yang di timbulkan. Dikungan
diperlukan untuk mengatasi frustasi terhadap
hospitalisasi.
Kolaborasi
Berikan oksigen suplemen Peningkatan ketersediaan oksigen mengimbangi
peningkatan konsumsi oksigen yang terjadi dengan
aktivitas.

6. Ketakutan berhubungan dengan pelepasan neurotransmitter, sumber alamiah (nyeri)


Tujuan : pasien akan memperlihatkan pengendalian diri terhadap ketakutan
Kriteria Hasil : Klien tampak rileks, Klien dapat beristirahat, TTV dalam batas normal

Intervensi Rasional
1. Identifikasi persepsi pasien terhadap 1. Menggali informasi dan mendapatkn data
pemeriksaa yang akan diberikan tentang kondisi kecemasan klien
padanya
2. Kaji tanda verbal/nonverbal adanya 2. Pasien mungkin tidak menunjukkan masalah
kecemasan secara langsung tetapi kata-kata/tindakan dapat
menunjjukan adanya agitasi, marah dan gelisah
3. Jelaskan pengertian, tujuan, prosedur 3. Menurunkan cemas dan takut terhadap diagnosa
kerja dan persiapan tindakan yang akan & prosedur tindakan
diberikan (kateterisasi jantung)
4. Libatkan pasien/orang terdekat dalam 4. Keterlibatan akan membantu memfokuskan
rencana tindakan & dorong partisipasi pasien dalam arti positip dan memberikan rasa
maksimum dalam persiapan prosedur kontrol
tindakan.
7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang fungsi jantung /
implikasi penyakit jantung dan status kesehatan yang akan datang , kebutuhan perubahan
pola hidup ditandai dengan pernyataan masalah, kesalahan konsep, pertanyaan, terjadinya
kompliksi yang dapat dicegah.
Tujuan : Pengetahuan klien tentang kondisi penyakitnya menguat setelah diberi pendidikan
kesehatan selama di RS.
Kriteria Hasil : Menyatakan pemahaman tentang penyakit jantung, rencana pengobatan,
tujuan pengobatan & efek samping / reaksi merugikan, menyebutkan gangguan yang
memerlukan perhatian cepat.
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien 1. Mengetahui tingkat kemampuan dan pengetahuan
dan keluarga pasien dan keluarga sebelum diberikan intervensi
2. Berikan informasi kepada pasien 2. Menambah pengetahuan baru bagi pasien dan
dan keluarga berhubungan dengan keluarga. Juga dapat membantu mengurangi
penyakit pasien kecemasan klien, termasuk keluarga
3. Berikan kesempatan kepada klien 3. Meningkatkan harga diri pasien dan keluarga
dan keluarga untuk bertanya atau
mengungkapkan perasaannya
BAB III
WEB OF CAUTION (WOC)

Inflamsi, tumor, invasi kuman ke Trauma, pasca infark, pasca


perikrdium, infeksi kuman bakteri, pembedahan jantung.
virus dan lain
Ruptur jantung, pembentukan
Perikarditis eksudat ke perikarcdium

Efusi
Perikardium

Tekanan Ventrike l
Tekanan
Pengisian Diastolik
Vena

Nyeri Akut

Volume sekuncup Peningkatan


tekanan vena
Iskemia Miokardium jugularis.

Curah Jantung Edema

Aliran darah
Aliran darah Ketidakefektifa
koroner Perfusi Jaringan
ke perifer n perfusi
jaringan perifer

Aliran darah tidak


adekuat ke sistemik
Kongesti Pulmonalis Kondisi dan
Pemenuhan
Prognosis Penyakit
HCL, mual, Kelemahan Fisisk
muntah
Sesak Nafas
Gangguan Kecemasan, koping
Nutrisi kurang
pemenuhhan sehari- individu tidak adekuat
dari Kebutuhan
Gangguan hari
Pertukarann gas
Intoleransi aktivitas
DAFTAR PUSTAKA

Bare, B. G., & Smeltzer, S. C. (2001). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Mediika.

Doenges, M. E., Moohouse, M. F., & Geissler, A. c. (1999). Rencana Asuhan keperawatan. EGC:
Jakarta.

Silbernagl, S., & Lang, F. (2006). PATOFISIOLOGI. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai