PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Traumatik brain injury (cedera otak traumatik) yang umumnya didefinisikan
dengan adanya kelainan non degeneratif dan non congenital yang terjadi pada otak,
sebagai akibat adanya kekuatan mekanik dari luar, yang berisiko menyebabkan gangguan
temporer atau permanen dalam fungsi kognitif, fisik, dan fungsi psikososial, dengan
Traumatik Brain Injury (TBI) merupakan salah satu penyebab kematian dan
kecacatan utama di dunia. Angka kejadian TBI di seluruh United States of America yang
masuk kerumah sakit sebanyak 290.000 orang dan 51.000 orang meninggal serta 80.000
Insiden Traumatic Brain Injury terutama terjadi pada usia produktif antara 15 –
44 tahun, dimana penyebab tertinggi adalah kecelakaan lalu lintas sebanyak 48% - 53%
(Lemke, 2007). Cedera otak traumatik lebih sering terjadi pada laki laki daripada
perempuan dengan perbandingan sekitar 60% berbanding 40%. Remaja, dewasa dan
orang tua adalah yang paling banyak mengalami cedera (Moppet, 2007). Cedera otak
kelanjutan dari cedera otak primer ke cedera otak sekunder dapat tertangani dengan baik
(Satyanegara, 2010).
Kraniotomi merupakan setiap tindakan bedah dengan cara membuka kranium untuk
dapat mengakses otak. Kraniotomi berarti membuat lubang (otomi) pada tengkorak
1
kranium. Kraniotomi biasa dilakukan di Rumah Sakit yang memiliki departemen bedah
saraf dan ruang perawatan intensive care unit (ICU) (Pribadi, 2012).
setelah stroke, tuberkulosis, dan hipertensi (Depkes RI, 2009). Proporsi bagian tubuh
yang terkena cedera akibat jatuh dan kecelakaan lalu lintas salah satunya adalah kepala
yaitu 6.036 (13,1%) dari 45.987 orang yang mengalami cedera jatuh dan 4.089 (19,6%)
dari 20.289 orang yang mengalami kecelakaan lalu lintas Riskesdas (dikutip dalam
Tingkat keparahan secara klinis dari cedera otak traumatik dapat dinilai dari
Glasgow Coma Scale (GCS/ Skala Coma Glasgow) (Wahjoepurnomo, 2005; Sadaka,
2012). Penekanan pada standarisasi penilaian awal dengan pendekatan. GCS pada pasien
merupakan salah satu indikator yang nyata dan dapat dipercaya dari cedera otak
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
a. Pembaca dapat mengerti dan memahami penyakit Traumatic Brain Injury dengan
dengan craniotomy
2
2. Tujuan Khusus
craniotomy
Craniotomy
e. Mengetahui dan memahami tentang analisa data dan diagnose keperawatan pada
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Trauma Captis atau Cidera Kepala adalah kerusakan neurologis yang terjadi akibat
adanya trauma pada jaringan otak yang terjadi secara langsung maupun efek sekunder
Trauma atau cedera kepala (Brain Injury) adalah salah satu bentuk trauma yang
emosional, sosial dan pekerjaan atau dapat dikatakan sebagai bagian dari gangguan
trauma mekanik terhadap kepala baik secara langsung ataupun tidak langsung yang
B. Klasifikasi
1. Minor
a. GCS 13 – 15
b. Dapat terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia tetapi kurang dari 30 menit.
4
2. Sedang
a. GCS 9 – 12
b. Kehilangan kesadaran dan atau amnesia lebih dari 30 menit tetapi kurang dari
24 jam.
3. Berat
a. GCS 3 – 8
C. Etiologi
Dikelompokanberdasarkanmekanisme injury:
1. Trauma tumpul.
D. Patofisiologi
Cedera memegang peranan yang sangat besar dalam menentukan berat ringannya
konsekuensi patofisiologis dari suatu trauma kepala. Cedera percepatan (aselerasi) terjadi
jika benda yang sedang bergerak membentur kepala yang diam, seperti trauma akibat
pukulan benda tumpul, atau karena kena lemparan benda tumpul. Cedera perlambatan
(deselerasi) adalah bila kepala membentur objek yang secara relatif tidak bergerak,
seperti badan mobil atau tanah. Kedua kekuatan ini mungkin terjadi secara bersamaan
bila terdapat gerakan kepala tiba-tiba tanpa kontak langsung, seperti yang terjadi bila
posisi badan diubah secara kasar dan cepat. Kekuatan ini bisa dikombinasi dengan
5
pengubahan posisi rotasi pada kepala, yang menyebabkan trauma regangan dan robekan
Cedera primer, yang terjadi pada waktu benturan, mungkin karena memar pada
permukaan otak, laserasi substansi alba, cedera robekan atau hemoragi. Sebagai akibat,
cedera sekunder dapat terjadi sebagai kemampuan autoregulasi serebral dikurangi atau
tak ada pada area cedera. Konsekuensinya meliputi hiperemi (peningkatan volume darah)
(TIK). Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan cedera otak sekunder meliputi
“menyebar” sebagai kategori cedera kepala berat pada upaya untuk menggambarkan
hasil yang lebih khusus. Cedera fokal diakibatkan dari kerusakan fokal yang meliputi
kontusio serebral dan hematom intraserebral, serta kerusakan otak sekunder yang
disebabkan oleh perluasan massa lesi, pergeseran otak atau hernia. Cedera otak
menyebar dikaitkan dengan kerusakan yang menyebar secara luas dan terjadi dalam
empat bentuk yaitu: cedera akson menyebar, kerusakan otak hipoksia, pembengkakan
otak menyebar, hemoragi kecil multipel pada seluruh otak. Jenis cedera ini menyebabkan
koma bukan karena kompresi pada batang otak tetapi karena cedera menyebar pada
E. Manifestasi Klinis
2. Kebungungan
3. Iritabel
6
4. Pucat
6. Pusing kepala
7. Terdapat hematoma
8. Kecemasan
10. Bila fraktur, mungkin adanya cairan serebrospinal yang keluar dari hidung
F. Penatalaksanaan Klinik
Secara umum penatalaksanaan therapeutic pasien dengan trauma kepala adalah sebagai
berikut:
1. Observasi 24 jam
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Spinal X ray
Membantu menentukan lokasi terjadinya trauma dan efek yang terjadi (perdarahan
7
2. CT Scan
3. Myelogram
Dilakukan untuk menunjukan vertebrae dan adanya bendungan dari spinal aracknoid
jika dicurigai.
5. Thorax X ray
Mengukur volume maksimal dari inspirasi dan ekspirasi yang penting diketahui bagi
8
KONSEP MEDIS CRANIOTOMY
A. Definisi
kepala) dengan maksud untuk mengetahui dan memperbaiki kerusakan otak. Trepanasi/
kraniotomi adalah suatu tindakan membuka tulang kepala yangbertujuan mencapai otak
B. Indikasi
9
4. Mengontrol bekuan darah
6. Tumor otak
7. Perdarahan
C. Teknik Operasi
a. Positioning
Letakkan kepala pada tepi meja untuk memudahkan operator. Head-up kurang
lebih 15o (pasang donat kecil dibawah kepala). Letakkan kepala miring kontralateral
lokasi lesi/ hematoma. Ganjal bahu satu sisi saja (pada sisi lesi) misalnya kepala
b. Washing
lemak yang ada di kulit kepala sehingga pori-pori terbuka, penetrasi betadine lebih
10
baik. Keringkan dengan doek steril. Pasang doek steril di bawah kepala untuk
c. Markering
dengan melihat CT scan. Saat markering perhatikan: garis rambut untuk kosmetik,
sinus untuk menghindari perdarahan, sutura untuk mengetahui lokasi, zygoma sebagai
batas basis cranii, jalannya N VII (kurang lebih 1/3 depan antara tragus sampai
d. Desinfeksi
yang mengandung lidocain 0,5%. Tutup lapangan operasi dengan doek steril.
e. Operasi
1. Incisi lapis demi lapis sedalam galea (setiap 5cm) mulai dari ujung.
2. Pasang haak tajam 2 buah (oleh asisten), tarik ke atas sekitar 60 derajat.
3. Buka flap secara tajam pada loose connective tissue. Kompres dengan kasa basah.
Di bawahnya diganjal dengan kasa steril supaya pembuluh darah tidak tertekuk
(bahaya nekrosis pada kulit kepala). Klem pada pangkal flap dan fiksasi pada
doek.
11
4. Buka pericranium dengan diatermi. Kelupas secara hati-hati dengan
rasparatorium pada daerah yang akan di burrhole dan gergaji kemudian dan rawat
perdarahan.
5. Penentuan lokasi burrhole idealnya pada setiap tepi hematom sesuai gambar CT
scan.
6. Lakukan burrhole pertama dengan mata bor tajam (Hudson’s Brace) kemudian
dengan mata bor yang melingkar (Conical boor) bila sudah menembus tabula
interna.
8. Perdarahan dari tulang dapat dihentikan dengan bone wax. Tutup lubang boorhole
9. Buka tulang dengan gigli. Bebaskan dura dari cranium dengan menggunakan
sonde. Masukan penuntun gigli pada lubang boorhole. Pasang gigli kemudian
10. Patahkan tulang kepala dengan flap ke atas menjauhi otak dengan cara tulang
dipegang dengan knabel tang dan bagian bawah dilindungi dengan elevator
11. Setelah nampak hematom epidural, bersihkan tepi-tepi tulang dengan spoeling
dan suctioning sedikit demi sedikit. Pedarahan dari tulang dapat dihentikan
12. Gantung dura (hitch stitch) dengan benang silk 3.0 sedikitnya 4 buah.
13. Evakuasi hematoma dengan spoeling dan suctioning secara gentle. Evaluasi dura,
perdarahan dari dura dihentikan dengan diatermi. Bila ada perdarahan dari tepi
bawah tulang yang merembes tambahkan hitch stitch pada daerah tersebut kalau
12
perlu tambahkan spongostan di bawah tulang. Bila perdarahan profus dari bawah
tulang (berasal dari arteri) tulang boleh di-knabel untuk mencari sumber
14. Bila ada dura yang robek jahit dura dengan silk 3.0 atau vicryl 3.0 secara simpul
dengan jarak kurang dari 5mm. Pastikan sudah tidak ada lagi perdarahan dengan
spoeling berulang-ulang.
16. Sayatan pembukaan dura seyogianya berbentuk tapal kuda (bentuk U) berla
wanan dengan sayatan kulit. Duramater dikait dengan pengait dura, kemudian
bagian yang terangkat disayat dengan pisau sampai terlihat lapisan mengkilat dari
arakhnoid. (Bila sampai keluar cairan otak, berarti arachnoid sudah turut
di da lam ruang subdural, dan sefanjutnya dengan kapas ini sebagai pelindung ter
17. Perdarahan dihentikan dengan koagulasi atau pemakaian klip khusus. Koagulasi
yang dipakai dengan kekuatan lebih rendah dibandingkan untuk pembuluh darah
18. Reseksi jaringan otak didahului dengan koagulasi permukaan otak dengan
19. Semua pembuluh da rah baik arteri maupun vena berada di permukaan di ruang
subarahnoidal, se hingga bila ditutup maka pada jaringan otak dibawahnya tak
20. Perlengketan jaringan otak dilepaskan dengan koagulasi. Tepi bagian otak yang
13
perlengketan. Untuk membakar permukaan otak, idealnya dipergunakan kauter
dengan evaluasi klinis pre operasi dan ketegangan dura. Bila tidak dikembalikan
lapangan operasi dapat ditutup lapis demi lapis dengan cara sebagai berikut:
a) Teugel dura di tengah lapangan operasi dengan silk 3.0 menembus keluar
kulit.
f. Operasi selesai.
Bila tulang dikembalikan, buat lubang untuk fiksasi tulang, pertama pada tulang
yang tidak diangkat (3-4 buah). Tegel dura ditengah tulang yang akan dikembalikan
untuk menghindari dead space. Buat lubang pada tulang yang akan dikembalikan
sesuai dengan lokasi yang akan di fiksasi (3-4 buah ditepi dan 2 lubang ditengah
berdekatan untuk teugel dura). Lakukan fiksasi tulang dengan dengan silk 2.0,
1. Edema cerebral.
3. Hypovolemik syok.
14
4. Hydrocephalus.
b. Bahaya besar tromboplebitis timbul bila darah tersebut lepas dari dinding
pembuluh darah vena dan ikut aliran darah sebagai emboli ke paru-paru, hati,dan
otak. Pencegahan tromboplebitis yaitu latihan kaki post operasi, ambulatif dini
c. Infeksi. Infeksi luka sering muncul pada 36 – 46 jam setelah operasi. Organisme
infeksi luka yang paling penting adalah perawatan luka dengan memperhatikan
15
BAB III
A. Pengkajian
1. Riwayat kesehatan: waktu kejadian, penyebab trauma, posisi saat kejadian, status
2. Pemeriksaan fisik
hiperventilasi, ataksik)
c. Sistem saraf :
Kesadaran GCS.
d. Sistem pencernaan
16
f. Kemampuan komunikasi : kerusakan pada hemisfer dominan disfagia atau
g. Psikososial data ini penting untuk mengetahui dukungan yang didapat pasien
dari keluarga.
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan Cerebral b/d aliran arteri dan atau vena terputus
6. Gangguan pemenuhan ADL : makan/mandi, toileting b/d kelemahan fisik dan nyeri
7. Resiko Infeksi
17
C. Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
1 Ketidakefektifan perfusi NOC: Monitor Tekanan Intra Karnial
jaringan serebral b/d aliran arteri 1. Catat perubahan respon klien terhadap stimulus/rangsangan
1. Status sirkulasi
dan atau vena terputus, 2. Monitor TIK klien dan respon neurologis terhadap aktivitas
2. Perfusi jaringan serebral
3. Monitor intake dan output
dengan batasan karakteristik : Setelah dilakukan tindakan
4. Pasang restrain, jika perlu
keperawatan selama…× 24 jam,
Perubahan respon motorik 5. Monitor suhu dan angka leukosit
klien mampu mencapai
Perubahan status mental 6. Kaji adanya kaku kuduk
1. Status sirkulasi dengan indikator
Perubahan respon pupil 7. Kelolan pemberian antibiotic
Amnesia retrograde Tekanan darah sistolikdan 8. Berikan posisi dengan kepala elevasi 30-400 dengan leher
(gangguan memori) distolik dalam rentang yg dalam posisi netral
diharapkan 9. Meminimalkan stimulus dari lingkungan
Tidak ada ortostatik hipotensi 10. Beri jarak antara tindakan keperawatan untuk meminimalkan
Tidak ada tanda-tanda PTIK peningkatan TIK
2. Perfusi jaringan serebral, dengan 11. Kelola obat-obat untuk mempertahankan TIK dalam batas
indikator spesifik
dengan jelas dan sesuai 1. Monitor ukuran, kesimetrisan, reaksi dan bentuk pupil
kemampuan 2. Monitoring tingkat kesadaran klien
Klien menunjukan perhatian, 3. Monitoring tanda-tanda vital
kosentrasi dan orientasi 4. Monitoring keluhan nyeri kepala, mual, dan muntah
Klien mampu memproses 5. Monitoring respon klien terhadap pengobatan
18
informasi 6. Hindari aktivitas jika TIK meningkat
Klien mampu membuat 7. Observasi kondisi fisik klien
keputusan dengan benar Terapi Oksigen
Tingkat kesadaran klien
1. Bersihkan jalan nafas dari secret
membaik
2. Pertahankan jalan nafas tetap efektif
3. Berikan oksigen sesuai instruksi
4. Monitor aliran oksigen, kanul oksigen dan humidifiler
5. Beri penjelasan kepada klien tentang pentingnya pemberian
oksigen
6. Observasi tanda-tanda hipoventilasi
7. Monitor respon klien terhadap pemberian oksigen
8. Anjurkan klien untuk tetap memakai oksigen selama aktivitas
dan tidur
2 Nyeri akut b/d agen injury fisik, NOC Manajemen nyeri
Dengan batasan karakteristik: 1. Nyeri terkontrol 1. Kaji keluhan nyeri, lokasi, karekteristik, onset/durasi,
2. Tingkat nyeri frekuensi, kualitas dan beratnya nyeri
Laporan nyeri kepala secara
3. Tingkat kenyamanan 2. Observasi respon ketidaknyaman secara verbal dan non verbal
verbal atau non verbal
Setelah dilakukan asuhan 3. Pastikan klien menerima perawatan analgetik dng tepat
Respon autonomy
keperawatan selama…× 24 jam, 4. Gunakan strategi komunikasi yang efektif u/ mengetahui
(perubahan vital sign,
klien dapat: respon penerimaan klien terhadap nyeri
dilatasi pupil)
1. Mengontrol nyeri dengan 5. Evaluasi keefektifan penggunaan control nyeri
Tingkahlaku ekspresif
indikator 6. Monitoring perubahan nyeri baik actual maupun potensial
(gelisah, menangis, merintih)
7. Sediakan lingkungan yang nyaman
19
Fakta dari observasi Mengenal faktor-faktor penyebab 8. Kurangi faktor-faktor yang dapat menamba ungkapan nyeri
Gangguan tidur (mata Mengenal onset nyeri 9. Ajarkan penggunaan teknik relaksasi sebelum atau sesudah
sayu,menyeringai, dll) Tindakan pertolongan non nyeri berlangsung
farmakologi 10. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk memilih tindakan
Menggunakan analgetik selain obat untuk meringankan nyeri
Melaporkan gejala-gejala nyeri 11. Tingkatkan istrahat yang adekuat untuk meringankan nyeri
kpd tim kes
Nyeri terkontrol
2. Menunjukan tingkat nyeri
Dengan indikator :
Melaporkan nyeri
Frekuensi nyeri
Lamanya episode nyeri
Ekspresi nyeri; wajah
Perubahan respirasi rate
Perubahan tekanan darah
3 Pola nafas tidak efektif b/d NOC Outcome NIC : manajemen jalan nafas
hipoventilasi Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor status respirasi dan oksigenasi
keperawatan selama 3x24 jam, pola 2. Bersihkan jalan napas
napas tidak efektif dapat teratasi 3. Auskultasi suara pernapasan
dengan kriteria hasil: 4. Berikan oksigen sesuai program
1. Status respirasi : pertukaran gas NIC : suctioning air way
2. Status respirasi : kepatenan jalan 1. Observasi secret yg keluar
20
nafas 2. Auskultasi sebelum dan sesudah melakukan suction
3. Status respirasi : ventilasi 3. Gunakan peralatan steril pada saat melakukan suction
4. Control aspirasi 4. Informasikan pada klien dan keluarga tentang tindakan
Clien Outcome : suction
Jalan napas paten
Secret dapat di keluarkan
Suara nafas bersih
4 Kerusakan integritas kulit b/d NOC : NIC : perawatan luka dan pertahanan kulit
imobilitas yg lama 1. Observasi lokasi terjadinya kerusakan integritas kulit
1. Integritas kulit
2. Kaji faktor resiko kerusakan integritas kulit
Setelah dilakukan tindakan
3. Lakukan perawatan luka
keperawatan selema 4x24 jam,
4. Monitor status nutrisi
kerusakan integritas kulit dapat
5. Atur posisi klien tiap 1 jam sekali
berkurang atau tertangani dengan
6. Pertahankan kebersihan alat tenun
kriteria hasil:
21
5 Gangguan pemenuhan ADL b/d NOC : NIC:membantu perawatan diri klien mandi dan toileting
kelemahan fisik dan nyeri Aktifitas :
1. Perawatan diri: (mandi, makan,
1. Tempatkan alat-alat mandi di tempat yang mudah dikenali dan
toileting, berpakaian)
mudah dijangkau klien
setelah dilakukan asuhan
2. Libatkan klien dan damping
keperawatan selama …× 24 jam,
3. Berikan bantuan selama klien masih mampu mengerjakan
klien mengerti cara memenuhi ADL
sendiri
secara bertahap sesuai kemampuan
dengan kriteria:
NIC: ADL berpakaian
Mengerti secara sederhana cara
mandi, makan, toileting, dan Aktifitas:
berpakaian serta mau mencoba
1. Informasikan pada klien dalam memilih pakaian selama
secara aman tanpa cemas
perawatan
Klien mau berpartipasi dengan
2. Sediakan pakaian di tempat yang mudah di jangkau
senang hati tanpa keluhan dlm
3. Bantu berpakaian yg sesuai
memenuhi ADL
4. Jaga privacy klien
5. Berikan pakaian pribadi yg digemari dan sesuai
22
5. Beri rasa nyaman saat makan
23
KONSEP KEPERAWATAN CRANIOTOMY
A. Pengkajiaan
1. Data subjektif :
b) Keluhan utama: Bagaimana pasien bisa datang ke ruang gawat darurat, apakah
pasien sadar atau tidak, datang sendiri atau dikirim oleh orang lain?
h) Last Oral Intake (makan terakhir): Kapan waktu makan terakhir sebelum cedera?
24
2. Pengkajian ABCD FGH
a. Airway
Ada atau tidaknya obstruksi misalnya karena lidah jatuh kebelakang, terdapat
Dengarkan suara napas, apakah terdapat suara napas tambahan seperti snoring,
gurgling, crowing.
b. Breathing
c. Circulation
Tekanan darah
Sianosis, CRT
Turgor kulit
Diaphoresis
25
d. Disability
GCS : EVM
Kekuatan otot
e. Exposure
Jika terdapat luka, kaji luas luka, warna dasar luka, kedalaman
f. Five Intervention
Saturasi oksigen
Pemeriksaan laboratorium
g. Give Comfort
P : Problem
Q : Qualitas/Quantitas
R : Regio
S : Skala
T : Time
h. H 1 Sample
Keluhan utama
26
Mekanisme cedera/trauma
Tanda gejala
i. H 2 Head To Toe
1. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b.d tahanan pembuluh darah ;infark
4. Risiko infeksi
5. Risiko perdarahan
6. Resiko jatuh
7. Resiko cedera
27
C. Rencana Keperawatan (Intervensi)
1. Pre-Operasi
DIAGNOSA NOC NIC
Resiko ketidakefektifan perfusi Circulation status Cardiac care
jaringan serebral b.d tahanan Neurologic status Aktivitas:
pembuluh darah ;infark Tissue Prefusion : cerebral Monitor Vital Sign.
Setelah dilakukan asuhan selama ... Monitor tingkat kesadaran.
ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral teratasi Monitor GCS.
dengan kriteria hasil: Tentukan faktor penyebab penurunan perfusi cerebral.
Tekanan systole dan diastole dalam rentang Pertahankan posisi tirah baring atau head up to 30°.
yang diharapkan Pertahankan lingkungan yang nyaman.
Tidak ada ortostatikhipertensi Kolaborasi dengan tim kesehatan. Pemberian terapi
Komunikasi jelas oksigen
Menunjukkan konsentrasi dan orientasi
Pupil seimbang dan reaktif
Bebas dari aktivitas kejang
Tidak mengalami nyeri kepala
Ansietas b.d stressor, status Anxiety Level Anxiety Reduction
kesehatan yang mengancam Anxiety Self Control Aktivitas :
Fear control Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Jelaskan seluruh prosedur termasuk sensasi yang dapat
selama......takut klien teratasi dengan kriteria hasil dialami selama prosedur
: Dukung keluarga untuk menemani klien
Memiliki informasi untuk mengurangi takut Identifikasi perubahan tingkat cemas
Menggunakan tehnik relaksasi Bantu klien mengidentifikasi situasi yang menjadi faktor
Mempertahankan hubungan sosial dan fungsi presipitasi cemas
peran Instruksikan klien menggunakan teknik relaksasi
Mengontrol respon takut Kaji tanda kecemsan verbal dan non verbal
28
Nyeri akut b.d agen injuri fisik Pain Level Pain Management
(prosedur operasi) Pain Control Kaji tingkat nyeri,meliputi : lokasi,karakteristik,dan
Comfort level onset,durasi,frekuensi,kualitas, intensitas/beratnya nyeri,
Setelah dilakukan tinfakan keperawatan selama faktor-faktor presipitasi
…. Pasien tidak mengalami nyeri, dengan Kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat
kriteria hasil: mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan
Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab Berikan informasi tentang nyeri
nyeri, mampu menggunakan tehnik Ajarkan teknik relaksasi
nonfarmakologi) Tingkatkan tidur/istirahat yang cukup
Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, Turunkan dan hilangkan faktor yang dapat meningkatkan
frekuensi dan tanda nyeri) nyeri
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri Lakukan teknik variasi untuk mengurangi nyeri
berkurang Analgetic Administration
Tanda vital dalam rentang normal o Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri
Tidak mengalami gangguan tidur sebelum pemberian obat
o Monitor vit sign sebelum dan sesudah pemberian
analgetik
o Berikan analgetik yang tepat sesuai dengan resep
o Catat reaksi analgetik dan efek buruk yang ditimbulkan
o Cek instruksi dokter tentang jenis obat,dosis,dan
frekuensi
29
2. INTRA OPERASI
DIAGNOSA NOC NIC
Risiko infeksi Risk Control : Infectious Process Infection Control : Intra Operative
Immune Status Aktivitas :
Knowledge : Infection control Monitor dan pertahankan suhu ruangan 20-24o celcius
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Monitor dan pertahankan kelembaban relative antara 40-60
selama…… pasien tidak mengalami infeksi Verifikasi pemberian antibiotic
dengan kriteria hasil: Gunakan universal precaution
Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi Monitor isolation precaution
Menunjukkan kemampuan untuk Pastikan anggota tim operasi menggunakan perlengkapan
mencegah timbulnya infeksi yang tepat
Jumlah leukosit dalam batas normal
Verifikasi integritas pengemasan sterilisasi
Menunjukkan perilaku hidup sehat
Status imun, Buka peralatan steril dengan mempertahankan teknik aseptic
gastrointestinal,
genitourinaria dalam batas normal Pisahkan peralatan steril dengan non steril
Scrub, gown, dan gunakan sarung tangan sterile untuk setiap
protocol
Pertahankan integritas kateter dan IV line
Gunakan cairan antimicrobial pada area operasi
Gunakan dressing bedah yang melindungi
Bersihkan dan sterilkan kembali instrument
Risiko perdarahan Blood Loss Severity Bleeding precaution
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Aktivitas :
minimal ….x60 menit klien menunjukkan Monitor kemungkinan klien mengalami perdarahan
penurunan tingkat perdarahan internal atau Catat Hb/Hct sebelum dan sesudah kehilangan darah
eksternal yang ditandai dengan kriteria hasil: Monitor tanda dan gejala perdarahan yang berlangsung
Tekanan systole dan diastole dalam Monitor tanda vital orthostatic meliputi tekanan darah
rentang yang diharapkan Administrasi produk darah
CVP dalam batas normal
Nadi perifer kuat dan simetris
30
3. POST-OPERASI
DIAGNOSA NOC NIC
Risiko Jatuh Fall prevention behaviour Fall Prevention
Knowledge : Personal Safety Aktivitas :
Safety Behavior : Fall occurance Identifikasi keterbatasan fisik dan kognitif pasien yang
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dapat meningkatkan potensi jatuh
selama….klien tidak mengalami trauma dengan Identifikasi karakteristik lingkungan yang meningkatkan
kriteria hasil: potensi jatuh
pasien terbebas dari trauma fisik Sediakan alat bantu seperti walker
Ajarkan pasien meminimalkan injuri ketika jatuh
Gunakan restrain fisik untuk membatasi pergerakan yang
dapat membahayakan pasien
Gunakan side rail pada bagian kiri dan kanan untuk
mencegah jatuh dari tempat tidur
-Sediakan pencahayaan yang adekuat untuk meningkatkan
penglihatan
Risiko Cedera Knowledge : Personal Safety Environmental Management: Safety
Risk Kontrol Aktivitas :
Safety Behavior Identifikasi kebutuhan keamanan pasien berdasarkan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan tingkat fungsi kognitif dan fisik dan perilaku sebelumnya
selama…. Klien tidak mengalami injury dengan Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya
kriterian hasil: Gunakan alat-alat perlindungan untuk mengatasi
Klien terbebas dari cedera keterbatasan fisik dalam mobilisasi atau akses pada situasi
Klien mampu menjelaskan cara/metode yang berbahaya
untukmencegah injury/cedera Surveillance : Safety
Klien mampu menjelaskan factor risiko dari Aktivitas:
lingkungan/perilaku personal Monitor perubahan fisik dan kognitif dari pasien untuk
Mampumemodifikasi gaya hidup menghindari risiko cedera
untukmencegah injury Monitor lingkungan yang potensial menyebabkan cedera
Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada Pantau level pengawasan yang dibutuhkan pasien
Mampu mengenali perubahan status kesehatan berdasarkan level fungsional dan bahaya yang terdapat di
lingkungan
- Komunikasikan risiko cedera dari pasien dengan risiko
tinggi kepada perawat lain
31
D. WEB OF CAUTION (WOC) TEORI
TRAUMATIC BRAIN INJURY
Benturan pada bagian kepala akibat dari kecelakaan
Akselerasi/Deselerasi Luka terbuka
Prosedur Bedah Luka terbuka A. Trauma Kapitis terpapar lingkungan
Rusaknya pembuluh darah arteri meningeal media
Agen penyebab Infeksi
Epidural Hematom
Kerusakan Integritas Resiko Infeksi
Kulit Vasodilatasi Vaskular
Aliran darah meningkat
Terjadi akumulasi darah ke daerah edema
TIK meningkat Terjadi herniasi pada batang otak
Penekanan Vaskular serebral Kompresi pada medulla oblongata
Nyeri Akut Suplai O2 menurun Hipereventilasi
Peningkatan Asam Laktat Gangguan metabolisme tubuh Ketidakefektifan Pola Napas
Hipoksia serebral
Risiko ketidakefektifan Iskemi
Perfusi Jaringan Cerebral
Nekrosis jaringan otak
Ketidakefektifan Penumpukan
sekret Penurunan kesadaran Hambatan Mobilitas Fisik
Bersihan Jalan Nafas
Ketergantungan dalam
pemenuhan kebutuhan Defisit perawatan diri
32
BAB IV
LAPORAN KASUS
A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Data Pasien
Nama : Tn. D
Umur : 67 tahun
No. RM : 00.79.51.81
Pasien masuk melalui R. OK pada tanggal 28 Maret 2017 dengan diagnose medis
helm sedang menyebrang jalan, tiba-tiba datang motor dari arah kanan menabrak
korban sehinga pasien terjatu dengan kepala membentur aspal. Riwayat penurunan
kesadaran ada, riwayat muntah ada dengan frekuensi 3 kali (menyemprot). Pasien
33
2. Pemeriksaan sistem
a. B1 (Breathing)
Jalan napas tidak bersih, bunyi napas ronkhi, terdengar suara mendengkur via
normal/simetris kiri dan kanan, pola napas normal terkadang takipnea. Terapi
6 lpm. Bau napas amonia, kemampuan batuk tidak ada, stimulus menggunakan
suction untuk membersihkan secret, warna mukosa bibir pucat. Hasil analisa gas
Ph : 7.48
SaO2 : 99 %
b. B2 (Blood)
99%. Pada pemeriksaan palpasi, teraba akral hangat, kering. CRT < 3 detik,
palpasi nadi lemah dan teratur, konjungtiva anemis, mukosa bibir pucat, tidak
Irama teratur. Udeme pada ekstremitas tpi sudah mulai menghilang. Sudah tidak
34
c. B3 (Brain)
1 (tidak ada gerakan), Verbal 1 (tidak ada suara). Terdapat luka jahitan post
operasi Kraniotomy. Orientasi waktu, tempat, orang, dan situasi tidak dapat
menggunakan BPS, nyeri disebabkan oleh trauma dan luka post operasi.
Neurovaskular: kekuatan otot tidak dapat dinilai, ROM (pasif). Pemeriksaan pupil
isokor dengan diameter kiri 2,5 mm, kanan 2,5 mm. Refleks cahaya kanan + kiri
d. B4 (Bladder)
Terpasang chateter urin ukuran 16 dengan intensitas laju urine 50-100 cc/jam,
karakteristik urine warna kuning jernih, tidak ada distensi kandung kemih dan
hiperprostat, tidak tampak sedimen urine ataupun kemerahan pada urine. Urine
kg :
4 x 10 = 40
2 x 10 = 20
1 x 40 = 40
e. B5 (Bowel)
Abdomen datar, tidak terdeteksi adanya distensi atau asites, tidak ada
mual/muntah, bising usus normal yakni 6-8x/menit, BAB tidak ada, palpasi tidak
teraba massa. Pemenuhan nutrisi via OGT no. 16, untuk nutrisi. Enteral : susu
peptisol 3x300 ml, bubur saring 3x300 ml+2 putih telur, dan Jus buah 1x100ml.
35
f. B6 (Bone)
Kondisi kulit secara umum kering dan hangat, ektremitas parastesia (seperti
1 1 Pasif Pasif
Terdapat luka dekubitus grade 2: lokasi pada daerak sakrum dan tumit kanan
d. Trochlearis (gerak mata) : saat kelopak mata dibuka, seakan ingin menutup mata
kembali
36
d. Kernig’s : tidak dikaji
Klien masuk ICU karena post Op Craniactomy, dan mengalami kesadaran menurun sehingga
membutuhkan perawatan yang intensive
KETERANGAN LAIN:
Klien merupakan rujukan dari RS Lakipadada karena kecelakaan lalu lintas dan kepala terbentuk ke
aspal sehingga terjadi perdarahan di dalam kepala. Klien saat ini sudah dipindahkan keruang HCU,
Kesadaran apatis, dengan GCS 5 (E2M2V1) dan terpasang kateter urine hari 2, OGT hari ke 2,
trakheostomi hari ke 34, dan cairan parenteral Ringer funding 500 ml/24 jam. Nutrisi enteral: susu
peptisol 3x300 ml, Bubur Saring 3x300 ml+2 putih telur, dan Jus Buah 1x100 ml. Suction dilakukan
setelah nebulizer, dan pemberian oksigen.
RIWAYAT PENYAKIT
No Penyakit Lama Menderita Riwayat Rawat Inap Status saat ini
PEMERIKSAAN LABORATORIUM:
1 19 April HEMATOLOGI
2017
Koagulasi
PT 10-14 9.4 Rendah
INR - 0.91 -
APTT 22.0-30.0 21.1 Rendah
Fungsi Ginjal
Ureum 10-50 70 Tinggi
Kreatinin L(<1.3), P(<1,1) 0.93 Normal
Fungsi Hati
Bilirubin total <1.2 0.44 Normal
37
Bilirubin direk <0.30 0.31 Tinggi
SGOT <38 52 Tinggi
SGPT <41 50 Tinggi
Albumin 3.5-5.0 2.6 Rendah
Elektrolit
Natrium 136-145 134 Rendah
Kalium 3.5-5.1 4.3 Normal
Klorida 97-111 104 Normal
IMUNOSEROLOGI
Imunoserologi lain
Prokalsitoni <0.05 0.63 Tinggi
Kesan: Hipoalbuminemia
Kesan:
- Leukositosis
- Anemia
- Trombositosis
38
MIC Interpretasi Hasil
No Nama Antibiotik
A B A B
1 Amikacin 17 - S -
2 Ampicilin-Sulbactam 17 - S -
3 Cefotaxime 8 - R -
4 Ceftazidime 8 - R -
5 Ceftriaxone 8 - R -
6 Gentamicin 8 - R -
7 Meropenem 18 - S -
8 Levofloxacin 8 - R -
9 Sulfamet-Trimetoprim 15 - I -
10 Tetracycline 11 - R -
12 Benzylpeniciline ≥0.5 R
13 Oxacilin ≥4 R
14 Gentamicin ≥16 R
15 Ciprofloxacin ≥8 R
16 Levofloxacin ≥8 R
17 Moxifloxacin 2 R
18 Eritromicin ≥8 R
19 Clindamicyn ≥8 R
20 Quinuprisitin/Dalfoprisitin 0.5 S
21 Linezolid 2 S
22 Vancomycin 1 S
23 Tetracycline 2 S
24 Nitrofurantoin ≤16 S
25 Rifampicin ≤0.5 S
26 Trimetoprim ≤10 S
27 Tigecycline 0.5 S
Keterangan:
S: Sensitif (Peka) R: Resistant (Kebal) I: Intermediate
39
PEMERIKSAAN PENUNJANG
40
Nicardipin 2 mg/jam Digunakan untuk mengobati nyeri
dada hebat, atau hipertensi dengan cara
melemaskan pembuluh darah jantung
& meningkatkan pasikan darah & O2
41
B. Diagnosa Keperawatan
ANALISA DATA
Nama Pasien : Tn. D Nama Mahasiswa : Gusnadin
No RM : 795181 NIM : C121 12 275
Ruang : ICU RSWS
Tgl Masuk RS : 28-03-2017
Tgl Pengkajian : 02-05-2017
Penurunan BB pasien 5 Kg
Mukosa bibir pucat
Gangguan sensasi rasa
Klien tidak mampu makan
Makan via OGT
Residu lambung warna hijau kehitaman
(20 cc)
Hasil lab:
Hipoalbuminemia (Albumin:2.6)
Anemia: Hb: 9.5g/dl
42
4. Faktor Resiko: Resiko Infeksi
Kulit kemerahan
Teraba hangat
Terpasang kateter dan OGT hari ke-2
Terpasang Trakeostomi hari ke-34
Luka post op craniactomy hari ke-34
Terpasang CVC hari ke-28
Terpasang OGT hari ke-2
Hasil lab: WBC 19.1 (Kesan:
Leukositosis) (19-04-17)
Prokalsitoni: 0.63
Suhu: 38,50C
Albumin 2.6
5 DS:- Kerusakan Integritas Kulit
DO:
- Faktor mekanik (tekanan)
- Usia Ekstrim (65 tahun)
- Luka post op craniotomy
- Luka trakeostomy
- Immobilisasi
- Gangguan sensai (pasca trauma)
- Nutrisi tidak adekuat: Hipoalbuminemia
- Leukositosis
- Skor dekubitus 11: resiko tinggi
- Dekubitus grade 2
4. Resiko Infeksi
43
C. RENCANA KEPERAWATAN
No Tanggal/Jam Diagnosa Keperawatan dan Data Tujuan dan Kriteria Evaluasi Intervensi (NIC)
DX (ditemukan Penunjang
(NOC)
/teratasi)
44
Anemia peningkatan tekanan intra 10. Batasi pengunjung
Trombositopenia kranial 11. Berikan obat anti nyeri
Hasil CT Scan Kepala: 12. Monitor suhu dan WBC
Epidural Hematom
Perdarahan intracerebri
Perdarahan
subarachnoid
Brain edema
Herniasi Subfalcine
Multisinusitis
3 02/05/2017 Ketidakseimbangan nutrisi kurang NOC : NIC :
dari kebutuhan tubuh b/d faktor
Status nutrisi: asupan Manajemen Nutrisi
biologis
makanan & cairan adekuat
Status nutrisi : energi 1. Identifikasi adanya alergi atau intoleransi makanan yang
DS : -
Kebersihan mulut dimiliki pasien.
DO: Setelah dilakukan tindakan 2. Kaji kebutuhan nutrisi parenteral
keperawatan selama 4 x24 jam. 3. Pertahankan teknik steril ketika mempersiapkan dan
Penurunan BB pasien 5 Kg memberikan cairan nutrisi total parenteral
Ketidakseimbangan nutrisi kurang
Mukosa bibir pucat 4. Cek cairan nutrisi total parenteral untuk meyakinkan
dari kebutuhan tubuh dapat
Gangguan sensasi rasa bahwa jenis nutrisi yang diberikan sesuai dengan
teratasi dengan kriteria hasil:
Klien tidak mampu makan kebutuhan pasien
Makan via OGT Tidak terjadi tanda-tanda 5. Monitor apa ada bunyi usus tiap 4 jam sampai 8 jam
Residu lambung warna malnutrisi seperti : Berat 6. Monitor tanda-tanda edema atau dehidrasi
hijau kehitaman (20 cc) badan kurang, Kelelahan dan 7. Monitor masukan dan output cairan.
Hasil lab: kekurangan energi, imunitas 8. Monitor kadar albumin. Protein total, elektrolit, profil
Hipoalbuminemia menurun, kelemahan pada otot lipid, glukosa darah dan kimia darah
(Albumin:2.6) Hb, Hct dan albumin dalam 9. Cek residu pada selang NGT setiap sebelum pemberian
Anemia: Hb: 9.5g/dl batas normal : makan melalui selang NGT
Hb : 13-17 g/dl dan Albumin : 10. Dorong pemberian nutrisi bertahap dari parenteral
3.5-5.0 gr/dl menuju enteral sesuai indikasi.
Hct : 40.0-54.0 %
4 02/05/2017 Resiko Infeksi, ditandai dengan Setelah dilakukan tindakan 1. Pertahankan teknik aseptif
keperawatan, klien terhindar dari 2. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
45
Faktor Resiko: resiko infeksi, dengan kriteria keperawatan
hasil: 3. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
Kulit kemerahan 4. Monitor TTV
Teraba hangat 1. Suhu dalam batas normal 5. Bersihkan daerah kulit secara berkala
Terpasang kateter dan 36,5-37,20C 6. Monitor tanda-tanda infeksi dan ketidaknyamanan
OGT hari ke-2 2. Nilai WBC dalam batas sekitar drainase
Terpasang Trakeostomi normal (4.0-10) 7. Catat volume dan karateristik drainase (bau, warna,
hari ke-34 3. Tidak terjadi malnutrisi konsistensi)
Luka post op craniactomy ditandai dengan albumin 8. Lakukan perawatan luka, bersihkan dengan normal
hari ke-34 dalam batas normal salin atau pembersihan tidak beracun
Terpasang CVC hari ke-28 4. Tidak terjadi kemerahan 9. Berikan balutan luka yang sesuai dengan jenis luka
Terpasang OGT hari ke-2 10. Ganti balutan sesuai dengan jumlah eksudat dan
Hasil lab: WBC 19.1 drainase
(Kesan: Leukositosis) (19- 11. Berikan terapi antibiotik
04-17) 12. Tingkatkan intake nutrisi
Prokalsitoni: 0.63
Suhu: 38,50C
Albumin 2.6
5 02/05/2017 Kerusakan integritas kulit b/d NOC : NIC : Pressure Management
prosedur invasif, faktor mekanis
Tissue Integrity : Skin and 1. Hindari kerutan pada tempat tidur
(immobilisasi)
Mucous Membranes 2. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
DS:- 3. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam
Wound Healing : primer dan sekali
DO: sekunder 4. Monitor kulit akan adanya kemerahan
5. Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang
- Faktor mekanik (tekanan) Setelah dilakukan tindakan tertekan
- Usia Ekstrim (65 tahun) keperawatan selama….. 6. Monitor status nutrisi pasien
- Luka post op craniotomy kerusakan integritas kulit pasien 7. Memandikan pasien dengan sabun
- Luka trakeostomy teratasi dengan kriteria hasil: 8. Observasi luka : lokasi, dimensi, kedalaman luka,
- Immobilisasi karakteristik,warna cairan, granulasi, jaringan nekrotik,
- Gangguan sensai (pasca Integritas kulit yang baik
tanda-tanda infeksi lokal, formasi traktus
trauma) bisa dipertahankan (sensasi,
9. Kolaburasi ahli gizi pemberian diae TKTP, vitamin
- Nutrisi tidak adekuat: elastisitas, temperatur,
10. Cegah kontaminasi feses dan urin
Hipoalbuminemia hidrasi)
11. Lakukan tehnik perawatan luka dengan steril
46
- Leukositosis Derajat luka tetap 12. Berikan posisi yang mengurangi tekanan pada luka
- Skor dekubitus 11: resiko Perfusi jaringan baik
tinggi Menunjukkan terjadinya
- Dekubitus grade 2 proses penyembuhan luka
WBC dalam batas normal
47
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DAN EVALUASI
No. Tanggal/ Diagnosa Implementasi Evaluasi
DX jam Keperawatan
48
konsistensi kental.
11. Melakukan perawatan mulut: Menggosok gigi
dengan kasa
Hasil: Oral hyegine dilakukan setiap pagi, dan
klien tampak bersih.
2 02/5/2017 Resiko ketidakefektifan 1. Memantau Tanda-tanda vital S: -
perfusi jaringan Hasil:
07:00- cerebral O:
14:00 TD: 96/59 mmHg
HR: 98 x/m Kesadaran menurun
Wita
RR: 24 x/m GCS 5 (E2M2V1)
T: 36,5 C0 Pupil isokor (2,5 mm/2,5 mm)
SaO2: 99% Irama napas teratur, PaO2: 131.2 mmHg, PCO2
2. Memantau Central Vena Pressure (CVP) :37.0
Hasil: CVP = 8 mmHg TTV:
3. Memantau karakteristik cairan serebral spinal: TD: 102/62 mmHg
warna, konsistensi, jumlah HR: 98 x/m
Hasil: Drain sudah dilepas RR: 19 x/m
4. Memantau TIK T: 36.50C
Hasil: tidak terjadi muntah, GCS: 4 (E2M1V1), SaO2: 100%
isikor 2,5 mm/2,5 mm, TD: 96/59 mmHg, HR: A: Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral
98 x/m (belum teratasi)
5. Memantau status pernafasan : frekuensi, irama,
kedalaman, PaO2, PCO2, PH P: Lanjutkan intervensi
Hasil: RR: 24 x/m, teratur, PaO2: 131.2 mmHg, 1. Monitor TTV
PCO2 :37.0 mmHg, dan pH: 7.48 2. Monitor CVP
6. Mempertahankan suhu normal dan WBC 3. Monitor TIK
Hasil: T: 36.50C, dan WBC: 19.1 4. Berikan sedasi sesuai kebutuhan
7. Memnyesuaikan ventilator dan memberikan 5. Sesuaikan pengaturan ventilator untuk menjaga PCO2
sedasi sesuai kebutuhan pada level yang diresepkan
Hasil: Pasien sudah tidak diberikan obat sedasi 6. Pertahankan suhu normal
dan tidak terpasang ventilator lagi 7. Berikan obat anti nyeri
8. Memberikan obat anti nyeri 8. Monitor suhu dan WBC
Hasil: Paracetamol 100 ml/8 jam
49
3 02/5/2017 Ketidakseimbangan 1. Mengidentifikasi adanya alergi atau intoleransi S:-
nutrisi kurang dari makanan yang dimiliki pasien
07:00- kebutuhan tubuh b/d Hasil: Klien alergi udang O:
14:00 faktor biologis 2. Mengkaji kebutuhan nutrisi parenteral Bising usus normal (8x/m
Wita Hasil: Klien diberikan parenteral cairan ringer BB menurun
funding 500 ml/24 jam Asupan nutrisi via OGT: bubur saring+putih telur
3. Mempertahankan teknik steril ketika 3x300, susu peptisol 3x300, dan jus buah 1x100
mempersiapkan dan memberikan cairan nutrisi serta cairan ringer funding 500 ml/24 jam via intra
total parenteral vena
Hasil: Menuci tangan sebelum dan sesudah Balance cairan (880-770=110)
memberikan nutrisi parenteral Hasil lab: Bilirubin total0.44, Bilirubin direct
4. Mengecek cairan nutrisi total parenteral untuk 0.31, SGOT 52, SGPT 50 Albumin 2.6, Natrium:
meyakinkan bahwa jenis nutrisi yang diberikan 134, Kalium: 4.3, Klorida 104 (Hipoalbuminemia)
sesuai dengan kebutuhan pasien A: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
Hasil: setiap memberikan nutrisi, diperhatikan
tubuh (belum teratasi)
kembali jadwal dan komposisi nutrisi yang
diberikan P: Lanjutkan intervensi
5. Memantau apa ada bunyi usus tiap 8 jam
Hasil: peristaltik usus 8x/m 1. Identifikasi adanya alergi atau intoleransi makanan
6. Memantau tanda-tanda udeme dan dehidrasi yang dimiliki pasien.
Hasil: Udeme ekstremitas sudah tidak tampak 2. Kaji kebutuhan nutrisi parenteral
lagi, kulit teraba kering 3. Pertahankan teknik steril ketika mempersiapkan dan
7. Memantau masukan dan output cairan. memberikan cairan nutrisi total parenteral
Hasil: Setiap akhir shift dilakulkan balance 4. Cek cairan nutrisi total parenteral untuk meyakinkan
cairan (880-770=+110) bahwa jenis nutrisi yang diberikan sesuai dengan
8. Memantau kadar albumin. Protein total, kebutuhan pasien
elektrolit, profil lipid, glukosa darah dan kimia 5. Monitor apa ada bunyi usus tiap 4 jam sampai 8 jam
darah 6. Monitor tanda-tanda edema atau dehidrasi
Hasil: Bilirubin total: 0.44, Bilirubin direct: 7. Monitor masukan dan output cairan.
0.31, SGOT: 52, SGPT: 50, Albumin: 2.6, 8. Monitor kadar albumin. Protein total, elektrolit, profil
Natrium: 134, Kalium: 4.3, & Klorida: 104 lipid, glukosa darah dan kimia darah
9. Mengecek residu pada selang NGT setiap 9. Cek residu pada selang NGT setiap sebelum
sebelum pemberian makan melalui selang pemberian makan melalui selang NGT
NGT 10. Dorong pemberian nutrisi bertahap dari parenteral
Hasil: Tidak ada residu menuju enteral sesuai indikasi
50
10. Mendorong pemberian nutrisi via enteral
sesuai indikasi.
Hasil: Diberikan nutrisi enteral via OGT:
bubur saring+putih telur 3x300, susu peptisol
3x300, dan jus buah 1x100 serta ditambahkan
dengan Vip Albumin 2 kapsul
4 02/5/2017 Resiko Infeksi 1. Mempertahankan teknik aseptif S:-
Hasil: Mencuci tangan sebelum dan sesudah
07:00- tindakan (dilakukan cuci tangan sesuai 5 O:
14:00 moment) serta mempertahankan teknik steril Luka selesai dibalut dan tampak bersih
Wita 2. Memantau tanda-tanda infeksi Trakeostomi hari ke 34
Hasil: Kateter (H-2)
Tampak pengeluaran lendir warna gelap di OGT (H-2)
trakheolife dan masker trakeostomi, tampak Bau saat di suction
kemerahan dan teraba panas daerah sekitar luka Vital sign:
serta penggunaan kateter H ke 2, trakeostomi TD: 102/62 mmHg
pada hari ke 34. HR: 98 x/m
3. Menggunakan sarung tangan sebagai alat RR: 19 x/m
pelindung T: 36.50C
Hasil: Menggunakan sarung tangan setiap WBC :19.10C
membersihkan luka Hasil lab: leukositosis, trombisitosis dan anemi
4. Membersihkan lukan dengan cairan NaCl atau A: Resiko Infeksi (belum teratasi)
air mineral
5. Menganti balutan sesuai dengan jenis luka P: Lanjutkan intervensi
Hasil: Luka dibersihkan dengan NaCl dan
berikan Balutan Hidrofobic dan di tutup dengan 1. Pertahankan teknik aseptif
Kassa 2. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
6. Mengobservasi TTV keperawatan
Hasil: 3. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
TD: 96/59 mmHg 4. Monitor TTV
HR: 98 x/m 5. Bersihkan daerah kulit secara berkala
RR: 24 x/m 6. Catat volume dan karateristik drainase (bau, warna,
T: 36,50C konsistensi)
7. Memberikan terapi antibiotik 7. Lakukan perawatan luka, bersihkan dengan normal
salin atau pembersihan tidak beracun
51
Hasil: Vancomycin 500 mg/6 jam 8. Berikan balutan luka yang sesuai dengan jenis luka
8. Meningkatkan intake nutrisi 9. Berikan terapi antibiotik
Hasil:
- Nutrisi Via parenteral: Ringerfunding 500
cc/24 jam
- Nutrisi Via enteral: Susu peptiso 3x300 dan
bubur saring+putih telur 3x300 dan jus
buah 1x100
9. Memantau suhu dan WBC
Hasil: T: 36.50C dan WBC 19.1
5 02/5/2017 Kerusakan integritas 1. Mengindari kerutan pada tempat tidur S: Tidak dapat dinilai
kulit belum teratasi b/d Hasil: sepray di ganti setiap pagi hari dan
07:00- terpasang kasur dekubitus O:
faktor mekanis:
14:00 Immobilisasi 2. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) - Luka tampak merembes
Wita Hasil: Pasien di mobilisasi pagi dan sore hari - Selsai dioleskan salep pagi dan sore hari
3. Memantau kulit akan adanya kemerahan - Luka tampak mengering daerah punggung
Hasil: tampak kemerahan pada kulit pasien - Kulit terkelupas
4. Mengoleskan lotion atau minyak/baby oil pada - WBC: 19.1
derah yang tertekan - Kerusakan integritas kulit derajat 2
Hasil: Diolesi salep MBO Talk dipagi hari, A: Kerusakan integritas kulit belum teratasi
salep As. Salisilat+As. Benzoat dan
miconazole cream disore hari. P: Lanjutkan intervensi
5. Memanatau status nutrisi pasien
Hasil: Hipoalbuminea, pemenuhan nutrisi via 1. Hindari kerutan pada tempat tidur
OGT 2. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam
6. Memandikan pasien dengan sabun sekali
Hasil: Pasien dimandikan setiap pagi hari 3. Monitor kulit akan adanya kemerahan
7. Observasi luka : lokasi, dimensi, kedalaman 4. Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang
luka, karakteristik,warna cairan, granulasi, tertekan
jaringan nekrotik, tanda-tanda infeksi lokal, 5. Monitor status nutrisi pasien
formasi traktus 6. Memandikan pasien dengan sabun
Hasil: Tampak kulit terkelupas daerah 7. Observasi luka : lokasi, dimensi, kedalaman luka,
punggung grade 2 karakteristik,warna cairan, granulasi, jaringan
8. Mencegah kontaminasi feses dan urin nekrotik, tanda-tanda infeksi lokal, formasi traktus
52
Pasien menggunakan popok dan terpasang 8. Cegah kontaminasi feses dan urin
kateter urine serta underpad 9. Lakukan tehnik perawatan luka dengan steril
10. Berikan posisi yang mengurangi tekanan pada luka
9. Melakukan tehnik perawatan luka dengan steril
Hasil: dilakukan perawatan luka dengan teknik
bersih
10. Memberikan posisi yang mengurangi tekanan
pada luka
Hasil: Dipasangkan bantal didaerah kaki dan
dipasang kasur dekubitus serta undepad
1 03/5/2017 Ketidakefektifan 1. Mencuci tangan S: -
bersihan jalan nafas b/d Hasil: dilakukan cuci tangan sesuai 5 moment
07:00- Mukus berlebih 2. Menggunakan alat pelindung diri (APD) O:
14:00 Hasil: Menggunakan masker dan handscound
Terpasang O2 Via trakeostaomi on trakheolife 6
Wita setiap melakukan tindakan nebulizer dan lpm
suction Terdapat lendir pada trakheolife berwarna gelap
3. Memposiskan klien untuk memaksimalkan Posisi klien head up
ventilasi Bunyi napas ronkhi
Hasil: Klien diposisikan semi fowler 15-30oC RR: 20x/menit, SaO2 99%
4. Mendengarkan suara nafas, suara tambahan Masih terdengar sesekali
seperti ronkhi dan crackles A: Ketidakefektifan bersihan jalan nafas (belum teratasi)
Hasil: Bunyi nafas ronkhi terdengar melalui
stetoskop dan terdengar bunyi seperti P: Lanjutkan intervensi
mendengkur via trakeostomi
5. Melakukan fisioterapi dada 1. Mencuci tangan
Hasil: Fisioterapi dada dilakukan sekali setiap 2. Menggunakan alat pelindung diri
shift 3. Posiskan klien untuk memaksimalkan ventilasi
6. Memberikan bronkhodilator 4. Memberikan bronkodilator
Hasil: diberikan N-Ace + Combivent 5. Memberikan terapi nebulizer
7. Melakukan pengisapan lendir (suction) 6. Melakukan fisioterapi dada
Hasil: Dilakukan pengisapan lendir, dan tampak 7. Melakukan peyedotan melalui trakeostomi atau oral
lendir berwarna gelap (suction)
8. Memantau status pernafasan dan oksigenasi 8. Auskultasi suara nafas, suara tambahan seperti ronkhi
Hasil: RR: 18x/menit, SaO2 100%, diberikan dan crackles
oksigen 6 lpm via trakeostomi on trakeolife 9. Monitor status pernafasan dan oksigenasi
53
9. Melakukan perawatan mulut: Menggosok gigi
dengan kasa
Hasil: Oral hyegine dilakukan setiap pagi, dan
klien tampak bersih.
2 03/5/2017 Resiko ketidakefektifan 1. Memantau Tanda-tanda vital S: -
perfusi jaringan Hasil:
07:00- cerebral O:
14:00 TD: 110/65 mmHg
HR: 100 x/m Kesadaran menurun
Wita
RR: 18 x/m GCS 5 (E2M2V1)
T: 36,0 C0 Pupil isokor (2,5 mm/2,5 mm) Refleks pupil
SaO2: 100% Ka/Ki (+/+)
2. Memantau Central Vena Pressure (CVP) Irama napas teratur, PaO2: 131.2 mmHg, PCO2
Hasil: CVP = 8 mmHg :37.0
3. Memantau TIK TTV:
Hasil: tidak terjadi muntah, GCS: 5 (E2M2V1), TD: 105/60 mmHg
isikor 2,5mm/2,5mm, TD: 110/65 mmHg, HR: HR: 102 x/m
100 x/m RR: 20 x/m
4. Memantau status pernafasan : frekuensi, irama, T: 36.20C
kedalaman, PaO2, PCO2, PH SaO2: 99%
Hasil: RR: 18 x/m, teratur, PaO2: 131.2 mmHg, A: Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral
PCO2 :37.0 mmHg, dan pH: 7.48 (belum teratasi)
5. Mempertahankan suhu normal dan WBC
Hasil: T: 36.00C, dan WBC: 19.1 P: Lanjutkan intervensi
6. Memberikan obat anti nyeri 1. Monitor TTV
Hasil: Paracetamol 100 ml/8 jam 2. Monitor CVP
3. Monitor TIK
4. Berikan sedasi sesuai kebutuhan
5. Pertahankan suhu normal
6. Berikan obat anti nyeri
7. Monitor suhu dan WBC
3 03/5/2017 Ketidakseimbangan 1. Memberikan nutrisi parenteral sesuai S:-
nutrisi kurang dari kebutuhan
07:00- kebutuhan tubuh b/d Hasil: Klien diberikan parenteral cairan ringer O:
14:00 funding 500 ml/24 jam
54
Wita faktor biologis 2. Mempertahankan teknik steril ketika Nutrisi diberikan sesuai jadwal
mempersiapkan dan memberikan cairan nutrisi Bising usus normal (8x/m
total parenteral BB menurun (turun 5 Kg)
Hasil: Menuci tangan sebelum dan sesudah Asupan nutrisi via OGT: bubur saring+putih telur
memberikan nutrisi parenteral 3x300, susu peptisol 3x300, dan jus buah 1x100
3. Memantau apa ada bunyi usus tiap 8 jam serta cairan ringer funding 500 ml/24 jam via intra
Hasil: peristaltik usus 8x/m vena
4. Memantau tanda-tanda udeme dan dehidrasi Balance cairan (880-810=+70)
Hasil: Udeme ekstremitas sudah tidak tampak Hasil lab: Bilirubin total0.44, Bilirubin direct
lagi, kulit teraba kering 0.31, SGOT 52, SGPT 50 Albumin 2.6, Natrium:
5. Memantau masukan dan output cairan. 134, Kalium: 4.3, Klorida 104 (Hipoalbuminemia)
Hasil: Setiap akhir shift dilakulkan balance A: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
cairan (880-810=+70) tubuh (belum teratasi)
6. Memantau kadar albumin. Protein total,
elektrolit, profil lipid, glukosa darah dan kimia P: Lanjutkan intervensi
darah
1. Memberikan nutrisi parenteral sesuai kebutuhan
Hasil: Bilirubin total: 0.44, Bilirubin direct:
2. Pertahankan teknik steril ketika mempersiapkan dan
0.31, SGOT: 52, SGPT: 50, Albumin: 2.6,
memberikan cairan nutrisi total parenteral
Natrium: 134, Kalium: 4.3 & Klorida: 104
3. Monitor apa ada bunyi usus tiap 4 jam sampai 8 jam
7. Mengecek residu pada selang NGT setiap
4. Monitor tanda-tanda edema atau dehidrasi
sebelum pemberian makan melalui selang
5. Monitor masukan dan output cairan.
NGT
6. Monitor kadar albumin. Protein total, elektrolit,
Hasil: Tidak ada residu
profil lipid, glukosa darah dan kimia darah
8. Mendorong pemberian nutrisi via enteral
7. Cek residu pada selang NGT setiap sebelum
sesuai indikasi.
pemberian makan melalui selang NGT
Hasil: Diberikan nutrisi enteral via OGT:
8. Dorong pemberian nutrisi bertahap dari parenteral
bubur saring+putih telur 3x300, susu peptisol
menuju enteral sesuai indikasi
3x300, dan jus buah 1x100 serta ditambahkan
dengan Vip Albumin 2 kapsul
4 03/5/2017 Resiko Infeksi 1. Mempertahankan teknik aseptif S:-
Hasil: Mencuci tangan sebelum dan sesudah
07:00- tindakan (dilakukan cuci tangan sesuai 5 O:
14:00 moment) serta mempertahankan teknik steril Luka selesai dibalut dan tampak bersih
Wita 2. Memantau tanda-tanda infeksi Trakeostomi hari ke 35
55
Hasil: Tampak kemerahan dan teraba panas Kateter (H-3)
daerah sekitar luka serta penggunaan kateter H OGT (H-3)
ke 3, trakeostomi pada hari ke 35. Bau saat di suction
3. Menggunakan sarung tangan sebagai alat Vital sign:
pelindung TD: 105/60 mmHg
Hasil: Menggunakan sarung tangan setiap HR: 102 x/m
membersihkan luka RR: 20 x/m
4. Membersihkan luka dengan cairan NaCl atau air T: 36.20C
mineral WBC :19.10C
5. Mengganti balutan sesuai dengan jenis luka Hasil lab: leukositosis, trombisitosis dan anemi
Hasil: Luka dibersihkan dengan NaCl dan A: Resiko Infeksi (belum teratasi)
berikan Balutan Hidrofobic dan di tutup dengan
Kassa P: Lanjutkan intervensi
6. Mengobservasi TTV 1. Pertahankan teknik aseptif
Hasil: 2. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
TD: 110/65 mmHg keperawatan
HR: 100 x/m 3. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
RR: 18 x/m 4. Monitor TTV
T: 36,00C 5. Bersihkan daerah kulit secara berkala
7. Memberikan terapi antibiotik 6. Catat volume dan karateristik drainase (bau, warna,
Hasil: Vancomycin 500 mg/6 jam konsistensi)
8. Meningkatkan intake nutrisi 7. Lakukan perawatan luka, bersihkan dengan normal
Hasil: salin atau pembersihan tidak beracun
- Nutrisi Via parenteral: Ringer funding 500 8. Berikan balutan luka yang sesuai dengan jenis luka
cc/24 jam 9. Berikan terapi antibiotik
- Nutrisi Via enteral: Susu peptisol 3x300
dan bubur saring+putih telur 3x300 dan jus
buah 1x100
9. Memantau suhu dan WBC
Hasil: T: 36.60C dan WBC 19.1
5 03/5/2017 Kerusakan integritas 1. Mengindari kerutan pada tempat tidur S: Tidak dapat dinilai
kulit belum teratasi b/d Hasil: Sepray di ganti setiap pagi hari dan
07:00- terpasang kasur dekubitus O:
faktor mekanis:
14:00 2. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) - Luka mulai mengering dan kulit mengelupas
56
Wita Immobilisasi Hasil: pasien di mobilisasi pagi dan sore hari -
3. Memantau kulit akan adanya kemerahan - Selsai dioleskan salep pagi dan sore hari
Hasil: tampak kemerahan pada kulit pasien - Luka tampak mengering daerah punggung
4. Mengoleskan lotion atau minyak/baby oil pada - WBC: 19.1
derah yang tertekan - Kerusakan integritas kulit derajat 2
Hasil: Diolesi salep MBO Talk dipagi hari, A: Kerusakan integritas kulit belum teratasi
salep As. Salisilat+As. Benzoat dan miconazole
cream disore hari. P: Lanjutkan intervensi
5. Memanatau status nutrisi pasien 1. Hindari kerutan pada tempat tidur
Hasil: Hipoalbuminea, pemenuhan nutrisi via 2. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam
OGT sekali
6. Memandikan pasien dengan sabun 3. Monitor kulit akan adanya kemerahan
Hasil: Pasien dimandikan setiap pagi hari 4. Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang
7. Observasi luka : lokasi, dimensi, kedalaman tertekan
luka, karakteristik,warna cairan, granulasi, 5. Monitor status nutrisi pasien
jaringan nekrotik, tanda-tanda infeksi lokal, 6. Memandikan pasien dengan sabun
formasi traktus 7. Observasi luka : lokasi, dimensi, kedalaman luka,
Hasil: Tampak kulit terkelupas daerah karakteristik,warna cairan, granulasi, jaringan
punggung grade 2 nekrotik, tanda-tanda infeksi lokal, formasi traktus
8. Mencegah kontaminasi feses dan urin 8. Cegah kontaminasi feses dan urin
Pasien menggunakan popok dan terpasang 9. Lakukan tehnik perawatan luka dengan steril
kateter urine serta underpad 10. Berikan posisi yang mengurangi tekanan pada luka
9. Melakukan tehnik perawatan luka dengan steril
Hasil: dilakukan perawatan luka dengan teknik
bersih
10. Memberikan posisi yang mengurangi tekanan
pada luka
Hasil: Dipasangkan bantal didaerah kaki dan
dipasang kasur dekubitus serta undepad
57
Wita setiap melakukan tindakan nebulizer dan lpm
suction Terdapat lendir pada trakheolife berwarna gelap
3. Memposiskan klien untuk memaksimalkan Posisi klien head up
ventilasi Bunyi napas ronkhi
Hasil: Klien diposisikan semi fowler 15-30oC RR: 18x/menit, SaO2 99%
4. Mendengarkan suara nafas, suara tambahan Masih terdengar sesekali
seperti ronkhi dan crackles A: Ketidakefektifan bersihan jalan nafas (belum teratasi)
Hasil: Bunyi nafas ronkhi
5. Memberikan bronkhodilator P: Lanjutkan intervensi
Hasil: diberikan N-Ace + Combivent 1. Mencuci tangan
6. Melakukan pengisapan lendir (suction) 2. Menggunakan alat pelindung diri
Hasil: Dilakukan pengisapan lendir, dan tampak 3. Posiskan klien untuk memaksimalkan ventilasi
lendir berwarna gelap 4. Memberikan bronkodilator
7. Memantau status pernafasan dan oksigenasi 5. Memberikan terapi nebulizer
Hasil: RR: 22x/menit, SaO2 100%, diberikan 6. Melakukan fisioterapi dada
oksigen 6 lpm via trakeostomi on trakeolife 7. Melakukan peyedotan melalui trakeostomi atau oral
8. Melakukan perawatan mulut: Menggosok gigi (suction)
dengan kasa 8. Auskultasi suara nafas, suara tambahan seperti ronkhi
Hasil: Oral hyegine dilakukan setiap pagi, dan dan crackles
klien tampak bersih. 9. Monitor status pernafasan dan oksigenasi
2 04/5/2017 Resiko ketidakefektifan 1. Memantau Tanda-tanda vital S: -
perfusi jaringan Hasil:
07:00- cerebral O:
14:00 TD: 108/58 mmHg
HR: 98 x/m Kesadaran menurun
Wita
RR: 22 x/m GCS 5 (E2M2V1)
T: 36,5 C0 Pupil isokor (2,5 mm/2,5 mm) Refleks pupil
SaO2: 100% Ka/Ki (+/+)
2. Memantau Central Vena Pressure (CVP) Irama napas teratur, PaO2: 131.2 mmHg, PCO2
Hasil: CVP = 8 mmHg :37.0
3. Memantau TIK TTV:
Hasil: tidak terjadi muntah, GCS: 5 (E2M2V1), TD: 105/60 mmHg
isikor 2,5mm/2,5mm, TD: 108/58 mmHg, HR: HR: 102 x/m
98 x/m RR: 20 x/m
4. Memantau status pernafasan : frekuensi, irama, T: 36.20C
58
kedalaman, PaO2, PCO2, PH SaO2: 99%
Hasil: RR: 22 x/m, teratur, PaO2: 131.2 mmHg, A: Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral
PCO2 :37.0 mmHg, dan pH: 7.48 (belum teratasi)
5. Mempertahankan suhu normal dan WBC
Hasil: T: 36.50C, dan WBC: 19.1 P: Lanjutkan intervensi
6. Memberikan obat anti nyeri 1. Monitor TTV
Hasil: Paracetamol 100 ml/8 jam 2. Monitor CVP
3. Monitor TIK
4. Berikan sedasi sesuai kebutuhan
5. Pertahankan suhu normal
6. Berikan obat anti nyeri
7. Monitor suhu dan WBC
3 04/5/2017 Ketidakseimbangan 1. Memberikan nutrisi parenteral sesuai S:-
nutrisi kurang dari kebutuhan
07:00- kebutuhan tubuh b/d Hasil: Klien diberikan parenteral cairan ringer O:
14:00 faktor biologis funding 500 ml/24 jam Nutrisi diberikan sesuai jadwal dan komposisi
Wita 2. Memantau bunyi usus tiap 8 jam yang tepat
Hasil: peristaltik usus 8x/m Bising usus normal (8x/m
3. Memantau masukan dan output cairan. BB menurun (turun 5 Kg)
Hasil: Setiap akhir shift dilakulkan balance Asupan nutrisi via OGT: bubur saring+putih telur
cairan (880-798=+82) 3x300, susu peptisol 3x300, dan jus buah 1x100
4. Memantau kadar albumin. Protein total, serta cairan ringer funding 500 ml/24 jam via intra
elektrolit, profil lipid, glukosa darah dan kimia vena
darah Balance cairan (880-798=+82)
Hasil: Bilirubin total: 0.44, Bilirubin direct: Hasil lab: Bilirubin total0.44, Bilirubin direct
0.31, SGOT: 52, SGPT: 50, Albumin: 2.6, 0.31, SGOT 52, SGPT 50 Albumin 2.6, Natrium:
Natrium: 134, Kalium: 4.3 & Klorida: 104 134, Kalium: 4.3, Klorida 104 (Hipoalbuminemia)
5. Mengecek residu pada selang NGT setiap A: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
sebelum pemberian makan melalui selang
tubuh (belum teratasi)
NGT
Hasil: Tidak ada residu P: Lanjutkan intervensi
6. Mendorong pemberian nutrisi via enteral
sesuai indikasi. 1. Memberikan nutrisi parenteral sesuai kebutuhan
Hasil: Diberikan nutrisi enteral via OGT: 2. Pertahankan teknik steril ketika mempersiapkan dan
bubur saring+putih telur 3x300, susu peptisol memberikan cairan nutrisi total parenteral
59
3x300, dan jus buah 1x100 serta ditambahkan 3. Monitor apa ada bunyi usus tiap 4 jam sampai 8 jam
dengan Vip Albumin 2 kapsul 4. Monitor tanda-tanda edema atau dehidrasi
5. Monitor masukan dan output cairan.
6. Monitor kadar albumin. Protein total, elektrolit,
profil lipid, glukosa darah dan kimia darah
7. Cek residu pada selang NGT setiap sebelum
pemberian makan melalui selang NGT
8. Dorong pemberian nutrisi bertahap dari parenteral
menuju enteral sesuai indikasi
4 04/5/2017 Resiko Infeksi 1. Mempertahankan teknik aseptif S:-
Hasil: Mencuci tangan sebelum dan sesudah
07:00- tindakan (dilakukan cuci tangan sesuai 5 O:
14:00 moment) serta mempertahankan teknik steril Luka selesai dibalut dan tampak bersih
Wita 2. Memantau tanda-tanda infeksi Trakeostomi hari ke 36
Hasil: Tampak kemerahan dan teraba panas Kateter (H-3)
daerah sekitar luka serta penggunaan kateter H OGT (H-3)
ke 4, trakeostomi pada hari ke 36. Bau saat di suction
3. Menggunakan sarung tangan sebagai alat Vital sign:
pelindung TD: 105/60 mmHg
Hasil: Menggunakan sarung tangan setiap HR: 102 x/m
membersihkan luka RR: 20 x/m
4. Mengobservasi TTV T: 36.00C
Hasil: WBC :19.10C
TD: 108/58 mmHg Hasil lab: leukositosis, trombisitosis dan anemi
HR: 98 x/m A: Resiko Infeksi (belum teratasi)
RR: 22 x/m
T: 36,50C P: Lanjutkan intervensi
5. Memberikan terapi antibiotik
Hasil: Vancomycin 500 mg/6 jam 1. Pertahankan teknik aseptif
6. Meningkatkan intake nutrisi 2. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
Hasil: keperawatan
- Nutrisi Via parenteral: Ringer funding 500 3. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
cc/24 jam 4. Monitor TTV
- Nutrisi Via enteral: Susu peptisol 3x300 5. Bersihkan daerah kulit secara berkala
dan bubur saring+putih telur 3x300 dan jus 6. Catat volume dan karateristik drainase (bau, warna,
60
buah 1x100 konsistensi)
7. Memantau suhu dan WBC 7. Lakukan perawatan luka, bersihkan dengan normal
Hasil: T: 36.60C dan WBC 19.1 salin atau pembersihan tidak beracun
8. Berikan balutan luka yang sesuai dengan jenis luka
9. Berikan terapi antibiotik
5 04/5/2017 Kerusakan integritas 1. Mengindari kerutan pada tempat tidur S: Tidak dapat dinilai
kulit belum teratasi b/d Hasil: Sepray di ganti setiap pagi hari dan
07:00- terpasang kasur dekubitus O:
faktor mekanis:
14:00 Immobilisasi 2. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) - Luka mulai mengering dan kulit mengelupas
Wita Hasil: pasien di mobilisasi pagi dan sore hari - Luka Grade 2
3. Memantau kulit akan adanya kemerahan - WBC: 19.1
Hasil: tampak kemerahan pada kulit pasien - Tampak proses penyembuhan luka
4. Mengoleskan lotion atau minyak/baby oil pada A: Kerusakan integritas kulit belum teratasi
derah yang tertekan
Hasil: Diolesi salep MBO Talk dipagi hari, P: Lanjutkan intervensi
salep As. Salisilat+As. Benzoat dan miconazole
cream disore hari. 1. Hindari kerutan pada tempat tidur
5. Membersihkan luka dengan cairan NaCl atau air 2. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam
mineral sekali
6. Mengganti balutan sesuai dengan jenis luka 3. Monitor kulit akan adanya kemerahan
Hasil: Luka dibersihkan dengan NaCl dan 4. Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang
berikan Balutan Hidrofobic dan di tutup dengan tertekan
Kassa 5. Monitor status nutrisi pasien
7. Mencegah kontaminasi feses dan urin 6. Memandikan pasien dengan sabun
Hasil: Pasien menggunakan popok dan 7. Observasi luka : lokasi, dimensi, kedalaman luka,
terpasang kateter urine serta underpad karakteristik,warna cairan, granulasi, jaringan
nekrotik, tanda-tanda infeksi lokal, formasi traktus
8. Memberikan posisi yang mengurangi tekanan 8. Cegah kontaminasi feses dan urin
pada luka 9. Lakukan tehnik perawatan luka dengan steril
Hasil: Dipasangkan bantal didaerah kaki dan 10. Berikan posisi yang mengurangi tekanan pada luka
dipasang kasur dekubitus serta undepad
6 04/5/2017 Pada pukul 15:00 wita, Pasien di pindahkan ke Lontara 3 Bedah Saraf. Dengan kesadaran menurun (GCS 5: E2,M2,V1), dan post
op craniotomi dan trakheostomi. Terapi lanjut
61
E. WEB OF CAUTION (WOC) KASUS TRAUMATIC BRAIN INJURY + POST OP KRANIATOMI
Kecelakaan lalu lintas
Deselerasi
Arteri meningea media
robek
Kepala membentur aspal
Peerdarahan
Pembedahan
Os tengkorak & durameter Traumatic Brain Injury GCS 5
Formatio retikularis Peningkatan jumlah aliran darah ke area cedera Invasi bakteri
medula oblongata
Brain Edema Risiko infeksi
Peningkatan TIK
Gangguan aliran darah dan oksigen ke otak Penurunan Kesadaran Immobilisasi Tirah baring lama
Metabolisme anaerob Vasodilatasi pembuluh darah sel melepaskan mediator nyeri Defisit Penekanan daerah
perawatan diri menonjol
Iskemik Hipoksia serebral Impuls ke pusat nyeri di otak (thalamus)
Luka dekubitus
Nekrosisi pada jaringan otak Nyeri di persepsikan
62
Penurunan Akumulasi Sekret Reaksi inflamasi
Kesadaran
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
63
64
BAB V
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang keterkaitan dan kesenjangan antara tinjauan
teori dengan pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien Tn. D dengan diagnose medis
Traumatic Brain Injury + Post Op Kraniatomi di Ruang Intensive Care Unit RSUP. Wahidin
Sudirohusodo Makassar.
Pengkajian yang dilakukan pada tanggal 2 Mei 2017 pukul 09.00 wita dilakukan melalui
kajian status selanjutnya dilakukannya autoanamnesa kepada keluarga pasien. Dalam kajian
ditemukan bahwa alasan klien masuk rumah sakit dikarenakan mengalami penurunan kesadaran
Pada hari yang sama pula ditetapkan beberapa masalah keperawatan, yang terdiri dari
:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
2. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
4. Resiko Infeksi
5. Kerusakan integritas kulit
Setelah ditetapkan prioritas masalah keperawatan melalui analisa data, maka disusunlah
rencana tindakan atau intervensi keperawatan yang mengacu pada Nanda NIC NOC 2015.
Setelah intervensi keperawatan yang disusun maka dilakukanlah implementasi keperawatan
selama 3 hari terhitung mulai tanggal 2 Mei 2017 sampai dengan tanggal 4 Mei 2017.
Pada tanggal 4 Mei 2017 pukul 15.00 wita pasien diizinkan untuk dilakukan alih rawat
dari ruang ICU ke ruang perawatan dengan pertimbangan medis telah terjadi perbaikan dan
prognosis penyakit yang semakin membaik dan tidak memerlukan lagi bantuan napas berupa
ventilator. Kesadaran pasien masih apatis dengan GCS 5.
Berdasarkan anamnesa yang dilakukan kepada keluarga pasien, didapatkan data bahwa
pasien masuk ICU dikarenakan mengalami penurunan kesadaran akibat kecelakaan lalu lintas di
65
Toraja, pasien sempat muntah dan pingsan. Adapun hasil CT Scan dari pasien :
1. Epidural hematom
2. Perdarahan intracerebri
3. Brain edema
4. Hematoma subgaleal
5. Multisinusisti
Dari pengkajian yang dilakukan pada tanggal 2 Mei 2017 didapatkan bahwa pasien
berada dalam kesadaran apatis, GCS 5 (E2M2V1). Pada pemeriksaan fisik didapatkan data: TD
98/56 mmHg, Heart rate 96x/ menit dan suhu tubuh 36.60C yang secara fluktuatif selalu berada
pada kisaran 36,00C – 37,50C. Hal ini sesuai dengan gambaran CT Scan tanggal 28 Maret 2017
yang mengindikasikan telah terjadi perdarahan pada intracerebri lobus temporal dextra (subdural
hematoma) yang mempengaruhi tingkat kesadaran pasien. Sementara pergeseran midline shift
mengindikasikan terjadinya perubahan suhu tubuh yang fluktuatif dikarenakan penekanan pada
Pada pengkajian status didapatkan data bahwa pasien juga mengalami perdarahan sub
arachnoid. Berdasarkan Stroke Association (2012) menyatakan jika terjadi perdarahan sub
arachnoid maka pada klinis pasien akan ditemukan adanya kaku kuduk dan rangsang meningen,
hal ini disebabkan lapisan sub arachnoid berhubungan langsung dengan cairan meningen otak.
Namun pada pemeriksaan rangsang meningeal tidak ditemukan adanya kaku kuduk. Hal ini
dapat disebabkan perdarahan sub arachnoid yang terjadi telah diabsorbsi dengan baik.
Secara teoritis, menurut Nanda (2015) pada pasien dengan Traumatic Brain Injury + Post
66
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
4. Nyeri akut
6. Risiko Infeksi
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada tanggal 2 Mei 2017, maka beberapa
permasalahan dalam keperawatan yang dapat dimunculkan adalah:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
Batasan karakteristik dalam menegakkan diagnosa ini berdasarkan Nanda (2015) yang
muncul pada pasien adalah ditandai dengan bunyi napas ronkhi, RR yang tidak stabil, adanya
batuk, terdapatnya usaha bernapas dengan melihat pengembangan dada.
2. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral
Batasan karakteristik dalam menegakkan diagnosa ini berdasarkan Nanda (2015) yang
muncul pada pasien adalah ditandai dengan penurunan kesadaran apatis yaitu pasien tidak
merespon terhadap keadaan sekeliling ditandai dengan tidak adanya kontak mata dan nilai
Glasgow Coma Scale : Eye 2 (Dengan Rangsangan Nyeri), Motorik 2 (gerakan abnormal),
Verbal 1 (tidak ada suara) serta hasil CT Scan yang mengidentifikasi adanya perdarahan
intracerebri.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Batasan karakteristik dalam menegakkan diagnosa ini berdasarkan Nanda (2015) yang
muncul pada pasien adalah ditandai dengan ketidakadekuatan asupan nutrisi, penurunan berat
badan, hasil laboratium yang mengidentifikasi hipoalbuminemia.
4. Risiko Infeksi
Batasan karakteristik dalam menegakkan diagnosa ini berdasarkan Nanda (2015) yang
muncul pada pasien adalah ditandai dengan adanya prosedur invasif (post op kraniotomi),
terpasang OGT hari ke 2, terpasang kateter hari ke 2, terpasang CVC line hari ke 27. Hasil
67
pemeriksaan laboratorium didapatkan WBC : 19.1 dan terjadi peningkatan suhu tubuh
(37,70C).
5. Kerusakan integritas kulit
Batasan karakteristik dalam menegakkan diagnosa ini berdasarkan Nanda (2015) yang
muncul pada pasien adalah ditandai dengan terjadinya luka dekubitus pada daerah sacrum,
dan pada tumit. Serta terkelipasnya kulit dan adanya luka kraniotomi dan trakeostomi.
Dari 5 diagnose yang diangkat, disusunlah intervensi keperawatan berdasarkan Nursing
penulis dalam merawat pasien. Intervensi yang dilakukan lebih didasarkan pada penanganan
Live Support pasien dan kegawatan yang potensial akan terjadi selama pasien dalam
vital terutama respirasi rate, selain itu adanya sumbatan jalan napas yang disebabkan oleh
penumpukan secret, pemberian oksigen, tindakan fisioterapi dada, nebulizer, dan suction. Dan
yang paling utama adalah pemberian posisi untuk memaksimalkan ventilasi. Hasil yang
diharapkan dalam intervensi ini adalah jalan napas bersih, respirasi rate dalam batas normal,
tanda-tanda vital paasien seperti : tekanan darah, heart rate dan respirasi. Selain itu perbaikan
tingkat kesadaran baik secara kualitatif dan kuantitatif merupakan target utama ditegakkan
68
diagnosa ini. Asupan oksigen yang dilakukan secara bertahap, dimaksudkan untuk
mempertahankan asupan oksigen diotak, selain untuk kepentingan metabolism terapi oksigen
diperlukan untuk mencegah hipoksemia di otak. Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan
intervensi ini adalah keadekuatan tanda-tanda vital dalam rentang normal, tekanan darah
diharapkan dalam rentang 120-150/70-90 mmHg, heart rate 60-100x/menit, respirasi rate 12-
20 x/menit. Selain tanda-tanda vital target minimal dalam tercapai tidaknya pelaksanaan
memonitor tanda-tanda vital, memantau hasil laboratorium dalam keadaan normal teritama
albumin, penurunan berat badan, memantau residu lambung, dan pemberian nutrisi via
parenteral dan enteral. Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan intervensi ini adalah
keadekuatan tanda-tanda vital dalam rentang normal, BB dalam batas normal (ideal), albumin
dalam batas normal, asupan nutrisi adekuat dan terpenuhi. Selain itu, hasil pemeriksaan
laboratorium terutama pada hasil Hb (Hemoglobin) dalam rentang normal (12.0-16.0 g/dL).
Resiko infeksi dan kerusakan integritas kulit lebih difokuskan pada mempertahankan
teknik aseptif dalam melakukan tindakan pada pasien, membersihkan luka secara aseptik,
penilaian hasil laboratorium normal, pemantauan suhu tubuh dan penggantian alat yang
terpasang pada pasien jika > 3 hari pemasangan serta pemberian antibiotic. Hasil yang
diharapkan dalam intervensi ini adalah hasil laboratorium dalam keadaan normal terutama
hasil WBC (White Blood Cell), suhu tubuh pasien dalam rentang normal (36,50C- 37,50C).
kondisi kulit tidak kering dan tidak adanya kerusakan integritas kulit. Selain itu, penggantian alat
yang terpasang > 3 hari dapat diganti, kolaborasi pemberian antibiotic dan antipiretik dapat
69
Setelah implementasi, maka proses evaluasi dilakukan pada pasien :
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas pasien pada tanggal 4 Mei 2017 mengalami
perubahan, dimana pasien batuk hanya sekali, jumlah sekret pun semakin sedikit, dan
respirasi rate dalam rentang normal. Teknik fisoterapi dada, pemberian terapi
bronkhodilator, dan tindakan suction memberikan efek positif pada pasien dengan jalan
2. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral pasien pada tanggal 4 Mei 2017 masih
tetap dengan kondisi apatis dan GCS 5 dimana pasien masih tidak membuka napas secara
spontan, gerakan ekstremitas masih apatis, dan masih tidak bersuara. Tidak ada
peningkatan tekanan intrakranial, luka post op craniotomi sudah mulai menutup dengan
baik. Reaksi pupil kiri kanan (+/+) dan ukuran pupil isokor.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada tanggal 4 Mei 2017,
pemberian nutrisi masih diberikan via OGT untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.
Nutrisi diberikan sesuai dengan diet yang telah ditentukan dan sesuai dengan jadwal yang
telah dibuat. Pasien mengalami hipoalbuminemia dan penurunan berat badan sekitar 5 kg.
4. Resiko infeksi pada tangal 4 Mei 2017, tanda-tanda kemerahan dan panas pada daerah
sekitar luka tidak terlihat dengan jelas, namunperlu dilakukan pemeriksaan leukosit untuk
melihat tingkat infeksi apakah berkurang atau tidak. Karena hasil lab terakhir pada tangal
19 April 2017.
5. Kerusakan integritas kulit pada tanggal 4 Mei 2017 terlihat bahwa kulit pasien
memperlihatkan proses regenerasi sel kulit, dan penutupan luka post operasi dan luka
dekubitus.
70
Pada perawatan hari ketiga yaitu pada tanggal 4 April 2017 pasien diputuskan untuk
dipindahkan dari ruang ICU menuju ruang rawat intermediate dengan pertimbangan bahwa
71
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
dengan diagnose medis Traumatic Barin Injury + Post Op Craniatomy dengan di ruang
Intensive Care Unit Rumah Sakit Umum Dr. dr Wahidin Sudirohusodo Makassar, maka
1. Traumatic Brain Injury adalah salah satu bentuk trauma yang dapat mengubah
dan pekerjaan atau dapat dikatakan sebagai bagian dari gangguan traumatik yang dapat
untuk membuka tengkorak (tempurung kepala) dengan maksud untuk mengetahui dan
2. Perkiraan volume darah didapatkan dari gambaran CT Scan dengan menggunakan rumus
Broderick, yaitu lebar x tinggi x panjang dibagi 2, dimana lebar dan tinggi didapatkan
pada volume darah terbanyak dalam satu slide CT Scan sementara panjang didapatkan
ditekankan pada riwayat penyakit saat ini dan pemeriksaan persistem B1-B6
4. Analisa data masalah keperawatan dan diagnose keperawatan pada kasus pasien terdiri
cerebral, Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, Resiko infeksi, dan
72
5. Intervensi keperawatan kasus pasien bertujuan untuk memperbaiki tingkat kesadaran
secara kuantitatif dan kualitatif, perbaikan tanda-tanda vital, memperbaiki jalan napas,
mempertahankan rentang normal suhu tubuh, dan menjagaga kebersihan tubuh pasien
mengacu pada intervensi keperawatan yang disusun, terdiri dari observasi dan
pelaksanaan implementasi setiap jam dan evaluasi berdasarkan SOAP yang didapatkan
7. Evaluasi akhir pada kasus pasien Traumatic Barin Injury + Post Op Craniatomy adalah
bersihan jalan napas yang mulai berkuranga, GCS 5 dan pasien telah dipindahkan
B. Saran
1. Dalam menentukan diagnosa keperawatan diharapkan perawat tidak terpaku pada teori
saja. Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan pasien sehingga
dan prasarana serta kemampuan perawat dalam melaksanakan tindakan keperawatan yang
telah ditentukan.
73
DAFTAR PUSTAKA
Amin, H.N., & Hardhi K (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan NANDA Nic-Noc. Yogyakarta :Mediaction
Barbara C. Long. 1996. Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan).
Alih bahasa : Yayasan Ikatan alumsi Pendidikan Keperawatan Pajajaran Bandung.
Cetakan I.
Carpenito, L.J. 2003. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.
Doengoes E.Marilyn. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Dorland. 1998. Kamus Saku Kedokteran. Jakarta: EGC.
Herdman, H.T. (2015). Nanda International Inc. Diagnosa Keperawatan: Defenisi & Klasifikasi
2015-2017. Ed.10. Jakarta: EGC.
Hudak & Gallo. (1996). Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik, Volume II. Jakarta : EGC.
Mansjoer, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 1. Jakarta: Media
Aesculapius.
Price and Wilson. (2005). Patofisiologi. Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit. Edisi 6. Volume
2. Jakarta : EGC.
Price S.A., Wilson L. M. 2006. Buku Ajar Ilmu. Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta : EGC
Suzanne C.S. & Brenda GB. (1999).Buku Ajar Medikal Bedah. Edisi 8. Volume 3. Jakarta :
EGC.
.Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah edisi 3 volume 8. Jakarta:
EGC.
Sylvia A. Price. 2006. Patofosiologi Konsep Penyakit. Jakarta: EGC
74