LAPORAN PENDAHULUAN
DENGAN MASALAH UTAMA
RESIKO BUNUH DIRI
OLEH :
FIQRIATUL HIDAYAH
C121 13 004
Sementara itu, Yosep & Sutini (2016) mengklasifikasikan terdapat tiga jenis
bunuh diri, meliputi:
1) Bunuh diri anomik
Bunuh diri anomik adalah suatu perilaku bunuh diri yang didasari oleh faktor
lingkungan yang penuh tekanan (stressful) sehingga mendorong seseorang
untuk bunuh diri.
2) Bunuh diri altruistic
Bunuh diri altruistik adalah tindakan bunuh diri yang berkaitan dengan
kehormatan seseorang ketika gagal dalam melaksanakan tugasnya.
3) Bunuh diri egoistic
Bunuh diri egoistik adalah tindakan bunuh diri yang diakibatkan faktor dalam
diri seseorang seperti putus cinta atau putus harapan.
2. Proses terjadinya resiko bunuh diri
1. Rentan Respon
Perilaku bunuh diri menurut Fitria (2009) dibagi menjadi 3 kategori, yaitu
sebagai berikut:
a. Upaya Bunuh Diri (suicide attempt) yaitu sengaja melakukan kegiatan
bunuh diri, dan bila kegiatan itu sampai tuntas akan menyebabkan kematian.
b. Isyarat Bunuh Diri (suicide gesture) yaitu bunuh diri yangdirencanakan
untuk usaha mempengaruhi perilaku orang lain).
c. Ancaman Bunuh Diri (suicide threat) yaitu suatu perinagtan secara langsung
maupun tidak langsung, verbal atau onverbal bahwa seseorang sedang
mengupayakan bunuh diri.
2. Terapi Lingkungan pada Kondisi Bunuh Diri
a. Ruangan aman dan nyaman, terhindar dari alat yang dapat digunakan untuk
mencederai diri sendiri atau orang lain.
b. Alat-alat medis, obat-obatan, dan jenis cairan medis di lemari dalam keadaan
terkunci.
c. Ruangan harus ditempatkan di lantai satu dan keselur4uhan ruanagn mudah
dipantau oleh petugas kesehatan.
d. Ruangan yang menarik, misalnya dengan warna cat cerah, ada poster dll.
e. Hadirkan musik yang ceria, televisi, film komedi, bacaan ringan dan lucu.
f. Adanya lemari khusus untuk menyimpan barang pribadi klien.
g. Lingkungan sosial: komunikasi terapeutik dengan cara semua petugas
menyapa pasiien sesering mungkin, memberikan penjelasan setiap akan
melakukan tindakan keperawatan atau kegiatan medis lainnya, menerima
pasien apa adanya tidak engejek atau merendahkan, meningkatkan harga diri
pasien, membantu menilai dan meningkatkan hubungan social secara bertahap,
membantu pasien dalam berinteraksi dengan keluarganya, sertakan keluarga
dalam rencana asuhan keperawatan, jangan biarkan pasien sendiri dalam
waktu yang lama.
3. a. Pohon masalah
4. Diagnosa keperawatan
Resiko bunuh diri
5. Rencana tindakan keperawatan
Tujuan umum : Klien tidak melakukan percobaan bunuh diri
Tujuan khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
1) Perkenalkan diri dengan klien
2) Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal.
3) Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.
4) Bersifat hangat dan bersahabat.
5) Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat.
b. Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri
Tindakan :
1) Jauhkan klien dari benda benda yang dapat membahayakan (pisau, silet,
gunting, tali, kaca, dan lain lain).
2) Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh perawat.
3) Awasi klien secara ketat setiap saat.
c. Klien dapat mengekspresikan perasaannya
Tindakan:
1) Dengarkan keluhan yang dirasakan.
2) Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan, ketakutan dan
keputusasaan.
3) Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana harapannya.
4) Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan, kematian,
dan lain lain.
5) Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang menunjukkan keinginan
untuk hidup.
d. Klien dapat meningkatkan harga diri
Tindakan:
1) Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.
2) Kaji dan kerahkan sumber sumber internal individu.
3) Bantu mengidentifikasi sumber sumber harapan (misal: hubungan antar
sesama, keyakinan, hal hal untuk diselesaikan).
e. Klien dapat menggunakan koping yang adaptif
Tindakan:
1) Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman pengalaman yang
menyenangkan setiap hari (misal : berjalan-jalan, membaca buku favorit,
menulis surat dll.)
2) Bantu untuk mengenali hal hal yang ia cintai dan yang ia sayang, dan
pentingnya terhadap kehidupan orang lain, mengesampingkan tentang
kegagalan dalam kesehatan.
3) Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain yang mempunyai
suatu masalah dan atau penyakit yang sama dan telah mempunyai
pengalaman positif dalam mengatasi masalah tersebut dengan koping yang
efektif
DAFTAR PUSTAKA
Dalami, E., Suliswati, Rochmimah, Suryati, K. R., & Lestari, W. (2014). Asuhan Keperawatan Klien
denganGangguan Jiwa. Jakarta: Trans Info Media.
Fitria, N. (2009). Prinsip dasar dan aplikasi penulisan laporan pendahuluan dan strategi pelaksanaan
tindakan keperawatan untuk 7 diagnosis keperawatan jiwa berat. . Jakarta: Salemba Medika.
Kusumawati, & Hartono. (2010). Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
Yosep, I., & Sutini, T. (2016). Buku Ajar Keperawatan Jiwa dan Advance Mental Health Nursing .
Bandung: Refika Aditama.
Yusuf, A., Fitryasari, R., & Nihayati, H. E. (2015). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.