Anda di halaman 1dari 41

Keperawatan Gawat Darurat

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
DENGAN KASUS SYOK KARDIOGENIK

Laporan Asuhan Keperawatan Ini Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Mata Kuliah
Keperawatan Gawat Darurat

DISUSUN
OLEH:

VIA ULTIMA FHONNA


19175044

KEPERAWATAN KLINIK KEPERAWATAN SENIOR (K3S)


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ABULYATAMA
2020

Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA


LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA
KASUS SYOK KARDIOGENIK DI KELAS DARING PROGRAM
PROFESI NERS – FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
ABULYATAMA TAHUN 2020

PEMBIMBING AKADEMIK
PEMBIMBING KLINIK (CI)

Ns. Raisa Handayani, S.Kep Ns. Riyan Mulfianda, M.Kep


NIP. 198903272019032006 NIDN. 1310109001

KOORDINATOR STASE

Ns. Riyan Mulfianda, M.Kep


NIDN. 1310109001

Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA


LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
PADA SYOK KARDIOGENIK

A. Definisi
Syok adalah suatu sindrom klinis yang ditandai dengan adanya gangguan system
sirkulasi yang mengakibatkan tidak adekuatnya perfusi dan oksigenasi untuk
mempertahankan metabolisme aerobic sel secara normal (Rifki Az, 2013).
Syok kardiogenik adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah keseluruh
tubuh, pada penyakit jantung coroner disebabkan karena adanya kematian jaringan
miokard sehingga jantung tidak dapat memompakan darah secara optimal yang
menyebabkan penurunan perfusi jaringan (Rifki Az, 2013).
Syok kardiogenik adalah suatu keadaan kegawatdaruratan di mana terjadi penurunan
curah jantung dan hipoksia jaringan, walaupun volume intravaskular adekuat. Kondisi ini
disebabkan oleh disfungsi kardiak primer, terutama sistolik, sehingga jantung tidak bisa
mempertahankan curah jantung yang adekuat. (Alomedika)
Syok kardiogenik merupakan stadium akhir disfungsi ventrikel kiri atau gagal jantung
kongestif, terjadi bila ventrikel kiri mengalami kerusakan yang luas. Otot jantung
kehilangan kekuatan kontraktilitasnya,menimbulkan penurunan curah jantung dengan
perfusi jaringan yang tidak adekuat ke organ vital (jantung, otak, ginjal). Derajat syok
sebanding dengan disfungsi ventrikel kiri. Meskipun syok kardiogenik biasanya sering
terjadi sebagai komplikasi MI, namun bisa juga terajdi pada temponade jantung, emboli
paru, kardiomiopati dan disritmia. (Brunner & Suddarth, 2002).
Syok kardiogenik adalah syok yang diakibatkan atau disebabkan oleh tidak kuatnya
perfusi jaringan akibat dari kerusakan fungsi ventrikel kiri. Syok kardiogenik terjadi
ketika jantung tidak mampu mempertahankan kardiak output yang cukup untuk perfusi
jaringan. Hal ini biasanya muncul setelah adanya penyakit infark miokardial (Manurung,
2016).
Syok merupakan sindrom gangguan patofisiologik berat yang berhubungan dengan
metabolisme seluler yang abnormal, yang umumnya disebabkan oleh perfusi jaringan
yang buruk. Disebut juga kegagalan sirkulasi perifer yang menyeluruh dengan perfusi
jaringan yang tidak adekuat (Tjokronegoro, A., dkk, 2010).
Kardiogenik syok adalah keadaan menurunnya cardiac output dan terjadinya hipoksia

Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA


jaringan sebagai akibat dari tidak adekuatnya volume intravaskular. Kriteria hemodiamik
hipotensi terus menerus (tekanan darah sistolik < 90 mmHg lebih dari 90 menit) dan
bekurangnya cardiac index (<2,2/menit per m2) dan meningginya tekanan kapiler paru
(>15 mmHg). Sebagian besar disebabkan oleh infark miokardial akut (Hollenberg, 2014).
Dari segi hemodinamik syok kardiogenik adalah kelainan jantung primer yang
mengakibatkan hal – hal berikut :
1. Tekanan arteri systole kurang dari 90mmHg ( hipotensi absolute ) atau paling tidak 60
mmHg dibawah tekanan basal ( hipotensi relatif )
2. Gangguan aliran darah ke organ – organ penting ( kesadaran menurun, vasokontriksi
di perifer origuria ( urine kurang dari 30 ml/jam )
3. Tidak adanya ganguan preload atau proses nonmiokardial sebagai etiologi syok
(aritmia, asidosis, atau depresan jantung secara farmakologi maupun fisiologik )
4. Adanya gangguan miokardial primer secara klinik dan laboratorik. (Bakta& Ketut,
1999)

Target terapi syok kardiogenik adalah :


1. Tekanan arteri rerata > 60 mmHg
2. Pulmonary wedge pressure < 18 mmHg
3. Tekanan vena sentral 8 -12 mmHg
4. Produksi urin > 0,5 mL/kg/jam
5. pH darah arteri 7,3 – 7,5
6. Saturasi oksigen vena sentral > 70% (dengan saturasi oksigen arteri > 93% dan kadar
hemoglobin > 9 g/dL)

Syok bukanlah merupakan suatu diagnosis. Syok merupakan sindrom klinis yang
kompleks yang mencakup sekelompok keadaan dengan manisfestasi hemodinamika yang
bervariasi ; tetapi petunjuk yang umum adalah tidak memadainya perfusi jaringan ketika
kemampuan jantung untuk memompa darah mengalami kerusakan. Curah jantung
merupakan fungsi baik untuk volume sekuncup maupun frekuensi jantung. Jika volume
sekuncup dan frekuensi jantung menurun atau menjadi tidak teratur, tekanan darah akan
turun dan perfusi jaringan akan terganggu. Bersama dengan jaringan dan organ lain
mengalami penurunan suplai darah, otot jantung sendiri menerima darah yang tidak
mencukupi dan mengalami kerusakan perfusi jaringan (Muttaqin, 2009).
Keadaan hipoperfusi ini memperburuk penghantaran oksigen dan zat-zat gizi, dan
pembuangan sisa-sisa metabolic pada tingkat jaringan. Hipoksia jaringan akan menggeser

Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA


metabolisme dan jalur oksidatif ke jalur anaerobic, yang mengakibatkan pembentukan
asam laktat. Kekacauan metabolism yang progresif menyebabkan syok menjadi berlarut-
larut, yang pada puncaknya akan menyebabkan kemunduran sel dan kerusakan
multisystem (Muttaqin, 2009).

B. Klasifikasi
Menurut Muttaqin (2012) syok dapat dibagi dalam tiga tahap yang semakin lama
semakin berat.
1. Tahap I, syok terkompensasi (non-progresif), ditandai dengan respon kompensatorik,
dapat menstabilkan sirkulasi, emcegah kemunduran lebih lanjut.
2. Tahap II, tahap progresif, ditandai dengan manifestasi sistemis dari hipoperfusi dan
kemunduran fungsi organ.
3. Tahap III, refrakter (irreversible), ditandai dengan kerusakan sel yang hebat tidak
dapat lagi dihindari, yang pada akhirnya menuju kematian.

C. Etiologi
Penyebab syok kardiogenik terjadi akibat beberapa jenis kerusakan, gangguan atau cedera
pada jantung yang menghambat kemampuan jantungg untuk berkontraksi secara efektif
dan memompa darah. Pada syok kardiogenik, jantung mengalami kerusakan berat
sehingga tidak bisa secara efektif memperfusi dirinya sendiri atau organ vital lainnya.
Ketika keadaan tersebut terjadi, jantung tidak dapat memompa darah karena otot jantung
yang mengalami iskemia tidak dapat memompa secara efektif. Pada kondisi iskemia
berkelanjutan, denyut jantung tidak berarturan dan curah jantung menurun secara drastic
(Yudha, 2011).
Beberapa faktor penyebab terjadinya syok kardiogenik adalah :
1. Infark Miokardium : jantung yang rusak tidak dapat memompa darah dan curah
jantung tiba-tiba menurun. Tekanan sistolik menurun akibat kegagalan mekanisme
kompensasi. Jantung akan melakukan yang terbaik pada setiap kondisi, sampai
akhirnya pompa jantung tidak dapat memperfusi dirinya sendiri
2. Aritmia Ventrikel yang Mematikan : pasien dengan takikardia terus menerus akan
dengan cepat menjadi tidak stabil. Tekanan darah sistolik dan curah jantung menurun
karena denyut jantung yang terlalu cepat menurunkan waktu pengisian ventrikel.
Takikardia ventrikel dan fibrasi ventrikel dapat terjadi karena iskemia miokardium
setelah infark miokardium akut

Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA


3. Gagal Jantung Stadium Akhir : jaringan parut di miokardium akibat serangan jantung
sebelumnyaa, dilatasi ventrikel, dan iskemia miokardium kronis merusak otot jantung,
dan gerak dinding menjadi tidak terkoordinasi (ruang ventrikel tidak padat memompa
secara bersamaan.
Menurut Manurung (2016) etiologi syok kardiogenik:
1. Koroner
Syok kardiogenik koroner lebih sering dan tampak paling sering terjadi pada pasien
dengan infark miokard.
2. Non Koroner
a. Tamponade jantung
b. Embolisme pulmonal
c. Kardiomiopati
d. Kerusakan katup
e. Disritmia
Syok kardiogenik biasanya disebabkan oleh karena gangguan mendadak fungsi jantung
atau akibat penurunan fungsi kontraktilitas jantung kronik. Secara praktis, syok
kradiogenik timbul karena gangguan mekanik atai miopatik. Etiologi syok kardiogenik
adalah (Bakta dan Suastika, 1999 dalam Mayoclinic, 2014):
1. Infark miokard akut
Kebanyakan IMA terjadi akibat dari PJK. Plak menurunkan aliran darah ke jantung
sehingga akan menyebabkan sumbatan.
a. Gangguan fungsi miokard:
1) Infark miokard akut yang cukup jelas (>40%), infark ventrikel kanan.
2) Penyakit jantung arteriosklerotik.
3) Miokardiopati:
Kardiomiopati restriktif kongestif atau kardiomiopati hipertropik.
b. Mekanis :
1) Regurgitasi mitral/aorta
2) Ruptur septum interventrikel
3) Aneurisma ventrikel masif
c. Obstruksi :
1) Pada aliran keluar (outflow) : stenosis atrium
2) Pada aliran masuk (inflow) : stenosis mitral, miksoma atrium kiri/thrombus,
perikarditis/efusi perikardium.

Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA


2. Miokarditis akut
3. Tamponade jantung akut
4. Endokarditis infektif
5. Trauma jantung
6. Ruptur septal ventrikular (biasanya terjadi karena komplikasi post-IMA
7. Ruptur korda tendinea spontan
8. Kardiomiopati tingkat akhir
9. Stenosis valvular berat
10. Regurgitasi valvular akut
11. Miksoma atrium kiri
12. Komplikasi bedah jantung

Menurut Reni (2015) dari berbagai penelitian dilaporkan adanya faktor predisposisi
timbulnya syok kardiogenik:
1. Umur yang relatif lebih tua pada syok kardiogenik, umunya lebih dari 60 tahun.
2. Telah terjadi payah jantung sebelumnya.
3. Adanya infark lama dan baru.
4. Lokasi pada dinding anterior lebih sering menimbulkan syok.
5. Infark miokard yang meluas secara progresif.
6. Komplikasi mekanik infark mikard akut, anatara lain septum sobek, insufisiensi
mitral, disenergi ventrikel.
7. Gangguan irama dan nyeri hebat.
8. Faktor ekstramiokardial: obat-obatn penyebab hipotensi atau hipovolemia.

Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA


D. Patofisiologi
Syok kardiogenik merupakan kondisi yang terjadi sebagai serangan jantung pada fase
termimal dari berbagai penyakit jantung. Berkurangnya ke aliran darah koroner
berdampak pada supply O2 kejaringan khususnya pada otot jantung yang semakin
berkurang, hal ini akan menyababkan iscemik miokard pada fase awal, namun bila
berkelanjutan akan menimbulkan injuri sampai infark miokard. Bila kondisi tersebut
tidak tertangani dengan baik akan menyebabkan kondisi yang dinamakan syok
kardiogenik. Pada kondisi syok, metabolisme yang pada fase awal sudah mengalami
perubahan pada kondisi anaerob akan semakin memburuk sehingga produksi asam
laktat terus meningkat dan memicu timbulnya nyeri hebat seperti terbakar
maupun tertekan yang menjalar sampai leher dan lengan kiri, kelemahan fisik juga terjadi
sebagai akibat dari penimbunan asam laktat yang tinggi pada darah. Semakin
Menurunnya kondisi pada fase syok otot jantung semakin kehilangan kemampuan untuk
berkontraksi utuk memompa darah.
Penurunan jumlah strok volume mengakibatkan berkurangnnya cardiac output atau
berhenti sama sekali. Hal tersebut menyebakkan suplay darah maupun O2 sangatlah
menurun kejaringan, sehingga menimbulkan kondisi penurunan kesadaran dengan akral
dinging pada ektrimitas, Kompensasi dari otot jantung dengan meningkatkan denyut
nadi yang berdampak pada penurunan tekanan darah Juga tidak memperbaiki kondisi
penurunan kesadaran. Aktifitas ginjal juga terganggu pada penurunan cardiac output,yang
berdampak pada penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR ). Pada kondisi ini pengaktifan
system rennin, angiotensin dan aldostreron akan , menambah retensi air dan natrium
menyebabkan produksi urine berkurang( Oliguri < 30ml/jam. Penurunan kontraktilitas
miokard pada fase syok yang menyebabkan adanya peningkatan residu darah di ventrikel,
yang mana kondisi ini akan semakin memburuk pada keadaan regurgitasi maupun
stenosis valvular .Hal tersebut dapat mennyebabkan bendungan vena pulmonalis oleh
akumulasi cairan maupun refluk aliran darah dan akhirnya memperberat kondisi edema
paru.

Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA


PATHWAY

WOC SYOK KARDIOGENIK

- IMA - Trauma jantung - Regurgitasi valvular akut


- Miokard akut - Ruptur korda tendinea spontan - Miksoma atrium kiri
- Endokarditis infektif - Kardiomyopati tingkat akhir - Komplikasi bedah jantung
- Temponade jantung - Stenosis valvular berat

Faktor Predisposisi: Faktor presipitasi


- Umur >60 th - Miokard infark
- Payah jantung sebelumnya
- Infark lama & baru - Obat2 yang mendepresi
jantung
- IMA meluas scr progresif
- Aritmia
- Irama nyeri berat
- Faktor extramiokardial

kontraktilitas otot jantung Iskemia

Rupture dinding ventrikel, septum atau otot papilaris Kardiak output & arteri

Nyeri dada berkelanjutan Suplai O2 ke jantung


Tekanan kapiler pulmonal
NYERI AKUT
Hipoperfusi miokard
Tekanan hidrostatik
Pengembangan paru
tdk efektif, disritmik Edema paru
Asidosis laktat

POLA NAFAS TAK EFEKTIF


Kenaikan PCWP Memperburuk iskemia
myokard

Isi sekuncup

Ginjal
Hipotensi

LVEDP & LAP dari sistolik output


Tekanan arteri pulmonary
GFR Nefron, vasokontriksi
ginjal
Cairan pulmonary selaput interstitial
SYOK KARDIOGENIK atau alveoli menurunkan daerah
permukaan PENURUNAN
Retensi Na+ dan H2O dalam CURAH
ginjal JANTUNG
- Hipoperfusi jaringan
- Cool extremities
Dypsnea Suara nafas (Ronki)
- Urine output - Poor capillary refill.
- Volume plasma ))Basah)
KERUSAKAN BERSIHAN JALAN
GANGGUAN PERTUKARAN NAFAS TAK EFEKTIF
PERFUSI JARINGAN GAS
RESTI
KELEBIHAN
VOLUME CAIRAN

KOMPLIKASI
1. Suddent death
2. Rigid
3. Kelemahan umum

Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA


E. Manifestasi Klinis
Menurut Manurung (2016) tanda dan gejala syok kardiogenik:
1. Kulit pucat dan dingin
2. Denyut nadi menurun
3. Hipotensi
4. Nyeri dada
5. Gelisah
6. Ansietas
7. Penurunan curah jantung
8. Takikardia
9. Distress pernafasan
10. Perubahan tingkat kesadaran: apatis, letargi, setengah sadar, koma.

Menurut Reni (2015) timbulnya syok kardiogenik dalam hubungan dengan infark miokard akut dapat
dikategorikan dalam:
1. Timbul tiba-tiba dalam waktu 4-6 jam setelah infark akibat gangguan miokard masif atau ruptur
dinding ventrikel kiri.
2. Timbul secara perlahan dalam beberapa hari sebagai akibat dari infark yang berulang.
3. Timbul tiba-tiba 2 hingga 10 hari setelah infark disertai timbulnya nising mitral sistolik, ruptur
septum atau disosiasi elektromekanik. Episode ini dapat disertai atau tanpa nyeri dada, tapi sering
disertai dengan sesak napas akut.

Keluhan nyeri dada pada IMA biasanya di daerah substernal, rasa seperti ditekan, diperas, seperti
diikat, rasa dicekik. Rasa nyeri menjalar ke leher, rahang, lengan, dan punggung, nyeri biasanya hebat,
berlangsung lebih dari ½ jam, tidak menghilang dengan obat-obatan nitrat. Syok kardiogenik yang
berasal dari penyakit jantung lainnya, keluhannya sesuai dengan penyakit dasarnya (Eliastam et al.,
1998 dalam Muttaqin 2010).
Kekurangan oksigen pada otak, ginjal, kulit, dan bagian tubuh lainnya akan menimbulkan tnda dan
gejala syok kardiogenik. Bebarapa tanda gejala dibawah ini biasanya timbul dua atau lebih ttanda
gejala, yaitu:
1. Penurunan kesadaran sampai kehilangan kesadaran
2. Denyut jantung yang tiba-tiba cepat
3. Diaforesis
4. Kulit pucat
Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA
5. Nadi lemah
6. Napas cepat
7. Penurunan atau tidak ada produksi urin
8. Tangan dan kaki dingin
(National Heart, Lung, and Blood Institute, 2011)

Menurut Mubin (2010), diagnosis syok kardiogenik adalah berdasarkan


1. Keluhan Pokok
a. Oliguri (urin < 20 mL/jam).
b. Mungkin ada hubungan dengan IMA (infark miokard akut).
c. Nyeri substernal seperti IMA.
2. Tanda Penting
a. Tensi turun < 80-90 mmHg
b. Takipneu dan dalam
c. Takikardi
d. Nadi cepat
e. Tanda-tanda bendungan paru: ronki basah di kedua basal paru
f. Bunyi jantung sangat lemah, bunyi jantung III sering terdengar
g. Sianosis
h. Diaforesis (mandi keringat)
i. Ekstremitas dingin
j. Perubahan mental
3. Kriteria
Adanya disfungsi miokard disertai :
a. Tekanan darah sistolis arteri < 80 mmHg.
b. Produksi urin < 20 mL/jam.
c. Tekanan vena sentral > 10 mmH2O
d. Ada tanda-tanda: gelisah, keringat dingin, akral dingin, takikardi (Mubin, 2010).

Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA


F. Komplikasi
Menurut Reni (2015) komplikasi yang bisa terjadi akibat dari syok kardiogenik adalah:
1. Henti jantung paru
2. Disritmia
3. Gagal multisistem organ
4. Gagal ginjal
5. Kerusakan hati
6. Stroke
7. Trombroemboli

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan langkah pertama dalam mendiagnosa syok kardiogenik adalah
dengan mengidentifikasi apakah pasien tersebut benar-benar dalam keadaan syok. Pada waktu tersbut,
penatalaksanaan emergensi harus segera dilakukan. Kemduian diidentifikasi penyebab syok tersebut.
Jika penyebab terjadinya syok karena jantung tidak dapat memompa darah secara adekuat, berarti
diagnosisnya merupakan syok kardiogenik. Prosedur untuk mendiagnosa yok dan penyebabnya adalah:
1. Pemeriksaan tekanan darah
Pemeriksaan tekanan darah dilakukan untuk mengetahui apakah pasien mengalami hipotensi. Ini
merupakan tanda ayok yang paling umum.
2. Foto toraks
a. Umumnya normal atau kardiomegali ringan hingga sedang
b. Edema paru intersisial/alveolar
c. Mugnkin ditemukan efusi pleural
3. Elektrokardiogram
a. Umumnya menujukkan infark miokard akut dengan atau tanpa gelombang Q
b. Electrical alternans menunjukkan adanya efusi perikardial dengan tamponade jantung
4. Elektrokardiografi
Ekokardiogram menggunakan gelombang usra untuk membentuk sebuah gambaran jantung.
Pemeriksaan ini memberikan informasi mengenai ukuran dan bentuk jantung dan bagaimana
kinerja jantung. Pemeriksaan ini penting untuk menilai:
a. Hipokinesis berat ventrikel difus atau segmental (bila berasal dari infark miokard)
b. Efusi pericardial
c. Katup mitral dan aorta
d. Ruptur septum
Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA
4. Kateterisasi jantung
a. Umumnya tidak perlu kecuali pada aksus tertentu untuk mengetahui anatomi pembuluh darah
koroner dan fungsi ventrikel kiri untuk persiapan bedah pintas krooner atau angioplastu
koroner transluminal perkutan.
b. Untuk menunjukkan defek mekanik pada septum ventrikel atau regurgitasi mitrala kiabat
disfungsi atau ruptur otot papilaris.
5. Cardiac Enzyme Test
Ketika sel jantung ada yang mengalami kematian, maka tubuh akan mengelurakan enzim ke darah.
Enzim tersebut disebut biomarker. Pemeriksaan enzim ini dapet menunjukkan apakah jantung
mengalami kerusakan.
6. Tes darah
a. Pemeriksaan gas darah arteri  pemeriksaan ini mengukur kadar oksigen, karbon dioksida, dan
pH dalam darah.
b. Pemeriksaan untuk mengukur fungsi beberapa organ, misalnya ginjal dan hati. Jika organ-
organ tersebut tidak bekerja dengan baik, maka mungkin menunjukkan bahwa organ terebut
tidak mendapatkan suplai nutrisi dan oksigen yang cukup dan hak tersebut bisa menunjang
tanda-tanda terjadinya syok kardiogenik.

H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan awal syok kardiogenik, dapat diingat dengan singkatan VIP, adalah sebagai berikut:
(Alomedika)
1. Ventilasi dengan pemberian oksigen
2. Infus untuk terapi cairan
3. Pompa untuk memberikan obat vasoaktif

Menurut Reni (2015) penatalaksaan medis syok kardiogenik:


1. Pastikan jalan nafas tetap adekuat, bila tidak sadar sebaiknya dilakukan intubasi.
2. Berikan oksigen 8-15 liter/menit dengan menggunakan masker untuk mempertahankan PO2 70-120
mmHg.
3. Rasa nyeri akibat infark akut yang dapat memperbesar syok yang ada harus diatasi dengan
pemberian morfin.
4. Koreksi hipoksia, gangguan elektrolit, dan keseimbangan asam basa yang terjadi.
5. Bila mungkin pasang CVP.
6. Pemasangan kateter Swans Ganz untuk meneliti hemodinamik

Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA


Menurut Reni (2015) penatalaksaan keperawatan syok kardiogenik:
1. Prioritas keperawatan diarahkan terhadap;
a. Membatasi permintaan oksigen miokard.
b. Peningkatan pasokan oksigen miokard.
c. Mempromosikan kenyamanan dan dukungan emosi
d. Mempertahankan pengawasan terhadap komplikasi
2. Langkah-langkah untuk membatasi kebutuhan oksigen miokard meliputi:
a. Pemberian analgesic, sedative, dan agens untuk mengontrol afterload
b. Posisi pasien untuk kenyamanan
c. Membatasi aktivitas
d. Menyediakan lingkungan yang tenang dan nyaman
e. Memberikan dukungan untuk mengurangi kecemasan
f. Memberikan pemahaman terhadap pasien tentang kondisinya

Tujuan utama pertolongan kegawatdaruratan adalah untuk meningkatkan aliran darah (oksigen dan
nutrisi) ke organ tubuh (National Heart, Lung, and Blood Institute, 2011).
1. Emergency Life Support
Penatalaksanaan emergency life support dibutuhkan pada semua tipe syok. Tindakan ini akan
membantu mengalirkan darah kaya oksigen ke otak, ginjal, dan organ lainnya. Mempertahankan
aliran darah ke organ akan mencegah kerusakan organ jangka panjang. Tindakan ini meliputi:
a. Berikan oksigen pada pasien. Pada tahap awal syok, suplemen oksigen diberikan melalui nasal
kanul 3-5 L/menit (Muttaqin, 2010)
b. Berikan bantuan napas jika diperlukan.
c. Berikan cairan melalui IV
2. Obat-obatan
Obat-obatan yang diberikan meliputi (National Heart, Lung, and Blood Institute, 2011):
a. Obat-obatan yang mencagah pembentukan blood clot
b. Obat-obatan untuk meningkatkan kontraksi otot jantung berikan dopamin 2-15 µg/kg/m,
norepinefrim 2-20 µg/kg/m atau dobutamin 2,5-10 µg/kg/m untuk meninggikan tekana perfusi
srterial dan kontraktilitas (Bakta dan Suastika, 1999 dalam Mayoclinic, 2014).
c. Obat-obatan untuk serangan jantung
Obat-obatan untuk mengatasi syok kardiogenik bekerja untuk meningkatkan aliran datrah ke
jantungg dan meningkatkan daya pompa jantung, antara lain (Mayoclinic, 2014):
Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA
1) Aspirin
Aspirin dapat menurunkan proses pembentukan blood clot dan membantu menjaga aliran
darah.
2) Agen trombolitik
Agen trombolitik akan menghancurkan blood clot yang menyumbat aliran darah ke jatung.
Semakin cepat pasien mendapatkan agen trombolitik, maka semakin besar pula
kesempatan hidupnya. Trombolitik akan diberikan jika emergency cardiac catheterization
tidak tersedia.
3) Superaspirin
Obat ini akan mencegah permbentukan blood clot, misalnya clopidogrel oral, platelet
glycoprotein Iib/IIIa receptor blocker.
4) Antikoagulan
Obat-obatan ini misalnya heparin, yang berfungsi untuk mencegah terjadinya blood clot.
Heparin dberikan secara IV atau injeksi yang diberikan selama beberapa hari pertama
setelah serangan jantung.
5) Agen inotropik

Penatalaksanaan dengan Peralatan Medis


1. Intra-aortic ballon pump (IABP)
IABP menggunakan counterpilsation internal untuk menguatkan kerja pemompaan jantugn
dengan cara pengembangan dan penegmpisan balon secara teratur yang diletakkan di aorta
descendens. Alat ini dihubungkan dengan kotak pengontrol yang seirama dengan aktivtas
elektrokardiogram. Pemantauan hemodinamika juga sangat penting untk menentukan status
sirkulasi pasien selama penggunaan IABP.
Balon dikembangkan selama fase diastole ventrikel dan diempiskan selama sistole dengan
kecepatan yang sama dengan frekuensi jantung. IABP akan menguatkan diastole, yang
mengakibatkan peningkatan perfusi arteri kotronaria dan jantung. IABP dikempiskan selama
sistole, yang akan mengurangi beban ekrja ventrikel kiri (Smeltzer dan Bare, 2001 dalam
Muttaqin 2010).
2. Left ventricular assist device (LVAD)
Alat ini merupakan pompa yang dioperasikan dengan baterai yang akan menggantikan fungsi
pompa jantung. LVAD membantu jantung memompa darah ke tubuh. Alat ini digunkaan jika
terjadi kerusakan di ventrikle kiri (National Heart, Lung, and Blood Institute, 2011).
3. Prosedur Bedah
Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA
Prosedur bedah dilakukan jika obat-obatan dan penggunaan lat bantu medis tidak bisa
mengatasi syok kardiogenik. Prosedur bedah akan megembalikan aliran darah dan
memperbaiki kerusakan jantung. Prosedur bedah yang dilakukan dalam 6 jam setelah onset
terjadinya tanda gejala syok akan meningkatkan harapan hisup lebih besar. Tipe prosedur
bedah yang digunakan antara lain:
4. Percutaneous coronary intervention (PCI) dan stent
PCI yang juga dikenal dengan nama coronary angiplasty, merupakan prosedur yang digunakan
untuk membuka arteri koroner yang mengalami obstruksi. Kemudian pada saat itu juga
digunakan stent yang berfungsi untuk menjaga arteri koroner tetap terbuka selama prosedur
PCI.
5. Coronary artery bypass grafting
Pada prosedur ini, arteri dan vena yang berasal dari baggian tubuh lainnya digunakan
untukmembuat jalan pintas pada arteri kornaria. Kemudian akan terbentuk sebuah jalan baru
untuk memberikan perfusi ke jantung.
a. Pembedahan untuk memperbaiki katup jantung
b. Pembedahan untuk memeprbaiki ruptur septal (didning antar ventrikel)
c. Transplantasi jantung
Pembedahan jenis ini jarang dilakukan dalam keadaan emergensi seperti ini. Tindakan ini
direkomendasikan jika ini merupakan jalan yang paling baik untuk meningkatkan harapan
hisup pasien (National Heart, Lung, and Blood Institute, 2011).

Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA


GAMBARAN EKG
Kelainan Ciri-ciri Hasil EKG
Bradikardia  Kecepatan jantung < 60x/menit
Sinus  Biasanya terjadi karena
peningkatan tekanan
intrakranial dan IM
 Irama teratur
 RR interval jaraknya sama
dalam 1 lead panjang
 PP interval jaraknya sama
dalam 1 lead panjang
 Komplek QRS harus sama
dalam 1 lead panjang
 Impuls dari SA node yang
ditandai dengan adanya gel P
yang mempunyai bentuksama
dalam 1 lead panjang.
 Adanya gel P yang selalu
diikuti komplek QRS
 Gel P dan komplek QRS
normal dan sama bentuknya
dalam satu lead.

Takikardia  HR : > 100x/menit


Sinus  Gel P, normal, diikuti gel QRS
&T
 PR : normal (0,12-0,20)
 Irama : reguler, semua gel.
sama

Aritmia  Terdapat perbedaan interval PP


Sinus terpanjang dan terpendek > 0,12
detik
 Irama tidak teratur
 Frekuensi 60-100x/menit
 Gel P normal dan dikuti ole gel
QRS & T
 Interval PR normal 0,12-0,20
detik
 Gel QRS normal 0,06-0,12
detik

Henti Sinus  Irama teratur kecuali pada


grafik yang hilang
 Frekuensi biasanya <60x/menit
 Gel P normal kecuali pada
grafik yang hilang tidak ada gel
P
Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA
 Interval PR normal kecuali pada
grafik yang hilang
 Gel QRS normal 0,12-0,20
detik

Takikardia  Irama teratur


Atrial  Komplek QRS normal
 PR interval <0,12detik dan
 Frekwensi jantungnya >
150x/menit

Atrial  Irama teratur/ irreguler


Flutter  Frekuensinya 250-400x/menit
 Ciri utama yaitu gelombang P
tidak ada digantika dengan
bentuk yang mirip gigi gergaji
(saw tooth).
 Komplek QRS normal, interval
RR normal
 Gel T bisa ada namun tertutup
dengan gel flutter

Fibrilasi  Frekuensinya 350-600x/menit


Atrial  Gel P tidak jelas, tampak
undulasi yang ireguler
 QRS tampak normal
 Irama ireguler dan biasanya
cepat

Begemini  Frekuensinya dapat terjadi


Ventrikel biasanya <90x/menit
 Gel P dapat tersembunyi dalam
komples QRS
 Irama ireguler

Takikardia  Frekuensi 150-200x/menit


Ventrikular  Gel P bisa terlihat bisa tidak
 Irama reguler tetapi dapat juga
terjadi takikardia ventrikular
ireguler
Torsade de  Irama tidak teratur
Point  Frekuensi 200-300x/menit
 Gel P tidak ada
 Interval PR tidak dapat dihitung
 Interval QT memanjang
 Kompleks QRS tidal normal
(besar)

Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA


Asistol  Frekuensi tidak ada
Ventrikular  Gel P mungkn ada tetapi tak
dapat dihantarkan ke nodus AV
dan ventrikel
 Irama tidak ada

Blok AV I  Gel P mendahului setiap


kompleks QRS
 Interval PR > 0,20 detik
 Gel P bertumpuk pada gel T
didepannya
 Kompleks QRS mengikuti P
 Irama biasanya reguler

Blok AV II  Irama irregular


 Gel P normal, PP interval
regular
 Komplek QRS bisa normal atau
bisa juga tidak normal,
 RR interval irregular
 PR interval harus sama di tiap
beat!!
 Panjangnya bisa normal dan
lebih dari normal.
 Ada 2 atau lebih, gelombang P
tidak diikuti oleh komplek
QRS.

Blok AV  Irama regular


total  Tidak ada hubungan antara
atrium dengan ventrikel.
 Makanya kadang gelombang P
muncul bareng dengan komplek
QRS.
 Komplek QRS biasanya lebar
dan bentuknya berbeda dengan
komplek
 QRS lainya karena gel P juga
ikut tertanam di komplek QRS,
RR interval regular.
 Gel P normal, kadang
bentuknya beda karena tertanam
di komplek QRS.

Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA


STEMI dan
NSTEMI

Asistol

Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA


DAFTAR PUSTAKA

1. Reni, Yuli Aspiani. (2015). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pasien Gangguan Kardiovaskuler
Aplikasi NIC-NOC. Jakarta: EGC
2. Manurung, Nixson. (2016). Aplikasi Asuhan Keperawatan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: CV.Trans
Info Medika.
3. Muttaqin, Arif. (2012). Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler.
Jakarta: Salemba Medika.
4. Bruner & Suddarth (2002). Keperwatan Medikal Bedah.EGC.Jakarta
5. Alomedika. https://www.alomedika.com/penyakit/icu/syok-kardiogenik diaskses pada tanggal 16
November 2020
6. Bakta I Made., Suastika I Ketut.( 1999). Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam. Jakarta: EGC
7. Hollenberg, Walker. (2006). A Pratical Guide: Cardiology in Family Family Practice. Totowa, New
Jersey: Humana Press Inc
8. Arjatmo, Tjokronegoro & Utama Hendra (2010). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam II. In: E. Susalit, E.J
Kapojos dan H.R Lubis ed. Hipertensi Primer. Gaya Baru. Jakarta
9. Muttaqin, Arif. (2009). Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler.
Jakarta: Salemba Medika.
10. Yudha, I Puthu. (2011). Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Salemba Medika
11. National Heart, Lung, and Blood Institute.(2011). Hypertention.
12. Mayo Clinic. (2014). Secondary Hypertention. diakses pada tanggal 16 November 2020
https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/secondary-hypertension/symptoms-causes/syc-
20350679

Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA


FORMAT RESUME KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DI IGD

No. Rekam Medis: Diagnosa Medis :


No Rekam Medis: 75672 Diagnosa Medis: L/P : Umur : 65tahun
: 50 thn
IDENTITAS

Nama : Jenis Kelamin Umur


Nama : Tn. H Jenis Kelamin :L Pendidikan : S2
Agama
Agama : : Islam Status
Status Perkawinan : Kawin
Perkawinan Pendidikan
Alamat : SMA
: Beurawe
Pekerjaan
Pekerjaan : : Dosen Sumber Informasi
: Sumber informasi : Jam Pengkajian: Kuta
Alamat : 14.05Baro
Tanggal Masuk
Tanggal Masuk : : 17-12-2020 Jam Datang ke IGD
Jam Datang ke IGD:
: 12.38 WIB
Jam pengkajian : 13.30 WIB

TRIAGE P1 P2 P3 P4
GENERAL IMPRESSION
Keluhan Utama :

Mekanisme Cedera :

Orientasi (Tempat, Waktu, dan Orang) :  Baik  Tidak Baik, ... ... ...

Diagnosa Keperawatan:
AIRWAY

Jalan Nafas :  Paten  Tidak Paten NOC :


Obstruksi :  Lidah  Darah  Benda Asing
 Spasme jalan nafas  Lendir/sputum warna........
NIC :
Suara Nafas : Snoring Gurgling Stridor
PRIMER SURVEY

Keluhan Lain:

Diagnosa Keperawatan:
BREATHING

Gerakan dada:  Simetris  Asimetris NOC :


Irama Nafas :  Cepat  Dangkal  Normal
Sesak Nafas :  Ada ( I , II, III, IV )  Tidak ada
Pola Nafas :  Teratur
Tidak Teratur
 Apneu  Dypsnea  Bradypnea  Tachipnea
NIC :
 Ortopnea  Kussmaul  Cheyne stokes
Retraksi otot dada :  Ada  tidak ada
Cuping hidung :  Ada  tidak ada
Suara Nafas :  Normal  Wheezing  Ronkhi
 Rales  Krekels
Keluhan Lain: Tidak Ada

Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA


Diagnosa Keperawatan:
CIRCULATION

Nadi :  Teraba Kuat/lemah  Tidak teraba NOC :


Akral :  Hangat  Dingin
Sianosis :  Ya  Tidak
NIC :
CRT :  < 2 detik  > 2 detik
Perdarahan :  Ya , lokasi jalan napas
Tidak ada
Pucat :  Ya  Tidak
Kehilangan cairan :  Diare  muntah  luka bakar %
Kelembapan cairan :  Lembab  Kering
Turgor :  normal  Kurang
Nyeri dada :  Ya,  Tidak
TD : MAP : mmHg
Keluhan Lain:
DISABILITY Diagnosa Keperawatan:

Respon : Alert  Verbal  Pain  Unrespon NOC :


Kesadaran:  CM  Delirium  Somnolen  sopor
PRIMER SURVEY

Koma
NIC :
GCS :  Eye  Verbal  Motorik

Pupil :  Isokor  Unisokor  Pinpoint  Medriasis


Refleks Cahaya:  Ada  Tidak Ada
Kelumpuhan :  Ada , Lokasi  Tidak Ada
Nyeri muskulpskeletal :  Ada  Tidak Ada
Keluhan Lain : … …

Diagnosa Keperawatan:
EXPOSURE

Deformitas :  Ya  Tidak NOC :


Contusio :  Ya  Tidak
Abrasi :  Ya  Tidak
Penetrasi : Ya  Tidak
Laserasi : Ya  Tidak NIC :
Edema : Ya  Tidak
Keluhan Lain:
……

Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA


Diagnosa Keperawatan:
ANAMNESA

Riwayat Penyakit Saat Ini /alasan MRS: NOC :

Alergi :  Obat  Makanan  Lainnya

Medikasi sebelum dibawa ke RS : NIC :

Riwayat Penyakit Sebelumnya:


 DM  HT  Jantung  Ashma  Paru  CKD
Tahun : Medikasi :

Makan Minum Terakhir:

Even/Peristiwa Penyebab:
SECONDARY SURVEYSECONDARY SURVEY

Tanda Vital :
BP : mmHg N: S: RR :

PEMERIKSAAN FISIK Diagnosa Keperawatan:

Kepala dan Leher:  ada keluhan  tidak ada keluhan NOC :


Inspeksi :
Palpasi :
Dada:  ada keluhan  tidak ada keluhan
Inspeksi : NIC :
Palpasi :
Perkusi :
Auskultasi :
Abdomen:  ada keluhan  tidak ada keluhan
Inspeksi :
Palpasi :
Perkusi :
Auskultasi :
Pelvis:  ada keluhan  tidak ada keluhan
Inspeksi :
Palpasi :
Ektremitas Atas/Bawah:  ada keluhan  tidak ada
Inspeksi :
Palpasi :
Neurologis :  ada keluhan  tidak ada

Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA


Diagnosa Keperawatan:
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

 RONTGEN  CT-SCAN  USG  EKG NOC :


 ENDOSKOPI  BGA  DL
Hasil : Synus Rhythim

NIC :

Tindakan/ pengobatan :
 Infus  Heacting  Tranfusi  Pembedahan
 Reposisi  Gips  Lainnya......
Pengobatan :

Tanggal Pengkajian : TANDA TANGAN PENGKAJI


(MAHASISWA):
Jam :
Keterangan :

NAMA TERANG : VIA ULTIMA FHONNA

Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA


FORMAT PENGKAJIAN RUANG ICU / ICCU

Penggunaan alat Kepatenan jalan napas


o ETT : Ukuran Sekret: Ada Tidak
AIRWAY

o Trakeostomi : Ukuran Karakteristk sekret :


o OPA : Ukuran Jumlah:
o NPA : Ukuran Selang ETT Kebocoran : Ya / Tidak
o Lainnya :
Terlipat: Ya / Tidak

Ventilator: Ya / Tidak Terapi oksigen


Mode Ventilator o Nasal kanul liter/menit; FiO2 %
o Kontrol : Pressure control (Pc) mmHg o Face mask liter/menit; FiO2 %
Volume control cc o RM liter/menit; FiO2 %
RR x/menit o NRM 10 liter/menit; FiO2 95 %
o SIMV : Pressure support (Ps) mmHg Sianosis Ya / Tidak
RR x/menit Perifer: Ekstremitas Telinga Hidung
Back-up apnea Sentral: Lidah Bibir
RR
x/menit; 30x/i
o Lainnya: Kedalaman : Normal Dangkal Dalam
Suara napas: Ka: Vesikuler Ki: Vesikuler
BREATHING

PEEP/CPAP : Tidal Volume : mL/kg Taktil fremitus: Ka ada Ki ada


cc FiO2 : I:E Ratio : SaO2 % Hasil rontgen thoraks :
RR x/menit

Hasil Lab/Px Penunjang Lain Terkait Status


Oksigenasi:

AGD (Tgl 17 November 2020) Lainnya


(tuliskan)
pH 7,1 mmHg
pCO2 28 mmHg
pO2 76,6 mmHg
HCO3 21mEq/L
BE -27,9 mEq/L

Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA


Auskultasi Pulsasi Nadi
S1: Normal Tidak Ulnaris : Tidak teraba Lemah Kuat
S2: Normal Tidak Dorsalis pedis : Tidak teraba Lemah Kuat
Gallop : Ada Tidak Pengisian kapiler : < 2 detik > 2 detik
Murmur : Ada Tidak
Edema
Tekanan darah : 102/90 mmHg Ekstremitas atas : Ka Ki
MAP : 70 mmHg Ekstremitas bawah :
Frekuensi jantung : 189 x/menit Ka : Ki :
CIRCULATION

Lainnya :
Distensi vena jugularis : Ya / Tidak
CVP : 5 cmH2O Hasil EKG:
Hasil EKG Wide QRS tachycardia, left bundle branch
(sumbatan aliran listrik ke ventrikel), abnormal EKG
Interprestasi EKG, SVT( Supraventrikular takikardi),Atrial
Vibrilasi
Hasil Lab/Px Penunjang Lain Terkait Fungsi
Jantung:

Enzim Jantung (Tgl ) Lainnya


(tuliskan)
CK
CK-MB
Trop-T

Kesadaran Motorik/Sensorik
oCompos Mentis
oMengantuk Ka 5 5 Ki
oLetargi
oStupor
oKoma 5 5

GCS Eyes 4, Motorik 6, Verbal 5


Total GCS: 15

Pengkajian nyeri Pengkajian Risiko Jatuh


o Verbal Skala : Morse Lainnya
P: Nyeri di dada sebelah kiri Skor :
Q: Nyeri seperti tertindih benda berat Penjelasan kualitatif skor : pasien beresiko jatuh
R: Nyeri di dada sebelah kiri karena dalam kondisi tidak sadar
S: 5
DISABILITY

T: Nyeri 5-6 menit

o Non-verbal: Critical care pain observation tool (CPOT) Pengkajian Risiko Dekubitus
Indikator Skor Deskripsi Ket Skala : Braden Lainnya
Ekspresi 0 Tidak ada tegang otot/rileks Skor : 0
wajah 1 Tegang, dahi berkerut Penjelasan kualitatif skor :
2 Menyeringai, mengigit ETT
Gerakan 0 Tidak ada gerakan/posisi normal
Skor
tubuh 1 Lokalisasi nyeri pasien:
2 Gelisah, mencabut ETT 5
Terintubasi/ 0 Toleransi terhadap ventilator/
Ekstubasi Berbicara dengan nada normal
1 Batuk masih toleransi/
Menguap atau bergumam
2 Melawan ventilator/
Menangis
Otot 0 Rileks
1 Tegang, kaku, resisten ringan
terhadap tahanan pasif
2 Sangat tegang atau kaku, sangat
resisten terhadap tahanan pasif

Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA


Manajemen Sedasi Pasien ICU, Richmond Agitation Sedation Scale (RASS)
Skor -3 Ada gerakan (tidak ada kontak mata) terhadap suara Penggunaan sedasi:
Skor -2 Bangun singkat (<10 detik) dengan kontak mata terhadap rangsang Ya / Tidak
Skor -1 Pasien belum sadar penuh, tetapi masih dapat bangun (>10 detik),
dengan kontak mata/mata terbuka bila ada rangsang suara Target Skor RASS :
Skor 0 Tenang dan waspada (tidak agitasi) 0 sampai -3
Skor 1 Cemas atau kuatir tetapi gerakan tidak agresif
Skor 2 Pasien sering melakukan gerakan yang tidak terarah atau pasien Skor RASS pasien: 1
dan ventilator tidak sinkron
Skor 3 Pasien menarik selang endotrakeal atau mencoba mencabut kateter,
dan perilaku agresif terhadap perawat
URINE
Intake (sebelumnya) Output (sebelumnya) Kateter urin
Infus: 320 cc/ 4jam Urine 80cc/4jam Terpasang : Ya / Tidak
Oral/NGT : 417 cc IWL : 750 cc Med. Jenis : Folley Kondom Suprapubic
Drip : 50 cc BAB : 100 cc
Am : 250 cc Karakteristik urin
Warna : Kuning bersih
Balance cairan :107 cc

Kebutuhan cairan aktual: Pola BAK

Hasil Lab/Px Penunjang Lain Terkait Fungsi


Ginjal:

Elektrolit Tgl (17 November 2020) Lainnya


(tuliskan)
Na+ 136 mmol/L Creatinin 1,4 mg/dl
K+ 3,4 mmol/L Ureum 52,2 mg/dl
Cl- 105 mmol/L
+
Ca
Fosfat
+
Mg
ELIMINATION

BOWEL
Karakteristik feses (warna, konsistensi):
Konsitensi BAB LUNAK dan bewarna kuning Nyeri tekan Ka (-) Ka (-)
abdomen/ (-) (-)
teraba
masa (+/-)
Pola BAB (deskipsikan): sebelum sakit 1x/hari

Status Berat badan : 50 Kg


Bising usus : 18 x/menit Nutrisi
Asites : Ya / Tidak Tinggi Badan : 165 Kg
2
Lingkar abdomen : 80 cm IMT: 18,38 Kg/m
Hemoroid : Ya / Tidak Konjungtiva anemis : Ya / Tidak
Stoma : Ya / Tidak Tipe/Lokasi :
Kebutuhan nutrisi aktual: Penghitungan kecukupan
energi : 25 kkal x Kg BB

( 25 x 50 kkal ) : 1250 kkal @shift 417 kal


Hasil Lab/Px Penunjang Lain Terkait Fungsi
Abdomen/Nutrisi:

Tgl (17 November 2020) Lainnya


(tuliskan)
Alb
PT
Hb 14,6 g/dl
GDS152 mg/dl

Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA


LEMBAR PEMANTAUAN

Jam (P 6/S 14/M 22) | | | | | | | | | 40


250
Temp
X
(Biru)
39
200
MAP

(Hijau)
38
150
BP
HEMODINAMIK

(Hitam)
37
100
HR

(Merah)
36
50

35
Kesadaran
Irama EKG
Skala Nyeri RASS
CVP
SaO2
Mode Ventilator
PERNA-
PASAN

PEEP/CPAP
RR
TV
FiO2
Waktu
HASIL AGD

pH
pCO2
pO2
HCO -
SaO2
BE
Mata
Ukuran pupil
NEURO

Reaksi
Kaki
tangan
V
GCS
E M
Jalur 1 (nama)
(jumlah mcg/ml)

Jalur 2
CAIRAN MASUK

Jalur 3

Jalur 4

TPN (nama)
(jumlah ml)

Total

Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA


Makan/Snack Pagi Makan/Snack Siang Makan/Snack Malam
Enteral
(Semua/>1/2/<1/2)

NGT/Oral 417 cc
Urine 80 cc
KELUAR

BAB 100 cc
Drain (-)
Total 577 cc

Cairan masuk 1037 cc/ 4 jam Perawatan umum rutin:


Personal hygiene/Mandi/Perawatan Mata/Mulut/Ganti posisi/Lain
Cairan keluar 930 cc

IWL 750 cc

Balance/shift 107 cc
LAINNYA

Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA


PROGRAM PROFESI NERS PROGRAM STUDI
ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA

ANALISIS DATA

Hari/
DATA MASALAH
Tgl/ Jam
Selasa, 17 Data Subjektif: Gangguan Pertukaran Gas
November 1. Pasien mengatakan sesak dengan atau (SDKI: D.0003)
2020 tanpa beraktifitas.
2. Pasien mengatakan nafasnya berat,
keluhan sesak ini dirasakan sudah 3
hari dan semakin berat
3. Pasien mengatakan badannya
berkeringat dingin
4. Pasien mengatakan kepala nya terasa
pusing
5. Pasien mengatakan merasa gelisah
tanpa tahu penyebabnya

Data Objektif:
1. Frekuensi nadi meningkat (takikardia)
2. Bunyi napas wheezing
3. Irama napas tidak teratur
4. Napas dangkal
5. Menggunakan otot bantu pernapasan
6. Pernapasan cuping hidung
7. Warna kulit pucat
8. Diaforesis
9. Pasien terlihat gelisah
10. SPO2 100 % (menggunakan NRM 10
lpm)
11. pH: 7,2 mmHg
12. PCO2 : 28,6 mmHg
13. P O2 :76,6 mmol/L
14. HCO3 : 21mEq/L
TTV
TD: 102/90 mmHg
HR: 189 x/i
RR: 30 x/i
S: 36,5OC

Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA


PROGRAM PROFESI NERS PROGRAM STUDI
ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA

Selasa, 17 Data Subjektif: Penurunan Curah Jantung


November 1. Pasien mengatakan jantungnya (SDKI: D.0008)
berdebar-debar
2020 2. Pasien mengatakan sesak napas saat
melakukan aktivitas
3. Pasien mengeluh nyeri dada sebelah
kiri
4. Pasien mengatakan nyeri dada dengan
skala 5
5. Pasien mengatakan sesak dirasakan
terus menerus seperti ditimpa beban
berat
6. Keluarga mengatakan pasien
memeiliki riwayat penyakit hipertensi

Data Objektif:
1. Pasien terlihat cemas dan gelisah
2. Warna kulit terlihat pucat
3. JVP (-)
4. Irama jantung irreguler
5. Frekuensi nadi meningkat 189x/i
6. CRT >3 detik
7. Nadi perifer teraba lemah
8. Bagian eksermitas dingin
9. GCS 15
10. Produksi urin 80 cc/4jam (oliguria)
11. Balance Cairan: 107 cc
12. Hasil EKG Wide QRS tachycardia,
left bundle branch (sumbatan aliran
listrik ke ventrikel), abnormal EKG
13. Interprestasi EKG Atrial Vibrilasi,
SVT (Supraventrikular takikardi)

TTV:
TD: 102/90 mmHg
HR: 189 x/i
RR: 30 x/i
S: 36,5OC

Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA


PROGRAM PROFESI NERS PROGRAM STUDI
ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA

Selasa, 17 Data Subjektif: Nyeri Akut ( SIKI: D.0077)


November 1. Pasien mengatakan neyeri dada
sebelah kiri, dan bertambah saat
2020 menarik nafas.
2. Pasien mengatakan nyeri menetap di
dada sebelah kiri
3. Pasien mengatakan nyeri terjadi terus
menerus dan menjalar ke lengan kiri
4. Pasien mengatakan durasi nyeri
kurang lebih 3-4 menit dengan skala
nyeri 5

Data Ojektif:
1. Pasien terihat gelisah
2. Pasien terlihat meringis
3. Diaforesis
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Pola napas meningkat
6. P: Nyeri di dada sebelah kiri
7. Q: Nyeri seperti tertindih benda berat
8. R: Nyeri di dada sebelah kiri
9. S: 5
10. T: Nyeri 5-6 menit
TTV
TD: 102/90 mmHg
HR: 189 x/i
RR: 30 x/i
S: 36,5OC

Selasa, 17 Data Subjektif: Intoleransi Aktivitas (SIKI:


November 1. Pasien mengatakan tidak mampu D.0056)
2020 melakukan ADL karena lemah
2. Pasien mengatakan sesak nafas bila
beraktivitas
3. Pasien mengatakan semua aktivtas
dibantu oleh anggota keluarga selama
sakit
4. Pasien mengatakan mudah lelah saat
beraktivitas

Data Objektif:
1. Pasien tampak lemah
2. pasien dibantu oleh keluarga untuk
Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA
PROGRAM PROFESI NERS PROGRAM STUDI
ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA

memenuhi ADL
3. pasien terpasang kateter urin
4. Selama sakit pasien terlihat hanya
berbaring di tempat tidur tanpa
melakukan aktivitas apapun
5. Pasien terlihat hanya berbaring
dengan posisi terlentang dan sesekali
miring kanan dan kiri
6. Hasil EKG Wide QRS tachycardia,
left bundle branch (sumbatan aliran
listrik ke ventrikel), abnormal EKG
7. Interprestasi EKG Atrial Vibrilasi,
SVT( Supraventrikular takikardi)
TTV
TD: 102/90 mmHg
HR: 189 x/i
RR: 30 x/i
S: 36,5OC

Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA


PROGRAM PROFESI NERS PROGRAM STUDI
ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA

DAFTAR PRIORITAS DIAGNOSIS KEPERAWATAN

TANGGAL: 17 November 2012

1. Gangguan Pertukaran Gas (SDKI: D.0003)


2. Penurunan Curah Jantung (SDKI: D.0008)
3. Nyeri Akut (SIKI: D.0077)
4. Intoleransi Aktivitas (SIKI: D.0056)

Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA


RENCANA INTERVENSI

Hari/ Tgl/ DIAGNOSIS Standar Luaran Keperawatan Indonesia


No Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Jam KEPERAWATAN (Kriteria Hasil)
1. Selasa, 17 Gangguan Pertukaran Gas Setelah dilakukan asuhan keperawatan Pemantauan Respirasi (SIKI:I.01014)
November (SDKI: D.0003) selama 1x24 jam diharpkan gangguan Observasi
pertukaran gas teratasi dengan kriteria hasil: 1. Monitor frekuensi irama, kedalaman dan
2020 upaya napas
Pertukaran Gas (SLKI. L.01003) 2. Monitor pola napas
1. Dipsnea menurun 3. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
2. Bunyi napas tambahan menurun 4. Auskultasi bunyi napas
3. Pusing menurun 5. Monitor saturasi oksigen
4. Diaforesis menurun 6. Monitor nilai AGD
5. Gelisah menurun
6. Pernapasan cuping hidung menurun Terapeutik
7. PCO2 (35-45 mmHg) 1. Atur interval pemantauan respirasi sesuai
8. PO2 (80 – 108 mmHg) kondisi pasien
9. pH (7,35 – 7,45) 2. Dokumentasi hasil pemantauan
10. pola napas membaik
11. warna kulit membaik Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

Terapi Oksigen (SIKI: 01026)


Observasi
1. Monitor kecepatan aliran oksigen
2. Monitor aliran oksigen secara periodik dan
pastikan fraksi yang diberikan cukup
3. Monitor efektiftas terapi oksigen (mis

Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA


oksimetri dan analisa gas darah, jika perlu)
4. Monitor kemampuan melepas oksigen saat
makan
5. Monitor tanda-tanda hipoventilasi

Terapeutik
1. Pertahankan kepatenan jalan napas
2. Siapkan dan atur peralatan pemberian oksigen

Edukasi
1. Ajarkan keluarga dan pasien cara
menggunakan oksigen dirumah

Kolaborasi
1. Kolaborasi penentuan dosis oksigen
2. Selasa, 17 Penurunan Curah Jantung Setelah dilakukan asuhan keperawatan Perawatan Jantung (SIKI: I.02075)
November (SDKI: D.0008) selama 1x24 jam diharpkan penurunan curah Observasi
jantung teratasi dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan
2020 curah jantung (meliputi dipsnea, kelelehan,
Curah Jantung (SLKI: L.02008) edema, ortopnea, peningkatan CVP)
1. Kekuatan nadi perifer meningkat (MAP 2. Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan
>60 mmHg) curah jantung (meliputi peningkatan berat
2. Cardiac Index dalam batas normal badan, hepatomegali, distensi vena jugularis,
3. Palpitasi menurun palpitasi, ronkhi basah, oliguria, batuk, kulit
4. Gambaran EKG aritmia menurun pucat)
5. Kelelahan menurun 3. Monitor tekanan darah
6. Dipsnea menurun (RR 16-24x/i) 4. Monitor intake dan output cairan
7. Pucat/sianosi menurun 5. Monitor saturasi oksigen
8. Capillary refill time membaik (< 2 detik) 6. Monitor keluhan nyeri dada
9. Central Venous Pressure membaik 7. Monitor EKG 12 Sadapan
Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA
8. Monitor aritmia
9. Monitor nilai LAB jantung
10. Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi
sebelum pemberian obat (mis: beta blocker)

Terapeutik
1. Posisikan pasien semifowler
2. Berikan dietjantung yang sesuai
3. Fasilitasi pasien dan keluarga untuk
modifikasi gaya hidup sehat
4. Berikan dukungan emosional dan spritual
5. Berikan oksigen untuk mempertahankan
saturasi oksigen >94 %

Edukasi
1. Anjurkan beraktifitas fisik sesuai toleransi
2. Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
3. Anjurkan berhenti merokok

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian antiaritmia
2. Rujuk ke program rehabilitasi jantung
3. Selasa, 17 Nyeri Akut (SIKI: D.0077) Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen Nyeri (I.08238)
November selama 1x24 jam diharpkan nyeri teratasi Observasi
dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
2020 frekuensi, kualitas, intesitas nyeri
Tingkat Nyeri (SLKI: L.08066) 2. Identifikasi skala nyeri
1. Keluhan nyeri menurun 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
2. Meringis menurun 4. Identifikasi keyakinan dan pengetahuan
3. Gelisah menurun tentang nyeri
Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA
4. Diaforesis menurun Terapeutik
5. Pola napas membaik (RR 16-24x/i) 1. Berikan terapi non farmakologi untuk
6. Tekanan darah membaik mengurangi nyeri
2. Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri
(suhu ruangan, pengcahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirrahat dan tidur

Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Ajarkan teknik non farmakologi untuk
mengurangi nyeri

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgesik jika perlu
4. Selasa, 17 Intoleransi Aktivitas (SIKI: Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen Energi (I.05178)
November D.0056) selama 1x24 jam diharpkan intoleransi Observasi
aktivitas teratasi dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
2020 mengakibatkan kelelahan
Toleransi Aktivitas (SLKI: L.05047) 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
1. Saturasi Oksigen meningkat (100%) 3. Monitor pola dan jam tidur
2. Kemudahan dalam melakukan aktivitas 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
sehari-hari meningkat melakukan aktivitas
3. Kekuatan bagian tubuh atas dan bawah
meningkat Terapeutik
4. Keluhan lelah menurun 1. Sediakan lingkungan yang nyaman dan
5. Dipsnea saat dan setelah aktivitas rendah stimulus (mis.cahaya, suara,
menurun kunjungan)
6. Aritmia saat dan setelah aktivitas 2. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA
menurun 3. Fasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika tidak
7. Frekuensi napas membaik (RR 16-24x/i) dapat berpindah atau berjalan

Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap

Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan

Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA


Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA

Anda mungkin juga menyukai