LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
DENGAN KASUS SYOK KARDIOGENIK
Laporan Asuhan Keperawatan Ini Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Mata Kuliah
Keperawatan Gawat Darurat
DISUSUN
OLEH:
PEMBIMBING AKADEMIK
PEMBIMBING KLINIK (CI)
KOORDINATOR STASE
A. Definisi
Syok adalah suatu sindrom klinis yang ditandai dengan adanya gangguan system
sirkulasi yang mengakibatkan tidak adekuatnya perfusi dan oksigenasi untuk
mempertahankan metabolisme aerobic sel secara normal (Rifki Az, 2013).
Syok kardiogenik adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah keseluruh
tubuh, pada penyakit jantung coroner disebabkan karena adanya kematian jaringan
miokard sehingga jantung tidak dapat memompakan darah secara optimal yang
menyebabkan penurunan perfusi jaringan (Rifki Az, 2013).
Syok kardiogenik adalah suatu keadaan kegawatdaruratan di mana terjadi penurunan
curah jantung dan hipoksia jaringan, walaupun volume intravaskular adekuat. Kondisi ini
disebabkan oleh disfungsi kardiak primer, terutama sistolik, sehingga jantung tidak bisa
mempertahankan curah jantung yang adekuat. (Alomedika)
Syok kardiogenik merupakan stadium akhir disfungsi ventrikel kiri atau gagal jantung
kongestif, terjadi bila ventrikel kiri mengalami kerusakan yang luas. Otot jantung
kehilangan kekuatan kontraktilitasnya,menimbulkan penurunan curah jantung dengan
perfusi jaringan yang tidak adekuat ke organ vital (jantung, otak, ginjal). Derajat syok
sebanding dengan disfungsi ventrikel kiri. Meskipun syok kardiogenik biasanya sering
terjadi sebagai komplikasi MI, namun bisa juga terajdi pada temponade jantung, emboli
paru, kardiomiopati dan disritmia. (Brunner & Suddarth, 2002).
Syok kardiogenik adalah syok yang diakibatkan atau disebabkan oleh tidak kuatnya
perfusi jaringan akibat dari kerusakan fungsi ventrikel kiri. Syok kardiogenik terjadi
ketika jantung tidak mampu mempertahankan kardiak output yang cukup untuk perfusi
jaringan. Hal ini biasanya muncul setelah adanya penyakit infark miokardial (Manurung,
2016).
Syok merupakan sindrom gangguan patofisiologik berat yang berhubungan dengan
metabolisme seluler yang abnormal, yang umumnya disebabkan oleh perfusi jaringan
yang buruk. Disebut juga kegagalan sirkulasi perifer yang menyeluruh dengan perfusi
jaringan yang tidak adekuat (Tjokronegoro, A., dkk, 2010).
Kardiogenik syok adalah keadaan menurunnya cardiac output dan terjadinya hipoksia
Syok bukanlah merupakan suatu diagnosis. Syok merupakan sindrom klinis yang
kompleks yang mencakup sekelompok keadaan dengan manisfestasi hemodinamika yang
bervariasi ; tetapi petunjuk yang umum adalah tidak memadainya perfusi jaringan ketika
kemampuan jantung untuk memompa darah mengalami kerusakan. Curah jantung
merupakan fungsi baik untuk volume sekuncup maupun frekuensi jantung. Jika volume
sekuncup dan frekuensi jantung menurun atau menjadi tidak teratur, tekanan darah akan
turun dan perfusi jaringan akan terganggu. Bersama dengan jaringan dan organ lain
mengalami penurunan suplai darah, otot jantung sendiri menerima darah yang tidak
mencukupi dan mengalami kerusakan perfusi jaringan (Muttaqin, 2009).
Keadaan hipoperfusi ini memperburuk penghantaran oksigen dan zat-zat gizi, dan
pembuangan sisa-sisa metabolic pada tingkat jaringan. Hipoksia jaringan akan menggeser
B. Klasifikasi
Menurut Muttaqin (2012) syok dapat dibagi dalam tiga tahap yang semakin lama
semakin berat.
1. Tahap I, syok terkompensasi (non-progresif), ditandai dengan respon kompensatorik,
dapat menstabilkan sirkulasi, emcegah kemunduran lebih lanjut.
2. Tahap II, tahap progresif, ditandai dengan manifestasi sistemis dari hipoperfusi dan
kemunduran fungsi organ.
3. Tahap III, refrakter (irreversible), ditandai dengan kerusakan sel yang hebat tidak
dapat lagi dihindari, yang pada akhirnya menuju kematian.
C. Etiologi
Penyebab syok kardiogenik terjadi akibat beberapa jenis kerusakan, gangguan atau cedera
pada jantung yang menghambat kemampuan jantungg untuk berkontraksi secara efektif
dan memompa darah. Pada syok kardiogenik, jantung mengalami kerusakan berat
sehingga tidak bisa secara efektif memperfusi dirinya sendiri atau organ vital lainnya.
Ketika keadaan tersebut terjadi, jantung tidak dapat memompa darah karena otot jantung
yang mengalami iskemia tidak dapat memompa secara efektif. Pada kondisi iskemia
berkelanjutan, denyut jantung tidak berarturan dan curah jantung menurun secara drastic
(Yudha, 2011).
Beberapa faktor penyebab terjadinya syok kardiogenik adalah :
1. Infark Miokardium : jantung yang rusak tidak dapat memompa darah dan curah
jantung tiba-tiba menurun. Tekanan sistolik menurun akibat kegagalan mekanisme
kompensasi. Jantung akan melakukan yang terbaik pada setiap kondisi, sampai
akhirnya pompa jantung tidak dapat memperfusi dirinya sendiri
2. Aritmia Ventrikel yang Mematikan : pasien dengan takikardia terus menerus akan
dengan cepat menjadi tidak stabil. Tekanan darah sistolik dan curah jantung menurun
karena denyut jantung yang terlalu cepat menurunkan waktu pengisian ventrikel.
Takikardia ventrikel dan fibrasi ventrikel dapat terjadi karena iskemia miokardium
setelah infark miokardium akut
Menurut Reni (2015) dari berbagai penelitian dilaporkan adanya faktor predisposisi
timbulnya syok kardiogenik:
1. Umur yang relatif lebih tua pada syok kardiogenik, umunya lebih dari 60 tahun.
2. Telah terjadi payah jantung sebelumnya.
3. Adanya infark lama dan baru.
4. Lokasi pada dinding anterior lebih sering menimbulkan syok.
5. Infark miokard yang meluas secara progresif.
6. Komplikasi mekanik infark mikard akut, anatara lain septum sobek, insufisiensi
mitral, disenergi ventrikel.
7. Gangguan irama dan nyeri hebat.
8. Faktor ekstramiokardial: obat-obatn penyebab hipotensi atau hipovolemia.
Rupture dinding ventrikel, septum atau otot papilaris Kardiak output & arteri
Isi sekuncup
Ginjal
Hipotensi
KOMPLIKASI
1. Suddent death
2. Rigid
3. Kelemahan umum
Menurut Reni (2015) timbulnya syok kardiogenik dalam hubungan dengan infark miokard akut dapat
dikategorikan dalam:
1. Timbul tiba-tiba dalam waktu 4-6 jam setelah infark akibat gangguan miokard masif atau ruptur
dinding ventrikel kiri.
2. Timbul secara perlahan dalam beberapa hari sebagai akibat dari infark yang berulang.
3. Timbul tiba-tiba 2 hingga 10 hari setelah infark disertai timbulnya nising mitral sistolik, ruptur
septum atau disosiasi elektromekanik. Episode ini dapat disertai atau tanpa nyeri dada, tapi sering
disertai dengan sesak napas akut.
Keluhan nyeri dada pada IMA biasanya di daerah substernal, rasa seperti ditekan, diperas, seperti
diikat, rasa dicekik. Rasa nyeri menjalar ke leher, rahang, lengan, dan punggung, nyeri biasanya hebat,
berlangsung lebih dari ½ jam, tidak menghilang dengan obat-obatan nitrat. Syok kardiogenik yang
berasal dari penyakit jantung lainnya, keluhannya sesuai dengan penyakit dasarnya (Eliastam et al.,
1998 dalam Muttaqin 2010).
Kekurangan oksigen pada otak, ginjal, kulit, dan bagian tubuh lainnya akan menimbulkan tnda dan
gejala syok kardiogenik. Bebarapa tanda gejala dibawah ini biasanya timbul dua atau lebih ttanda
gejala, yaitu:
1. Penurunan kesadaran sampai kehilangan kesadaran
2. Denyut jantung yang tiba-tiba cepat
3. Diaforesis
4. Kulit pucat
Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA
5. Nadi lemah
6. Napas cepat
7. Penurunan atau tidak ada produksi urin
8. Tangan dan kaki dingin
(National Heart, Lung, and Blood Institute, 2011)
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan langkah pertama dalam mendiagnosa syok kardiogenik adalah
dengan mengidentifikasi apakah pasien tersebut benar-benar dalam keadaan syok. Pada waktu tersbut,
penatalaksanaan emergensi harus segera dilakukan. Kemduian diidentifikasi penyebab syok tersebut.
Jika penyebab terjadinya syok karena jantung tidak dapat memompa darah secara adekuat, berarti
diagnosisnya merupakan syok kardiogenik. Prosedur untuk mendiagnosa yok dan penyebabnya adalah:
1. Pemeriksaan tekanan darah
Pemeriksaan tekanan darah dilakukan untuk mengetahui apakah pasien mengalami hipotensi. Ini
merupakan tanda ayok yang paling umum.
2. Foto toraks
a. Umumnya normal atau kardiomegali ringan hingga sedang
b. Edema paru intersisial/alveolar
c. Mugnkin ditemukan efusi pleural
3. Elektrokardiogram
a. Umumnya menujukkan infark miokard akut dengan atau tanpa gelombang Q
b. Electrical alternans menunjukkan adanya efusi perikardial dengan tamponade jantung
4. Elektrokardiografi
Ekokardiogram menggunakan gelombang usra untuk membentuk sebuah gambaran jantung.
Pemeriksaan ini memberikan informasi mengenai ukuran dan bentuk jantung dan bagaimana
kinerja jantung. Pemeriksaan ini penting untuk menilai:
a. Hipokinesis berat ventrikel difus atau segmental (bila berasal dari infark miokard)
b. Efusi pericardial
c. Katup mitral dan aorta
d. Ruptur septum
Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA
4. Kateterisasi jantung
a. Umumnya tidak perlu kecuali pada aksus tertentu untuk mengetahui anatomi pembuluh darah
koroner dan fungsi ventrikel kiri untuk persiapan bedah pintas krooner atau angioplastu
koroner transluminal perkutan.
b. Untuk menunjukkan defek mekanik pada septum ventrikel atau regurgitasi mitrala kiabat
disfungsi atau ruptur otot papilaris.
5. Cardiac Enzyme Test
Ketika sel jantung ada yang mengalami kematian, maka tubuh akan mengelurakan enzim ke darah.
Enzim tersebut disebut biomarker. Pemeriksaan enzim ini dapet menunjukkan apakah jantung
mengalami kerusakan.
6. Tes darah
a. Pemeriksaan gas darah arteri pemeriksaan ini mengukur kadar oksigen, karbon dioksida, dan
pH dalam darah.
b. Pemeriksaan untuk mengukur fungsi beberapa organ, misalnya ginjal dan hati. Jika organ-
organ tersebut tidak bekerja dengan baik, maka mungkin menunjukkan bahwa organ terebut
tidak mendapatkan suplai nutrisi dan oksigen yang cukup dan hak tersebut bisa menunjang
tanda-tanda terjadinya syok kardiogenik.
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan awal syok kardiogenik, dapat diingat dengan singkatan VIP, adalah sebagai berikut:
(Alomedika)
1. Ventilasi dengan pemberian oksigen
2. Infus untuk terapi cairan
3. Pompa untuk memberikan obat vasoaktif
Tujuan utama pertolongan kegawatdaruratan adalah untuk meningkatkan aliran darah (oksigen dan
nutrisi) ke organ tubuh (National Heart, Lung, and Blood Institute, 2011).
1. Emergency Life Support
Penatalaksanaan emergency life support dibutuhkan pada semua tipe syok. Tindakan ini akan
membantu mengalirkan darah kaya oksigen ke otak, ginjal, dan organ lainnya. Mempertahankan
aliran darah ke organ akan mencegah kerusakan organ jangka panjang. Tindakan ini meliputi:
a. Berikan oksigen pada pasien. Pada tahap awal syok, suplemen oksigen diberikan melalui nasal
kanul 3-5 L/menit (Muttaqin, 2010)
b. Berikan bantuan napas jika diperlukan.
c. Berikan cairan melalui IV
2. Obat-obatan
Obat-obatan yang diberikan meliputi (National Heart, Lung, and Blood Institute, 2011):
a. Obat-obatan yang mencagah pembentukan blood clot
b. Obat-obatan untuk meningkatkan kontraksi otot jantung berikan dopamin 2-15 µg/kg/m,
norepinefrim 2-20 µg/kg/m atau dobutamin 2,5-10 µg/kg/m untuk meninggikan tekana perfusi
srterial dan kontraktilitas (Bakta dan Suastika, 1999 dalam Mayoclinic, 2014).
c. Obat-obatan untuk serangan jantung
Obat-obatan untuk mengatasi syok kardiogenik bekerja untuk meningkatkan aliran datrah ke
jantungg dan meningkatkan daya pompa jantung, antara lain (Mayoclinic, 2014):
Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA
1) Aspirin
Aspirin dapat menurunkan proses pembentukan blood clot dan membantu menjaga aliran
darah.
2) Agen trombolitik
Agen trombolitik akan menghancurkan blood clot yang menyumbat aliran darah ke jatung.
Semakin cepat pasien mendapatkan agen trombolitik, maka semakin besar pula
kesempatan hidupnya. Trombolitik akan diberikan jika emergency cardiac catheterization
tidak tersedia.
3) Superaspirin
Obat ini akan mencegah permbentukan blood clot, misalnya clopidogrel oral, platelet
glycoprotein Iib/IIIa receptor blocker.
4) Antikoagulan
Obat-obatan ini misalnya heparin, yang berfungsi untuk mencegah terjadinya blood clot.
Heparin dberikan secara IV atau injeksi yang diberikan selama beberapa hari pertama
setelah serangan jantung.
5) Agen inotropik
Asistol
1. Reni, Yuli Aspiani. (2015). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pasien Gangguan Kardiovaskuler
Aplikasi NIC-NOC. Jakarta: EGC
2. Manurung, Nixson. (2016). Aplikasi Asuhan Keperawatan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: CV.Trans
Info Medika.
3. Muttaqin, Arif. (2012). Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler.
Jakarta: Salemba Medika.
4. Bruner & Suddarth (2002). Keperwatan Medikal Bedah.EGC.Jakarta
5. Alomedika. https://www.alomedika.com/penyakit/icu/syok-kardiogenik diaskses pada tanggal 16
November 2020
6. Bakta I Made., Suastika I Ketut.( 1999). Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam. Jakarta: EGC
7. Hollenberg, Walker. (2006). A Pratical Guide: Cardiology in Family Family Practice. Totowa, New
Jersey: Humana Press Inc
8. Arjatmo, Tjokronegoro & Utama Hendra (2010). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam II. In: E. Susalit, E.J
Kapojos dan H.R Lubis ed. Hipertensi Primer. Gaya Baru. Jakarta
9. Muttaqin, Arif. (2009). Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler.
Jakarta: Salemba Medika.
10. Yudha, I Puthu. (2011). Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Salemba Medika
11. National Heart, Lung, and Blood Institute.(2011). Hypertention.
12. Mayo Clinic. (2014). Secondary Hypertention. diakses pada tanggal 16 November 2020
https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/secondary-hypertension/symptoms-causes/syc-
20350679
TRIAGE P1 P2 P3 P4
GENERAL IMPRESSION
Keluhan Utama :
Mekanisme Cedera :
Orientasi (Tempat, Waktu, dan Orang) : Baik Tidak Baik, ... ... ...
Diagnosa Keperawatan:
AIRWAY
Keluhan Lain:
Diagnosa Keperawatan:
BREATHING
Koma
NIC :
GCS : Eye Verbal Motorik
Diagnosa Keperawatan:
EXPOSURE
Even/Peristiwa Penyebab:
SECONDARY SURVEYSECONDARY SURVEY
Tanda Vital :
BP : mmHg N: S: RR :
NIC :
Tindakan/ pengobatan :
Infus Heacting Tranfusi Pembedahan
Reposisi Gips Lainnya......
Pengobatan :
Lainnya :
Distensi vena jugularis : Ya / Tidak
CVP : 5 cmH2O Hasil EKG:
Hasil EKG Wide QRS tachycardia, left bundle branch
(sumbatan aliran listrik ke ventrikel), abnormal EKG
Interprestasi EKG, SVT( Supraventrikular takikardi),Atrial
Vibrilasi
Hasil Lab/Px Penunjang Lain Terkait Fungsi
Jantung:
Kesadaran Motorik/Sensorik
oCompos Mentis
oMengantuk Ka 5 5 Ki
oLetargi
oStupor
oKoma 5 5
o Non-verbal: Critical care pain observation tool (CPOT) Pengkajian Risiko Dekubitus
Indikator Skor Deskripsi Ket Skala : Braden Lainnya
Ekspresi 0 Tidak ada tegang otot/rileks Skor : 0
wajah 1 Tegang, dahi berkerut Penjelasan kualitatif skor :
2 Menyeringai, mengigit ETT
Gerakan 0 Tidak ada gerakan/posisi normal
Skor
tubuh 1 Lokalisasi nyeri pasien:
2 Gelisah, mencabut ETT 5
Terintubasi/ 0 Toleransi terhadap ventilator/
Ekstubasi Berbicara dengan nada normal
1 Batuk masih toleransi/
Menguap atau bergumam
2 Melawan ventilator/
Menangis
Otot 0 Rileks
1 Tegang, kaku, resisten ringan
terhadap tahanan pasif
2 Sangat tegang atau kaku, sangat
resisten terhadap tahanan pasif
BOWEL
Karakteristik feses (warna, konsistensi):
Konsitensi BAB LUNAK dan bewarna kuning Nyeri tekan Ka (-) Ka (-)
abdomen/ (-) (-)
teraba
masa (+/-)
Pola BAB (deskipsikan): sebelum sakit 1x/hari
(Hijau)
38
150
BP
HEMODINAMIK
(Hitam)
37
100
HR
(Merah)
36
50
35
Kesadaran
Irama EKG
Skala Nyeri RASS
CVP
SaO2
Mode Ventilator
PERNA-
PASAN
PEEP/CPAP
RR
TV
FiO2
Waktu
HASIL AGD
pH
pCO2
pO2
HCO -
SaO2
BE
Mata
Ukuran pupil
NEURO
Reaksi
Kaki
tangan
V
GCS
E M
Jalur 1 (nama)
(jumlah mcg/ml)
Jalur 2
CAIRAN MASUK
Jalur 3
Jalur 4
TPN (nama)
(jumlah ml)
Total
NGT/Oral 417 cc
Urine 80 cc
KELUAR
BAB 100 cc
Drain (-)
Total 577 cc
IWL 750 cc
Balance/shift 107 cc
LAINNYA
ANALISIS DATA
Hari/
DATA MASALAH
Tgl/ Jam
Selasa, 17 Data Subjektif: Gangguan Pertukaran Gas
November 1. Pasien mengatakan sesak dengan atau (SDKI: D.0003)
2020 tanpa beraktifitas.
2. Pasien mengatakan nafasnya berat,
keluhan sesak ini dirasakan sudah 3
hari dan semakin berat
3. Pasien mengatakan badannya
berkeringat dingin
4. Pasien mengatakan kepala nya terasa
pusing
5. Pasien mengatakan merasa gelisah
tanpa tahu penyebabnya
Data Objektif:
1. Frekuensi nadi meningkat (takikardia)
2. Bunyi napas wheezing
3. Irama napas tidak teratur
4. Napas dangkal
5. Menggunakan otot bantu pernapasan
6. Pernapasan cuping hidung
7. Warna kulit pucat
8. Diaforesis
9. Pasien terlihat gelisah
10. SPO2 100 % (menggunakan NRM 10
lpm)
11. pH: 7,2 mmHg
12. PCO2 : 28,6 mmHg
13. P O2 :76,6 mmol/L
14. HCO3 : 21mEq/L
TTV
TD: 102/90 mmHg
HR: 189 x/i
RR: 30 x/i
S: 36,5OC
Data Objektif:
1. Pasien terlihat cemas dan gelisah
2. Warna kulit terlihat pucat
3. JVP (-)
4. Irama jantung irreguler
5. Frekuensi nadi meningkat 189x/i
6. CRT >3 detik
7. Nadi perifer teraba lemah
8. Bagian eksermitas dingin
9. GCS 15
10. Produksi urin 80 cc/4jam (oliguria)
11. Balance Cairan: 107 cc
12. Hasil EKG Wide QRS tachycardia,
left bundle branch (sumbatan aliran
listrik ke ventrikel), abnormal EKG
13. Interprestasi EKG Atrial Vibrilasi,
SVT (Supraventrikular takikardi)
TTV:
TD: 102/90 mmHg
HR: 189 x/i
RR: 30 x/i
S: 36,5OC
Data Ojektif:
1. Pasien terihat gelisah
2. Pasien terlihat meringis
3. Diaforesis
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Pola napas meningkat
6. P: Nyeri di dada sebelah kiri
7. Q: Nyeri seperti tertindih benda berat
8. R: Nyeri di dada sebelah kiri
9. S: 5
10. T: Nyeri 5-6 menit
TTV
TD: 102/90 mmHg
HR: 189 x/i
RR: 30 x/i
S: 36,5OC
Data Objektif:
1. Pasien tampak lemah
2. pasien dibantu oleh keluarga untuk
Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA
PROGRAM PROFESI NERS PROGRAM STUDI
ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA
memenuhi ADL
3. pasien terpasang kateter urin
4. Selama sakit pasien terlihat hanya
berbaring di tempat tidur tanpa
melakukan aktivitas apapun
5. Pasien terlihat hanya berbaring
dengan posisi terlentang dan sesekali
miring kanan dan kiri
6. Hasil EKG Wide QRS tachycardia,
left bundle branch (sumbatan aliran
listrik ke ventrikel), abnormal EKG
7. Interprestasi EKG Atrial Vibrilasi,
SVT( Supraventrikular takikardi)
TTV
TD: 102/90 mmHg
HR: 189 x/i
RR: 30 x/i
S: 36,5OC
Terapeutik
1. Pertahankan kepatenan jalan napas
2. Siapkan dan atur peralatan pemberian oksigen
Edukasi
1. Ajarkan keluarga dan pasien cara
menggunakan oksigen dirumah
Kolaborasi
1. Kolaborasi penentuan dosis oksigen
2. Selasa, 17 Penurunan Curah Jantung Setelah dilakukan asuhan keperawatan Perawatan Jantung (SIKI: I.02075)
November (SDKI: D.0008) selama 1x24 jam diharpkan penurunan curah Observasi
jantung teratasi dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan
2020 curah jantung (meliputi dipsnea, kelelehan,
Curah Jantung (SLKI: L.02008) edema, ortopnea, peningkatan CVP)
1. Kekuatan nadi perifer meningkat (MAP 2. Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan
>60 mmHg) curah jantung (meliputi peningkatan berat
2. Cardiac Index dalam batas normal badan, hepatomegali, distensi vena jugularis,
3. Palpitasi menurun palpitasi, ronkhi basah, oliguria, batuk, kulit
4. Gambaran EKG aritmia menurun pucat)
5. Kelelahan menurun 3. Monitor tekanan darah
6. Dipsnea menurun (RR 16-24x/i) 4. Monitor intake dan output cairan
7. Pucat/sianosi menurun 5. Monitor saturasi oksigen
8. Capillary refill time membaik (< 2 detik) 6. Monitor keluhan nyeri dada
9. Central Venous Pressure membaik 7. Monitor EKG 12 Sadapan
Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA
8. Monitor aritmia
9. Monitor nilai LAB jantung
10. Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi
sebelum pemberian obat (mis: beta blocker)
Terapeutik
1. Posisikan pasien semifowler
2. Berikan dietjantung yang sesuai
3. Fasilitasi pasien dan keluarga untuk
modifikasi gaya hidup sehat
4. Berikan dukungan emosional dan spritual
5. Berikan oksigen untuk mempertahankan
saturasi oksigen >94 %
Edukasi
1. Anjurkan beraktifitas fisik sesuai toleransi
2. Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
3. Anjurkan berhenti merokok
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian antiaritmia
2. Rujuk ke program rehabilitasi jantung
3. Selasa, 17 Nyeri Akut (SIKI: D.0077) Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen Nyeri (I.08238)
November selama 1x24 jam diharpkan nyeri teratasi Observasi
dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
2020 frekuensi, kualitas, intesitas nyeri
Tingkat Nyeri (SLKI: L.08066) 2. Identifikasi skala nyeri
1. Keluhan nyeri menurun 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
2. Meringis menurun 4. Identifikasi keyakinan dan pengetahuan
3. Gelisah menurun tentang nyeri
Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA
4. Diaforesis menurun Terapeutik
5. Pola napas membaik (RR 16-24x/i) 1. Berikan terapi non farmakologi untuk
6. Tekanan darah membaik mengurangi nyeri
2. Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri
(suhu ruangan, pengcahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirrahat dan tidur
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Ajarkan teknik non farmakologi untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgesik jika perlu
4. Selasa, 17 Intoleransi Aktivitas (SIKI: Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen Energi (I.05178)
November D.0056) selama 1x24 jam diharpkan intoleransi Observasi
aktivitas teratasi dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
2020 mengakibatkan kelelahan
Toleransi Aktivitas (SLKI: L.05047) 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
1. Saturasi Oksigen meningkat (100%) 3. Monitor pola dan jam tidur
2. Kemudahan dalam melakukan aktivitas 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
sehari-hari meningkat melakukan aktivitas
3. Kekuatan bagian tubuh atas dan bawah
meningkat Terapeutik
4. Keluhan lelah menurun 1. Sediakan lingkungan yang nyaman dan
5. Dipsnea saat dan setelah aktivitas rendah stimulus (mis.cahaya, suara,
menurun kunjungan)
6. Aritmia saat dan setelah aktivitas 2. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA
menurun 3. Fasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika tidak
7. Frekuensi napas membaik (RR 16-24x/i) dapat berpindah atau berjalan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan