1. Pengertian
Gagal napas adalah gangguan pertukaran gas antara udara dengan sirkulasi yang
terjadi di pertukaran gas intrapulmonal atau gangguan gerakan gas masuk keluar paru.
Menurut Joy M. Black (2005), gagal napas adalah suatu keadaan yang mengindikasikan
adanya ketidakmampuan sistem respirasi untuk memenuhi suplai oksigen untuk proses
metabolisme atau tidak mampu untuk mengeluarkan karbondioksida. Sedangkan menurut
Susan Martin (1997), gagal napas adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk
mempertahankan oksigenasi darah normal, eliminasi karbondioksida, dan pH yang adekuat
disebabkan oleh masalah ventilasi, difusi, atau perfusi.
2. Etiologi
Penyebab gagal napas biasanya tidak berdiri sendiri melainkan merupakan kombinasi dari
beberapa keadaan, dimana penyebeb utamanya adalah :
a. Gangguan ventilasi
b. Gangguan neuromuskular
Terjadi pada polio, guillaine bare syndrome, miastenia gravis, cedera spinal, fraktur
servikal, keracunan obat seperti narkotik atau sedatif, dan gangguan metabolik seperti
alkalosis metabolik kronik yang ditandai dengan depresi saraf pernapasan.
Terjadi pada penggunaan narkotik atau barbiturat, obat anastesi, trauma, infark otak,
hipoksia berat pada susunan saraf pusat.
d. Gangguan pada sistem saraf perifer, otot respiratori, dan dinding dada
Gangguan difusi alveoli kapiler sering menyebabkan gagal napas hipoksemia, seperti
pada oedema paru (kardiak atau nonkardiak), ARDS, fibrosis paru, emfisema, emboli lemak,
pneumonia, tumor paru, aspirasi, perdarahan masif pulmonal.
3. Klasifikasi
Hasil analisa gas darah pada gagal napas hiperkapneu menunjukkkan kadar PCO2 arteri
(PaCO2) yang tinggi, yaitu PaCO2>50mmHg. Hal ini disebabkan karena kadar CO2
meningkat dalam ruang alveolus, O2 yang tersisih di alveolar dan PaO2 arterial menurun.
Oleh karena itu biasanya diperoleh hiperkapneu dan hipoksemia secara bersama-sama,
kecuali udara inspirasi diberi tambahan oksigen. Sedangkan nilai pH tergantung pada level
dari bikarbonat dan juga lamanya kondisi hiperkapneu.
Pada gagal napas hipoksemia, nilai PO2 arterial yang rendah tetapi nilai PaCO2 normal atau
rendah. Kadar PaCO2 tersebut yang membedakannya dengan gagal napas hiperkapneu, yang
masalah utamanya pada hipoventilasi alveolar. Gagal napas hipoksemia lebih sering dijumpai
daripada gagal napas hiperkapneu.
1
a. Gagal napas akut
Gagal napas akut terjadi dalam hitungan menit hingga jam, yang ditandai dengan perubahan
hasil analisa gas darah yang mengancam jiwa. Terjadi peningkatan kadar PaCO2. Gagal
napas akut timbul pada pasien yang keadaan parunya normal secara struktural maupun
fungsional sebelum awitan penyakit timbul.
Gagal napas kronik terjadi dalam beberapa hari. Biasanya terjadi pada pasien dengan
penyakit paru kronik, seperti bronkhitis kronik dan emfisema. Pasien akan mengalami
toleransi terhadap hipoksia dan hiperkapneu yang memburuk secara bertahap.
a. Kardiak
Gagal napas dapat terjadi karena penurunan PaO2 dan peningkatan PaCO2 akibat
menjauhnya jarak difusi akibat oedema paru. Oedema paru ini terjadi akibat kegagalan
jantung untuk melakukan fungsinya sehingga terjadi peningkatan perpindahan aliran dari
vaskuler ke interstisial dan alveoli paru.
§ Infark miokard
§ Kardiomiopati
§ Miokarditis
§ Meningkatkan beban volume : mitral insufisiensi, aorta insufisiensi, ASD, dan VSD.
b. Nonkardiak
Terjadi gangguan di bagian saluran pernapasan atas dan bawah maupun di pusat pernapasan,
serta proses difusi. Hal ini dapat disebabkan oleh obstruksi, emfisema, atelektasis,
pneumothorak, dan ARDS.
2
Beberapa mekanisme yang menyebabkan hipoksemia dapat bekerja secara sendiri atau
bersama-sama.
Terjadi pada dataran tinggi (high altitude) sebagai respons menurunnya tekanan barometer,
inhalasi gas toksik, atau dekat api kebakaran yang mengkonsumsi CO.
b. Hipoventilasi
c. Gangguan Difusi
Akibat pemisahan fisik gas dan darah (pada penyakit paru interstisial) atau menurunnya
waktu transit eritrosit sewaktu melalui kapiler.
Keadaan ini selalu menyebabkan keadaan hipoksemia yang berarti dalam klinik. Unit
paru yang ventilasinya jelek dibandingkanperfusinya menyebabkan desaturasi, yang efeknya
sebagian tergantung kadar O2 darah vena. Kadar O2 vena yang menurunmenyebabkan
keadaan hipoksemia menjadi lebih jelek. Penyebab terbanyak adalah keadaan yang
menyebabkan ventilasi paru menurun atau obstruksi saluran napas, atelektasis, konsolidasi,
oedema kardiogenik atau nonkardiogenik. Pemberian O2 dapat memperbaiki keadaan
hipoksemia apabila penyebabnya adalah gangguan ketidakseimbangan V/Q, hipoventilasi
atau gangguan difusi oleh karena PaO2 meningkat, walaupun pada daerah yang ventilasinya
jelek. Apabila penderita mendapat O2 100%, hanya daerah yang samasekali tidak mendapat
ventilasi (shunt) yang menyebabkan hipoksemia.
e. Shunt
Keadaan ini akan menurunkan PaO2 pada penderita dengan penyakit paru dan menyebabkan
gangguan di pertukaran gas intrapulmonal. Campuran saturasi O2 vena langsung dipengaruhi
oleh setiap imbalan antara konsumsi O2 dan penyampaian O2. Keadaan anemia yang tidak
dapat dikonsumsi oleh peningkatan output jantung atau output jantung yang insufisien untuk
kebutuhan metabolisme, dapat menyebabkan penurunan SVO2 dan PaO2.
3
5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari gagal napas adalah nonspesifik dan mungkin minimal, walaupun
terjadi hipoksemia, hiperkarbia dan asidemia yang berat. Tanda utama dari kegagalan
pernapasan adalah penggunaan otot bantu napas, takipnea, takikardia, menurunnya tidal
volume, pola napas irreguler atau terengah-engah (gasping) dan gerakan abdomen yang
paradoksal. Hipoksemia akut dapat menyebabkan berbagai masalah termasuk aritmia jantung
dan koma. Terdapat gangguan kesadaran berupa konfusi. PaO2 rendah yang kronis dapat
ditoleransi oleh penderita yang mempunyai cadangan kerja jantung yang adekuat. Hipoksia
alveolar (PaO2 < 60 mmHg) dapat menyebabkan vasokonstriksi arteriolar paru dan
meningkatnya resistensi vaskuler paru dalam beberapa minggu sampai berbulan-bulan,
menyebabkan hipertensi pulmonal, hipertrofi jantung kanan (cor pulmonale) dan pada
akhirnya gagal jantung kanan. Hiperkapnia dapat menyebabkan asidemia. Menurunnya pH
otak yang akut meningkatkan drive ventilasi. Dengan berjalannya waktu, kapasitas buffer di
otak meningkat, dan akhirnya terjadi penumpukan terhadap rangsangan turunnya pH di otak
akibatnyadrive tersebut akan menurun.
Efek hiperkapnia akut kurang dapat ditoleransi daripada yang kronis, yaitu berupa gangguan
sensorium dan gangguan personalia yang ringan, nyeri kepala, sampai konfusi dan narkosis.
Hiperkapnia juga menyebabkan dilatasi pembuluh darah otak dan peningkatan tekanan
intrakranial. Asidemia yang terjadi bila (pH < 7,3) menyebabkan vasokonstriksi arteriolar
paru, dilatasi vaskuler sistemik, kontraktilitas miokard menurun, hiperkalemia, hipotensi dan
kepekaan jantung meningkat sehingga dapat terjadi aritmia yang mengancam nyawa.
Manifestasi klinis gagal napas hipoksemia diperburuk oleh adanya gangguan hantaran
oksigen ke jaringan. Hal-hal yang dapat menyebabkan penurunan oksigen delivery, antara
lain:
§ Penurunan konsentrasi O2
§ Anemia
Ikatan antara CO dengan Hb lebih kuat daripada ikatan O2 dengan Hb, sehingga
menyebabkan kesulitan untuk melepas O2 ke jaringan.
Penurunan curah jantung tergantung dari aliran balik vena sistemik, fungsi ventrikel kanan
dan kiri, resistensi pulmonal dan sistemik, serta frekuensi denyut jantung.
Selain itu, tanda dan gejala yang muncul pada gagal napas yaitu aliran udara di mulut dan
hidung tidak dapat dirasakan. Pada gerakan napas spontan terlihat retraksi supraklavikula dan
sela iga serta tidak ada pengembangan dada pada saat inspirasi. Adanya kesulitan inflasi paru
4
dalam usaha memberikan ventilasi buatan dan terdengar suara napas tambahan gargling,
snoring, wheezing.
6. Pemeriksaan Diagnostik
Melihat keadaan patologik dan atau kemajuan proses penyakit yang tidak diketahui. Terdapat
gambaran akumulasi udara/cairan, dapat terlihat perpindahan letak mediastinum.
d. EKG
Memadainya tekanan oksigen dalam darah arteri, PaO2 diharapkan dihitung dari persamaan
gas alveolar ketika pasien bernafas dengan FiO2 yang lebih tinggi dari udara biasa.
7. Penatalaksanaan
a. Jalan nafas
5
Jalan nafas sangat penting untuk ventilasi, oksigen, dan pemberian obat-obatan
pernapasan dan harus diperiksa adanya sumbatan jalan nafas. Pertimbangan untuk insersi
jalan nafas artificial seperti ETT berdasarkan manfaat dan resiko jalan napas artificial
dibandingkan jalan napas alami. Keuntungan jalan napas artificial adalah dapat melintasi
jalan napas bagian atas, menjadi rute pemberian oksigen dan obat-obatan, memfasilitasi
ventilasi tekanan positif dan PEEP .memfasilitasi penyedotan sekret, dan rute untuk
bronkhoskopi.
b. Oksigen
Besarnya aliran oksigen tambahan yang diperlukan tergantung dari mekanisme hipoksemia
dan tipe alat pemberi oksigen. CPAP (Continous Positive Airway Pressure ) sering menjadi
pilihan oksigenasi pada gagal napas akut. CPAP bekerja dengan memberikan tekanan positif
pada saluran pernapasan sehingga terjadi peningkatan tekanan transpulmoner dan inflasi
alveoli optimal. Tekanan yang diberikan ditingkatkan secara bertahap mulai dari 5 cm H 2O
sampai toleransi pasien dan penurunan skor sesak serta frekuensi napas tercapai.
c. Bronkhodilator
d. Agonis beta-adrenergik
Obat-obatan ini lebih efektif bila diberikan dalam bentuk inhalasi dibandingkan secara
parenteral atau oral.
e. Antikolinergik
f. Kortikosteroid
Mekanisme kortikosteroid dalam menurunkan inflamasi jalan napas tidak diketahui secara
pasti, tetapi perubahan pada sifat dan jumlah sel inflamasi.
Merupakan aspek penting yang perlu diintegrasikan dalam tatalaksana menyeluruh gagal
nafas.
h. Pemantauan hemodinamik
Meliputi pengukuran rutin frekuensi denyut jantung, ritme jantung tekanan darah sistemik,
tekanan vena central, dan penentuan hemodinamik yang lebih invasif.
6
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
a. Aktivitas/ Istirahat
Gejala:
b. Sirkulasi
Gejala:
Tanda:
Tekanan darah dapat normal atau meningkat pada awal (berlanjut menjadi hipoksia)
;hipotensi terjadi pada tahap lanjut (syok) atau terdapat faktor pencetus seperti pada eklampsi.
Frekuensi jantung: takikardi biasanya ada. Bunyi jantung : normal pada tahap dini ; S3
mungkin terjadi. Distritmia dapat terjadi , tetapi EKG sering normal. Kulit dan membran
mukosa : Pucat, dingin. Sianosis biasanya trjasi (tahap lanjut).
c. Integritas Ego
Gejala:
Tanda:
d. Makanan /Cairan
Gejala:
Tanda:
e. Neurosensori
Gejala/Tanda:
Gejala:
Adanya aspirasi/tenggelam, inhalasi asap/gas, infeksi difus paru, timbulnya tiba-tiba atau
bertahap, kesulitan napas, lapar udara
Tanda:
Peningkatan kerja napas : Penggunaan otot aksesori pernafasan, contoh retraksi interkostal
atau substernal, pelebaran nasal, memerlukan oksigen konsentrasi tinggi.
Bunyi napas : Pada awal normal, krekels, ronkhi, dan dapat terjadi bunyi napas bronkial.
Ekspansi dada menurun atau tidak sama, peningkatan fremitus (getar vibrasi pada dinding
dada dengan palpitasi), sputum sedikit, berbusa, pucat atau sianosis, penurunan mental ,
bingung
g. Keamanan
Gejala:
h. Seksualitas
Gejala/Tanda:
i. Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala:
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan gagal napas :
8
3. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kelelahan, pengesetan ventilator yang
tidak tepat, peningkatan sekresi, obstruksi ETT
3. Intervensi Keperawatan
9
. Keperawatan Keperawatan
e. Karakteristik batuk
berubah tergantung
penyebab/etiologi
pernafasan. Sputum bila
e. Catat mungkin banyak,
karakteristik dan berdarah, dan /atau purule
produksi sputum.
f. Mempertahankan ke
10
n jalan
napas saat pasien mengala
gangguan tingkat kes
f. Pertahankan sedasi, dan trauma maksil
posisi g. Mengevaluasi keef
tubuh/kepala fungsi respirasi
dengan tepat.
g. Observasi
status respirasi :
frekuensi,
kedalaman nafas,
reguralitas, h. Kelembaban men
adanya dipsneu akumulasisekret
meningkatkan transport ok
Kolaborasi
j. Bantu
dengan/berikan
fisioterapi
dada, perkusi
dada/vibrasi
sesuai indikasi.
11
dengan retensi sekret, 2 x 24 jam, pasien akan atus mekanisme kompensasi
proses weaning, memperlihatkan pernafasan secara hipoksemia. Suara nafas
setting ventilator yang kemampuan pertukaran gas periodik : RR (clear lung) menjamin
tidak tepat. yang kembali normal
(frekuensi nafas), adanya retensi sekret
dengan kriteria hasil : suara nafas, mempengaruhi
keteraturan nafas, pernafasan. Peningkatan
a. Hasil analisa gas darah kedalaman nafas, pernafasan / penggunaan
arteri (AGDA) normal: penggunaan otot bantu nafas dapat menun
pH 7,35-7,45 bantu nafas, derajat hipoksemia. E
ekspansi dada dan dada dan kesimetrisan
PO2 80-100 kesimetrisan dada menjamin adanya v
gerak dada. adekuat pada kedua paru
PCO2 35-45
b. Penurunan saturasi o
HCO3 22-26
bermakna (desaturasi
b. Monitor hemoglobin) terjadi s
BE -2 sampai +2
tanda-tanda sianosis. Sianosis sentr
b. Penggunaan otot bantu hipoksia. Pantau “organ” hangat contoh
napas (-) SaO2 , pantau bibir, dan daun telinga
adanya paling indikatif dari hipo
c. RR : 12 - 20 x/menit kemungkinan sistemik. Sianosis perifer
pasien tampak ekstremitas sehubungan
d.HR : 60 – 100 x/menit,
sesak, sianosis. vasokonstriksi.
irama reguler
e. SaO2 : 95 - 100% c. Hipoksemia
menyebabkan mudah tera
f. Suara nafas bersih pada miokardium,mening
c. Pantau HR / HR, menghasilkan b
g. Pasien tampak sesak (-),
denyut nadi. Catat distritmia.
sianosis (-)
kemungkinan
h. Penurunan kesadaran (-) perubahan irama d. Dapat menun
jantung berlanjutnyahipoksia j
otak, hipoksemia d
d. Observasi ti asidosis
ngkat kesadaran
pasien.
Adakah apatis, e. Mengevaluasi kema
gelisah, bingung, fungsi respirasi pasien te
somnolen perubahan setting ventilat
e. Cek AGDA
setiap 10 – 30
menit setelah f. Untuk men
perubahan setting kesiapan fungsi respirasi
ventilator
12
f. Monitor terkait proses weaning ven
hasil AGDA sela
ma periode
penyapihan /
weaning
ventilator g. Pengobatan
memperbaiki penyebab
Kolaborasi mencegah berlanjutnya
: potensial komplikasi
hipoksemia.
g. Berikan menguntungkan
obat sesuai menurunkan inflamasi
indikasi. Contoh meningkatkan p
steroid, antibiotik, surfaktan.
bronkodilator, Bronkodilator/ekspektoran
ekspentoran. meningkatkan bersihan
napas. Antibiotik
diberikan pada adanya
paru/sepsis untuk me
patogen penyebab.
13
5. Alarm tidak berbunyi fiksasi yang baik b. Alarm merupakan
adanya fungsi yang sala
b. Evaluasi semua ventilator
alarm dan
tentukan c. Mengantisipasi
penyebabnya kemungkinan ventilator
berfungsi efektif
c. Pertahankan
alat resusitasi
manual (bag &
mask) pada posisi d. Ventilator dengan
tempat tidur ujung ETT yang tidak
sepanjang waktu mungkin dapat diketahui
pergerakan dada yang
d. Monitor suara simetris, suara nafas yan
nafas dan seimbang antar kedua par
pergerakan dada
e. Nafas yang tidak
dengan / melawan
ventilator dapat menye
ketidakadekuatan ventila
e. Observasi RR meningkatkan resiko baro
dan bandingkan f. Agar pasien koo
irama nafas terhadap pemberian b
pasien dengan nafas oleh ventilator
irama ventilator
f. Berikan
penjelasan pada
pasien agar tidak
melawan irama g. Sedatif akan menu
ventilator upaya pasien melawan
ventilator. An
Kolaborasi mengurangi nyeri
pemasangan ventilator
g. Kolaborasi
pemberian sedatif
dan analgesik
14
(-), sekret (-) perubahan posisi
b. Berikan b. Mengetahui kemampu
rangsangan pada minimal pasien
pasien agar pasien memenuhi kebutuhan diri
mampu
melakukan
tindakan minimal c. Pasien ikut berta
untuk dirinya jawab terhadap ke
c. Libatkan dirinya dan untuk mera
pasien dalam peningkatan kemampuan
perubahan posisi dalam memenuhi ADL
dan pemenuhan
ADL sesuai
kemampuan d. Mencegah kon
pasien memperbaiki sirkulasi
jaringan perifer dan me
Kolaborasi kemungkinan timbul deku
d. Kolaborasi
dengan tim
rehabilitasi dalam
memberikan
tindakan
fisioterapi
15
c. Klarifikasi dengan benar sesuai ma
setiap tulisan / keinginan pasien
pernyataan pasien
menggunakan
pertanyaan
tertutup
i. Menurunnya
h. Berikan posisi konsumsi/keseimbangan
16
semifowler mengurangi beban kerj
jantung dan
i. Monitor pola dekompensasi
dan jumlah
tidur/istirahat j. Inotropik
memperpendek ventrikel
sehingga akan mempe
j. Perhatikan penurunan kardiak output
efek samping k. Memungkinkan pena
pemberian cepat pada kasus gagal
obat inotropik dan resusitasi
k. Siapkan
peralatan dan
obat-obat
emergency yang
mudah dijangkau
l. mengurangi beban
jantung
Kolaborasi
m. Obat laxative
l. Berikan obat- membantu menurunkan
obatan nitrat, vagal yang dapat memp
glikosida, penurunan cardiac output
vasodilator,
diuretic, dan n. Membantu
antihipertensi perkembangan dan statu
sesuai program jantung
m. Kolaborasi
obat-obat laxative
o. Meningkatkan ker
klien untuk menyuk
program keperawatan. Se
valsava menyebabkan st
vagal, menurunkan hea
n. Kolaborasi (bradikardi) yang m
pemeriksaan diikuti dengan takikardi d
EKG, dan enzim meningkatnya cardiac out
jantung
17
Penkes p. Meningkatkan ker
klien terhadap p
o. Anjurkan perawatan. Gaya hidup
untuk tidak akan meningkatkan k
mengejan saat kehidupan
BAB maupun
BAK
p. Jelaskan
pentingnya
mengubah gaya
hidup
(menghindari
merokok, diit
rendah kolesterol,
olahraga)
4. Implementasi Keperawatan
Dalam melakukan tindakan pada pasien dengan gagal napas perlu diperhatikan ialah
penanganan terhadap tidak efektifnya bersihan jalan napas, gangguan pertukaran gas, pola
napas tidak efektif, kondisi aktual atau resiko penurunan curah jantung, adanya
ansietas/ketakutan.
18
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan yang dapat digunakan
sebagai alat ukur kerberhasilan suatu asuhan keperawatan yang dibuat. Evaluasi berguna
untuk menilai setiap langkah dalam perencanaan, mengukur kemajuan klien dalam mencapai
tujuan akhir dan untuk mengevaluasi reaksi dalam menentukan keefektifan rencana atau
perubahan dalam membantu asuhan keperawatan. Evaluasi keperawatan ada 2 macam, yaitu
evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif dilakukan sesaat setelah
memberikan implementasi keperawatan untuk menilai keberhasilan terapi dalam jangka
pendek. Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan untuk menilai keberhasilan terapi dalam
jangka panjang.
DAFTAR PUSTAKA
19
Anonim. (2012). Asuhan Keperawatan Gagal Napas. www.ilmukeperawatan.com.
Diaksestanggal 18 Januari 2012.
Marilynn E Doengoes, et all, alih bahasa Kariasa IM, (2000). Rencana Asuhan
Keperawatan:Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC:
Jakarta.
Sherwood, Lauralee. (2011). Fisiologi Manusia (Dari Sel ke Sistem ). Edisi ke-6. Jakarta:
EGC.
Keperawatan UKIM
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn. S Nama : Tn.S
DI RUANG INTENSIF Tgl.Lahir : 21 April 1944
JK :
No RM :
20
Alamat : Kudamati
Tgl Pengkajian : 3 juni 2021 Sumberdata : Ruangan :
Jam : 10.00 WIT ( ) Pasien, ( ) keluarga ( )Lainnya: Rekam Medik …………………………….
Tanggal masuk :
IDENTITAS PASIEN …………………….
Agama : ( ) Hindu, () Islam, (√ ) Protestan, ( ) Katolik, ()
Budha, ( ) Kong Hu Cu ( ) Lainnya
Pendidikan : ( ) Belum Sekolah, ( ) Paud, ( ) TK, ( ) SD, ( ) SMP () SMA (√ ) PT
Kewarganegaraan : (√ ) WNI, ( ) WNA
RIWAYAT KESEHATAN
Alasan Masuk Ruma Sakit :
PROSEDUR INVASIF
KEADAAN UMUM
Kesadaran : ( ) Compos mentis, ( ) Apatis, () Somnolen, ( ) Soporocoma, (√ )
Coma
GCS (E, M, V),
Antopometri :
Tanda-tanda vital :
Suhu : 36,5 0C , Pernafasan: 28 x/menit, HR = 100x/menit, BP : 147/86 mmHg, MAP : 94
, SaO2 : 96 %,
PENGKAJIAN SKALA NYERI
C-CPOT SCALE
Indikator Kondisi
Ekspresi wajah Meringis
Gerakan tubuh Lokalisasi nyeri
Aktivasi alarm ventilator mekanik (Pasien diintubasi) Pasien kooperatif terhadap kerja ventilator
mekanik
Berbicara jika pasien diekstubasi Mendesah, mengeran
Ketegangan otot Tegang, kaku
Total 5 : Nyeri Berat
Keluhan lain :
21
PEMERIKSAAN FISIK
SISTEM PERNAPASAN
Airways
Jalan nafas secret kental produktif, ada reflek batuk bila dilakukan isap lendir
Breathing
Memakai ET no 7,5 dengan ventilator mode CPAP, FiO2: 30 %, nafas mesin:10, nafas klien: 28
x/mnt, SaO2: 96, bunyi ronchi kasar seluruh area paru.
Circulation
TD: 147/86 mmHg, HR: 100 x/mnt, MAP: 94, suhu: 36,5 oC, edema ekstremitas atas dan bawah,
capillary refill <>
Pernapasan Ya Tidak
Batuk : ✓ ( Pasien tidak
batuk karena
dalam keadaan
coma)
Sesak napas : ✓ ( Pasien sesak
akibat anemia)
Hemoptisis : ✓ ( Pasien tidak
batuk berdarah)
Sputum : ✓ (adanya sputum
yang membuat
pasien susah
bernapas )
Asma/alergi pernapasan :
Suarannafas (vesikuler, bronkial, :
bronkovesikuler)
Suaranapastambahan (ronkhi, :
wheezing)
Tanggal dan pemeriksaan rongen dada :
(terakhir kali periksa)
SISTEM KARDIOVASKULER
Kardiovaskuler Ya Tidak
Nyeri/ketidaknyamanan dada ✓ (Nyeri pada
dada)
Palpitasi ✓ (disebabkan
karena sesak napas)
Sesak napas ✓ (Pasien sesak)
Ortopnea ✓
Murmur
Edema ✓ (Tidak ada
edema)
Varises ✓ (Tidak ada)
22
Parestesia ✓ (Tidak
mengalami
kesemutan)
Perubahan warna kuku kaki dan tangan ✓ ( Akibat proses
menua)
SISTEM PERSYARAFAN
SISTEM PERKEMIHAN
Perkemihan Ya Tidak
Disuria ✓ (Pasien tidak
mengalami rasa
nyeri dan panas
saat BAK)
Frekuensi 5-7 x/hari
Hematuria ✓ ( Tidak ada
BAK yang
disertai dengan
darah)
Poliuria ✓ ( Pasien tidak
BAK secara
berlebihan)
23
Oliguria ✓ ( Tidak ada
penurunan
produksi urine)
Nokturia ✓ (Akibat proses
penuaan)
Inkontinensia ✓ ( Terkadang
klien tidak mampu
menahan urine
akibat proses
penuaan yang
membuat fungsi
perkemahan
menurun)
Batu ginjal ✓ (Pasien tidak
ada batu ginjal)
SISTEM PENCERNAAN
SISTEM MUSKULOSKELETAL
Deformitas : Ya √ Tidak Lokasi ... ...
Contusio : Ya √ Tidak Lokasi ... ...
Abrasi : Ya Tidak Lokasi ... ...
Laserasi : Ya √ Tidak Lokasi
Edema : Ya √ Tidak Lokasi ekstremitas atas dan bawah
Dekubitus : Ya √ Tidak Lokasi sakrum
Luka Bakar : Ya √ Tidak Lokasi ... ...
Grade:…………… presentase:………………..%
SISTEM PENGINDRAAN
SISTEM ENDOKRIN
24
makan
berlebihan)
Polidipsia ✓ (Tidak ada
rasa haus yang
berlebih)
Poliuria ✓ (Tidak ada
karena pasien
tidak BAK
berlebihan)
DATA PSIKOLOGIS
Total 2
25
PENILAIAN RESIKO JATUH
Skala Mosre
Factor resiko Keterangan Nilai Skor
Status mental
BRANDEN SCALE
Factor resiko Skor
Persepsi 3
Sensori
Kelembaban 3
Aktivitas 1
Mobilisasi 3
Status Nutrisi 2
Friksi/Gesekan 2
Total skor 14
Kesimpulan Tingkat risiko,
<10 = risiko sangat tinggi, 10 – 12= risiko tinggi,15-18= berisiko , > 19= risiko rendah/ tidak berisioko
ASESSMEN FUNSIONAL
26
NO FUNGSI KETERANGAN SKOR
Total Skor 2
Kesimpulan skor : 2
( )Mandiri 20 ( )Ketergantungan ringan 12-19 ( )Ketergantugan sedang 9-11 ( )Ketergantungan berat 5-8 (√ )Ketergantungan total
0-4
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Radiologi
2. Laboratorium
TERAPI OBAT
No. Nama Terapi Dosis Rute Waktu Pemberian Keterangan (Kegunaan Obat)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
27
KEBUTUHAN EDUKASI
1. Apa yang keluarga ketahui tentang penyakit klien :
3. Siapa dari keluarga yang akan ikut terlibat dalam perawatan pasien selanjutnya :
3. DS : Ketidakmampuan menelan
DO :
- Terpasang NGT
28
- Klien tidak sadar reflek menelan
tidak ada
CT Scan tanggal 15 Juni 2021
- Perdarahan intra serebral region
transversal kiri dengan edema
- Perdarahan subarachnoid
- Subdural higroma regio fronto
temporal kanan, temporo parietal kiri
dan interhemisfer serebri
4 DS : Penggunaan ventilasi mekanik
DO :
- Memakai ventilator mode CPAP,
FiO2: 30 %, nafas mesin: 10, nafas
klien: 28 x/mnt, SaO2: 96
5 DS : Pemasangan selang ET dengan kondisi lemah
DO :
- Klien tidak sadar
- Klien terpasang DC, NGT, Infus
- Klien terpasang ET dan ventilator
- Leukosit: 11,0 rb/mmk
- Gagal Nafas, PSA/SH,
6 DS : Adanya sumber penularan dari kuman
DO : stapilokokus
- DX Medis: Sepsis, MRSA
Tanggal 5 Juni 2021:
- Kultur darah: ditemukan kuman
Stapilokokus Epidedermis
- Kultur urin: ditemukan kuman
Stapilokokus Aeureus
- Kuman resisten terhadap semua
Cephalo
- sforin dan Beta LactamMRSA dan
MRSE
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sumbatan jalan nafas dan
kurangnya ventilasi sekunder terhadap retensi lender
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan akumulasi protein dan cairan dalam
interstitial / area alveolar
3. Perubahan pola makan berhubungan dengan ketidakmampuan menelan
4. Resiko cidera berhubungan dengan penggunaan ventilasi mekanik
5. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pemasangan selang ET dengan
kondisi lemah
6. Resiko terhadap penularan lewat udara berhubungan dengan adanya sumber penularan
dari kuman stapilokokus
29
NAMA DAN TANDA TANGAN PERAWAT YANG MENGKAJI DAN MENDIAGNOSIS
Ambon, tgl/bln/yhn
Perawat yang mendiagnosis
(nama perawat)
30
NURSING CARE PLAN
31
3 Perubahan pola makan Setelah dilakukan tindakan keperawatan a. Kaji status gizi klien
berhubungan dengan selama 1x24 jam klien mempertahankan b. Kaji bising usus
ketidakmampuan menelan kebutuhan nutrisi c. Hitung kebutuhan gizi tubuh
Kriteria hasil: atau kolaborasi tim gizi
d. Pertahankan asupan kalori
- Laborat Hb, protein dalam batas dengan makan per sonde atau
normal nutrisi perenteral sesuai indikasi
- Makanan dapat masuk sesuai dietnya e. Periksa laborat darah rutin dan
protein
4 Resiko cidera Setelah dilakukan tindakan keperawatan a. Monitor ventilator terhadap
berhubungan dengan selama 1x24 jam klien bebas dari cidera peningkatan tajam pada ukuran
penggunaan ventilasi selama ventilasi mekanik tekanan
mekanik Kriteria hasil: b. Observasi tanda dan gejala
barotrauma
- Tidak ada cidera pada pernafasan c. Posisikan selang ventilator
- Pernafasan klien terkendali normal untuk mencegah penarikan
selang endotrakeal
d. Kaji panjang selang ET dan
catat panjang tiap shift
e. Berikan antasida dan beta
bloker lambung sesuai indikasi
f. Monitor terhadap distensi
abdomen
5 Resiko tinggi terhadap Setelah dilakukan tindakan keperawatan a. Evaluasi warna, jumlah,
infeksi berhubungan selama 1x24 jam infeksi nosokomial konsistensi sputum tiap
dengan pemasangan dapat terkendali penghisapan
selang ET dengan kondisi Kriteria hasil: b. Tampung specimen untuk kultur
lemah dan sensitivitas sesuai indikasi
- Tidak ada tanda-tanda infeksi c. Pertahankan teknik steril bila
- Leukosit dalam batas normal melakukan penghisapan (pakai
sarung tangan steril)
d. Ganti sirkuit ventilator tiap 72
jam
32
e. Lakukan pembersihan oral tiap
shift
f. Monitor tanda vital terhadap
infeksi
g. Pantau keadaan umum
h. Pantau hasil pemeriksaan
laborat untuk kultur dan
sensitivitas
i. Berikan antibiotic amikin 1
gram/ 24 jam
6 Resiko terhadap Setelah dilakukan tindakan keperawatan a. Pertahankan klien di ruang
penularan lewat udara selama 3x24 jam penularan tidak terjadi isolasi
Kriteria hasil: b. Lakukan pemantauan alat dan
berhubungan dengan
bahan yang digunakan klien
adanya sumber penularan - Klien berada di kamar isolasi c. Tempatkan tersendiri baju dan
- Semua bahan dan alat yang dipakai alat lain yang sudah dipakai
dari kuman stapilokokus
klien ditempatkan tersendiri klien
- Tersedianya baju khusus untuk d. Hindari kontak secara langsung
perawat maupun pengunjung dengan klien dan alat serta
bahan yang dipakai klien
e. Berikan penkes terhadap
keluarga maupun pengunjung
f. Pantau hasil laborat kultur dan
sensitivitas, baik darah maupun
urin
g. Pakai sarung tangan, masker,
dan jas yang tersedia setiap
melakukan tindakan
keperawatan
33
(nama perawat)
34
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
No. DX. Hari, Tanggal Jam Tindakan keperawatan Evaluasi Paraf
1
2
3
35